Power Point Sistran
Power Point Sistran
dW = FdS cos Ɵ
dimana :
dW = Turunan dari satuan kerja
F = Gaya
dS = Turunan dari perpindahan/jarak tempuh kendaraan
Ɵ = Sudut antara gaya dan perpindahan
WS = ʃ F ( S ) ds cos Ɵ ds
Dimana : F ( S ) = Gaya sebagai fungsi dari lokasi S pada jalur gerak.
Apabila besarnya gaya konstan dan arah perpindahan sama dengan arah
gaya maka :
W = FS
Dimana :
W = Kerja/usaha
S = Perpindahan
Tenaga adalah tingkatan dari suatu kerja atau :
dW
P = --------
dt
P = FV cos Ɵ
dS
dimana : V = -----
dt
Pada moda transportasi sering terjadi bahwa gaya kecepatan bersifat konstan
pada suatu jarak yang panjang yang mengakibatkan tenaga yang konstan sebesar
FV. Jika kecepatan dalam mil/jam dan gaya dalam pound, maka untuk 1 lb yang
bergerak pada kecepatan 1 mil/jam adalah sama dengan 1/375 Hp ( 1 Hp =
tenaga kuda yang didefinisikan sebagai 550 ft-lb/det0 dengan kata lain :
1
P = ------- FV
375
Dimana : P = Tenaga, Hp
F = Gaya, lb
V = Kecepatan, mil/jam
Pada suatu lokomotif yang bekerja pada tenaga maksimum, usaha penarik dari
gaya propulsinya adalah :
375 P
M = ----------- ƞ
V
Rel adalah baja berbentuk batangan yang disambung pada dua garis
sejajar diatas bantalan dalam membentuk track jalan rel. Rel tersebut
bekerja seperti girder menerus yang menyalurkan beban sumbu roda
kereta. Rel memberikan permukaan yang keras dan halus untuk
pergerakan kereta.
Fungsi Rel.
2. Angin
Angin depan (Head Wind) maka memperpendek
kebutuhan panjang landasan
Angin buntut (Tail Wind) akan memperpanjang
kebutuhan panjang landasan
c. Kemiringan maximum 1,5 % setiap 1 % tanjakan diperlukan
antara 7 – 10 % ekstra panjang landasan
d. Ketinggian makin tinggi, elevasi muka tanah makin panjang
landasan yang dibutuhkan. Tiap 1.000 ft (300 m)
membutuhkan 7 % lebih panjang landasan.
e. Rencana Induk Bandara (RIB) : suatu konsep pengembangan
ultimit dari suatu bandara.
1. Pengembangan berupa :
Areal bandara
Kegiatan penerbangan
2. Perencanaan Terminal
Secara koseptual, perencanaan terminal pesawat dipisahkan
atas dua bagian yang disebut sisi darat (Land Side) dan sisi
udara (Air Side)
3.2.6. Penanganan Penumpang
Penanganan penumpang dibagi menurut :
a. Akses dari luar terdiri dari :
1. Kendaraan datang – pergi (antar jemput)
2. Parkir
3. Sirkulasi
4. Bongkar / muat barang dan bawaan
5. Rel, stasiun, bus stop dll
a. Hinterland
Daerah belakang pelabuhan (hinterland) didefinisikan sebagai daerah
penyangga sustu pelabuhan yang dapat ikut menentukan
majumundurnya pelabuhan.
Kegiatan pelabuhan banyak tergantung kepada berbagai kegiatan
ekonomi didaerah pelabuhan. Konsep mengenai pelabuhan ini penting
dalam menentukan kerangka perencanaan. Wilayah pelabuhan berubah –
ubah menurut macam muatan yang ditangani dan jalannya pembangunan
suatu daerah. Jika ada beberapa pelabuhan yang bersaing, batas – batas
dari daerah pedalamannya tidak jelas dan mungkin sulit ditentukan.
Apabila suatu pelabuhan baru dikembangkan penyelidikan asal dan
tujuan muatan tidak dapat dijalankan.
Potensi daerah belakang pelabuhan (hinterland) antara lain adalah :
1. Penduduk dan pertumbuhannya
2. Keadaan industri dan kemungkinan perkembangannya
3. Keadaan sumber – sumber daya alam yang ada misalnya produksi
pertanian, kehutanan, batu bara, minyak dan semen
4. Keadaan sekarang dan kebutuhan akan komsumsi pada masa depan
suatu hinterland
b. Areal
Pengembangan dimasa mendatang pada suatu areal
pelabuhan baru sudah harus dipertimbangkan sedini
mungkin, agar tidak terjadi kesulitan dikemudian hari.
