Oleh :
Dosen Pengajar :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2017
I. LATAR BELAKANG
kesadaran, kemampuan, dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut
fisik, mental maupun sosial budaya, dan ekonomi. Untuk mencapai derajat
adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak hanya
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
pertama, kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat berbagai faktor
kita dihadapkan pada persaingan global yang semakin ketat, yang menuntut kita
generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana ,
1Muhammad Sadi Is, Etika Hukum Kesehatan, Kencana, Jakarta,2017, hlm. 77.
2M.Jusuf Hanafiah, Amri Amir, Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, EGC, Jakarta, 2017,
hlm. 134.
3 Muhammad Sadi Is, loc.cit.
kesehatan seksual serta kesehatan system reproduksi, yang dilakukan melalui
serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah.
paksaan, dan/atau kekerasan yang menghormati nilai nilai luhur yang tidak
undangan.
peraturan pemerintah. 5
menjadi masalah yang terkait dengan etika dan hukum, baik hukum kesehatan
maupun hukum islam, adalah pengakhiran kehamilan pada janin yang masih
belum mampu hidup diluar (nonviable) atau yang disebut aborsi. Aborsi
karena menimbulkan pro dan kontra bagi masyarakat. Sebagian masyarakat ada
setiap wanita memiliki hak asasi manusia yang salah satunya yaitu hak untuk
aborsi. Pihak tersebut menganggap bahwa aborsi merupakan tindakan yang tidak
sesuai dengan agama, etika, dan moral yang ada di masyarakat. Aborsi dianggap
sengaja. Hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang
diberikan oleh Tuhan kepada manusia yaitu hak untuk hidup. Sehingga hanya
Tuhanlah yang berhak mencabut nyawa setiap manusia dan setiap manusia harus
5
Soekidjo Notoatmodjo, Etika & Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 135.
6 id
menghormati kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.7
perlindungan bagi wanita hamil, yang apabila tidak digugurkan janinnya maka
akan membahayakan kesehatan ibu atau janin yang dikandungnya. Namun, akhir-
akhir ini ada banyak faktor lain yang menyebabkan seorang wanita ingin
kontrasepsi, dan masalah ekonomi sehingga khawatir tidak bisa merawat anaknya.
dibawah umur yang hamil diluar pernikahan. Kebanyakan dari mereka melakukan
aborsi karena tidak ingin memiliki anak tanpa ayah yang menjadi aib buruk bagi
oleh maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja. Hal tersebut menyadarkan kita
bahwa aborsi bukan hanya berkaitan masalah medis semata, melainkan sudah
merambat pada aspek sosial budaya yang mengalami kemunduran moral sebagai
akibat dari paham kebebasan atau liberalisme yang kini mulai merusak budaya
Agama Islam turun ke bumi dengan kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW. Al Qur’an merupakan sumber hukum utama bagi umat muslim
proses penciptaan manusia yang berasal dari air mani hingga berkembang menjadi
janin di dalam rahim dan akhirnya lahir menjadi seorang manusia yang sempurna.
7
Ari Yunanto, Helmi, Hukum Pidana Malpraktik Medik, Andi Offset, Jogjakarta, 2010, hlm. 59.
8
Alwi, Zulfahmi., 2013, Abortus dalam Pandangan Hukum Islam, Vol 10, No 2. Hal 299-309.
Banyaknya ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang proses penciptaan
terselubung. Banyak tempat ilegal yang dijadikan sebagai tempat aborsi, tempat
ilegal tersebut tentu tidak aman karena tidak diawasi langsung oleh dokter yang
ahli di bidang tersebut dan bahkan praktik aborsi ilegal sering menyebabkan
kematian bagi si ibu. Aborsi yang dilakukan secara ilegal tersebut dianggap
untuk mengkaji hukum aborsi diambil dari sudut pandang hukum agama Islam
sebagai berikut :
9
Chrisdiono M.Achadiat, Dinamika Etika & Hukum Kedokteran; dalam Tantangan Zaman, EGC,
Jakarta, 2006, hlm. 175-177.
