TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi
gangguan serebral yang bersifat fokal akibat gangguan sirkulasi otak. Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO), stroke merupakan suatu gejala klinis
yang diakibatkan oleh kerusakan yang terjadi di otak, baik secara fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam ataupun jika terlambat dalam
2.1.2 Epidemiologi
Insidensi stroke di Eropa adalah sekitar 200 dari 100.000 orang setiap tahun.
lebih dari 200.000 kasus, sedangkan angka kejadian stroke pertahunnya adalah
750.000 kasus. Sebanyak 200.000 kasus adalah kasus berulang dan lebih dari
400.000 merupakan kasus baru. Dikatakan bahwa dapat terjadi defisit neurologi
yang bersifat sedang sampai parah lebih dari 4.000.000 orang Amerika, dengan
6
7
sekarang sudah mulai mengerti dan memahami tentang kesehatan diri, keluarga
kelas menengah ke atas. Tetapi untuk konsep hidup sehat berupa konsumsi
makanan yang sehat, berolahraga dan tidak merokok masih sulit dilakukan
Data insidensi penyakit stroke di Indonesia belum ada yang lengkap, tetapi
dari hasil laporan Survey Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai rumah
setiap tahunnya.19
terhentinya aliran darah ke otak akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup
sel-sel otak. Otak akan mulai terganggu atau bahkan mengalami kerusakan
ireversibel jika terjadi penghentian pasokan oksigen secara total setelah 4–6
menit.14
menjadi dua sumber, sepasang aliran arteri karotis interna dan sepasang aliran
arteri vertebral. Kedua aliran arteri ini mempunyai sumber aliran yang sama yaitu
dari arkus aorta. Pada sisi sebelah kanan dari arkus aorta, terdapat percabangan
selanjutnya akan bercabang kembali menjadi arteri karotis komunis dekstra dan
selanjutnya akan terjadi percabangan kedua pada jalur arkus aorta, yaitu arteri
Arteri karotis komunis dekstra dan arteri karotis komunis sinistra akan
melanjutkan diri menjadi arteri karotis eksterna dekstra dan arteri karotis interna
dekstra, dan arteri karotis interna sinistra dan arteri karotis eksterna sinistra,
selanjutnya arteri karotis interna baik dekstra maupun sinistra akan masuk ke
rongga tengkorak melalui kanalis karotikus dan berlanjut masuk melalui sinus
suplai darah pada nervus optikus dan retina, kemudian arteri karotis interna akan
bercabang dua membentuk arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Fungsi
dari kedua arteri ini untuk memberikan suplai darah terutama ke otak bagian
frontal, parietal dan sebagian lobus temporal masing-masing kanan dan kiri.14,23
memberikan suplai perdarahan ke otak pada lobus oksipital dan sebagian lobus
temporal serta ke batang otak. Arteri vertebralis baik dekstra maupun sisnistra
sepasang arteri serebeli inferior saat berada setinggi medula oblongata dan pons,
sepasang arteri serebeli inferior akan bergabung lagi membentuk arteri basilaris.
dari arteri serebri anterior dan posterior. Anatomi sistem arteri karotis dan arteri
Aliran darah balik dari otak melalui dua sistem, yaitu vena interna dan vena
eksterna, yang pada akhirnya akan mencurahkan darah menuju vena jugularis.1,4
2.1.4 Klasifikasi
Penggolongan stroke yang dikenali sampai saat ini ada beberapa macam,
anatomi, sistem pembuluh darah dan stadium stroke itu sendiri. Beberapa
1. Stroke non-hemoragik
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
2. Stroke hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
10
b. Perdarahan subarakhnoid
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler
1. TIA
2. Sroke in evolution
3. Completed stroke
Faktor risiko stroke yang sudah diketahui saat ini dibagi menjadi dua, yaitu
:9,21,23
a. Hipertensi
b. Diabetes melitus
c. Penyakit jantung
e. Hiperkolesterolemi
f. Infeksi
g. Obesitas
i. Alkohol
j. Lain lain , berupa asma bronkial, penyakit darah, asam urat dan iatrogenik
11
a. Umur
b. Genetik
c. Ras
d. Jenis kelamin
2.1.6 Etiologi
otak. Gangguan aliran darah otak ini terjadi akibat beberapa penyebab seperti
Otak dalam keadaan istirahat dan normal akan menerima 1/6 dari curah
jantung dan akan menggunakan lebih kurang 20% oksigen tubuh. Aliran darah
otak yang normal adalah sebanyak 50–60 cc/100 g sel otak/menit, jika terjadi
pergeseran atau terjadi kekurangan pasokan aliran darah dari kondisi normal
tersebut, maka akan terjadilah gangguan pada sel otak, untuk tingkat dan gradasi
dari gangguan sel otak yang terjadi akan sangat dipengaruhi juga oleh waktu
12
terjadinya gangguan aliran darah otak. Hubungan antara gangguan aliran darah
otak yang terjadi dan lamanya waktu gangguan aliran darah yang terjadi dengan
dipenuhi untuk menjalankan fungsi sel otak secara fisiologis, dimana rentang
aliran darah otak dibawah rentang normal tersebut, maka akan terjadi
batasan aliran darah yang apabila tidak tercapai maka akan terjadi proses
aktivitas listrik neuron otak. Hal tersebut terjadi jika aliran darah yang sampai
kematian neuronal yang ireversibel apabila aliran darah yang mencapai otak
kurang dari 15 cc/100 g sel otak/menit sampai dengan penghentian total aliran
darah otak.
