HUKUM KESEHATAN
Definisi
Hukum yang berbicara tentang kesehatan yang mengandung beberapa aspek, yaitu:
1. aspek kesehatan lingkungan
2. aspek kesehatan ilmiah
3. aspek yang berhubungan dengan apotek
4. aspek yang berhubungan dengan rumah sakit
5. aspek yang berhubungan dengan dokter
6. aspek yang berhubungan dengan pasien
7. aspek yang berhubungan dengan gizi
8. aspek yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan kerja
9. dsb
Definisi hukum kesehatan diatas mengandung arti hukum kesehatan yang luas. Banyak aspek
diatas terdapat dalam UU kesehatan No.23 tahun 1992
Hukum kesehatan dalam arti sempit (hukum kedokteran) hanya mengambil 2 aspek di dalam UU
kesehatan No.23 tahun 1992, yaitu:
1. aspek yang berhubungan dengan dokter
2. aspek yang berhubungan dengan pasien
1
d. ganti rugi
e. maalpraktek perdata
2. hukum pidana
a. maalpraktek pidana
b. pertanggungjawaban dokter
c. abortus
d. euthanasia
3. hukum administrasi negara
a. izin praktek dokter
b. izin pendirian rumah sakit
c. rekam medik
d. standar profesi
4. hukum internasional
a. putusan pengadilan asing tentang maalpraktek
b. konvensi2 WHO tentang penyelenggaraan layanan kesehatan
Contoh:
a. perlindungan dokter
Gugatan pasien yang gagal yang menyebabkan makin berat penderitaan
pasiennya/makin panjang penderitaannya/menyebabkan pasien meninggal
b. perlindungan pasien
Pasien menerima tindakan medis dibawah standar profesi. Apabila terjadi kegagalan,
pasien berhak menggugat baik secara pidana maupun perdata
Transaksi terapeutik
1. dokter akan melakukan anamnese (dokter mengobservasi dan pasien mengeluh)
2. dokter akan melakukan tindakan medis
a. dokter akan melakukan diagnosa
b. dokter akan melakukan terapi
Sejak ada proses anamnese maka dapat dikatakan telah terjadi “transaksi terapeutik”
Transaksi terapeutik
Kesanggupan dokter untuk melakukan tindakan medis yang sebelumnya dilakukan dengan
anamnese
2
1. pasien
Menyerahkan/menyetujui tindakan medis
2. dokter
Sanggup melakukan tindakan medis
Menurut hukum
Perikatan antara dokter dan pasien dapat dikelompokkan dalam:
1. perikatan ikhtiar (inspaaning verbintenis)
2. perikatan purna hasil (resultant verbintenis)
Dan dalam hal2 tertentu ada perbuatan dokter yang masuk dalam kategori zaakwarneming
(perwakilan sukarela)
3. dalam hal2 lain
Secara hukum setelah ada transaksi terapeutik maka bagaimana perikatan antara dokter dan pasien
dalam kerangka tindakan medis?
1. sesungguhnya semua merupakan perikatan ikhtiar (inspaaning verbintenis)
Dokter akan melakukan upaya yang sungguh2, berikhtiar untuk menyembuhkan/
mengurangi penderitaan/memperendah penderitaan pasien dengan standar profesi yang
dimilikinya
2. kecuali tindakan transaksi terapeutik tidak merupakan perikatan purna hasil (resultant
verbintenis)
Merupakan prestasi yang harus dipenuhi oleh dokter sesuai dengan apa yang semula telah di
perjanjikan
Contoh:
Dokter gigi yang harus menggantikan gigi pasien dimana ukuran, model, warna,
bahan, dan sebagainya telah diperjanjikan sebelumnya
3. dalam hal2 yang sangat khusus ada yang disebut zaakwarneming
Sebelum dokter melakukan tindakan medis maka diperlukan adanya “persetujuan tindakan
medis/informed consent”
Faktor yang mendorong berubahnya hubungan antara dokter dan pasien yang bersifat otonom:
1. berkembangnya kesadaran pasien akan hak2nya, hal ini sebagai implementasi dari hak
untuk menentukan nasib sendiri
2. dokter yang sadar bahwa penyembuhan penyakit memerlukan kerjasama pasien
3. kepercayaan kepada dokter tidak lagi menjadi mutlak karena dalam proses penyembuhan
penyakit, dokter banyak dibantu dengan alat2 kedokteran
Dari ketiga faktor diatas dapat menimbulkan pergeseran yang semula hubungan antara dokter dan
pasien bersifat otonom menjadi bersifat partnership, yaitu:
Pasien diajak bekerjasama bagi penyembuhan penyakitnya
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.585 tahun 1989, informasi tentang persetujuan tindakan
medis meliputi keuntungan dan kerugian dari tindakan2 medis
Menurut prof. Leinen, hal2 yang perlu diperhatikan dari dokter kepada pasien untuk mendapat
persetujuan adalah meliputi hal2 sebagai berikut:
3
1. diagnosa
2. terapi
3. tentang cara kerja dan pengalaman dokter
4. risiko
5. kemungkinan perasaan sakit
6. keuntungan terapi
7. prognase (kemungkinan menjalarnya suatu penyakit)
Yang memberi informasi tentang keuntungan dan kerugian tindakan medis adalah:
1. dokter
Yang berupa tindakan medis yang akan dilaksanakan bersifat invatif
2. orang lain, yaitu perawat atas pengetahuan dan tanggungjawab dokter
