Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Diska Astarini Tanda Tangan

Nama Pendamping dr. Miraz Hedi Kusumah Tanda Tangan

Nama Wahana Puskesmas Sungai Kakap


Tema Penyuluhan Hipertensi
Tujuan Penyuluhan Memberi informasi dan edukasi peserta posyandu
lansia mengenai penyakit Hipertensi
Hari/Tanggal 17 Maret 2017
Waktu Pukul 09.00 WIB
Tempat Puskesmas Sungai Kakap
Jumlah Peserta 20 orang
LAPORAN PENYULUHAN

HIPERTENSI

Disusun Oleh :
dr. Diska Astarini

Pendamping :
dr. Miraz Hedi Kusumah

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA


PUSKESMAS KECAMATAN SUNGAI KAKAP
2017/2018
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN MENGENAI PENYAKIT
HIPERTENSI DI PUSKESMAS KECAMATAN SUNGAI KAKAP

I. LATAR BELAKANG
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan masalah kesehatan
yang sering ditemukan pada negara berkembang. Prevalensi tekanan darah
tinggi meningkat seiring dengan peningkatan usia. Secara umum, hipertensi
tidak bergejala, mudah dideteksi, biasanya mudah diobati dan sering
menyebabkan komplikasi kematian bila tidak ditangani. Komplikasi
hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap
tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena
penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke.1,2
Data WHO (World Health Organization) di seluruh dunia sekitar 972
juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada
di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Hipertensi juga
menempati peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan
di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2006 dengan prevalensi sebesar
4,67% dan pada tahun 2013 prevalensi hipertensi meningkat menjadi 9,5%.
Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau minum obat,
prevalensi kejadian hipertensi tertinggi didapatkan di Sulawesi Utara, yaitu
11,4%.3
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di
Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan
pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi berdasarkan hasil pengukuran pada
umur ≥18 tahun sebesar 25,8% sesuai dengan data Riskesdas 2013. Jadi
cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di
masyarakat tidak terdiagnosis. Data secara nasional yang belum lengkap,
sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara
mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya.1
Data menunjukkan hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui,
namun para ahli telah mengungkapkan, bahwa terdapat dua faktor yang
memudahkan seseorang terkena hipertensi, yakni faktor yang tidak dapat
dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa faktor resiko yang
termasuk dalam faktor yang tidak dapat dikontrol seperti genetik,usia, jenis
kelamin, dan ras. Sedangkan faktor resiko yang dapat dikontrol berupa
perilaku atau gaya hidup seperti obesitas, kurang aktivitas, stres dan
konsumsi makanan.3
Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan
jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik
dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta
maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan. Masalah
yang sering ditemukan di masyarakat adalah kurangnya pengetahuan pasien
mengenai terapi farmakologi yang harus rutin dikomsumsi, selain itu
penyakit penyerta yang perlu untuk diperhatikan serta perubahan pola hidup
sehat seperti diet rendah garam dan kolesterol dan olah raga yang teratur
sebagai terapi non-farmakologi.4

II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini diharapkan peserta posyandu
mengetahui mengenai penyakit hipertensi sehingga mereka dapat
memberitahukan anggota keluarga yang lain agar memeriksakan tekanan
darah dan mengontrolnya dengan baik.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan peserta penyuluhan dapat :
a. Mengetahui apa itu hipertensi.
b. Mengetahui apa saja faktor risiko dari hipertensi.
c. Mengetahui apa gejala dari hipertensi.
d. Mengetahui apa komplikasi dari hipertensi.
e. Mengetahui bagaimana caranya menurunkan tekanan darah.

III. PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Topik
Penyuluhan mengenai penyakit hipertensi
2. Sasaran dan target
Sasaran : Seluruh warga lansia di lingkungan Puskesmas Sungai
Kakap
Target : Peserta posyandu lansia di Puskesmas Sungai Kakap
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
4. Media dan alat
a. LCD proyektor
b. Presentasi menggunakan Microsoft Power Point
5. Waktu dan tempat
Hari/Tanggal : Jumat, 17 Maret 2017
Pukul : 09.00 WIB sampai selesai
Tempat: Aula Puskesmas Sungai Kakap
6. Pengorganisasian
Pemberi materi : dr. Diska Astarini
Moderator : dr. Miraz Hedi Kusumah
7. Setting tempat

Keterangan :

: Pemberi materi

: Moderator

: Peserta

IV. KEGIATAN PENYULUHAN


No. Waktu Kegiatan Metode
1 5 menit Pembukaan Ceramah
2 15 menit Pelaksanaan penyuluhan Ceramah
mengenai penyakit hipertensi
3 10 menit Diskusi dan tanya jawab Tanya jawab
4 5 menit Penutup Ceramah
V. URAIAN TUGAS
1. Moderator
 Membuka acara
 Membuat kontrak waktu dan pelaksanaan kegiatan
 Menjelaskan tujuan dan topik penyuluhan
 Menutup acara kegiatan
2. Pemberi materi
 Memberikan materi penyuluhan
 Melakukan diskusi dan tanya jawab dengan peserta penyuluhan

VI. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta menghadiri penyuluhan
b. Tempat, media serta alat penyuluhan tersedia sesuai rencana
c. Peran dan tugas sesuai perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
b. Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan dengan
bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat
c. Peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mampu :
a. Mengetahui apa itu penyakit hipertensi.
b. Mengetahui apa saja faktor risiko penyakit hipertensi.
c. Mengetahui apa gejala dari penyakit hipertensi.
d. Mengetahui apa komplikasi penyakit hipertensi.
e. Mengetahui bagaimana caranya menurunkan tekanan darah.
LAMPIRAN MATERI

I. PENGERTIAN HIPERTENSI
Saat ini untuk orang dewasa, hipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih tinggi dan
atau peningkatan tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih
tinggi.5

II. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI


Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau
disebabkan oleh hipertensi primer, maka secara umum yang disebut
hipertensi primer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan hipertensi, yaitu :
a. Faktor keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam
suatu keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki
kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal.6
b. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbedaan
diantara jenis kelamin kurang tampak setelah usia 50 tahun.
Penyebabnya, sebelum menopause, wanita cenderung terlindungi
dari penyakit jantung oleh hormon esterogen.7
c. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung
untuk memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari
tubuh tersebut. Berat badan yang berlebihan menyebabkan
bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi.7
d. Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara
keseluruhan semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi
tekanan darah.7
e. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat.
Hal ini karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil
dalam paru-paru dan disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya
dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak
bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjar
adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hormon yang sangat
kuat ini menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung
untuk memompa lebih keras di bawah tekanan yang lebih tinggi.8
f. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini
mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila
stress berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah tetap tinggi.9
g. Asupan tinggi garam
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah
bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat.
Garam memiliki sifat menahan cairan, sehingga mengkonsumsi
garam berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah.10
h. Asupan makanan tinggi lemak/kolesterol tinggi.
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh berkaitan dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.
Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis
(kekakuan pada pembuluh darah) yang berkaitan dengan kenaikan
tekanan darah.11
i. Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada
orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah,
makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri
sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah.10