III. PEMBAHASAN.
medis atau kesehatan masyarakat, melainkan juga problem social yang terkait
mengenal aborsi sebagai proses pengguguran janin saat masih berada di dalam
rahim dan dilakukan dengan sengaja saat usia janin masih muda. Biasanya aborsi
dilakukan saat janin di bawah usia 20 sampai 28 minggu dan beratnya di bawah
400 sampai 1000 gram. Istilah aborsi sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu
abortion yang berarti pengguguran kandungan dan berasal dari bahasa latin
atau keguguran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi memiliki tiga
pengertian, yaitu terpancarnya embrio yang tidak mungkin hidup lagi yang terjadi
10
_____________, Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Quran, Balitbang dan Diklat Depag RI, 2009, hlm. 96.
11
Cunningham, FG., et al., Obstetri Williams (Williams Obstetri), EGC , Jakarta , 2013, hlm. 855-
882
12
WWW.kbbi.web.id.com
1. Abortus spontaneous, yaitu aborsi yang terjadi secara spontan atau tidak
disengaja. Aborsi jenis ini terjadi secara alamiah atau terjadi dengan sendirinya
tanpa adanya campur tangan manusia dari dunia medis. Aborsi ini terjadi saat
janin yang dikandung belum berkembang dan belum siap untuk dilahirkan tetapi
kaget, atau penyakit yang diderita si ibu. Namun, faktor yang paling dominan
menjadi penyebab abortus spontaneous adalah kualitas sel sperma dan sel telur
yang kurang sempurna sehingga janin tidak berkembang dengan baik. Aborsi
2. Abortus provocatus, yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja atau telah
direncanakan karena sebab-sebab tertentu. Aborsi jenis ini dibagi menjadi dua
mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan janin yang dikandung. Aborsi ini
melibatkan tenaga medis dan dilakukan dengan prosedur yang tepat sehingga
Criminalis yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja atas kehendak si ibu tanpa
adanya indikasi medis atau secara ilegal. Aborsi ini dilakukan dengan berbagai
macam alasan seperti masalah ekonomi, masih terlalu muda sehingga tidak ingin
memiliki anak terlalu dini, si ibu sudah memiliki anak terlalu banyak sehingga
tidak ingin mempunyai anak lagi, dan yang paling sering terjadi yaitu disebabkan
masyarakat. Aborsi ini biasanya dilakukan tanpa bantuan tenaga medis yang resmi
kesehatan ibu bahkan tidak jarang menyebabkan kematian. Oleh karena itu, aborsi
jenis ini dilarang oleh hukum pidana karena tidak sesuai dengan etika moral dan
berkaitan dengan masalah kesehatan saja, tetapi juga berkaitan erat dengan etika
banyak wanita yang hamil di luar pernikahan dan menyebabkan kasus aborsi
karena alasan medis untuk menjaga kesehatan atau menyelamatkan nyawa si ibu,
kini dilakukan dengan berbagai macam alasan yang kurang masuk akal seperti
untuk menjaga kecantikan, masalah ekonomi, dan yang paling parah yaitu hamil
di luar nikah. Adanya sanksi dari masyarakat kepada para pelaku aborsi
menyebabkan maraknya aborsi ilegal yang biasanya dilakukan oleh dukun bayi
atau klinik-klinik kesehatan ilegal. Hal tersebut merupakan masalah sosial karena
tidak sesuai dengan norma sosial dalam masyarakat sehingga harus diselesaikan
bersama oleh masyarakat. Salah satu cara penyelesaian maraknya kasus aborsi
13
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, op.cit, hlm 96-97.