Selain itu, areal pelabuhan ini harus mudah dicapai
dengan sistem transportasi lain yang berhubungan
pelabuhan dengan hinterland.
c. Kondisi Alam
Kondisi alam berkaitan erat dengan persyaratan teknis
dari pelabuhan, antara lain :
1. Keadaan tanah, keadaan tanah menentukan bentuk
konstruksi dermaga pelabuhan
2. Perairan pelabuhan, kedalaman perairan, alur
pelayaran, kolam pelabuhan harus dipertimbangkan
untuk keselamatan pelayaran
3. Keadaan hidrografi, meliputi gelombang, pasang
surut, sedimentasi
d. Navigasi
Masalah pelayaran merupakan faktor penting
yang harus dipertimbangkan untuk keselamatan
pelayaran, yaitu antara lain :
1. Alur pelayaran
2. Kolam pelabuhan
3. Ruang gerak untuk manuver kapal
4. Transportasi
Transportasi, baik yang ada sekarang maupun
untuk yang akan datang, perlu dipertimbangkan
sehingga dapat menjamin kelancaran arus barang
yang akan lewat pelabuhan. Pemilihan lokasi yang
baik adalah apabila mudah dicapai dengan sistem
transportasi lain yaitu, jalan raya atau kereta api
yang akan menghubungkan pelabuhan dengan
hinterland
3.4. Moda Pipa
Moda transportasi pipa ini digunakan untuk
memberikan pelayanan dan sumber alam produksi
sampai ke tempat pemakai (konsumen) misalnya
moda transportasi air PAM, minyak dan lain – lain.
Transportasi ini bisa tetap ekonomis untuk
pengangkutan jarak pendek maupun jarak jauh
( > 100 km ).
Pada beberapa kondisi, misalnya menyeberangi
samudera, maka diperlukan kombinasi dengan
moda transportasi lain, misalnya kapal tanker
sebagai alat pengangkutan sementara / pindahan.
Perencanaan biasanya ditekakan untuk
menghindari daerah yang sulit misalnya tanah yang
mengandung zat kimia atau permukaan air tanah
tinggi yang bisa menimbulkan korosi pada pipa.
Perencanaan meliputi dimensi dimensi pipa,
alinyemen horizontal dan vertikal, kekuatan
pompa, dan jarak antara stasiun pompa yang
kesemuanya tergantung dan jenis
muatan/angkutan dan debit serta kecepatan yang
diinginkan. Untuk angkutan cairan menggunakan
prinsip – prinsip mekanika fluida. Moda
transportasi ini paling sesuai digunakan untuk
pengangkutan barang cair dan gas misalnya : Air,
minyak, atau gas bahan bakar.
BAB IV
4.1. Umum
Perencanaan transportasi adalah suatu kegiatan
perencanaan sistem transportasi yang sistematis
yang bertujuan menyediakan layanan transportasi
baik sarana maupun prasarananya disesuaikan
dengan kebutuhan transportasi bagi masyarakat
disuatu wilayah serta tujuan – tujuan
kemasyarakatn yang lain. Perencanaan transportasi
akan mempelajari faktor – faktor yang
mempengaruhi kebutuhan orang akan pergerakan
orang ataupun barang. Faktor – faktor tersebut
dapat berupa tata guna lahan, ekonomi, sosial
budaya, teknologi transportasi dan faktor – faktor
lain yang mungkin terkait. Perkembangan terakhir
mengarah pada perencanaan sistem transportasi
yang berkelanjutan yang memadukan antara
efisiensi transportasi, pertumbuhan ekonomi dan
kelestarian sumber daya.
Secara garis besar, transportasi dapat dilihat sebagai
suatu sistem dengan 3 komponen utama yang saling
mempengaruhi. Ketiga komponen tersebut adalah :
1. Sub sistem tata guna lahan
Sub sistem ini mengamati penggunaan lahan tempat
aktivitas – aktivitas masyarakat dilakukan, seperti tipe,
struktur dan ukuran intensitas aktivitas sosial dan
ekonomi (berupa : populasi, tenaga kerja, output
industri).
2. Sub sistem transportasi
Sub sistem ini merupakan penyediaan penghubung
fisik antara tata guna lahan dan manusia sebagai
pelaku aktivitas dalam masyarakat. Penyediaan ini
meliputi berbagai moda transportasi seperti : jalan
raya, rel kereta, rute bus dll, dan meyatakan
karakteristik operasional moda tersebut seperti : waktu
tempuh, biaya, frekuensi pelayanan dan lain – lain.
3. Lalulintas
Lalulintas merupakan akibat langsung dari
interaksi antara dua tata guna lahan dan
transportasi supllay yang berupa pergerakan
barang dan jasa
Secara umum, hubungan antara tata guna tanah
dan transportasi dapat dilihat pada gambar 4.1.
Pembangunan suatu areal lahan akan
menyebabkan timbulnya lalulintas yang akan
mempengaruhi prasarana transportasi. Sebaliknya
adanya prasarana transportasi yang baik akan
mempengaruhi pola pemanfaatan lahan interaksi
ketiga subsistem tersebut, dipengaruhi oleh
peraturan dan kebijakan.
Tata Guna Transpor
Lahan Supply
Lalu
Lintas
Gambar 4.1. Interaksi Tata Guna Lahan -
Transportasi
Dalam jangka panjang, pembangunan prasarana
transportasi ataupun penyediaan sarana transportasi
dengan teknologi modern akan mempengaruhi bentuk
dan pola tata guna lahan sebagai akibat tingkat
aksesibilitas yang meningkat.