Aliran darah otak yang sangat berkurang untuk perfusi ke otak, akan
menyebabkan iskemik otak yang luas dengan terbentuknya daerah yang tampak
tidak homogen sesuai dengan tingkat keparahan iskemik otak yang terjadi.
Lapisan yang paling iskemik atau yang mendapatkan aliran darah paling rendah
akan terlihat pucat sekali, dan akan terjadi dilatasi pembuluh darah tetapi tidak
ada darah yang melaluinya, hal itu dikarenakan penumpukan asam laktat sehingga
13
pH akan menjadi asam, PO2 yang rendah dan PCO2 yang meningkat akan
Di luar daerah inti iskemik akan terbentuk daerah penumbra iskemik atau
zona transisi dengan aliran darah yang sedikit lebih baik, Cerebral Blood Flow
(CBF) pada daerah ini lebih kurang 25cc/100 g sel otak/menit, daerah ini masih
luar penumbra iskemik akan terlihat kemerahan dan edema (luxury perfusion),
sebagai efek dari dilatasi dan kompensasi dari pembuluh kolateral yang ada di
darah otak berkenaan dengan fungsi otak dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah
ini.
Gambar 2.2 Derajat ambang batas aliran darah otak berkenaan dengan
fungsi otak15
gangguan aliran darah untuk perfusi otak dan lokalisasi pembuluh darah yang
erat kaitannya dengan lokasi pembuluh darah yang mengalami gangguan dan
14
sesuai dengan daerah otak yang iskemik. Berikut kemungkinan manifestasi klinis
yang muncul sesuai dengan pembuluh darah yang mengalami sumbatan :13,14,15
- Afasia global
- Hemianopsia kontralateral
gangguan )
- Disfagia
- Disatria
- Babinsky bilateral
- Gangguan penglihatan
15
- Koma
- Hemiparesis kontralateral
Manifestasi klinis pada stroke hemoragik dapat berupa nyeri kepala hebat,
mual muntah dan kesadaran menurun dengan cepat (>65% koma dalam setengah
jam setelah serangan). Selain itu juga dapat menimbulkan gejala fokal sesuai
2.1.9 Diagnosis
Upaya penegakan diagnosis pada kasus stroke hampir sama dengan kasus-
pemeriksaan dan evaluasi klinis yang tepat dan cermat guna mengetahui dan
menuntun dokter untuk menentukan penyebab yang paling mungkin pada masing
Langkah langkah diagnosis yang dapat dilakukan pada kasus stroke adalah
a. Anamnesis
perkembangan gejala dan keluhan lain berupa kejang, mual dan muntah, nyeri
risiko stroke yang ada pada pasien, riwayat pemakaian obat dan obat yang
b. Pemeriksaan Fisik
cara auskultasi arteri karotis, jantung dengan EKG, retina, dan ekstremitas.