Tindakan medis yang akan dilaksanakan tidak bersifat invatif (tindakan yang secara
langsung dapat mempengaruhi jaringan/organ tubuh pasien) serta melakukan tindakan
invatif
4
Yang memberi persutujuan:
1. pasien
2. pihak keluarga (sedarah/semenda)
3. pengampu/wali
Jika pasien tidak bisa memberi persetujuan (pasien pingsan) sementara pihak lain tidak ada maka
dicari jalan keluarnya, yaitu dokter tidak harus meminta persetujuan dalam melakukan tindakan
medis, namun demikian untuk melindungi dokter dan pasien, hukum memberi alternatif jalan
keluar, yaitu:
1. asas live saving (menyelamatkan jiwa pasien)
Dalam melakukan tindakan medis dokter akan menyelamatkan jiwa pasien
2. asas fictie
Anggapan bahwa secara diam2 pasien menyetujui tindakan medis yang dilakukan dokter
(setelah pasien sadar dari pingsan dokter meminta persetujuan pasien)
3. asas zaakwarneming
Mewakili urusan/kepentingan orang lain secara sukarela dengan cara mengurus pasien itu
sampai tuntas dengan sebaik2nya dengan ukuran standar profesi medis
Standar profesi medis diperlukan apabila setelah pasien dapat memberi persetujuan ia akan
menggunakan haknya untuk meminta pendapat dari dokter lain (second opinion)
Bukti otentik menurut hukum pidana (Pasal 184 Sub 3 C KUHP) dan hukum perdata (HIR)
adalah bukti surat
2. agar tidak salah paham dengan pihak ketiga membuat catatan kecil tentang:
a. kunjungan dokter
b. lama menginap
c. obat yang diberikan
5
2. legal value
Berkaitan dengan interest hukum dibuat menurut standar akta yang dibuat dan
ditandatangani oleh dokter
3. financial and fiscal value (nilai pajak dan piskal)
Dokter/rumah sakit memperhitungkan biaya perawatan berdasarkan pada rekam medis
4. research value
Kepentingan penelitian
5. Education value
Nilai pendidikan
6. Documentary value
Nilai dokumentasi karena akan disimpan
Dibagi kedalam:
a. overmacht
Keadaan/peristiwa yang sebelumnya tidak diduga2 oleh debitur (dokter) akan tetapi
ternyata terjadi/muncul dan itu menyebabkan ddebitur (dokter) tidak bisa atau
terhalang memenuhi/melaksanakan prestasi (tindakan medis)
Macam2 overmacht:
1. semenatra waktu (listrik mati, dokter sakit)
2. permanen (gempa bumi yang menghancurkan rumah sakit, dokter mati)
3. menghapuskan pertanggungjawaban
4. absolut (mati)
5. relatif (dokter sakit)
b. keadaan darurat
1. perbenturan antara 2 kepentingan hukum
2. perbenturan antara 2 kewajiban hukum
3. perbenturan antara kepentingan dan kewajiban hukum
1. kepentingan hukum
Hal2 yang harus dilindungi oleh hukum
2. kewajiban hukum
Apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan seperti yang telah
diperintahkan/dilarang oleh hukum
Dibagi kedalam:
a. sifatnya perdata
Ciri2:
1. ada perikatan antara dokter dan pasien dalam bentuk transaksi terapeutik
2. penyimpangan dari standar profesi
3. kealpaan yang ringan (culva levis)
4. kerugian, baik materil maupun inmateril
5. hubungan kausalitas antara tindakan medis dan akibat yang muncul
b. sifatnya pidana
Ciri2:
6
1. ada perikatan antara dokter dan pasien
2. penyimpangan dari standar profesi
3. kesalahan berat (kesengajaan + alpa berat (culva lata))
4. kerugian
a. materil (yang dinilai dengan uang)
b. inmateril (mati + luka/penderitaan makin berat/makin panjang)
5. kausalitas
c. sifatnya etika
Pelanggaran kode etik kedokteran seluruh Indonesia
Kesalahan
1. kesengajaan
a. hukum perdata
Pelaku sudah pasti mengetahui akibat dari perbuatan yang akan muncul akan tetapi
pengetahuannya tidak menghalangi untuk tidak berbuat
b. hukum pidana
1. menghendaki (willen) perbuatan
2. mengetahui (witten) akibatnya
2. kealpaan
a. hukum perdata
Pelaku mungkin mengetahui akibat yang akan timbul akan tetapi kemungkinan itu
tidak menghalanginya untuk berbuat
b. hukum pidana
Sembrono, kurang penduga2an, kurang penghati2an
Prosedur pertanggungjawaban
PERISTIWA
Dalam berbagai literatur dijumpai berbagai penggolongan jenis aborsi. Untuk memudahkan
analisis kita maka dalam konteks hukum kesehatan, aborsi digolongkan dalam 2 kategori, yaitu:
1. yang sifatnya spontan
2. terjadi karena campur tangan manusia (provokatus)
7
a. abortus provokatus medicalis/mecinalis
Dilakukan semata2 untuk alasan medis
b. abortus provokatus criminalis
Dilakukan bukan semata2 untuk alasan medis
Abortus provokatus, terutama yang sifatnya criminalis merupakan salah satu dari bentuk
maalpraktek seperti dalam pasal 90 KUHP bahwa yang dimaksud luka berat (yang merupakan
salah satu dari bentuk kerugian karena maalpraktek) adalah gugurnya janin didalam kandungan.
