Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel
yang terdapat pada payudara. Payudara terdiri dari lobulus-lobulus, duktus-
duktus, lemak dan jaringan konektif, pembuluh darah dan limfe. Pada
umumnya kanker berasal dari sel-sel yang terdapat di duktus, beberapa
diantaranya berasal dari lobulus dan jaringan lainnya. Kanker payudara
merupakan keganasan yang menyerang hampir sepertiga dari seluruh keganasan yang
dijumpai pada wanita.
Problem kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena lebih 70%
penderita datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut (Saryono, 2009).
Kasus kanker payudara di Jawa Tengah sebesar 28.038.000 kasus, pada tahun
2005 sebesar 5608 kasus (0,02%), mengalami peningkatan pada tahun 2006
sebesar 11.215 kasus (0,04%), pada tahun 2007 tidak terjadi peningkatan yaitu
sebesar 11.215 kasus (0,04%), kemudian meningkat lagi pada tahun 2008
sebesar 14.019 kasus (0,05%). Menurut Dinkes Semarang (2007), pada tahun
2007 terdapat 879 kasus yang terdiri dari kriteria remaja berumur 11 – 24
tahun sebanyak 28 kasus (3,2%), sedangkan pada usia 25 – 44 tahun
berjumlah 400 kasus (45,5%) dan pada usia 45 tahun ke atas 451 kasus
(51,3%). Prevalensi tertinggi kasus kanker payudara adalah di Kota Surakarta
sebesar 78.506 kasus (0,28%) (Depkes, 2008).
Pada stadium dini, kanker payudara dapat disembuhkan, tetapi di
Indonesia penderita datang dalam kondisi stadium lanjut. Akibatnya
penanganan kanker payudara hanya berkisar pada tujuan valiatif atau
meringankan gejalanya saja. Hal ini yang menyebabkan insidens, morbiditas
serta angka kematian (mortalitas) masih tetap tinggi. Apabila sebelumnya ada
upaya pencegahan primer dan deteksi dini atau pencegahan sekunder, angka-
angka tersebut dapat ditekan (Persi, 2000).

1
Insiden kanker payudara meningkat sesuai dengan bertambahnya usia
(Luwia, 2003). Akan tetapi, usia muda juga bukan jaminan aman dari kanker
payudara (Yayasan Kanker Indonesia, 2008). Tingginya angka kejadian kanker
payudara mengakibatkan tidak sedikit pula penderita kanker payudara yang
berujung pada kematian (Saryono, 2009). Jika saja tanda dan gejala kanker
payudara dapat ditemukan sedini mungkin maka tingkat kesembuhan akan
semakin tinggi.
Salah satu langkah pencegahan sekunder adalah dengan melakukan
deteksi dini atau skrining. Kanker akan memiliki prognosis yang lebih baik
jika terdeteksi pada stadium dini. Deteksi dini kanker ialah usaha untuk
mendeteksi penyakit atau kelainan, dengan menggunakan tes, pemeriksaan,
atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan
orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat
tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Tujuan dari deteksi dini ini untuk
menemukan secara dini, yaitu kanker yang masih dapat disembuhkan, untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas kanker (Imam, 2009). Langkah deteksi
dini payudara yang umum dilakukan oleh masyarakat adalah Periksa Payudara
Sendiri (SADARI) atau Breast Self Examination (BSE), pemeriksaan klinis
atau Clinical Breast Examination (CBE) dan mamografi (Victor, 2008).
Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat, tetapi angka kematian dan kejadian kanker payudara masih tetap
tinggi karena pasien ditemukan dalam stadium lanjut. Kanker payudara akan
mendapatkan penanganan secepatnya dan akan memberikan harapan
kesembuhan serta harapan hidup yang lebih baik apabila kanker payudara
dideteksi sejak dini (Supit, 2002).
Terdapat tiga cara utama untuk melakukan deteksi dini terhadap
kanker payudara, yaitu SADARI (Periksa Payudara Sendiri) atau breast
selfexamination, sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia 20 tahun,
minimal sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7
hingga 10 hari dari haid Anda. Kedua, lakukan pemeriksaan oleh tenaga
kesehatan atau (clinical breast examination). Dan ketiga, lakukan Mamografi,
yaitu pemeriksaan penunjang dengan X-ray pada payudara. Tujuannya untuk