rangsang selaput otak, reflek, cara berjalan, sistem motorik, kordinasi, sensorik
dan fungsi kognitif. Untuk skala stroke yang dianjurkan dan banyak digunakan
d. Pemeriksaan penunjang
maupun MRI yang digunakan adalah tanpa kontras. Selain itu pemeriksaan lain
juga dapat dilakukan, seperti kadar gula darah, elektrolit serum, tes fungsi
(White Blood Cell Count) meningkat dari rentang nilai normal (normal dewasa
inflamasi dalam tubuh, baik akibat infeksi bakteri, virus atau parasit lain dan
keadaan ini juga dapat terjadi pada keadaan stres, aktivitas fisik ekstrim, kejang
2. Limfositosis
3. Monositosis
4. Eosinofilia
5. Basofilia
leukosit yang banyak dijumpai adalah leukosit imatur, karena produk inflamasi
berupa C3a dan G-CSF menstimulasi pengeluaran leukosit imatur dari sumsum
tulang lebih cepat dari waktunya. Pada stroke yang paling sering ditemui adalah
neutrofilia.1,27,28
stroke. Leukosit dapat ditemukan dalam jumlah banyak pada tubuh pasien disaat
pasien sedang mengalami proses inflamasi akibat infeksi, baik sebelum serangan
stroke maupun pada saat perawatan (infeksi nosokomial), kondisi pasien yang
sedang stres dan kelainan hematologi pada pasien itu sendiri.33,34Penelitian oleh
jumlah leukosit yang tinggi (leukositosis) pada saat pertama kali serangan dengan
Scandinavian Stroke Scale (SSS), dan perburukan outcome jika terjadi setelah
serangan stroke, misal pada kasus infeksi nosokomial pasca stroke yang
Hasil penelitian itu didukung oleh hasil penelitian Sri Wahyuni et al. mengenai
nilai diagnostik hitung leukosit pada stroke bahwa didapatkan leukosit pada
pasien stroke hemoragik lebih tinggi daripada stroke iskemik sehingga dapat
menjadi indikator keduanya, dan semakin tinggi jumlah leukosit seperti pada
18
penderita stroke hemoragik maka volume lesi pada otak yang ditemukan melalui
belum jelas benar, namun dalam penelitian tersebut dicurigai sifat alami leukosit
yang menyerang sel atau jaringan asing salah mengira bahwa jaringan otak
merupakan jaringan yang asing sehingga leukosit merusak dan mematikan sel
2.1.11 Penatalaksanaan
penanganan yang komprehensif dan terus menerus, mulai saat pertama kali masuk
di rumah sakit sampai pada proses rawatan lanjutan atau rawat jalan, sehingga
kondisi fisik dan kesehatan pasien mencapai keadaan yang optimal. Strategi yang
keluarga.
Menurut WHO, pada kasus stroke banyak sekali akibat dan efek yang
masyarakat, sehingga banyak aspek yang harus selalu mendapatkan perhatian dan
tersebut dapat dihasilkan upaya penanganan yang lebih tepat dan bersungguh
melakukan aktivitas yang dapat dilakukan orang sehat normal, misalnya tidak
Upaya perawatan secara umum pada pasien stroke akut bertujuan untuk
kecukupan perfusi dan oksigenasi pada sel-sel otak sehingga proses metabolisme
otak tetap berjalan dengan baik. Langkah langkah tindakan secara umum yang
dilakukan adalah:
1. Stabilisasi fungsi kardiologi dan respirasi melalui evaluasi dan tindakan yang
TIK kurang dari 20 mmHg dan Cerebral Perfusion Pressure (CPP) >70
mmHg.
maksimum 50 mg/menit.