Dalam kerangka maalpraktek tentu gugurnya janin merupakan abortus provokatus criminalis
namun apabila dilihat secara umum keluarnya janin dalam kandungan bisa disebabkan karena:
1. proses persalinan (partus)
2. proses pengguguran (abortus)
Kedua istilah itu tidak diintrodusir oleh UU kesehatan. Pasal 15 ayat (1) UU kesehatan hanya
menggunakan istilah tindakan medis tertentu oleh karena kebiasaan penjelasan maka tindakan
medis tertentu dalam pasal 15 ayat (1) harus diberikan pengertian sebagai partus dan abortus.
Selanjutnya pasal 15 ayat (1) ingin juga mengintrodusir tindakan medis tertentu yang tidak bersifat
melawan hukum
Pertanggungjawaban yang diminta pada pelaku tersebut dapat didasarkan pada 2 alternatif, yaitu:
1. pasal 80 UU No.23 tahun 1992
a. kelebihan
1. relatif baru
2. ancaman pidana relatif berat, yaitu ancaman pidana 15 tahun dan denda Rp.
500 juta
Artinya dari sisi penyerahan lebih banyak kemungkinannya
b. kelemahan
Hanya menyebut tindakan medis tertentu
Artinya kita tidak tahu apakah yang dimaksud abortus atau partus atau keduanya
2. pasal 346 KUHP
a. kelebihan
Penyebutan kualifikasi tindak pidananya lebih menguntungkan karena pengguguran
kandungan dirumuskan secara eksplisit
b. kelemahan
Ancaman sanksi pidana relatif lebih ringan, yaitu maksimal 4 tahun
8
Dalam hukum berlaku asas hukum yang khusus mengenyampingkan hukum yang umum, hukum
yang baru mengenyampingkan hukum yang lama, artinya bahwa dari sisi asas hukum terhadap
perkara aborsi terjadi
Setelah diundangkannya UU No.23 tahun 1992 maka berlakulah pasal 80 karena UU kesehatan
adalah hukum yang khusus sedangkan KUHP adalah hukum yang umum dan UU kesehatan adalah
hukum yang baru dan KUHP adalah hukum yang lama
Oleh karena kita menggunakan pasal 80, maka penyatuan pidananya pun mengikuti keseluruhan
unsur dan ancaman sanksi yang terdapat pada pasal 80. Keseluruhan yang telah kita bicarakan
diatas adalah kajian abortus secara normatif artinya menurut das sollen:
Apabila terjadi abortus, seluruh peraturan harus ditaati
Yang melakukan aborsi yaitu mereka yang ada dalam ikatan keluarga sebagian kecil 30% yang
melakukan aborsi yaitu mereka yang berada di luar nikah
Hakim
Karena dakwaan dan tuntutan hukuman yang dibuat oleh jaksa relatif rendah, maka hakim akan
memutuskan putusan yang rendah pula. Putusan yang rendah tidak akan membawa efek
penyelesaian baik secara individu maupun secara umum.
1. secara individu
Orang yang membantu melakukan aborsi tidak semakin takut
2. secara umum
Orang yang melakukan aborsi juga tidak akan semakin takut malahan besar kemungkinan
akan muncul residivis2 pelaku aborsi mengingat pidana yang dijatuhkan relatif sangat
rendah
Contoh:
a. 0% dari korban
Suami/istri melakukan aborsi
Atas permintaan suami/istri bukan dukun sehingga ada korban yang jatuh
b. 100% dari korban
Dukun dan pasien telah bersedia untuk melakukan pengguguran