Anda di halaman 1dari 8

PAMALI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KECAMATAN

CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN


(Kajian Semiotik dan Etnopedagogi)
Hesti Widiastuti
Pos-el: hestiwidi2009@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat Kecamatan Cigugur
Kabupatén Kuningan tentang Pamali. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan pamali
yang masih ada di masayarakat Kecamatan Cigugur Kabupatén Kuningan, mengklasifikasi
pamali yang ditemukan, memberi interpretasi melalui teori semiotik, dan mengungkap nilai
moral yang ada dalam pamali memalui teori etnopedagogi. Metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode Kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data dalam
penelitian ini adalah pamali yang hidup di masyarakat Kecamatan Cigugur Kabupatén
Kuningan yang terdiri dari sepuluh desa. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah
teknik wawancara dan teknik observasi langsung. Berdasarkan hasil penelitian, didapat 188
pamali yang terkumpul dari sepuh desa. Berdasarkan klasifikasinya pamali terbagi menjadi
enam klasifikasi diantaranya (1) ada 30 pamali untuk wanita hamil, (2) 14 pamali untuk anak-
anak, (3) 79 pamali untuk kebiasaan sehari-hari, (4) 24 pamali untuk waktu, (5) 13 pamali
untuk lelaki dan perempuan, terakhir (6) 28 pamali husus. Berdasarkan unsur semiotik pamali
terbagi jadi tiga unsur yaitu 31 pamali termasuk unsur Ikon, 60 pamali termasuk unsur Indeks,
dan 97 pamali termasuk unsur Simbol. Sedangkan hasil analisis pamali berdasarkan unsur
etnopedagogi terbagi dalam beberapa unsur yaitu 13 pamali termasuk ke dalam unsur
etnopedagogi silih asih, ada 16 pamali yang termasuk ke dalam unsur etnopedagogi silih
asuh, ada 10 pamali yang termasuk unsur etnopedagogi pengkuh agama, ada 13 pamali
termasuk unsur etnopedagogi luhung élmuna, ada 44 pamali yang termasuk ke dalam unsur
etnopedagogi jembar budayana, ada sembilan pamali yang termasuk unsur etnopedagogi
rancagé gawéna, ada 43 pamali yang termasuk ke dalam unsur cageur, ada 32 pamali yang
termasuk unsur etnopedagogi bener, ada lima pamali yang termasuk ke dalam unsur
etnopedagogi singer, ada enam unsur etnopedagogi moral manusia kepada Tuhan, ada 45
pamali termasuk dalam unsur etnopedagogi moral manusa kepada pribadi, ada 24 pamali yang
termasuk ke dalam unsur etnopedagogi moral manusia ke manusia lain, ada Sembilan pamali
yang termasuk pada unsur etnopedagogi moral manusia kepada alam, dan terakhir ada 18
pamali yang termasuk pada unsur etnopedagogi moral manusia kepada tujuan hidupnya.
Kata Kunci: Pamali di Kecamatan Cigugur, Semiotik, Etnopedagogi.

PAMALI IN THE LIFE OF THE PEOPLE OF CIGUGUR-KUNINGAN


(The Study of Structure and Ethnopedagogy)

Abstract
This research is motivated by the lack of knowledge about pamali (lit. taboo) among the
People of Cigugur District, Kuningan Regency. This study aimed to collect the taboos that
still exist in the People of Cigugur, to classify the pamalis found, to give interpretation
through semiotic theory, and to reveal the moral values that exist through ethnopedagogy
theory. The method used in this research was qualitative descriptive method. The data source
in this study was the pamali exist the People of Cigugur District, Kuningan Regency –
71
72 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

consisting of ten villages. The techniques used in this research were interview and direct
observation. Based on the research results, there are 188 pamalis collected from the elderly
of the villages. They were classified into six classifications: (1) 30 pamalis for pregnant
women; (2) 14 pamalis for children; (3) 79 pamalis in daily habits; (4) 24 pamalis in time, (5)
13 pamalis for men and women, and (6) 28 specific pamalis. , Based on their semiotic
elements, pemalis were divided into three elements. They are 31 icons, 60 Index, and 97
symbols. Meanwhile, based on their ethnopedagogical elements, the pamalis were divided
into: 13 silih asih, 16 silih asuh, 10 pengkuh agama, 13 pengkuh élmuna, 44 jembar
budayana, 9 rancage gawéna, 43 cageur, 32 bener, 5 singer, 6 human moral toward God, 45
human moral toward personal, 24 human moral toward fellow-human, 9 human moral
toward nature, and 18 human moral toward purpose of life.
Keywords: Pamali in Cigugur District, Semiotik, Etnopedagogi