Perencanaan transportasi dibutuhkan sebagai
konsekuensi dari pertumbuhan kondisi lalulintas dan
perluasan wilayah. Pertumbuhan wilayah kota perlu
direncanakan jika diketahui atau diharapkan bahwa
penduduk di suatu tempat akan bertambah dan
berkembang dengan pesat. Juga jika tingkat
pertumbuhan penduduk meningkat, karena hal ini
mengakibatkan meningksatnya jumlah kendaraan dan
perumahan. Kemudian, kondisi lalulintas perlu ditinjau
kembali apabila kepadatan dan kemacetan dijalan
meningkat, serta sistem pergerakan dalam suatu
wilatyah sudah tidak ekonomis lagi, pada waktunya,
perluasan kota perlu dikendalikan, bila diperkirakan
sistem transportasi sudah tidak mampu lagi
mendukung perluasan kota besar.
4.2. Sistem Tata Guna Lahan – Transportasi
Sistem perkotaan terdiri dari berbagai aktivitas (bekerja, belanja,
bertamu dan lain – lain), aktivitas – aktivitas ini mengambil tempat
pada sepotong tanah (kantor, pabrik, pertokoan, rumah dan lain –
lain), potongan tanah ini biasa disebut dengan tata guna tanah.
Dalam pemenuhan kebutuhan, manusia melakukan perjalanan
antara tata guna tanah tersebut, dengan menggunakan jaringan
transportasi (jalan, bus dan lain – lain). Hal ini menyebabkan arus
manusia, kendaraan dan barang.
Pergerakan manusia, kendaraan dan barang akan mengakibatkan
berbagai macam interaksi.Akan terdapat interaksi antara pekerja
dan tempat mereka bekerja, antara ibu rumah tangga dengan
pasar, antara pelajar dengan sekolah dan antara pabrik dengan
lokasi bahan mentah dan pasar. Beberapa interaksi dapat
dilakukan dengan telepon atau surat (sangat menarik untuk
diketahui bagaimana sistem telekomunikasi yang lebih murah dan
lebih canggih dapat mempengaruhi kebutuhan lalulintas dimasa
mendatang). Akan tetapi hampir semua interaksi memerlukan
perjalanan, dan oleh sebab itu akan menghasilkan arus lalulintas.
Tujuan umum atau sasaran dari perencanaan
transportasi adalah membuat interaksi menjadi
semudah dan seefisien mungkin. Salah satu cara
perencana transportasi untuk mendapatkan tujuan
umum adalah membuat kebijaksanaan atas :
1. Tata guna lahan – perencanaan tata guna tanah yang
baik (lokasi toko, sekolah, perumahan, pekerjaan dan
lain – lain yang cocok) dapat mengurangi keperluan
akan perjalanan yang panjang sehingga membuat
interaksi lebih gampang. Solusi tentang tata guna tanah
biasanya memerlukan waktu yang lama dan tergantung
dari badan otorita yang mempunyai kuasa untuk
mengimplementasiu perencanaan tata guna. Hal ini
sering membuat kasus dilapangan.
2. Transport Supply – ini dapat berupa teknik dan
manajemen lalulintas (jangka pendek), fasilitas
angkutan umum yang lebih baik (jangka pendek dan
menengah) atau pembangunan jalan (jangka panjang).
Distribusi geografis antara tata guna tanah
serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas
transportasi (transport supply) digabung
bersama untuk mendapatkan volume dan
pola lalulintas didaerah perkotaan.
Volume dan pola lalulintas disebuah kota
akan mempunyai efek “feedback” terhadap
lokasi tata guna tanah yang baru dan
perlunya peningkatan prasarana.
Konsep yang digunakan dalam analisa
sistem tata guna tanah dan transportasi.
Hubungan dasar antara tata guna tanah,
transportasi dan lalulintas disatukan dalam
beberapa urutan konsep, yang biasanya
dilakukan secara berurut sebagai berikut :
a. Aksesibilitas : suatu ukuran potensial atau
kesempatan untuk melakukan perjalanan. Konsep
ini bersifat lebih abstrak jika dibandingkan
dengan lima konsep sebelumnya. Konsep ini
dapat digunakan untuk mengalokasikan problem
yang terdapat dalam sistem transportasi dan
mengevaluasi solusi – solusi alternatif.