2
memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker payudara yang tidak
terlihat saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini cukup efektif untuk wanita
berusia di atas 40 tahun.
Secara epidemiologi, orang melihat tendensi penyakit ini familial,
artinya seorang wanita dengan ibu penderita kanker payudara mempunyai
kemungkinan lebih banyak mendapat kanker payudara daripada wanita-wanita
dari ibu yang tidak menderita penyakit tersebut. Wanita yang infertil juga lebih
tinggi kemungkinan mendapat kanker payudara daripada wanita yang fertil
(Prawirohardjo, 2008).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempelajari konsep teori dan asuhan keperawatan pasien dengan kanker
payudara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi kanker payudara
b. Mengetahui penyebab kanker payudara
c. Mengetahui pathogenesis atau patofisiologi kanker payudara
d. Mengetahui manifestasi klinis kanker payudara
e. Mengetahui klasifikasi kanker payudara
f. Mengetahui pathway kanker payudara
g. Mengetahui komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh kanker payudara
h. Mengetahui pemeriksaan diagnostic kanker payudara
i. Mengetahui penatalaksanaan kanker payudara
j. Mengetahui asuhan keperawatan penyakit kanker payudara

3
BAB II
KONSEP TEORI

A. Pengertian
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker tertua pada
manusia. Penyakit kanker payudara telah dikenali sejak jaman mesir kuno ±
1600 SM, walaupun pada saat itu belum ada definisi mengenai kanker. Edwin
Smith Papyrus melaporkan ada 8 kasus tumor yang disertai ulkus pada daerah
payudara yang diterapi dengan cara dibakar dengan api. Pada abad 17 seorang
ahli bedah Perancis Jean Louis Petit (1674 – 1750) menemukan kasus kanker
payudara yang disertai pembesaran limfonodi didaerah aksila. Kemudian ahli
bedah dari Skotlandia Benjamin Bell (1749 – 1806) melakukan operasi
pengangkatan kelenjar payudara beserta otot–otot dada dan limfonodi aksila,
baru kemudian dipopulerkan oleh William Stewart Halsted (1882) melakukan
Halsted Radikal Mastectomy dan prosedur ini tetap populer sampai tahun
1970 (Shirley, 2005).
Ada beberapa pendapat tentang Kanker payudara yang dikemukan
oleh para ahli. Menurut sutriston (1992), kanker payudara merupakan
neoplasma spesifik tempat terlazim perempuan yang merupakan penyebab
utama kematian perempuan karena kanker. Menurut Carpenito (1999), kanker
payudara adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal, berkembang cepat
dan menginfiltrasikan jaringan limfe dan pembuluh darah dalam payudara.
Sedangkan menurut Luwia (2005), kanker payudara adalah kanker yang
berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara.
Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kanker
payudara adalah perubahan sel-sel yang mengalami perubahan tidak normal
dan tidak terkontrol pada kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang
serta pembuluh darah dalam payudara.