PENDAHULUAN lisan dan folklor non-lisan. Folklor yang


Budaya merupakan hasil dari bersifat lisan sangat erat dengan
pemikiran manusia. Budaya timbul dari kebudayaan yang hidup di dalam suku
cipta rasa dan karsa manusia yang dijadikan Sunda, hal ini dikarenakan tradisi lisan yang
kebiasaan dalam kehidupannya. Manusia hidup lebih dulu dari tradisi tulis di dalam
sebagai makhluk sosial tentunya tidak akan perkembangan budaya tanah Sunda. budaya
pernah bisa hidup sendiri, dalam kehidupan masyarakatnya terhadap tradisi lisan
sosialnya budaya hidup mempengaruhi cara terbukti dengan adanya karya-karya
manusia bersosialisasi. Hal ini diungkapkan peninggalan sejarah yang cenderum lisan
oleh seorang ahli William A. Haviland seperti pupuh, carita pantun, pamali,
dalam Sundjaya (2008, hal. 4) yang dongeng, wawacan, dan lain sebagainya.
menyebutkan masyarakat adalah Dalam penelitian ini penulis meneliti
sekelompok manusia yang mendiami suatu salahsatu produk budaya yaitu pamali.
daerah dan mempunyai kebudayaan yang Pamali merupakan salasatu produk folklor
sama. Artinya sebuah masyarakat baru bisa setengah lisan dalam bentuk kepercayaan
disebut sebuat masyakarat jika mempunyai masayarakat. Pamali adalah sering dianggap
kebudayaan dan pola hidup yang sama. tabu oleh sebagian masyarakatnya, sering
Kebudayaan merupakan sebuah sistem pula masyarakat menganggap pamali
yang diciptakan oleh masyarakat untuk sebagai mitos atau sebatas warisan leluhur.
kelangsungan masyarakat itu pula. Menurut Menurut Danadibrata (2009, hal. 489)
Koentjaraningrat (2009, hal. 144) ada tujuh dalam kamusnya menyebutkan pamali
unsur budaya yang hidup di dalam sistem adalah sebagai suatu larangan yang jika
masyarakat yaitu (1) Sistem kepercayaan, dilarang akan mendatangkan celaka. Dalam
(2) Ilmu pengetahuan, (3) Sistem sosialo beberapa pembahasan pamali juga berperan
dan organisasi kemasyarakatan, (4) bahasa, sebagai aturan-aturan masyarakatnya
(5) kesenian, (6) sistem pekerjaan, dan (7) hususnya masyarakat Sunda yang mengatur
sistem teknologi. segala pola hidup masyarakatnya diluar
Dari kebudayaan-kebudayaan yang kepercayaan masyarakat terhadap agama.
hidup dalam masyarakat dalam jangka Pamali belum bisa ditentukan berasal dari
waktu yang lama, masyarakat membentuk mana bahkan sejak kapan, yang jelas pamali
pola-pola dari unsur-unsur kebudayaan di banyak dimiliki oleh suku bangsa di
atas. Salasatu produk budayanya yaitu Indonesia. Husus untuk masyarakat Sunda,
Folklor. Folklor adalah bagian dari budaya pamali menjadi sebuah aturan yang sangat
yang bersifat lisan. Folklor terbagi menjadi tabu sehingga masyarakatnya memegang
tiga yaitu folklor lisan, folklor setengah
Hesti Widiastuti: Pamali dalam Kehidupan Masyarakat | 73