ii jjjjjjj
ii jj
i j
ii jjj
B
j D
i
A C
E
B D jj
i A
C
Umum api)
1400
1200
1000
800
600
400
200
dan
Dimana :
E i, E d = tingkat pertumbuhan zona i dan d
Ti, Td= total pergerakan masa mendatang yang
berasal dari zona asal i atau yang menuju ke zona
tujuan d
Ti, td = total pergerakan masa seakarang yang
berasal dari zona asal i atau yang menuju ke zona
tujuan d
Secara umum, total pergerakan masa mendatang yang
dihasilkan tidak sama dengan total pergerakan yang
didapat dari hasil analisis bangkitan lalu lintas. Akan
tetapi, yang diharapkan adalah :
Ti = Tj ( G )
Dimana :
Ti = Total pergerakan masa mendatan dengan zona
asal i
Tj(G) = Total pergerakan masa mendatang dari analisis
bangkitan lalulintas dengan zona asal j
Jadi proses pengylangan harus dilakukan untuk
meminimumkan besarnya perbedaan tersebut dengan
Ti = Tj ( G) sehingga :
Model Fratar
Fratar (1954), mengembangkan metode yang mencoba mengatasi kekurangan
metode seragam dan metode rata – rata. Asumsi dasar metode ini adalah :
a. Sebaran pergerakan dari zona asal pada masa mendatang sebanding dengan
sebaran pergerakan pada masa sekarang
b. Sebaran pergerakan pada masa mendatang dimodifikasi dengan nilai tingkat
pertumbuhan zona tujuan pergerakan tersebut
Modifikasi ini mempertimbangkan adanya pengaruh lokasi tempat tujuan
berbanding terbalik dari rata – rata daya tarik tempat tujuan. Secara umum,
metode ini memperhatikan :
Perkiraan jumlah pergerakan yang dihasilkan dari atau tertarik ke suatu zona (hal
ini didapatkan dari tahapan bangkitan pergerakan)
Proses pergerakan masa mendatang dari setiap zona yang berbanding lurus
dengan pergerakan masa sekarang dimodifikasi dengan tingkat pertumbuhan
zona tujuan pergerakan ini menghasilkan dua nilai untuk setiap pergerakan (i – d
dan d – i); seterusnya rata – rata dari nilai ini dipakai sebagai pendekatan pertama
bagi pergerakan yang terjadi
Untuk setiap zona, jumlah hasil pendekatan pertama dibagi dengan total
pergerakan yang diperkirakan (dihasilkan dari tahapan bangkitan pergerakan),
untuk mendapatkan nilai pertumbuhan yang baru dan selanjutnya digunakan
sebagai pendekatan yang kedua
Pergerakan yang dihasilkan pada pendekatan pertama yang kemudian disebarkan,
dan ini sebanding dengan pergerakan dimasa sekarang dan nilai tingkat
pertumbuhan yang baru(hasil pendekatan pertama). Kedua nilai ini kemudian
dirata – ratakan dan proses diulangi sampai tercapai kesesuaian antara
pergerakan yang dihitung dengan yang diinginkan.
Secara matematis metode Fratar dapat dinyatakan
sebagai :
dan
Tid = tid . Ei
dan
Oi dan Dd menyatakan jumlah pergerakan yang
berasal dari zona I dan yang berakhir di zona d.
Oleh karena itu, penjumlahan sel matriks menurut
baris menghasilkan total pergerakan yang berasal
dari setiap zona, sedangkan penjumlahan menurut
kolom menghasilkan total pergerakan yang menuju
kesetiap zona, sehingga persamaan diatas menjadi
:
dan
4.4.3. Pemilihan Moda (Moda Choice)
Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui
proporsi perjalanan yang akan menggunakan moda
satu, misalnya kendaraan pribadi dan moda lain
misalnya kendaraan umum. Proses ini dilakukan dengan
maksud mengkalibrasi model pemilihan moda pada
tahun dasar. Dengan mengetahui variabel-variabel yang
berpengaruh, dapat digunakan untuk mendapatkan
prediksi pemilihan moda dengan menggunakan nilai
variabel untuk masa mendatang.
Variabel yang bisa digunakan adalah :
1. Karakteristik pergerakan (jarak, waktu dan tujuan),
karakteristik orang peaku perjalanan atau tempat
mereka tinggal (pemilik kendaraan, pendapatan)
2. Karakteristik sistem transportasi (waktu tempuh,
biaya, waktu tunggu dan waktu berjalan, frekuensi
bus, kenyamanan, pelayanan, dll.)
3. Karakteristik kota atau zona
Dalam pemodelan split perlu diperhatikan
adanya biaya aktual dan biaya yang dipersepsi
pemakai jalan dalam mengambil keputusan,
serta adanya pemakai angkutan umum captive
yang tidak memiliki kebebasan untuk memilih
moda. Dan terakhir adalah jika terdapat lebih
dari dua moda pilihan sehingga moda
pemilihan yang dibuat menjadi lebih rumit.
a. Karakteristik Sistem Transportasi
Tingkat pelayanan yang ditawarkan oleh moda
transportasi yang bersaing sangat
mempengaruhi pemilihan moda, selain itu
perbandingan waktu tempuh perjalanan dan
biaya tambahan juga mempengaruhi pemilihan
moda.
b. Waktu Tempuh Relatif
Waktu tempuh relatif diantara moda yang bersaing
sangat mempengaruhi pemilihan moda.
Perbandingan waktu tempuh ini dapat dinyatakan
sebagai perbandingan waktu dari waktu tempuh
dari pintu ke pintu (door to door) pada angkutan
umum dibagi dengan waktu tempuh pintu ke pintu
(door to door) kendaraan pribadi.