B. Etiologi

4
Perlu diketahui bahwa hingga saat ini etiologi kanker payudara belum
diketahui secara pasti, namun diduga bahwa penyebabnya sangat
multifactorial yang saling mempengaruhi. Menurut Ramli (1999) dan Manan
(1999) ada 3 hal yang memiliki pengaruh penting terhadap kanker payudara :
1. Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh dalam peningkatan terjadinya kanker
payudara.Pada percobaan tikus dengan galur sensitif kanker, melalui
persilangan genetik didapatkan tikus yang terkena kanker.Ada faktor
turunan pada suatu keluarga yang terkena kanker payudara. Kelainan ini
diketahui terletak dilokus kecil di kromosom 17q21 pada kanker payudara
yang timbul saat usia muda.
2. Hormon
Kelebihan hormon estrogen endogen atau lebih tepatnya terjadi ketidak
seimbangan hormon terlihat sangat jelas pada kanker payudara. Banyak
faktor resiko yang dapat disebutkan seperti masa reproduksi yang lama,
nulipara, dan usia tua saat mempunyai anak pertama akan meningkatkan
estrogen pada siklus menstruasi. Wanita pasca menopause dengan tumor
ovarium fungsional dapat terkena kanker payudara karena adanya hormon
estrogen berlebihan.Suatu penelitian menyebutkan bahwa kelebihan
jumlah estrogen di urin, frekwensi ovulasi, dan umur saat menstruasi
dihubungkan dengan meningkatnya resiko terkena kanker payudara.
Epitel payudara normal memiliki reseptor estrogen dan progesteron.Kedua
reseptor ditemukan pada sebagian besar kankerpayudara.Berbagai bentuk
growth promoters (transforming growthfactor-alpha/epitehlial growth
factor, platelet-derived growth factor), fibroblast growth factor dan growth
inhibitor disekresi oleh sel kanker payudara manusia. Banyak penelitian
menyatakan bahwa growth promoters terlibat dalam mekanisme autokrin
dari tumor. Produksi GFtergantung pada hormon estrogen, sehingga
interaksi antara hormon disirkulasi, reseptor hormon pada sel kanker dan
GF autokrinmerangsang sel tumor menjadi lebih progresif.
3. Pengaruh lingkungan dan gaya hidup

5
Pengaruh lingkungan diduga karena berbagai faktor antara lain: alkohol,
diet tinggi lemak, dan infeksi virus. Hal tersebut mungkin mempengaruhi
onkogen dan gen supresi tumor dari kanker payudara.

C. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering
terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan
perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M,
1995 )

D. Manifestasi Klinis
Pasine biasanya dating dengan keluhan benjolan atau masa di payudara, rasa
sakit, keluar cairan dari putting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling,
kemerahan, ulserasi, peau d’orange) pembesaran kelenjar getah bening, atau
tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikairkan ganas
sebelum dibuktikan tidak.
Dalam anameses juga ditanyakan adanya factor-faktor resiko pada pasien, dan
pengarus siklus haid terhadap keluhan atau perubahan ukuran tumor.
Untuk meminimalkan pengaruh hormon estrogen dan progesterone, sebaiknya
pemeriksaan dilakukan kurang lebih satu minggu dihitung dari hari pertama
haid. Teknik pemeriksaan fisis adalah sebagai berikut :
1. Posisi duduk
Lakukan inspeksi pada pasien dengan posisi tangan jauh bebas kesamping
dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi lebih kurang sama tinggi.
Perhatikan keadaan payudara kiri dan kanan, simetris atau tidak ; adakah
kelainan papilla, letak dan bentuknya, retraksi putting susu, kelainan kulit
berupa peau d’orange, dimpling, ulserasi, atau tanda-tanda radang.

6
Lakukan juga dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat
apakah ada bayangan tumor dibawah kulit yang ikut bergerak atau adakah
bagian yang tertinggal, dimpling dan lain-lain.
2. Posisi berbaring
Sebaiknya dengan punggung diganjal bantal, lakukan palpasi mulai dari
kranial setinggi iga kedua, sampai distal setinggi iga ke enam, serta daerah
sub areolar dan papilla atau dilakukan secara sentrifugal, terakhir
dilakukan penekanan daerah papilla untuk melihat apakah ada cairan yang
keluar.
Tetapkan keadaan tumornya, yaitu lokasi tumor berdasarkan kuadrannya;
ukuran, konsistensi, batas tegas atau tidak; dan mobilitas terhadap kulit,
otot pektoralis atau dinding dada.
3. Pemeriksaan KGB regional didaerah :
a. Aksila, yang ditentukan kelompok kelenjar :
1) Mamaria eksterna di anterior, dibawah tepi atau pektoralis
2) Subskapularis di posterior aksila
3) Sentral dipusat aksila
4) Apical di ujung atas fasia aksilaris
b. Supra dan infraklavikula, serta KGB leher utama
4. Orang lain yang diperiksa unt melihat adanya metastasis yaitu hepar, lien,
tulang belakang dan paru. Metastasis jauh dapat bergejala sebagai berikut :
a. Otak : nyeri kepla, mual, muntah, epilepsy, ataksia, paresis, paralesis
b. Paru : Efusi, sesak napas
c. Hati : kadang tanpa gejala, massa icterus obstruksi
d. Tulang : nyeri, patah tulang.
(Mansjoer, 2000)
E. Klasifikasi
Berdasarkan gambaran histologis, WHO membuat klasifikasi kanker
payudara sebagai berikut.
1. Kanker Payudara Non Invasif
a. Karsinoma intraduktus non invasif
Karsinoma intraduktus adalah karsinoma yang mengenai duktus
disertai infiltrasi jaringan stroma sekitar. Terdapat 5 subtipe dari
karsinoma intraduktus, yaitu : komedokarsinoma, solid, kribriformis,
papiler, dan mikrokapiler. Komedokarsinoma ditandai dengan sel-sel
yang berproliferasi cepat dan memiliki derajat keganasan
tinggi.Karsinoma jenis ini dapat meluas ke duktus ekskretorius utama,