teguh aturan yang ada dalam pamali benar. Semiotik Peirce bersifat analitik, dan
tersebut. mengartikan semiotik sebagai logika. Peirce
Dalam penelitian ini penulis juga membagi tiga bagian dalam semiotik
menjadikan Kecamatan Cigugur Kabupaten yang sering disebut trikonomi tanda.
Kuningan sebagai sumber data, data yang Trikonomi tanda pertama membahas
dihasilkan adalah pamali yang hidup di hubungan objek dengan tanda, trikotomi
masyakata Kecamatan Cigugur Kabupaten kedua membahas hubungan representamen
Kuningan. Penulis memilih Kecamatan dan tanda dan yang ketiga trikotomi ketiga
Cigugur sebagai objek penelitian membahas hubungan interprener dan tanda.
dikarenakan pola hidup masyarakatnya Pada penelitian ini penulis mengupas
yang masih memegang teguh pamali trikonomi tanda yang pertama yaitu
sehingga pamali masih dipakai dalam hubungan objek dengan tanda. Dalam
kehidupanya sehari-hari. Apalagi di jaman hungan objek dengan tanda ini dibagi lagi
yang sudah modern ini, sudah tentu banyak menjadi tiga bagian yaitu ikon, indeks dan
perubahan-perunbahan yang terjadi pada simbol.
pola hidup masyarakatnya. Rasa penasaran Sedangkan teori yang kedua adalah
penulis terhadap pamali yang hidup di teori etnopedagogi. Etnopedagogi adalah
masayarakat Kecamatan Cgugur di jaman ilmu yang berbasis pada kearifan lokal.
modern ini yang membuat penulis Menurut Alwasilah (2009, hal. 50)
mengadakan penelitian ini. Penelitian ini etnopedagogi adalah praktek pendidikan
bertujuan untuk mengumplkan pamali yang yang berdasar dari kearifan lokal. Artinya
masih dipakai oleh masyarakat Kecamatan bahan pengajaran didasarkan pada kearifan
Cigugur, memberi klasifikasi pada pamali lokal setempat. Tujuan etnopedagogi adalah
yang ada, menginterpretasi pamali yang untuk mewariskan nilai-nilai budaya yang
hidup di masyarakat, dan menganalisis nilai hidup serta bisa memaknai warisan leluhur
pendidikan dari pamali tersebut. bukan hanya sekedar sebagai peninggalan
Pamali sering dianggap hanya mitos sejarah tapi juga sebagai nilai pendidikan.
dan tabu leluhur semata, tapi penulis Dalam etnopedagogi dibutuhkan cabang
mengaggap pamali mempunyai tujuan dan ilmu lainnya untuk menggali lebih dalah
fungsi yang penting di masayarakat. Selain suatu objek.
itu penulis ingin menggali makna Dalam penelitian ini nilai
sebenarnya dari pamali tersebut. Untuik itu etnopedagogi yang diambil ada empat nilai
penelitian ini dianggap penting untuk karakter yang disampaikan Suryalaga
dilaksanakan. (2010, kc. 17) yaitu (1) Prilaku Nyunda Tri-
Dalam penelitian ini teori yang dipakai silas; (2) Catur Jatidiri Insan; (3) Panca
untuk menganalisis pamali diantaranya teori Rawayan (Gapura Panca Waluya); dan (4)
semiotik dan etnopedagogi. Semiotik adalah Moral Kemanusiaan. Prilaku nyunda tri-
ilmu tanda, dimana smua kehidpan silas terdiri dari sipat silih asih, silih asuh
mempunyai tanda yang mempunyai makna. dan silih asah. Artinya saling menyayangi,
Perkembangan semiotik dalam sejarahnya saling menjaga dan saling berbagi ilmu.
didominasi oleh dua ahli yaitu Ferdinan de Dalam karakter ini nilai yang ingin
Sausure jeung Charles Sanders Peirce. disampaikan bahwa manusia sebagai
Sausure sebagai ahli linguistik memandang makhluk sosial tidak mungkin bisa hidup
semiotik sebagai ilmu tanda yang dikupas sendiri untuk itu harus saling menghargai
melalui bahasa. Sedangkan Peirce sebahai satu sama lainnya agar tercipta hidup yang
ahli filsafat lebih luas memandang semiotik damai.
sebagai ilmu tanda. Peirce menghubungkan Nilai pendidikan yang kedua adalah
tanda yang ada dengan cabang ilmu lainnya catur jatidiri insan. Dalam nilai yang kedua
untuk mendapatkan makna yang paling ini dibagi menjadi empat karakter yaitu
74 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

