Anda di halaman 1dari 7

William Rowan Hamilton (1805-1865)

Masa kecil

William (untuk selanjutnya disebut dengan Hamilton) adalah anak bungsu. Mempunyai

seorang satu kakak perempuan dan tiga orang kakak laki. Ibu Hamilton adalah Sarah

Hutton dan Ayah Hamilton, Archibald Hamilton, termasuk orang berpengaruh di

Dublin, Irlandia. Ayah Hamilton adalah seorang usahawan berkaliber, pandai bicara,

banyak relasi dan pergaulan luas. Kejeniusan Hamilton barangkali adalah warisan dari

pihak ibu, Sarah Hutton, yang berasal dari keluarga intelektual. Ayahnya hanya pandai

bicara dan selalu menghadiri pesta, sehingga tidak punya waktu mengajar Hamilton.

Beruntunglah Hamilton mempunyai seorang paman, Reverend James Hamilton, yang

tinggal di Trim (sekitar 20 mil dari Dublin). Paman James menguasai banyak bahasa –

Yunani, Latin, Ibrani, Sansekerta, Pali, termasuk bahasa negara-negara maju di Eropa,

selain bahasa Irlandia sebagai bahasa ibu. Umur tiga tahun, sudah tampak tanda-

tanda, bahwa Hamilton adalah anak genius. Mengetahui bahwa ayahnya hanya “tukang

omong”, maka ibunya mengirim Hamilton untuk dibimbing oleh paman James. Sarah

Hutton meninggal, ketika Hamilton berusia 12 tahun dan dua tahun kemudian disusul

oleh meninggalnya sang ayah. Di bawah bimbingan paman James, Hamilton, pada usia

13 tahun hampir menguasai semua bahasa yang dikuasai oleh pamannya. Menjadi anak

paling fasih berbahasa di Irlandia, meskipun punya satu kelainan “tidak punya rasa

humor.” Umur tiga tahun, fasih bahasa Inggris dan sedikit aritmatika; umur empat

tahun menjadi ahli ilmu bumi; umur lima tahun fasih membaca dan mengalihbahasakan

bahasa Latin, Yunani, dan Ibrani dan menyukai menyitir sajak-sajak karya Dryden,

Collins, Milton dan Homer – orang Yunani terakhir. Umur delapan tahun menguasai

bahasa Italia dan mendapat bea siswa untuk mempelajari bahasa Timur yang dimulai

dari bahasa Arab, Sansekerta, Hindu, Bengali, bahkan bahasa Cina.


Minat berubah ke matematika

Kegemaran untuk mempelajari bahasa-bahasa yang dianggap kurang relevan surut

pada periode umur sebelas sampai empat belas tahun. Perubahan minat ini terjadi

ketika Hamilton bertemu dengan anak ahli berhitung (mental aritmatika) dari

Amerika, Zerah Colburn (1804 – 1839). Colburn memberi pesona sendiri dalam

kompetisi kemampuan aritmatika. Mampu mengalahkannya dan mengubah minat

Hamilton untuk kemudian menekuni matematika. Pertandingan diadakan di

Westminster di London. Hamilton diikut-sertakan dengan harapan anak Irlandia

genius ini dapat menyerap semua rahasia metode Amerika yang mungkin dibawa oleh

Colburn. Hamilton sempat bertanya apa metode yang dipakai oleh Colburn. Serta-

merta dijawab bahwa tidak ada metode rahasia atau disembunyikan yang ada hanyalah

kemampuan daya ingat. Ucapan ini memberi dampak cukup besar bagi Hamilton.

Langkah awal belajar matematika adalah membaca buku Algebra karya Clairaut ketika

berusia 13 tahun. Ternyata dengan cepat dikuasai, sama seperti dia belajar bahasa

Perancis. Umur 15 tahun mulai mempelajari tema yang lebih berat, yaitu buku-buku

karya Newton dan Laplace. Tahun 1822, Hamilton menemukan kesalahan pada karya

Laplace, Mechanique celeste, sehingga mendapat pujian dari John Brinkley,

astronomer kerajaan Irlandia. Umur 18 tahun, Hamilton masuk Trinity College di

Dublin dan pada tahun pertama kuliah mendapat “penghargaan” dalam bidang klasik,

penghargaan yang diberikan hanya sekali dalam kurun 20 tahun. Tinggal di Trim,

Hamilton menghabiskan banyak waktu bersama saudara sepupunya, Arthur, anak

paman James, sehingga tidak banyak menghadiri kuliah


Cinta Pertama

Tahun 1824, Paman James mengajak Hamilton ke Summerhill untuk bertemu dengan

keluarga Disney. Pada kesempatan ini, Hamilton bertemu dengan Catherine, anak

keluarga Disney, dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tiga tahun tinggal kelas di

Trinity College membuat Hamilton, tidak dalam posisi menguntungkan untuk menikah.