III. GEJALA HIPERTENSI12


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Namun beberapa tanda dan gejala dapat terjadi pada pasien hipertensi,
yaitu :
 Peningkatan tekanan darah pada pembacaan setidaknya dua kali
berturut-turut setelah penyaringan awal
 Nyeri kepala (kemungkinan memburuk pada di pagi hari sebagai
akibat dari peningkatan tekanan intrakranial); mual dan muntah juga
dapat terjadi
 Perdarahan dari hidung yang mungkin karena keterlibatan pembuluh
darah
 Pusing, kebingungan, dan kelelahan yang disebabkan oleh perfusi
jaringan menurun karena vasokonstriksi pembuluh darah
 Penglihatan kabur sebagai akibat dari kerusakan retina.
IV. KOMPLIKASI HIPERTENSI8,13
Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi
adalah untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat
timbul jika penyakit ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi
yang umum terjadi sebagai berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor risiko yang penting dari stroke dan serangan
transient iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi
merupakan stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-
arterial atau embolisasidari jantung dan arteri besar. Sisanya 20%
disebabkan oleh pendarahan yang juga berhubungan dengan nilai tekanan
darah yang sangat tinggi. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan
tekanan darah sebesar 5 mmHg menurunkan risiko terjadinya stroke.
2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan risiko
terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian
mendadak). Bukti dari suatu studi epidemiologi yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki risiko
enam kali lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada penderita
tanpa riwayat hipertensi.
3. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi
tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat
ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah
yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata
akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat
penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang
pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.
4. Kerusakan ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan
glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian ginjal. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.

V. CARA MENURUNKAN TEKANAN DARAH


Pengobatan hipertensi harus dilakukan secara keseluruhan degan
tujuan menurunkan angka kejadian dan angka kematian akibat hipertensi
dengan menurunkan tekanan darah seoptimal mungkin sambal mengontrol
faktor-faktor risiko lainnya. Berikut cara menurunkan tekanan darah yang
terdiri dari :
1. Mengubah pola hidup seperti :
a. Mengatur pola makan
b. Olahraga yang teratur dengan frekuensi 3-4 kali seminggu dengan
durasi 30 menit tiap olahraga
c. Menghindai stress
d. Menghindari konsumsi alkohol dan merokok
e. Mengurangi asupan garam
f. Mengatur keseimbangan antara kerja, istirahat, dan rekreasi.

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita
adalah:
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih).
2) .Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripik dan makanan kering yang asin).
3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5) Susu full cream, mentega, margarine, keju, mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung
garam natrium.
7) Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

2. Mengkonsumsi obat tekanan darah tinggi, dengan catatan :


a. Obat hipertensi tidak ada yang menyembuhkan, tetapi hanya bersifat
mengontrol tekanan darah
b. Minum obat hipertensi harus dilakukan seumur hidup
c. Jika tidak minum obat teratur, maka tekanan darah akan tinggi
kembali.
DAFTAR PUSTAKA

1. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan RI. InfoDATIN Hipertensi.


Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
2. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan RI. InfoDATIN Situasi Kesehatan
Jantung. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
3. Adriaansz PN, et al. Hubungan Konsumsi Makanan dengan Kejadian
Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomuut Kota Manado. ejournal
Keperawatan (e-Kp). 2016. 4(1):1-6
4. Destiani DP et al. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien
Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan Rawat Jalan pada Tahun 2015 dengan
Metode ATC/DDD. Farmaka. 2016. 14(2): 1-7
5. Schwartz Gary L. Hypertension. Habermann Thomas, Ghosh K. Amit,
editors. Mayo Clinic Internal Medicine Concise Textbook. USA: Mayo
Clinic Scientific Press and Informa Healthcare USA, INC. 2008. P 429-64
6. Kumar, P., and Clark, M., 2005. Clinical Medicine 6th ed. London, UK:
Elseveir Saunders.
7. Beevers, D. G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat.
8. Gardner, D.S, et al. Hypertension and impaired renal function accompany
juvenile obesity: the effect of prenatal diet. Kidney International.
2007.72:279-289
9. Hariwijaya, M., & Sutanto. Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Kronis.
Jakarta : Edsa Mahkota. 2007
10. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. 2017
May [cited 2017 May 20]. Available from:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-
pressure/basics/risk-factors/con-20019580
11. Ali Khomsan. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada; 2003. p: 88-96

12. Kowalak Jenifer, Cardiovascular System. Kowalak Jenifer, Cavallini


Mario, editors. Handbook of Pathopisiology. US: Springhouse
Corporation. 2001.p.120-4
13. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan
Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.

Anda mungkin juga menyukai