7
kemudian menginfiltrasi papilladan areola,sehingga dapat
menyebabkan penyakit Paget pada payudara.
b. Karsinoma lobular insitu
Karsinoma ini ditandai dengan pelebaran satu atau lebih duktus
terminal dan atau tubulus, tanpa disertai infiltrasi ke dalam stroma.Sel-
sel berukuran lebih besar dari normal, inti bulat kecil dan jarang
disertai mitosis.
2. Kanker Payudara Invasif
a. Karsinoma duktus invasif
Karsinoma jenis ini merupakan bentuk paling umum dari kanker
payudara.Karsinoma duktus infiltratif merupakan 65-80% dari
karsinoma payudara.Secara histologis, jaringan ikat padat tersebar
berbentuk sarang.Sel berbentuk bulat sampai poligonal, bentuk inti
kecil dengan sedikit gambaran mitosis.Pada tepi tumor, tampak sel
kanker mengadakan infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang, kawat
atau seperti kelenjar. Jenis ini disebut juga sebagai infiltrating ductus
carcinoma not otherrwiser spercifierd (NOS),scirrhous carcinoma,
infiltrating carcinoma, atau carcinoma simplex.
b. Karsinoma lobular invasif
Jenis ini merupakan karsinoma infiltratif yang tersusun atas sel-sel
berukuran kecil dan seragam dengan sedikit pleimorfisme.Karsinoma
lobular invasive biasanya memiliki tingkat mitosis rendah.Sel infiltratif
biasanya tersusun konsentris disekitar duktus berbentuk seperti
target.Sel tumor dapat berbentuk signet-ring, tubuloalveolar, atau solid.
c. Karsinoma musinosum
Pada karsinoma musinosum ini didapatkan sejumlah besar mucus intra
dan ekstraseluler yang dapat dilihat secara makroskopis maupun
mikroskopis.Secara histologis, terdapat 3 bentuk sel kanker.Bentuk
pertama, sel tampak seperti pulau-pulau kecil yang mengambang
dalam cairan musin basofilik. Bentuk kedua, sel tumbuh dalam
susunan kelenjar berbatas jelas dan lumennya mengandung musin.
Bentuk ketiga terdiri dari susunan jaringan yang tidak teratur berisi sel
tumor tanpa diferensiasi, sebagian besar sel berbentuk signet-ring.
d. Karsinoma meduler

8
Sel berukuran besar berbentuk polygonal/lonjong dengan batas
sitoplasma tidak jelas.Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi memiliki
prognosis lebih baik daripada karsinoma duktus infiltratif.Biasanya
terdapat infiltrasi limfosit yang nyata dalam jumlah sedang diantara sel
kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker.
e. Karsinoma papiler invasif
Komponen invasif dari jenis karsinoma ini berbentuk papiler.
f. Karsinoma tubuler
Pada karsinoma tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler
selapis, dikelilingi oleh stroma fibrous.Jenis ini merupakan karsinoma
dengan diferensiasi tinggi.
g. Karsinoma adenokistik
Jenis ini merupakan karsinoma invasif dengan karakteristik sel yang
berbentuk kribriformis.Sangat jarang ditemukan pada payudara.
h. Karsinoma apokrin
Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma
eosinofilik, sehingga menyerupai sel apokrin yang mengalami
metaplasia. Bentuk karsinoma apokrin dapat ditemukan juga padajenis
karsinoma payudara yang lain.