pengkuh agamana, luhung élmuna, jembar satu tahun. Setelah mendapatkan keterangan
budayana, dan rancagé gawéna. Pengkuh yang ada, narasumber dalam penelitian ini
agama maksudnya adalah memegang kuat beragama mulai dari petani, sesepuh desa,
aturan agama yang dianutnya, luhung paraji, dan pensiunan.
elmuna artinya pengetahuannya luas, Penelitian ini menggunakan metode
jembar budayana mengandung arti kualitatif dengan analisis deskriptif. Metode
menghargai akan budaya yang hidup kualitatif ini digunakan untuk menganalisis
disekelilingnya dan juga tidak gagap objek yang yang tidak bisa diukur
budaya, yang terakhir rancagé gawéna menggunakan angka. Pamali merupakan
maksudnya gigih dalam bekerja. objek yang non eksak, artinya hanya bisa
Selanjutnya Panca Rawayan (Gapura didekskripsikan menggunakan kata-kata.
Panca Waluya) ini terdiri dari lima sipat Metode kualitatif digunakan dalam
yang identik dengan orang Sunda yaitu penelitian ini dilatarbelakangi oleh sipat
cageur, bageur, bener, pinter, dan singer. metode kualitatif. Ada lima metode
Cageur artinya sehat jasmani dan rohani, kualitatif yaitu (1) bersifat induktif,
bageur artinya mempunyai sipat yang baik maksudnya mempunyai dasar logika yang
hati dan saling menghormati, bener artinya jelas, (2) memahami pola hidup manusia
menjalani hidup sesuai ketentuan yang berdasarkan sudut pandang penulis,
sudah ada seperti jujur, adil dan lain-lain, sehingga penulis mampu mendeskripsikan
pinter artinya pintar dalam menyikapi hasil penelitian secara jelas, (3) lebih
semua permasalahan hidup, dan singer mementingkan proses penelitian dari pada
artinya kreatif dan penuh inovasi. hasil penelitian, (4) sipatnya humanistis,
Dan yang terakhir adalah moral dan (5) segala aspek kehidupan yang ada di
kemanusiaan. Ada enam moral masyarakat dianggap penting. Berdasarkan
kemanusiaan yang meliputi moral manusia sipat metode kualitatif tersebut penulis
terhadap Tuhan, moral manusia terhadap mampu mencapai tujuan penelitian yang
pribadi, moral manusia terhadap sesama, ingin menginterpretasi dan mengungkap
moral manusia terhadap waktu, dan moral makna pamali yang ada.
manusia terhadap tujuan hidupnya. Semua Penelitian yang menggunakan analisis
moral kemanusiaan yang ada mencangkup deskriptif tidak bisa lepas dari metode
semua aspek yang ada dalam kehisupan kualitatif yang dianggap efektif untuk
manusia. menemukan fakta atas data penelitian. Hal
ini disampaikan oleh Suyanto dan Sutinah
METODE (2006, hal. 80) dalam empat langkat
Sumber data dalam penelitian ini penelitian kualitatif. Empat langkah yang
menitikberatkan kepada masyarakat yang dimaksud adalah (1) mengumpulkan data,
hidup di daerah Kecamatan Cigugur (2) menganalisis data, (3) menapsirkan data,
Kabupaten Kuningan. ada sepuluh desa dan (4) membuat kesimpulan.
yang ada di Kecamatan Cigugur Berdasarkan langkah-langkah diatas,
diantaranya desa Puncak, desa pada point menafsirkan data dalam
Babakanmulya, desa Cileuleuy, desa penelitian ini menggunakan analisis
Cigugur, desa Sukamulya, desa Cigadung, semiotik dan etnopedagogi. Unsur semiotik
desa Cisantana, desa Gunungkeling, desa yang digali adalah ikon, indeks dan simbol,
Cipari, dan desa Winduherang. sedangkan unsur etnopedagogi nya terdiri
Kriteria narasumber dalam penelitian dari perilaku Nyunda Tri – Silas, Catur
ini adalah lalaki atau perempuan dengan Jatidiri Insan, Pancarawayan (Gapura Panca
minimal usia 50 tahun, serta memiliki Waluya), jeung Moral kemanusiaan.
pengetahuan tentang pamali, dan tidak Dalam pengambilan data,
pernah menempati daerah lain lebih dari dalampenelitian ini menggunakan teknik
Hesti Widiastuti: Pamali dalam Kehidupan Masyarakat | 75