yaitu adanya hukum pidana bagi para pelaku aborsi. Di Indonesia, Undang-
Pasal 75 Ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan tindakan
aborsi. Namun terdapat pengecualian yang tercantum dalam pasal 75 Ayat (2),
yaitu tindakan aborsi boleh dilakukan jika ada indikasi kedaruratan medis yang
terdeteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan janin,
yang menderita cacat genetik berat atau cacat bawaan, maupun keadaan yang
tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut untuk hidup diluar
kandungan. Selain itu, aborsi juga boleh dilakukan bagi wanita yang menjadi
pemerkosaan. Pasal 75 Ayat (3) menyatakan bahwa tindakan yang dimaksud pada
Ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
Hukum Pidana
Pasal 346 menyatakan bahwa seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
(2) Jika perbuatan itu mengakhibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
(1) Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarka pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
14
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.15
UU No.39 Tahun 1999 menyatakan bahwa setiap anak sejak dalam kandungan
Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan
pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah). Pasal
15 berbunyi :
(1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat
dilakukan dengan :
tersebut
b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan dan suami atau keluarganya
15
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
16
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
d) Pada sarana kesehatan tertentu17
5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 31 Ayat (1) dan (2)
Pasal 31 Ayat (1) menyatakan bahwa tindakan aborsi hanya dapat dilakukan
berdasarkan :
Pasal 31 Ayat (2) menyatakan bahwa tindakan aborsi akibat perkosaan yang
a) Usia kehamilan maksimal 40 hari dihitung dari hari pertama pada haid terakhir
b) Tidak bertentangan dengan wacana ulama salaf (ulama terdahulu) dan khalaf
pemerkosaan. Hukum pidana aborsi tidak hanya berlaku bagi wanita yang
bersangkutan, tetapi juga berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam tindakan
dilakukan secara ilegal dan melanggar hukum di Indonesia. Bahkan alasan untuk
17
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
18
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
yang memicu adanya praktik aborsi ilegal yang tidak sesuai dengan hukum pidana
kehidupan manusia. Salah satu bukti bahwa Islam sangat menghargai kehidupan
yaitu banyaknya firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang menerangkan tentang
proses kehidupan manusia, dimulai dari proses penciptaan manusia yang berasal
dari saripati tanah dan akhirnya lahir ke dunia dengan bentuk yang paling
sempurna.
akan dibangkitkan kembali pada saat hari kiamat. Hal ini sesuai dengan firman
“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah. Kemudia Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu lalu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, pencipta yang paling baik. Kemudian setelah
itu, sungguh kamu pasti mati. Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan (dari
Oleh karena itu, maraknya kasus aborsi yang terjadi belakangan ini menjadi
kontroversi dikalangan masyarakat dan menimbulkan perbedaan pendapat
yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan, baik dalam sebuah perkawinan
bagi seorang wanita yang hamil diluar nikah yang disebabkan oleh hubungan seks
dilalukan karena kegagalan alat kontrasepsi, indikasi medis dan karena alasan
iqla, taih, dan inzal yang memiliki arti menjauhkan atau mencegah, dengan kata
lain diartikan sebagai keluarnya atau gugurnya janin dari kandungan seorang
wanita sebelum mencapai waktu yang sempurna untuk lahir secara alamiah ke
berat 1000 gram. Kedudukan hukum aborsi sangat dipengaruhi oleh petunjuk
Allah SWT dalam Al-Qur’an serta hadis Nabi SAW tentang tahap-tahap proses
penciptaan manusia saat menjadi janin dalam rahim. Ada beberapa pandangan
yang paling awal, yaitu proses pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Tahap al-‘alaqah yaitu tahap dimana janin masih dalam bentuk segumpal darah,
sedangkan tahap al-mudghah yaitu tahap saat janin berbentuk segumpal daging.
Setiap tahap pertumbuhan janin harus kita hormati dan kita lindungi. Oleh
karena itu, Al-Ghazali menyatakan bahwa hukum melakukan aborsi pada ketiga
tahap tersebut adalah haram karena termasuk perbuatan aniaya dan keji karena
seharusnya kita hormati dan lindungi. Kekejian bertambah jika tindakan aborsi
dilakukan setelah janin bernyawa, apalagi jika dilakukan pada seorang anak yang
telah lahir ke dunia dalam keadaan hidup. Landasan hukum mengharamkan aborsi
atau membunuh anak yaitu tercantum dalam beberapa ayat Al-Qur’an berikut ini :
yang akan memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu
membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar.