7. Pemeriksaan penunjang.
terjadi akibat gangguan dari regulasi gula darah yang merupakan sebagian dari
reaksi non spesifik terhadap terjadinya stres dan kerusakan jaringan, sehingga
terjadi peningkatan glukosa darah yaitu dengan rentang kadar puasa normal 80-
90 mg/dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140-160 mg/dl darah.9,7,38 Stres
hiperglikemia ini diartikan sebagai peningkatan kadar glukosa darah puasa lebih
dari 110 mg/dl serta kadar gula darah sewaktu >140 mg/dl.9,7,30 reaksi ini
merupakan fenomena yang tidak berdiri sendiri dan merupakan salah satu aspek
berbagai mediator seperti neurologi, hormon dan messenger sitokin misalnya pada
berdiri sendiri sebab stres hiperglikemia ini merupakan salah satu aspek
Keadaan stres hiperglikemia ini juga dapat terjadi pada penyakit akut seperti
cedera kepala, luka bakar dan infark miokard. Stres hiperglikemia ini tergantung
dari beratnya kerusakan jaringan otak akibat stroke. Terdapat dua mekanisme
Aktivitas dari pusat sistem simpatis yang terletak pada batang otak ini
dalam hati, hal tersebut akan meningkatkan terjadinya pelepasan glukosa oleh hati
lalu masuk ke dalam sirkulasi, selain itu juga dapat menyebabkan terhambatnya
pemakaian glukosa di jaringan perifer, serta akan menghambat sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Norepinefrin memiliki efek yang lemah terhadap glikogenolisis
dalam hati, tetapi hati tetap dapat merangsang glukoneogenesis yang memiliki
efek lipolisis yang kemudian memberi asupan gliserol bagi hati. Alanin yang
pada keadaan kritis. Gliserol yang masuk ke dalam sel hati ikut berpartisipasi
perifer dan kemungkinan down regulation dari piruvat dehidrogenase, laktat yang
yang akan merangsang korteks adrenal untuk melepas kortisol, efek kortisol
fungsi jasmani, rohani, sosial dan kemampuan bekerja yang terganggu akibat
hal yang penting untuk mengetahui outcome pada pasien stroke, dimana secara
memahami ucapan)
yang terganggu akibat outcome stroke tersebut, sehingga pasien dapat mandiri
berupa terapi wicara, terapi okupasi, psikoterapi, pemberian alat bantu prostesa-
ortotika, dan olahraga.34,36 Rehabilitasi pada pasien stroke dapat dimulai pada
saat pasien dalam keadaan stabil dan siap secara fisik dan mental. Siap secara
fisik berarti pasien dalam keadaan stabil, dan tidak mengidap penyakit lain yang
dapat mengganggu proses rehabilitasi seperti luka atau proses inflamasi.22 Pada
terjadi selain akibat kerja hiperglikemia seperti yang diuraikan juga dapat terjadi
akibat pasien terlambat mendapatkan terapi dan terlambat dalam menjalani proses
terdapat berbagai cara, yang salah satunya sering digunakan yaitu indeks
Barthel.1,32,33,35 Indeks Barthel adalah suatu indeks yang dapat digunakam untuk
tersebut adalah
100 = Mandiri
Indeks Barthel ini sering digunakan para peneliti untuk menilai proses
penuaan pada geriatri serta kualitas hidup seseorang, terutama pada pasien
25
dengan penyakit yang berdampak pada kualitas hidup seperti halnya pada pasien
1,32,35
stroke dengan defisit neurologis penderitanya. Indeks Barthel ini sering
digunakan para peneliti karena sifat tes nya yang sederhana dengan tingkat
kepercayaan (reliabilitas) nya yang baik dan tidak memerlukan pelatihan yang
khusus kepada peneliti untuk menggunakan indeks ini. 1,35,38 Indeks Barthel yang
digunakan dalam penelitian ini telah dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia
seperti yang telah dilakukan sebelumnya oleh Iskandar Agung dari Universitas
Indonesia dengan hasil bahwa Indeks Barthel merupakan suatu instrumen ukur
yang handal dan sahih dalam menilai activity of daily living (ADL) pada pasien
geriatri.38 Selain hal di atas Indeks Barthel juga merupakan instrument ukur yang
seluruh unit pokdi neurologi di Indonesia dalam pencatatan Case Report Form
digunakan untuk memeriksa kualitas hidup seseorang juga sangat penting dalam
diketahui tingkat kemandirian pasien maka terapi latihan fisik yang diberikan juga
Stroke Non-
Hemoragik akut
CRH↑
Stres Aktivasi
katabolik simpatik ↑
Stres
Hiperglikemia
Terganggunya
Hiperosmolalitas
produksi
-Fosforilasi Oksidatif
-Produksi ATP
Hipoksia
Glukosa
metabolisme
anaerob
Asam laktat↑
-Asidosis Intraseluler↑
-Asidosis Exstraseluler↑
-Kerusakan neuron
-Jaringan glia
-Jaringan vaskuler
Outcome Stroke
Non-Hemoragik
(Indeks Barthel)
Stroke non-
hemoragik akut
Faktor Langsung
Faktor Perancu