F. Pathway
Pathway terlampir

G. Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi
jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak
berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat,
maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka.
Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan didorong untuk
meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit selama 3-4 bulan.
Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan bentuk tubuh
dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang menyulitkan
(Brunner dan Suddarth, 2002)

H. Pemeriksaan Diagnostik

9
1. Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal.
2. Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan
menginjeksikan zat kontras ke dalam aliran duktus.
3. Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan
kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras, hasil komplemen
dari mamografi.
4. Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
5. Termografi: mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai ”titik
panas” karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
6. Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan
membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar.
Prosedur masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat daripada
mamografi.
7. Scan CT dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar atau tumor kecil, payudara mengeras
yang sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk
pemeriksaan rutin dan tidak untuk mamografi.
8. Biopsi payudara (jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitif
terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi histologi pentahapan dan
seleksi terapi yang tepat.
9. Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi
mengandung reseptor hormon (estrogen dan progresteron). Pada sel
malignan, reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan
pembagian sel. Kurang lebih duapertiga semua wanita dengan kanker
payudara reseptor estrogennya positif dan cenderung berespon baik
terhadap terapi hormon menyertai terapi primer untuk memperluas periode
bebas penyakit dan kehidupan.
10. Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang:
dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.

I. Penatalaksanaan
1. Pengobatan lokal kanker payudara

10
Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal.
Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker
payudara lokal adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan
bedah penyelamatan payudara yang dikombinasi dengan terapi radiasi.

a. Mastektomi radikal yang dimodifikasi : pengangkatan keseluruhan


jaringan payudara dan nudus limfe aksilaris otot pektolaris mayor dan
minor tetap utuh.
b. Bedah dengan menyelamatkan payudara : klumpektomi mastektomi
segmintal atau kuadrantektomi, reaksi kuadran payudara yang sakit
dan pengangkatan nodus aksilaris.
2. Pengobatan sistematik kanker payudara
Kemoterapi diberikan untuk menyingkirkan penyebaran penyakit
mekrometastatik.

3. Pada stadium lanjut lakukan tindakan paliatif


(Brunner dan Suddarth, 2002)

11
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E
(2000) diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan
tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).
2. Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
4. Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang
diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi
pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau
perasaan lucu pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum
menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6. Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.
7. Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan
kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu,
rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang.
Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun), menopause lambat
(setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun).
Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung,
berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan
atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa,
serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan kemungkinan kanker,
khususnya bila disertai benjolan)
8. Penyuluhan/pembelajaran

12
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu
atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau
ovarium.
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rata-rata lama
dirawat 4 hari. Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi,
keputusan, aktivitas perawatan diri, pemeliharaan rumah.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data menurut Doengoes (2000) dan Brunner & Suddarth
(1999), ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Pra operasi
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, pengobatannya dan
prognosis.
2. Pasca operasi
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan,
interupsi saraf, diseksi otot.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan
jaringan, perubahan sirkulasi, adanya edema, perubahan pada
elastisitas kulit, sensasi, destruksi jaringan ( radiasi ).
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek
samping radiasi dan kemoterapi.
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neorumuskular, nyeri, pembentukan edema.
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan imobilitas parsial lengan
atas pada tempat yang dioperasi.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
penyakitnya.

C. Intervensi
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan perencanaan
untuk setiap diagnosa keperawatan menurut Doengoes (2000) dan Brunner
dan Suddarth (1999) sebagai berikut
1. Pra operasi
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, pengobatannya dan
prognosis.
Kriteria Hasil :
Menunjukan rentang perasaan yang tepat