wawancara dan observasi langsung dengan waktu yang sedang berjalan, yang sudah
narasumber. Instrumen yang digunakan berjalan dan yang akan berjalan.
berupa handycam, kamera, pedoman Selanjutnya pamali untuk laki-laki dan
wawancara dan kartu data. perempuan yaitu pamali yang ditujukan
kepada pemuda yang belum menikah
HASIL DAN PEMBAHASAN ataupun sudah menikah dan perempuan
Dari hasil penelitian langsung kepada yang belum menikah atau perawan. Dan
masyarakat Kecamatan Cigugur Kabupaten terakhir pamali husus ditujan bagi pamali
Kuningan yang terdiri dari sepuluh desa yang hidup hanya di desa tertentu dan
diantaranya desa Puncak, desa aturan pamalipun hanya berpengaruh di
Babakanmulya, desa Cileuleuy, desa daerah tertentu saja.
Cigugur, desa Sukamulya, desa Cigadung, Berdasarkan penjelasan diatas ada 30
desa Cisantana, desa Gunungkeling, desa pamali yang ditujukan bagi ibu hamil, 14
Cipari, dan desa Winduherang. pamali untuk anak-anak, 77 pamali untuk
Di desa Puncak ada nya eta 97 pamali, kegiatan sehari-hari, 24 pamali yang
di desa Babakanmulya ada 78 pamali, di ditujukan kepada pengaturan waktu, 15
desa Cileuleuy ada 94 pamali, di desa pamali yang ditujukan bagi lalaki dan
Sukamulya ada 109 pamali, di desa perempuan, dan 28 pamali yang ditujukan
Cigadung ada 98 pamali, di desa Cigugur husus untuk desa tertentu.
ada 84 pamali, di desa Cisantana ada 99 Setelah dianalis menggunakan analisis
pamali, di desa Gunungkeling ada 88 semiotik didapat hasil dari 188 pamali yang
pamali, di desa Cipari ada 115 pamali, dan ada 31 pamali termasuk kedalam ikon, 60
di desa Winduherang ada 97 pamali. pamali termasuk indeks dan 97 pamali
Setelah dianalisisdidapat 188 pamali yang termasuk kedalam simbol. Sedangkan hasil
berbeda yang terdapat di sepuh desa analisis etnopedagogi didapat 13 pamali
tersebut. Dari 188 pamali yang ada, dibagi yang mempunya nilai silis asih, 16 pamali
menjadi enam klasifikasi pamali sesuai mengandung nilai silih asuh, terus ada 10
jenis pamalinya. Diantaranya ada 160 pamali yang termasuk pada nilai pengkuh
pamali yang berasal dari sepuh desa dan 28 agama, 13 pamali mengandung unsur
pamali yang terdiri dari Sembilan desa. luhung elmu, 44 nilai jembar budaya dan
Enam klasifikasi pamali tersebut terdiri dari ada sembilan pamali yang mengandung
pamali untuk ibu hamil, pamali untuk anak- nilai rancagé gawéna. Selanjutnya ada 32
anak, pamali untuk kegiatan sehari-hari, pamali yang mempunyai nilai bener, lima
pamali untuk waktu, pamali untuk lelaki pamali mengandung nilai singer, ada enam
dan perempuan, dan pamali husus. pamali yang mengandung nilai moral
Pamali yang ditujukan bagi ibu hamil manusia kepada Tuhan, 45 pamali yang
adalah pamali yang brkaitan dengan mengandung nilai moral manusia kepada
larangan bagi wanita yang sedang hamil, pribadi, serta ada 24 pamali yang
baik itu hamil muda ataupun sudah mengandung nilai moral manusia kepada
mengijak bulan ke Sembilan. Sedangkan sesama, ada sembilan pamali yang
pamali bagi anak-anak ditujukan kepada mempunyai nilai moral manusia kepada
anak-anak yang disaran usia 0-10 tahun. alam, dan terakhir ada 18 pamali yang
Pamali selanjutnya pamali untuk kegiatan mengandung nilai moral manusia kepada
sehari-hari maksudnya untuk kegiatan yang tujuan hidupnya.
biasa dikerjakan sehari-hari yang menjadi Pamali sebagai salahsatu unsur
rutinitas seperti makan, minum, berjalan, kebudayaan mempunya semua unsur yang
melakukan pekerjaan rumah dan lainnya. dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2009,
Pamali yang ditujukan kepada waktu hal. 165) yaitu (1) sistem religi, (2) sistem
maksudnya pamali yang ditujukan pada ilmu pengetahuan,(3) sistem sosial dan
76 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