151)
dibenarkan agama dan hukumnya adalah dosa. Namun, ada pandangan lain dari
para Ulama yang menyatakan bahwa hukum aborsi adalah halal jika dilakukan
sebelum proses peniupan ruh atau dilakukan sebelum janin bernyawa. Menurut
Ulama Mahzab Hanafi, pengguguran janin boleh dilakukan sebelum peniupan ruh
atau sebelum kehamilan berusia empat bulan (120 hari). Pada saat itu janin belum
bahwa sebelum peniupan ruh maka janin belum bernyawa sehingga aborsi tidak
Hanafi berpendapat bahwa aborsi hukumnya makruh jika dilakukan tanpa ada
uzur. Uzur tersebut misalnya terputusnya air susu si ibu pada saat kehamilan
dikhawatirkan anaknya akan meninggal dunia atau jika si ibu mengalami sakit
menjadi segumpal darah (‘alaqoh) dalam waktu yang sama, kemudian menjadi
segumpal daging (mudghoh) juga dalam waktu yang sama. Sesudah itu malaikat
diutus untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan diutus untuk melakukan pencatatan
empat perkara, yaitu mencatat rizkinya, usianya, amal perbuatannya dan celaka
“Aku mendengar Rosulullah Saw bersabda bahwa apabila nuthfah telah melewati
empat puluh dua hari, Allah mengutus malaikat untuk membentuk rupanya,
dan kemudian malaikat bertanya: Wahai tuhanku, apakah dijadikan laki-laki atau
perempuan? Lalu Allah menentukan apa yang dikehendaki, lalu malaikat itupun
Islam merupakan agama yang dinamis dan realistis karena tetap dapat
zaman. Hukum Islam tetap dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
penjelasan hukumnya melalui firman Allah SWT dalam Al-Qur’an dan melalui
hadist Nabi Muhammad SAW. Berdasarkan kedua pendapat yang telah dijelaskan
sebelumnya, pada umumnya para ulama sepakat untuk mengharamkan aborsi jika
tindakan aborsi dilakukan setelah usia janin melebihi empat bulan karena pada
saat itu janin telah bernyawa. Menggugurkan kandungan tanpa adanya indikasi
medis termasuk perbuatan yang keji dan termasuk kejahatan besar karena merusak
kondisi darurat yang mengancam nyawa ibu atau janin yang dikandungnya dan
kondisi ini adalah halal. Hal ini didasarkan pada kaidah ushul fiqhi yang
Dalam hal ini, kematian si ibu lebih besar dampaknya dibandingkan dengan
kematian janin. Oleh karena itu, abortus boleh dilakukan dalam keadaan yang
berbunyi :
“Apabila bertemu dua mafsadah , maka yang lebih besar kemudaratannya harus
karena faktor ekonomi, maka Islam menyatakan bahwa hukumnya adalah haram.
Allah SWT telah menjanjikan rezeki kepada setiap umat manusia di dunia,
sehingga para orang tua tidak perlu membunuh anaknya karena takut miskin.
Apalagi jika aborsi dilakukan karena kahamilan akhibat hubungan seks di luar
pernikahan, maka perbuatan ini termasuk dosa besar. Janin sebagai hasil
hubungan seks yang tidak sah, tetap memiliki hak untuk hidup di dunia. Janin
tersebut tidak memiliki dosa yang menyebabkan ia harus dibunuh. Oleh karena
itu, apabila aborsi tetap dilakukan dengan alasan-alasan tersebut maka hukumnya
haram dan Islam dengan tegas melarang orang tua membunuh anaknya.
IV. KESIMPULAN
Di dalam hukum Islam, aborsi hanya boleh dilakukan apabila ada indikasi
menyelamatkan nyawa ibu atau janin yang dikandungnya. Selain alasan itu, maka
M.Jusuf Hanafiah, Amri Amir, Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, EGC,
Jakarta, 2017.
Soekidjo Notoatmodjo, Etika & Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
Ari Yunanto, Helmi, Hukum Pidana Malpraktik Medik, Andi Offset, Jogjakarta,
2010.
Alwi, Zulfahmi., 2013, Abortus dalam Pandangan Hukum Islam, Vol 10, No 2.
WWW.kbbi.web.id.com