Walaupun Hamilton membuat kemajuan pesat sebagai mahasiswa dan menyampaikan

makalah pertamanya kepada Royal Irish Academy pada penghujung tahun 1824,

dengan judul On Caustics. Awal tahun 1825, ibu Catherine memberitahu Hamilton

bahwa anaknya sudah menikah dengan orang yang umurnya lima belas tahun lebih tua.

Lelaki bahagia itu sangat kaya dan memberikan lebih banyak tawaran dibandingkan

Hamilton. Merasa patah hati, Hamilton jatuh sakit bahkan timbul niat bunuh diri.

Hubungan antara Hamilton dan Catherine terus terjalin, meski Hamilton sudah

mempunyai istri dan baru terputus setelah Catherine meninggal. (Cuman smpe disini

paragraph yang kau baca)

Ternyata patah hati dilampiaskan Hamilton dengan melakukan penelitian. Tidak

sampai satu tahun, pada tahun 1826, Hamilton mengirimkan makalah tentang Teori

Sistem Cahaya (Theory of Systems of Rays) kepada Royal Irish Academy. Dalam

makalah ini Hamilton mengemukakan karakteristik cahaya untuk Optik. Pengujinya

adalah Boyton, yang kemudian membujuk Hamilton agar melamar menjadi astronomer

pada Royal Astronomer di Observatorium Dunsink, dimana Hamilton harus bersaing

dengan enam kandidat, dan salah satunya adalah George Biddell Airy (1801 – 1892).

Airy yang gagal bersaing dengan Hamilton di Irlandia, akhirnya, sukses menjadi

astronomer pada Royal of England. Setahun kemudian, tahun 1827, Hamilton diangkat

menjadi profesor astronomi di Trinity College, pada umur 22 tahun. Ada kontroversi

di sini, karena Hamilton belum punya pengalaman. Yang digantikan adalah profesor
Brinkley, orang yang tidak mampu melihat bahwa minat utama Hamilton adalah

matematika.

Sebagai sastrawan (inti ceritanya bertemu dengan Istrinya)

Sebelum memulai pekerjaan, Hamilton mengelilingi Inggris dan Skotlandia (asal

nenek-moyang Hamilton). Dalam suatu kesempatan bertemu dengan penyair

Wordsworth dan menjalin persahabatan dengannya. Eliza, salah seorang saudara

Hamilton, juga seorang penulis puisi. Ketika Wordsworth berkunjung ke Dunsink, dia

kagum dengan karya Eliza bukan karya Hamilton. Kedua lelaki ini kemudian berdekat

tentang sains versus puisi. Hamilton senang melakukan pembandingkan karena

menganggap bahwa bahasa matematikal sama artistiknya dengan puisi.

Hamilton mengangkat murid bernama Adere. Keduanya sama-sama mempunyai

“cacat.” Mata Adere mudah sakit apabila terlalu lama melakukan observasi. Hamilton

mudah sakit karena sering lembur. Ketika liburan, mereka bersama-sama berkunjung

ke Armagh dan menyambangi astronomer Romney Robinson. Saat itu Hamilton

bertemu dengan Lady Campbell, yang menjadi salah satu pengagum Hamilton.

Tidak jauh dari tempat observatorium tersebut, tinggallah Catherine bersama

suaminya. Mengetahui Hamilton datang, Catherine pergi mengunjungi

observatorium. Kaget bercampur gembira membuat Hamilton spontan mengarang

puisi. Pertemuan ini menggugah Hamilton untuk segera menikah. Calon yang dincar

adalah teman dekatnya Wordswoth, Ellen de Vere. Meskipun sudah mengirim

banyak puisi dan kiat-kiat agar mau menikah dengannya, ternyata Ellen menikah

dengan orang lain. Hamilton, akhirnya, berteman dengan saudara Ellen, Aubrey.

Lewat perantaraan Aubrey, Hamilton sukses meminang gadis desa yang tinggal di

seberang sawah di depan observatorium bernama Helen Maria Bayly.


Menjadi pemabuk

Hamilton menikah dengan Helen Maria Bayly, namun sudah salah sejak awal. Helen

bukanlah seorang wanita intelektual dan Hamilton lebih banyak berkutat dengan

pekerjaan mengembangkan Teori Sistem Cahaya tahap II untuk aplikasi dalam optik,

karya pertamanya. Helen ternyata bukan nyonya rumah yang baik pula, sering sakit –

bahkan pernah hampir meninggal, serta lebih banyak tinggal di rumah orang tuanya,

seorang janda. Diperhatikan dan dirawat setiap hari oleh Hamilton, membuat Helen

merasa sangat dimanjakan oleh Hamilton, yang belum lama patah hati ini. Sakit itu

ternyata membuat Helen semi-invalid seumur hidup. Terkejut bahwa Helen bukan

wanita yang handal sebagai seorang istri maupun kesehatannya yang selalu buruk,

tidak pelak lagi Hamilton terpaksa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga.