organisasi kemasyarakatan, (4) sistem etnopedagogi sendiri. Jika dilihat dari unsur
bahasa, (5) kesenian, (6) sistem pekerjaan, semiotiknya, kedua pamali tersebut
dan (7) sistem teknologi. termasuk ke dalam simbol. Hal ini
Selain dari ketujuh unsur kebudayaan dikarnakan kata “magrib” jadi simbol
tersebut, pamali juga mempunyai nilai-nilai menjelang malam, dan malam diidentikan
etnopedagogi yang tersembunyi dalam dengan keluarnya para setan. Selanjutnya
makna-makna pamali yang ada. Dalam kata “anjing” menjadi simbol hewan yang
setiap sistem kebudayaan yang hidup diharamkan dalam kepercayaan masyarakat
tentunya berkaitan pula dengan nilai-nilai muslim.
moral ataupun pendidikan di dalamnya, Pada unsur kebudayaan kedua yaitu
untuk itu unsur kebudayaan dan sistem ilmu pengetahuan. Dalam pamali
etnopedagogi saling berkaitan dan juga terdapat unsur yang berkaitan dengan
berhubungan. Dalam penelitian ini ilmu pengetahuan, sama halnya dengan
keterkaitan antara unsur kebudayyaan dan etnopedagogi. Dalam etnopedagogi ada
unsur etnopedagogi digambarkan dalam unsur pinter yang berarti pintar dalam
bentuk pamali yang mempunyai nilai menyelesaikan masalah, dan ada luhung
etnopedagogi seperti yang disampaikan di élmuna yang artinya mempunyai wawasan
dalam hasil penelitian diatas. Selain unsur yang luas. Ada 13 pamali yang mempunyai
etnopedagogi terdapat pula unsur semiotik nilai luhung elmuna, sebagai contoh ada
yang tersembunyi dalam pamali, misalnya pamali ulah dahar bari nangtung artinya
ada pamali yang merupakan ikon, indeks jangan makan sambil berdiri, kemudian ada
maupun simbol yang dapat menggali makna pamali ulah diuk dina bantal artinya jangan
dari pamali tersebut. duduk di atas bantal, dan ulah make baju
Dari 188 pamali yang ada di bari leumpang artinya jangan memakai baju
masyarakat Kecamatan Cigugur Kabupaten sambil berjalan. Ketiga pamali tersebut
Kuningan ada beberapa pamali yang memberi larangan terhadap apa yang tak
mengandung unsur kebudayaan sistem sepantasnya dikerjakan. Artinya masyarakat
religi seperti ulah liar ti magrib bisi dirawu sudah mempunyai pengetahuan yang cukup
kalong. Arti pamali tersebut adalah jangan luas dalam menjalankan etika dalam
berkeliaran di waktu magrib, takut diambil kehidupannya, secara kesehatan makan
setan, dalam pamali ini didapat beberapa sambil berdiri itu tidak bagus karena akan
unsur etnopedagogi seperti pengkuh mengganggu sistem pencernaan, duduk
agamnana dan moral manusia kepada diatas bantal dilarang karena bantal
Tuhannya. Ada delapan pamali yang digunakan untuk kepala artinya tidak sopan,
melibatkan kata “Magrib” ini menunjukan dan memakai baju sambil berjalan tidak
adanya ketaatan masyarakat dalam pantas karena bisa menyebabkan kita jatuh
menjalan perintah agamanya yaitu shalat atau lainnya. Kaitannya dengan unsur
Magrib. Selain itu yang berhubungan semiotik, ketiga pamali tersebut termasuk
dengan sistem religi ada pamali ulah miara kedalam indeks. Hal ini dikarenakan
anjing gigireun imah, bisi malaikat hésé kalimat makan sambil berjalan bisa menjadi
asup ka imah, artinya jangan memelihara indikasi adanya gangguan pencernaan pada
anjing di pinggir rumah takut malaikat tidak perut, dan memakai baju sambil berjalan
bisa masuk ke dalam rumah. Anjing dalam bisa jadi indikasi celaka karena tidak
hal ini adalah hewan yang diharamkan oleh melihat jalan dengan baik.
umat muslim, sehingga jiga memeliharanya Unsur kebudayaan yang ketiga yaitu
akan berdosa karena anjing mengandung sistem sosial dan organisasi
najis yang dapat merusak ibadah umat kemasyarakatan. Dalam unsur ini jika
muslim. Hal ini jelas berkaitan dengan dikaitkan dengan unsur etnopedagogi dan
nilai-nilai ketuhanan yang ada dalam semiotik, yang berkaitan dengan unsur
Hesti Widiastuti: Pamali dalam Kehidupan Masyarakat | 77