Sebagai alternatif dari waktu tempuh relatif adalah
selisih mutlak dari waktu tempuh angkutan umum
dengan kendaraan pribadi dan pada studi yang
dilakukan di kota Leeds. Ukuran ini menunjukkan
hasil yang dapat dipercaya.
c. Biaya Perjalanan Relatif
Biaya perjalanan relatif antara moda yang bersaing juga
merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan moda dan
perbandingan biaya relatif ini dapat dinyatakan sebagai biaya
yang dikeluarkan untuk perjalanan dengan angkutan umum
dibagi dengan biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan dengan
kendaraan pribadi :
Dimana :
TCR = Perbandingan biaya perjalanan
X9 = tarif angkutan umum
X10 = Biaya BBM
X11 = Biaya pelumas
X12 = Biaya parkir
X13 = Okupansi rata-rata kendaraan pribadi
Pada contoh diatas, perjalanan merupakan perjalanan satu arah
sehingga biaya parkir hanya dihitung satu kali (0,5 X12)
d. Tingkat Pelayanan Relatif
Tingkat pelayanan relatif yang ditawarkan oleh
angkutan umum dan kendaraan pribasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama yang
bersifat subyektif dan sulit untuk diukur seperti
kenyamanan, kemudahan, kenudahan berpindah
dari satu moda kemoda yang lain. Ukuran tingkat
pelayanan yang relatif dapat diekspresikan
sebagai waktu yang dihabiskan diluar kendaraan
(angkutan umum ataupun kendaraan pribadi)
selama perjalanan tertentu, seperti berjalan,
menunggu dan tundaan pada saat parkir.
Dimana :
TSR = Perbandingan pelayanan perjalanan
4.4.4. Pemilihan Rute (Route Choice)
a. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Rute
Dari berbagai studi yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa banyak sekali faktor – faktor yang mempengaruhi
proses pemilihan rute., sehingga sulit untuk menetapkan
ukuran standar yang tepat untuyk digunakan dalam
menentukan pemilihan rute. Akan tetapi telah disepakati
bahwa hal yang mendasar dalam pemilihan rute adalah
asumsi dari pelaku perjalanan untuk memilih rute yang
menawarkan biaya yang terkecil baik dari segi waktu
maupun jarak. Faktor – faktor yang mempengaruhi
pemilihan rute diantara dua titik antara lain; waktu
perjalanan, jarak, biaya (uang), kongesti dan antrian, jenis
manuver yang disyaratkan, jenis jalan, pemandangan,
perambuan, pekerjaan jalan, keandalan dari waktu tempuh
dan kebiasaan. Untuk memperoleh atau menghasilkan
ekspresi generalised cost yang melibatkansemua faktor
diatas merupakan pekerjaan yang sulit, sehingga dilakukan
suatu pendekatan.
Pendekatan yang paling umum dilakukan adalah
hanya meninjau dua faktor pemilihan rute yaitu :
biaya waktu dan uang sebagian besar program
pembebanan mengijinkan pengguna untuk memberi
pembobotan pada waktu tempuh dan jarak tempuh
untuk merepresentasikan persepsi pengemudi
terhadap dua faktor tersebut. Jumlah dari kedua
faktor yang telah diberi bobot ini menjadi generalised
cost yang digunakan untuk memperkirakan pemilihan
rute.
Untuk lebih jelasnya berikut ini ditinjau suatu kota
yang memiliki jalan yang melalui pusatkota dengan
kapasitas 3000 kend/jam jalan by pass yang jarak
tempuhnya lebih jauh tapi waktu tempuhnya lebih
singkat dengan kapasitas 3000 kend/jam. Anggap
pada priode jam sibuk terdapat 3500 pengemudi
memasuki kota dan masing – masing ingin
menggunakan jalan yang terpendek (jarak).
Terlihat dengan jelas bahwa tidak mungkin bagi
semua pengemudi menggunakan rute terpendek
tersebut karena akan mengakibatkan kongesti dan
beberapa dari pengemudi mulai
mempertimbangkan pilihan berikutnya untuk
menghindari antrean dan tundaan yang banyak.
Anggap para pengemudi telah memiliki
pengalaman untuk bertukar-tukar diantara kedua
rute tersebut diatas sampai tidak ada lagi kondisi
yang dapat meningkatkan waktu tempuh mereka
untuk berganti rute.
b. Klasifikasi Metode Pembebanan Lalulintas
Kembali ke contoh diatas terlihat adanya diversi diantara kedua yang
dalam hal ini disebabkan adanya kendala kapasitas. Akan tetapi tidak
semua pengemudi (3500 orang) akan mempunyai pemikiran yang sama ;
sebagian dari mereka akan selalu memilih rute by-pass karena kondisi
arus yang tidak terganggu atau karena pemandangannya, sedangkan
sebagian lagi tetap akan memilih rute pusat kota karena daya tarik
tertentu dari rute tersebut. Perbedaan dalam tujuan dan persepsi
pengemudi ini akan mengarah kepada pemisahan penggunaan rute dan
pengaruh ini biasnya disebut elemen stokastik dalam pemilihan rute.
Pemilihan rute tersebut diatas akan mempengaruhi pemilihan
pembebanan yang akan dilakukan. Pada taberl dibawah ini menunjukkan
klasifikasi metode pembebanan lalulintas. Setiap metode pembebanan
memilikibeberapa tahapan yang harus diperlakukan secara berurutan
dengan fungsi dasar sebagai berikut :
Mengidetifikasikan sekumpulan rute yang dianggap menarik bagi
pengemudi, rute – rute ini diidentifikasi dan disimpan dalam suatu
bentuk struktur khusus yang dinamakan tree tersingkat / terpendek.