13
Intervensi :
a. Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan intervensi
pembedahan, dan terapi yang akan datang.
b. Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostik.
c. Berikan perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga privasi orang
terdekat.
d. Berikan informasi tentang sumber komunitas bila ada.
2. Pasca operasi
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan,
interupsi saraf, diseksi otot.
Kriteria Hasil :
Tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan tepat,
mengekspresikan penurunan nyeri.
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas
(skala 0-10)
2) Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal.
3) Bantu pasien menemukan posisi nyaman.
4) Berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik relaksasi.
5) Sokong dada saat latihan nafas dalam.
6) Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri
berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan.
7) Berikan analgetik sesuai dengan indikasi.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan jaringan,
perubahan sirkulasi, adanya edema, perubahan pada elastisitas kulit,
sensasi, destruksi jaringan (radiasi).
Kriteria Hasil :
Meningkatkan waktu penyembuhan luka, menunjukan prilaku/tehnik
untuk meningkatkan penyembuhan/mencegah komplikasi.
Intervensi :
1) Kaji balutan luka, awasi jumlah edema, kemerahan, dan nyeri pada
insisi dan lengan serta pantau suhu
2) Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang
tidak sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal.
3) Jangan melakukan pengukuran TD, menginjeksikan obat atau
memasukan IV pada lengan yang sakit.

14
4) Dorong untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit , beritahu
pasien untuk tidak menggunakan jam tangan atau perhiasaan lain
pada tangan yang sakit.
5) Berikan antibotik sesuai indikasi.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek


samping radiasi dan kemoterapi.
Kriteria Hasil :
Menunjukan gerakan ke arah penerimaan diri dalam situasi,
pengenalan dan ketidaktepatan perubahan dalam konsep diri tanpa
menegatifkan harga diri, menyusun tujuan yang realistik dan secara
aktif berpartisipasi dalam program terapi.
Intervensi :
1) Identifikasi masalah peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita karier
dan sebagainya.
2) Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan misal marah,
bermusuhan dan berduka.
3) Diskusikan tanda dan gejala depresi dengan orang terdekat.
4) Yakinkan perasaan pasangan sehubungan dengan aspek seksual,
dan memberikan informasi dan dukungan.
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, nyeri, pembentukan edema.
Kriteria Hasil :
Menunjukan keinginan untuk berpartisipasi dalam terapi, menunjukan
tehnik yang memampukan melakukan aktivitas, peningkatan kekuatan
bagian tubuh yang sakit.
Intervensi:
1) Tinggikan lengan yang sakit sesuai indikasi.
2) Dorong pasien untuk menggunakan lengan untuk kebersihan diri,
makan, menyisir rambut, mencuci muka.
3) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
4) Tingkatkan latihan sesuai indikasi, contoh ekstensi aktif lengan dan
rotasi bahu saat berbaring di tempat tidur, mengangkat lengan
untuk menyentuh ujung jari di belakang kepala.
e. Kurang perwatan diri berhubungan dengan imobilitas parsial lengan
atas pada tempat yang dioperasi.
Kriteria Hasil :

15
Menghindari kerusakan mobilitas dan pencapaian perawatan diri
hingga tingkat yang paling tinggi.
Intervensi :
1) Dorong pasien untuk berparstisipasi secara aktif dalam perawatan
pasca operasi.
2) Dorong agar pasien bersosialisasi, terutama dengan orang- orang
yang telah secara berhasil mengatasi keadaan serupa.
3) Buat modifikasi progresif dalam program latihan pasien sesuai
tingkat kenyamanan dan toleransi.
4) Beri pujian pada pasien ketika tampak kreatif atau rapih.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya.
Kriteria Hasil :
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan melakukan
prosedur yang perlu dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan,
melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi pada program
pengobatan..
Intervensi :
1) Kaji proses penyakit, prosedur pembedahan, dan harapan yang
akan datang.
2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makan dan
pemasukan cairan yang adekuat.
3) Anjurkan pasien untuk melindungi tangan dan lengan bila
berkebun. Anjurkan menggunakan alat waspada medik.
4) Tunjukan penggunaan kompres intermiten sesuai kebutuhan.
5) Dorong pemeriksaan diri teratur pada payudara yang masih ada.