etnopedagoginya adalah nilai silih asih, biasanya wayang golek yang jadi
silih asuh jeung silih asah maksudnya pertunjukannya. Adanya larangan
saling menyayangi menghargai dan masyarakat Cigugur terhadap kesenian ini
mengajari. Ada beberapa pamali yang dilatar belakangi oleh cerita dan sejarah di
mempunyai makna yang berkaitan daerahnya. Jika dikaitkan dengan semiotik
diantaranya ulah nyeungseurikeun hitut bisi pamali ini mengandung unsur ikon karena
ompong artinya jangan mentertawakan pementasan wayang dikenal sangat mahal
orang yang kentut karena takut ompong. jadi jika ingin menyewa pertunjukannya
Makna jangan mentertawakan dalam harus mengeluarkan banyak uang.
konteks ini adalah harus saling menghargai Unsur yang keenam adalah sistem
dan menyayangi tidak boleh mengejek pekerjaan. Masyarakat Cigugur yang
orang lain dengan cara mentertawakan. cenderum mempunyai latar belakang petani
Dikaitkan dengan ompong adalah hukuman mempunyai banyak larangan bagi para
jika mentertawakan maka giginya bisa petani dalam mengeloloa sawahnya. Jika
hilang dan akan malu sendiri. Dari dihubungkan dengan etnopedagogi ada
penjelasan tersebut dapat terlihat nilai moral beberapa unsur yang berkaitan seperti
saling menghargai dan menyayangi sangat rancagé gawé yang berarti gigih dalam
jelas dalam pamali ini. Jika dikaitkan bekerja dan singer artinya kreatif dan
dengan semiotik pamali ini termasuk inovatif. Pamali yang mempunya unsur ini
kedalam simbol diantaranya ulah ka sawah tengah poé yang
Selanjutnya unsur yang keempat yaitu artinya jangan pergi ke sawah di siang hari,
sistem bahasa. Dalam penggunaan bahasa dan ulah ngarit tengah poé artinya jangan
tentu saja dalam pamali mempunya menyabit di siang hari. Kedua pamali ini
keterkaitan yang sangkat erat karena pamali menunjukan adanya larangan bagi para
adalah salahsatu sistem bahasa yaitu bahasa petani untuk melakukan pekerjaannya
sunda yang diungkapkan masyarakat secara diwaktu istirahat.
lisan. Pamali yang husus membahas bahasa Unsur sistem teknologi. Jika
misalnya ada pamali ulah nyebut embé kudu dihubungkan dengan unsur etnopedagogi
uncal kalong, bisi aya jurig. Artinya jiga ada beberapa nilai diantaranya moral
menyebut kambing harus uncal kalong. Ini manusia kepada alam, hal ini berkaitan
membuktikan adanya aturan bahasa yang dengan teknologi masyarakatnya dalam
digunakan masyarakat dalam pamali. secara menjaga alam. Ada beberapa pamali yang
semiotik unsur yang didapat dari pamali berkaitan diantaranya ulah ngala peuteuy
tersebut adalah simbol karena ini dina poé manis artinya jangan memetik
menyimbolkan larangan yang berkaitan petay di hari manis (dalam itungan
dengan sejarah dan dongeng yang masyarakat Sunda), terus ada pamali ulah
berkembang di daerah tersebut. nuar awi dina poé manis, wage, jeung
Unsur kebudayaan yang kelima adalah kaliwon artinya jangan menebang bambu di
kesenian. Seandainya dihubungkan dengan hari manis, wage, dan kliwon (itungan
unsur etnopedagogi ada unsur yang dalam masyarakat Sunda). Kaitannya
berkaitan dengan hal tersebut yaitu jembar dengan sistem teknologi dalam unsur
budayana. Kesenian termasuk dalam kebudayaan adalah masyarakatnya telah
kebudayaan yang hidup di masyarakat, ada mempunyai itungan kalendernya sendiri
beberapa pamali yang menunjukan hal untuk menentukan musim. Cara menjaga
tersebut sebagai contoh nanggap wayang, alam melalui pamali ini dijelaskan dalam
bisi malarat artinya jangan mementaskan larangannya jangan menebang bambu
kesenian wayang takut jatuh miskin. dalam seminggu tiga kali banyaknya. Ini hal
Kesenian wayang adalah kesenian yang jelas dipeuntukan untuk kelangsungan
berasal dari Jawa, husus di daerah sunda hidup alam di hutan, jika bambu ditebang
78 | LOKABASA Vol. 6, No. 1, April 2015