Menelatarkan minat-minat – terutama belajar matematika – membuat Hamilton perlu

seorang wanita yang menaruh simpati yang mampu menunjang atau mendukungnya.

Dari perkawinan ini lahirlah seorang anak laki, tahun 1834, yang diberi nama William

Edwin Hamilton. Helen, tidak lama kemudian, meninggalkan Dunsink selama sembilan

bulan, pergi dari Hamilton yang memerangi kesepian dengan bekerja lebih lama.

Setahun kemudian, lahirlah anak kedua, Archibald Henry, namun hari-hari dilalui

dengan tanpa kebahagiaan. Menjelang akhir tahun, ketika Hamilton menghadiri

pertemuan dengan British Association, dan Helen membawa anak ke rumah mertua

selama sepuluh bulan, ada kabar bahwa Arthur, saudara sepupunya, meninggal, dan

tidak lama kemudian Helen pergi ke Inggris dengan meninggalkan anak ketiganya yang

baru lahir, Helen Eliza Amelia. Pada saat depresi ini, alkohol menjadi teman sejati.

Ditambah banyak bekerja, antara 12 – 14 jam per hari, membuat kurang makan atau

tidak makan. Kompensasi energi tubuh dipenuhi dengan mengkonsumsi minuman

beralkohol. Kegemaran ini lama-kelamaan membuat Hamilton kecanduan alkohol.


Matematikawan membutuhkan konsentrasi tinggi. Alkohol dalam banyak hal dapat

membantu, namun dalam jumlah berlebihan seperti yang diamali oleh Hamilton justru

merusak semua. Penyembuhan dari kecanduan ini memakan waktu dua tahun.

PENEMUAN HAMILTON ADALAH QUATERNIONS

Cinta” bersemi kembali

Tidak lama setelah penemuan quaternions, kehidupan pribadinya kembali terusik.

Tahun 1845, Thomas Disney menemui Hamilton di observatorium dengan mengajak

Catherine. Kembali memicu perasaan cinta. Kesedihan ditambah karena meninggalnya

paman James pada tahun 1847, tanpa sempat bertatap muka. Rekan kerjanya di

Trinity College, James MacCullach, bunuh diri. Pada tahun ini pula Catherine mengirim

surat kepada Hamilton, yang menyatakan ikut berperan membuat Hamilton depresi.

Korespondensi berlangsung selama 6 minggu dan menjadi informal dan sangat pribadi

sampai Catherine – karena merasa bersalah – menyatakan semua curahan hati itu

kepada suaminya. Hamilton, akhirnya, menyatakan kepada suami Catherine bahwa

dirinya tidak akan pernah berhubungan lagi. Mengetahui hal ini Catherine sempat

mencoba bunuh diri, sebelum memutuskan untuk tinggal bersama ibu atau saudara-

saudaranya, tanpa menyatakan cerai. Hamilton terus mengirim surat lewat perantara.

Berpaling kepada alkohol, membuatnya menyesal sehingga kompensasi atas semua itu

bekerja dengan makin keras. Hasilnya adalah artikel Lectures on Quaternions yang

diterbitkan pada tahun 1853, tapi gagal karena rupanya buku panduan belajar

quaternions masih terlalu sulit bagi para pembacanya.

Hamilton membantu menyiapkan anak Catherine, James, mengikuti ujian tentang

quaternions. Ada rasa bangga bercampur perasaan puas mampu membalas dendam
pada bidang yang bukan merupakan kompetensi suami Catherine. Tahun berikutnya,

menerima surat dari Catherine bahwa dirinya ingin sekali bertemu dengan orang yang

tidak akan pernah dilupakannya, sebelum meninggal. Sambil membawa buku Lectures

on Quaternions, Hamilton bergegas datang menemui. Catherine meninggal 2 minggu

kemudian.

MASA TUA

Dua puluh tahun terakhir kehidupannya, Hamilton dicurahkan sepenuhkan unruk

quaternions, termasuk aplikasinya pada astronomi, teori gelombang cahaya dan

Element of Quaternions, yang sudah ditulis selama dua tahun, namun baru diterbitkan

setelah Hamilton meninggal. Ketika Hamilton meninggal, naskah belum selesai

sempurna, tapi tetap diterbitkan dengan kata pengatar ditulis oleh seorang anaknya,

William Edwin Hamilton. Hamilton meninggal karena gout pada September 1865 –

setelah terkena beberapa kali serangan, dan mewariskan 60 manuskrip buku

matematika yang banyak berceceran di meja kerja maupun pada bagian-bagian lain di

dalam rumahnya. Beberapa saat sebelumnya, Hamilton terpilih menjadi anggota asing

pertama untuk National Academy of Sciences di Amerika Serikat, yang ditemukan

dalam era perang saudara

Anda mungkin juga menyukai