Membebankan sebagian perjalanan dari matriks perjalanan kepada rute
– rute terpilih (tree); yang merupakan arus pada ruas didalam jaringan.
Mencari titik konvergensi ; sebagai teknik menggun akan proses iterasi
untuk mencapai suatu solusi yang ideal seperti hukum keseimbangan
wordrop; konvergensi pada solusi ini harus dipantau untuk memutuskan
penghentian proses iterasi.
Tabel Klasifikasi Metode Pembebanan Lalulintas
Pengaruh Stokastik
Dilibatkan
Tidak Ya
Kendala Tidak All – or - Stokastik
Kapasitas nothing murni (diversi
Dilibatkan jalur ; misal
Metoda dial
Burrell)
Ya Metoda Keseimbanga
Keseimbanga n Penggunaan
n (mis.Hukum Stokastik
Wardrop)
c. Algoritma Lintasan Minimum
Penentuan algoritma minimum atau pembuatan tree minimum
merupakan tahapan yang sangat penting pada setiap metoda
pembebanan. Hal ini dikarenakan:
Proses ini dilakukan berulang-kali pada setiap algoritma, paling
sedikit satu kali pada setiap itterasi
Algoritma yang baik akan menghemat waktu perhitungan dan biaya
(dengan komputer
Konsep dasar dari algoritma pohon minimum (minimum tree
algorithm) adalah sebagai berikut : dimulai dari simpul asal danm
terus secara berurutan menyisihkan ruas yang tidak termasuk ruas
yang tidak termasuk kedalam lintasan minimum yang berasal dari
simpul asal. Gambar berikut ini menunjukkan konsep ini. Andaikan
dicari pohon minimum yang berasal dari simpul 1 dan berakhir pada
semua simpul lainnya dari jaringan lintasan minimum menuju simpul
5 harus melewati 4, tetapi ada 2 lintasan yang menuju simpul 4 yaitu
yang melewati simpul 2 dan melewati simpul 3. Lintasan pertama
mengambil 5 satuan dan yang kedua 8 satuan dari hambatan
(impedance). Untuk itu, yang pertama merupakan lintasan minimum
menuju simpul 4 dan untuk beberapa simpul berikutnya yang
lintasannya melewati simpul 4. Ruas terakhir dari lintasan yang lebih
panjang (dalam hal ini ruas 3-4) dihilangkan dari pohon minimum
yang ditunjukkan dengan gambar berikut :
2 2
1 (3) (2) 4 (7) 5 1
4 5
(4) (4)
3 3
(a) Jaringan sederhana (b) Tree minimum
dari simpul 1
qmaks Kapasitas
Arus/lajur, q
Dimana :
W = impedance dari ruas pada kondisi arus q
W = impedance ruas pada kondisi arus bebas
Q = arus pada ruas
qmax = kapasitas ruas
Fungsi ini menyatakan impedance ruas pada kondisi sama
dengan kapasitas 15 % lebih besar daripada impedance pada
kondisi arus bebas jika permintaan melebihi kapasitas ruas,
akan timbul gelombang kejut dan waktu disipasi harus pada
keadaan ini akan menyebabkan pengurangan arus ruas.
Algoritma dari pembebanan kendala kapasitas ini memasukkan
fungsi kapasitas ruas untuk mencapai titik konvergensi
terhadap suatu keadaan setimbang yang dapat berupa
pembebanan all or nothing atau lintasan banyak (multi path).
Pelimpahan rute adalah suatu proses dimana pergerakan antara
dua zona untuk suatu moda tertentu dibebankan atau
dilimpahkan ke suatu rute yang terdiri dari ruas-ruas jalan
tertentu.