D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah,
masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang diantisipasi
berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan
(Bulechek and Closkey 1985). Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat berupa
tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi.
Dalam pelaksanaan tindakan langkah-langkah yang dilakukan adalah
mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan

16
kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan
yang dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan semua tindakan
yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan
didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian
catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan
dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek
legal dari dokumentasi yang dilakukan.
Untuk diagnosa keperawatan ansietas tindakan yang dilakukan yaitu
meyakinkan informasi kepada pasien tentang diagnosis, menjelaskan tujuan
dan persiapan untuk tes diagnostik. Untuk diagnosa keperawatan nyeri
tindakan yang dilakukan yaitu mengkaji keluhan nyeri, membantu pasien
menemukan posisi yang nyaman, memberikan obat analgetik sesuai indikasi
program dokter. Untuk diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit
tindakan yang dilakukan yaitu mengkaji balutan luka, menempatkan pada
posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang tidak sakit dengan lengan
tinggi dan di sokong dengan bantal. Untuk diagnosa keperawatan gangguan
citra tubuh tindakan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi masalah peran
sebagai wanita, istri, ibu, wanita karier, mendorong pasien untuk
mengekspresikan perasaannya misal, marah, bermusuhan dan berduka. Untuk
diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik tindakan yang dilakukan yaitu
membantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan, meningkatkan
latihan sesuai indikasi, misal ekstensi aktif lengan dan rotasi bahu saat
berbaring di tempat tidur. Untuk diagnosa keperawatan kurang perawatan diri
tindakan yang dilakukan yaitu mendorong pasien untuk berpartisipasi secara
aktif dalam perawatan pasca operasi, memberikan pujian pada pasien ketika
tampak kreatif dan rapih. Untuk diagnosa keperawatan kurang pengetahuan
tindakan yang dilakukan yaitu mengkaji proses penyakit, prosedur
pembedahan dan harapan yang akan datang, mendiskusikan perlunya
keseimbangan kesehatan, nutrisi, makan dan pemasukan cairan yang adekuat.

E. Evaluasi

17
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai
berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan
aspek penting didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan
apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau
dimodifikasi kembali. Dalam evaluasi prinsip obyektifitas, reliabilitas dan
validitas dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat.
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi proses ( formatif )
dan evaluasi hasil ( sumatif ). Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan
segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan
keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur sejauhmana pencapaian tujuan yang ditetapkan, dan dilakukan pada
akhir asuhan. Seorang perawat harus mampu menafsirkan hasil evaluasi dari
masalah keperawatan klien yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai
Bila klien menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan
sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian
Bila klien menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya
sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai
Bila klien menunjukkan tidak ada perubahan perilaku dan perkembangan
kesehatan atau bahkan timbul masalah baru.
Untuk evaluasi diagnosa keperawatan ansietas hasil yang diharapkan
yaitu menunjukkan rentang perasaan yang tepat. Untuk evaluasi diagnosa
keperawatan nyeri hasil yang diharapkan yaitu mengekspresikan penurunan
nyeri. Untuk evaluasi diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit hasil
yang diharapakan yaitu menunjukkan perilaku/tehnik untuk meningkatkan
penyembuhan/mencegah komplikasi. Untuk evaluasi diagnosa keperawatan
gangguan citra tubuh hasil yang diharapkan yaitu menunjukkan gerakan ke
arah penerimaan diri dalam situasi pengenalan dan ketidaktepatan perubahan
dalam konsep diri tanpa menegatifkan harga diri. Untuk diagnosa keperawatan
kerusakan mobilitas fisik hasil yang diharapkan yaitu menunjukkan keinginan
untuk berpartisipasi dalam terapi, menunjukkan tehnik yang memampukan