tiga kali dalam seminggu bisa jadi hutan yang mempunya nilai silis asih, 16 pamali
akan rudak dan akan terjadi bencana alam. mengandung nilai silih asuh, terus ada 10
Jika dikaitkan dengan unsur semiotik, pamali yang termasuk pada nilai pengkuh
pamali ini berkaitan dengan unsur simbol. agama, 13 pamali mengandung unsur
luhung elmu, 44 nilai jembar budaya dan
SIMPULAN ada sembilan pamali yang mengandung
Kesimpulannya dari sepuh desa yang nilai rancagé gawéna. Selanjutnya ada 32
ada di Kecamatan Cigugur Kabupaten pamali yang mempunyai nilai bener, lima
Kuningan terdapat 97 pamali di desa pamali mengandung nilai singer, ada enam
Puncak , di desa Babakanmulya ada 78 pamali yang mengandung nilai moral
pamali, di desa Cileuleuy ada 94 pamali, di manusia kepada Tuhan, 45 pamali yang
desa Sukamulya ada 109 pamali, di desa mengandung nilai moral manusia kepada
Cigadung ada 98 pamali, di desa Cigugur pribadi, serta ada 24 pamali yang
ada 84 pamali, di desa Cisantana ada 99 mengandung nilai moral manusia kepada
pamali, di desa Gunungkeling ada 88 sesama, ada sembilan pamali yang
pamali, di desa Cipari ada 115 pamali, dan mempunyai nilai moral manusia kepada
di desa Winduherang ada 97 pamali. Sabada alam, dan terakhir ada 18 pamali yang
ditalungtik aya pamali anu sarua dipake mengandung nilai moral manusia kepada
disababaraha desa, ku kituna aya 188 tujuan hidupnya.
pamali anu hirup di sapuh desa di
Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. PUSTAKA RUJUKAN
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada Alwasilah, A.C, Spk., (2009) Etnopedagogi
188 pamali berbeda yang hidup di :Landasan Praktek Pendidikan dan
masyarakat Kecamatan Cigugur Kabupaten Pendidikan Guru. Bandung: Kiblat
Kuningan. Buku Utama.
Dari 188 pamali yang ada, dibagi Danadibrata. (2009). Kamus Basa Sunda.
menjadi enam klasifikasi pamali sesuai Bandung: Kiblat
jenis pamalinya. Diantaranya ada 160
pamali yang berasal dari sepuh desa dan 28 Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu
pamali yang terdiri dari Sembilan desa. Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Enam klasifikasi pamali tersebut terdiri dari Sundjaya. (2008). Dinamika Kebudayaan.
pamali untuk ibu hamil, pamali untuk anak- Jakarta: Nobel Edumedia.
anak, pamali untuk kegiatan sehari-hari,
pamali untuk waktu, pamali untuk lelaki Suryalaya, Hidayat. (2010). Filsafat Sunda.
dan perempuan, dan pamali husus. Bandung: Yayasan Nurhidayat.
Berdasarkan penjelasan diatas ada 30 Suyanto dan Sutinah. (2006). Metode
pamali yang ditujukan bagi ibu hamil, 14 Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.
pamali untuk anak-anak, 77 pamali untuk
kegiatan sehari-hari, 24 pamali yang Universitas Pendidikan Indonesia. (2014).
ditujukan kepada pengaturan waktu, 15 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
pamali yang ditujukan bagi lalaki dan UCAPAN TERIMA KASIH
perempuan, dan 28 pamali yang ditujukan Terima kasih kepada pembimbing,
husus untuk desa tertentu. penguji, dan teman sejawat yang telah
Setelah dianalis menggunakan analisis membimbing dan memberi bantuan kepada
semiotik didapat hasil dari 188 pamali yang penulis. Juga kepada jurnal Lokabasa yang
ada 31 pamali termasuk kedalam ikon, 60 telah menerbitkan artikel ini, penulis
pamali termasuk indeks dan 97 pamali ucapkan terima kasih.
termasuk kedalam simbol. Sedangkan hasil
analisis etnopedagogi didapat 13 pamali

Anda mungkin juga menyukai