Analisis pelimpahan rute terdiri dari dua bagian utama :
Alasan pemakai jalan memilih rute tertentu
Pengembangan model yang menggabungkan sistem
transportasi dengan alasan pemilihan rute
Alasan pemilihan rute
Terdapat tiga hipotesa yang digunakan yang akan
menghasilkan tipe model yang berbeda, yaitu :
d. Biaya kendaraan
Biaya kendaraan ialah jumlah yang diperlukan
untuk pengadaan bahan bakar, oli, suku cadang,
perbaikan (reparasi), Biaya ini disebut automobile
cost
e. Biaya gabungan (joint cost)
Dalam pengoperasian alat – alat transportasi dikenal joint cost atau
dinamakan commont cost; sebagai contoh biaya angkutan barang
(cargo) dan biaya penumpang yang menghasilkan biaya gabungan
(joint cost)
A. STRATEGI B. TAKTIK
1.Operasi Lalulintas Persimpangan - Pelebaran jalan dan persimpangan
- Jalan satu arah
- Jalan Khusus gerakan berbelok
- Larangan berbelok
- Penggunaan bahu jalan
2.Sistem Lampu Lalulintas (SLLL) - Updating SLLL dipersimpangan
- Kordinasi SLLL pada jalan
arteri
- Kordinasi SLLL pada pusat kota
- SLLL untuk peralihan rute
dijalan
- Jalan Bebas Hambatan (JBH)
- SLLL untuk pengendalian JBH
3.Pejalan kaki dan sepeda - Pembangunan trotoar
- Jembatan penyeberangan
- Jalur khusus untuk sepeda
- Parkir khusus sepeda
4.Pembebana jaringan jalan - Jalur khusus bus kota searah
arus
- Jalur khusus bus kota
berlawanan arah
- Arus tidal/lajur arus berlawanan
(reversible lane)
- Jalur khusus untuk kendaraan
berokupansi tinggi memasuki
JBH
5.Peralihan rute - Lisensi memasuki pusat kota
untuk mobil pribadi
- Zona pembatasan mobil pribadi
- Daerah khusus pejalan kaki
- Kontrol lalulintas didaerah
Pemukiman
6.Manajemen Angkutan umum - Pelarangan parkir dibadan jalan
- Kontrol parkir didaerah
Pemukiman
- Pembatasan parkir didaerah-
daerah tertentu dipusat kota
- Fasilitas parkir bagi kendaraan
berokupansi tinggi
- Pengaturan tarif parki
7.Sistem pengoperasian angkutan - Modifikasi rute dan jadual bus
Umum - Pelayanan bus ekspres
- Prioritas bus Si SLLL
- Peningkatan terminal bus
- Teknik pengumpulan ongkos bus
8.Manajemen angkutan umum -Program peningkatan penumpang
- Perbaikan dan perawatan bus
- Pengadaan bus baru
- Program pemantau operasi bus
9. Koordinasi antar moda - Fasilitas parkir bersebelahan
dengan terminal KA dan bus
- Fasilitas dan perbaikan sistem
transfer antar rute dan moda
10.Kendaraan komersial - Zona bongkar muat truk
- Larangan bongkar muat truk
pada jam sibuk
- Sistem rute dan lintasan truk
11.Jadual kerja - Jam masuk kerja dan sekolah
yang berbeda dan fleksibel
12.Biaya pemakaian jalan - Tarif tol pada jam – jam sibuk
- Tol untuk kendaraan dengan
muatan penumpsng rendah
- Pajak bensin
- Difrensial tarif bus pada jam
sibuk dan jam tidak sibuk
- Tarif khusus bus bagi
penyandang cacat dan berusia
lanjut
BAB VII
7.1. Pengendaliaan Lalulintas Belok Kanan
Salah satu penyebab utama berkurangnya
kapasitas jalan dan timbulnya hambatan yang
terjadi di jalan – jalan kota ialah karena adanya
lalulintas yang belok kekanan pada persimpangan
jalan.
Masalah ini bisa diatasi dengan membuat larangan
belok kanan, membuat jalan satu arah, atau jalan
ganda (dual carriageways), dengan menutup
lintasan (tempat pemutaran) yang terdapat
dibagian tengah jalan belokan (median). Kerugian
dari pelarangan belok kanan ini ialah perlunya
pencarian rute alternatif bagi lalulintas yang
dialihkan.
Pelaksanaan dari larangan belok kanan pada suatu
rute akan menyebabkan penumpukan lalulintas
yang besar pada persimpangan pertama yang
mengarah belok kanan. Jalan keluarnya ialah
dengan mengganti belokan – belokan pada suatu
bundara lalulintas atau suatu persimpangan yang
memang dirancang khusus melayani hal tersebut.
Apabila diinginkan untuk membuat rancangan
yang secara komprehensif unruk mengatasi
lalulintas belok kanan tersebut, seringkali yang
terbaik ialah membuat sejumlah jalan – jalan
samping menjadi satu arah.
7.1.1. Jalan Satu Arah
Rancangan jalan satu arah biasanya dilaksanakan sebagai
tindakan sementara seraya menantikan dilakukannya
pembangunan yang sebenarnya. Pemakaian sistem jalan
satu arah sebagai bagian dari perencanaan sistem jalan
satu arah sebagai bagian dari perencanaan sistem jalan
yang bersifat tetap untuk dipertimbangkan apabila :
a. Pada rute – rute utama terdapat jalan – jalan yang sejajar
dengan lebar dan lintasan yang sama dan beberapa
pada jarak tidak lebih dari 300 meter.
b. Untuk mencegah lalulintas terusan memotong daerah
tengah kota
c. Pada jalan – jalan sekunder atau jalan kecil terdapat
keperluan untuk menyederhanakan sistem pengendalian
lalulintas pada persimpangan dengan jalan utama
d. Suatu persimpangan utama membutuhkan perbaikan
dengan membuat larangan belok kanan dan suatu
alternatif rute satu arah dan parkir atau menurunkan
Keuntungan dari jalan satu arah adalah :
1. Meningkatkan kapasitas jalan – jalan yang terletak
diantara persimpangan – persimpangan sekitar 20
– 50 %, prosentase kenaikan yang lebih tinggi
dapat dihasilkan pada jalan – jalan yang sempit.
2. Meningkatkan keselamatan bagiu kendaraan dan
para pejalan kaki karena konflik – konflik
lalulintas dapat lebih sederhana
3. Dapat disediakannya fasilitas penyeberangan
pejalan kaki yang lebih baik.