18
melakukan aktivitas. Untuk diagnosa keperawatan kurang perawatan diri hasil
yang diharapkan yaitu menunjukkan pencapaian perawatan diri hingga tingkat
yang paling tinggi. Untuk diagnosa keperawatan kurang pengetahuan hasil
yang diharapkan yaitu menunjukkan pemahaman proses penyakit dan
pengobatan melakukan prosedur yang perlu dengan benar dan menjelaskan
alasan tindakan.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kanker payudara adalah sel tumor yang berkembang atau tumbuh tidak
normal di daerah payudara maupun sekitarnya dan merupakan insiden
tertinggi penyebab kematian wanita.
2. Penyebab kanker payudara menjadi insiden atau prevalensi tertinggi
kematian wanita karena biasanya melakukan pemeriksaan setelah stadium
lanjut.
3. Pemeriksaan dini dengan SADARI di masyarakat kurang diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Saran-saran yang dapat kita kutip dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Perawat harus bisa menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien kanker
payudara dengan tepat dan juga harus dapat melakukan beberapa tindakan
dan asuhan pada pasien kanker payudara sesuai dengan advis dokter dan
diagnosa yang ditegakkan.
2. Kita harus selau waspada dengan melakukan pemeriksaan dini dengan
SADARI dan secara rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat
kelainan, bisa langsung diobati sebelum mengalami tahap yang paling
tinggi dan sebelum kanker payudara itu bermetastasis lebih jauh.
3. Sebagai seorang perawat harus dapat memberikan penyuluhan
pemeriksaan dini dengan SADARI pada masyarakat serta memberikan
penekanan pada pentingnya pemeriksaan dini payudara.

20
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8.
Jakarta : EGC

Doenges M.. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapiusi

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Ramli M. 1995. Kanker Payudara. Jakarta : Binarupa Aksara

Shirley IM. 2000. Epidemiologi Kanker Payudara dan Pengendaliannya. Jakarta :


Medika

21

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Ilmu Kalam PUTRIIIIII
    Tugas Ilmu Kalam PUTRIIIIII
    Dokumen32 halaman
    Tugas Ilmu Kalam PUTRIIIIII
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Daftar Penyakit
    Daftar Penyakit
    Dokumen33 halaman
    Daftar Penyakit
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen33 halaman
    Bab I
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Pathway
    Pathway
    Dokumen3 halaman
    Pathway
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Nama Obat Jiwa
    Nama Obat Jiwa
    Dokumen5 halaman
    Nama Obat Jiwa
    IndriChilitonga
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen33 halaman
    Bab I
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Pathway
    Pathway
    Dokumen3 halaman
    Pathway
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan CA Mamae 1
    Asuhan Keperawatan CA Mamae 1
    Dokumen21 halaman
    Asuhan Keperawatan CA Mamae 1
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • LP CA Mammae
    LP CA Mammae
    Dokumen20 halaman
    LP CA Mammae
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • LP Ca Mamae
    LP Ca Mamae
    Dokumen19 halaman
    LP Ca Mamae
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan CA MAMAE
    Asuhan Keperawatan CA MAMAE
    Dokumen22 halaman
    Asuhan Keperawatan CA MAMAE
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan CA Mamae
    Asuhan Keperawatan CA Mamae
    Dokumen227 halaman
    Asuhan Keperawatan CA Mamae
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Dengan CA Mamae
    Asuhan Keperawatan Dengan CA Mamae
    Dokumen42 halaman
    Asuhan Keperawatan Dengan CA Mamae
    edoprima
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Laporan TAL
    Laporan TAL
    Dokumen5 halaman
    Laporan TAL
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Rini
    Rini
    Dokumen31 halaman
    Rini
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ovulasi Dan Fertilisasi
    Makalah Ovulasi Dan Fertilisasi
    Dokumen9 halaman
    Makalah Ovulasi Dan Fertilisasi
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Laporan TAL
    Laporan TAL
    Dokumen5 halaman
    Laporan TAL
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Tal
    Laporan Praktikum Tal
    Dokumen5 halaman
    Laporan Praktikum Tal
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Laporan TAL
    Laporan TAL
    Dokumen5 halaman
    Laporan TAL
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Alat Kesehatan Dan Fungsinya
    Alat Kesehatan Dan Fungsinya
    Dokumen15 halaman
    Alat Kesehatan Dan Fungsinya
    Smkkes Harapan Bangsa Al-shahibiyyah
    Belum ada peringkat
  • Laporan TAL
    Laporan TAL
    Dokumen5 halaman
    Laporan TAL
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Tal V
    Tal V
    Dokumen1 halaman
    Tal V
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat
  • Nama Obat Jiwa
    Nama Obat Jiwa
    Dokumen5 halaman
    Nama Obat Jiwa
    IndriChilitonga
    Belum ada peringkat
  • LP CA Mammae
    LP CA Mammae
    Dokumen21 halaman
    LP CA Mammae
    Eka Sapta Desyana
    Belum ada peringkat