4. Lampu pengatur lalulintas sepanjang rute jalan
satu arah dapat dibuatkan fase yang lebih
sederhana sehingga pergerakan lalulintas pada
kecepatan yang terpilih tidak terganggu.
Penggunaan rencana pengaturan waktu sinyal
(signal plan) yang berada untuk berbagai waktuy
Kerugian khusus dari jalan satu arah bahwa
sebagian ndari lalulintas harus berjalan
dengan jarak yang lebih jauh. Semakin jauh
jalan memutar, maka semakin besar volume
lalulintas yang bearada pada rute tersebut.
Disisi yang lain, kapasitas persimpangan –
persimpangan yang lain mungkin telah
meningkat dengan semakin sederhananya
pergerakan lalulintas tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
mempertimbangkan dengan seksama
pengaruh – pengaruh dari rancangan jalan
satu arah terhadap semua persimpangan
jalan yang mungkin akan dipengaruhi secara
7.1.2. Penutupan Jalan – jalan Samping
Pada jalan – jalan untuk lalulintas cepat dimana
pemusatan lalulintas jalan samping pada satu
atau dua persimpangan tidak akan menimbulkan
kesukaran – kesukaran bagi pada lalulintas atau
semua simpul jalan simpang dapat dihilangkan,
maka penutupan jalan seringkali dapat
menghasilkan penurunan yang berarti dalam hal
kecelakaan, tetapi pada jalan – jalan untuk
lalulintas lambat yang terdapat didaerah pusat,
penutupan jalan – jalan samping secara besar –
besaran hanya akan mempunyai pengaruh –
pengaruh yang lebih terbatas.
Pada jalan dua arah, sebaliknya persimpangan –
persimpangan berjarak sekitar 300 meter sekitar
satu sama lain. Pemisahan ini khususnya penting
Keuntungan dan kerugian dari penutupan jalan –
jalan samping adalah sebagai berikut :
Keuntungan :
a. Perbaikan waktu perjalanan pada jalan utama
b. Penurunan jumlah kecelakaan. Kecelakaan pada
persimpangan yang sedikit dibebani lalulintas
jauh lebih besar dibandingkan dengan
persimpangan – persimpangan yang lebih banyak
dibebani lalulintas. Juga akan terdapat penurunan
kecelakaan yang besar apabila persimpangan jalan
yang berpotongan diubah menjadi persimpangan
yang terpisah (staggered).
Kerugian :
a. Kenaikan volume lalulintas pada titik pertemuan
jalan – jalan akan mengharuskan digunakan
lampu pengatur lalulintas
b. Hilangnya hubungan dengan jalan samping yang
dapat digunakan untuk mengalihkan lalulintas
yang belok kanan dari persimpangan utama
c. Apabila persimpangan – persimpangan jalan
nutama telah melampaui bebannya jalan – jalan
samping akan merupakan suatu rute alternatif
yang penting bagi lalulintas.
7.1.3. Lampu Pengatur Lalulintas
CaraUtama untuk memperbaiki kapasitas
persimpangan ialah dengan menurunkan jumlah
titik – titik konflik pada persimpangan dengan
menggunakan lampu pengatur lalulintas. Lalulintas
yang ada menjadi dipisahkan oleh waktu,
sedangkan pada persilangan tidak
sebidang,lalulintas dipisahkan oleh ruang.
Beberapa hambatan (delay) akan timbul karena
digunakannya lampu pengatur lalulintas, tetapi
hambatan ini biasanya akan lebih kecil dari pada
hambatan yang terjadi tanpa pengatur lalulintas
a. Lampu Lalulintas dengan Waktu Tetap (Fixed time
signals)
Banyak negara menggunakan lampu lalulintas dengan
waktu tetap. Sekali tahapan sinyal telah ditetapkan,
tahapan tersebutakan digunakan terus tanpa
memperhatikan perubahan – perubahan (fluktuasi) arus
lalulintas, walapun tahapan – tahapan tetap yang
berbeda dapat pula dilakukan secara manual atau
otomatis. Keuntungan yang nyata dari lampu lalulintas
dengan waktu tetap adalah biayanya murah, tetapi
berlawanan dengan hal ini, lampu tersebut dapat
menimbulkan hambatan – hambatan lalulintas yang
seharusnya tidak perlu terjadi dengan cara
menggunakan persimpangan yang lebih kecil dari
kapasitas penuhn ya pada priode diluar waktu sibuk.
Akan tetapi, lampu tersebut adalah jenis pengendali
lalulintas yang paling lazim digunakan apabila seluruh
jaringan jalan ingin dihubungkan (dikoordinasikan)
satu sama lain.
b. Lalulintas Yang Membelok
Disamping banyak keuntungannya, lampu lalulintas tidak dapat
menghilangkan lalulintas yang membelok dan permasalahan –
permaslahan yang menyertainya. Lalulintas belok kanan tetap dapat
mengunci atau memacetkan persimpangan, walaupun lampu
lalulintas telah digunakan, kecuali jika lampu tersebut disesuaikan
secara khusus.
Metode utama mengatasi untuk pergerakan yang membelok pada
persimpangan yang dikendalikan oleh lampu lalulintas ialah dengan :
Pelepasan lambat (late start)