PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga,
pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau
aktivitas manusia lainnya. Bahkan, sampah bisa berasal dari puing-puing bahan
bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan bermotor. Sampah merupakan hasil
sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai (Nurhidayat 2010).
Sampah masih menjadi kendala di berbagai daerah, termasuk Kota
Pekanbaru. Pasalnya, produksi sampah berbanding lurus dengan perkembangan
kota itu sendiri. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk dapat menghilangkan
image kotor di daerahnya. Persoalan sampah yang terus menjadi momok Kota
Pekanbaru membuat pemkot dan legislatif gerah. Bahkan, beberapa kali Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP) kerap dicerca pertanyaan akan kinerja mereka
dalam pengelolan sampah di Pekanbaru. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Pekanbaru, Riau, menyatakan wilayah tersebut saat ini mampu menghasilkan
sampah 500 ton/hari, dari sekitar 1,3 juta penduduk. Secara rata-rata, 2,6 kilogram
sampah diproduksi tiap penduduknya setiap hari.
Berbagai cara dilakukan untuk mengalola sampah di Pekanbaru. Mulai
dari diberikan kepada masyarakat hingga menggandeng pihak ketiga. Tetap saja
sampah masih "mengepung" Kota Bertuah. Belum terangkutnya sampah di
Pekanbaru secara penuh karena kesalahan semua pihak, baik pemerintah kota
(pemko) maupun pihak ketiga. Pemko seharusnya menggandeng pihak ketiga
yang lihai mengangkut sampah sekaligus mengolah sampah. Sampah yang akan
diangkut sudah menggunung dalam waktu sekejap. Sampah selalu timbul menjadi
persoalan rumit dalam masyarakat yang kurang memiliki kepekaan terhadap
lingkungan. Ketidakdisiplinan mengenai kebersihan dapat menciptakan suasana
semrawut akibat timbunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak menyenangkan
akan muncul. Bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan gangguan berbagai
penyakit siap menghadang di depan mata. Tidak cuma itu, peluang pencemaran
lingkungan disertai penurunan kualitas estetika pun akan menjadi santapan sehari-
hari bagi masyarakat.
Masyarakat yang membuang sampah sembarangan, tidak hanya membuat
kotor lingkungan bahkan suasana di wilayah tersebut akan kelihatan kumuh. Nah
yang jadi permasalahan sekarang, apakah itu seluruhnya menjadi tugas
pemerintah saja atau tugas bersama?. Mungkin dalam hal ini, tidak perlu ada yang
disalahkan. Sekarang bagaimana menciptakan suasana yang asri dan bersih
merupakan tugas bersama. Kedepan Pemerintah harus lebih proaktif dalam
memerangi sampah organik maupun anorganik. Dengan pola 3R (Reduce, Reuse
dan Recycling) mulai dari RT, RW sampai ketingkat lebih tinggi. Jangan hanya
membuat percontohan karena percontohan desa atau RT tentang pengelolaan
sampah yang baik sudah banyak di daerah yang pernah memenangkan Adipura.
Hal terpenting yang perlu difikirkan dan dilaksanakan pemerintah sejak saat ini
yakni, bagaimana sampah bisa terangkut dan dikelola dengan baik. Kemajuan dan
kecanggihan teknologi saat ini, harusnya mampu mengatasi persoalan sampah di
Pekanbaru. Termasuk mau dijadikan apa sampah yang ada tersebut.
Negara Swedia memang tergolong sebagai negara Eropa yang makmur,
yang salah satu penyebab kemakmuran negara ini didapatkannya dari tumpukan
sampah yang diimpor dari negara-negara lain. Hal tersebut disebabkan semua
sampah hasil impor akan langsung di daur ulang dengan sangat baik dan rapi
berdasarkan konsep WTE (Waste to Energy).Lalu setelah diolah, limbah sampah
tadi akan menjadi apa? Nantinya, setelah melalui proses pengolahan dengan cara
pembakaran, maka hasilnya akan langsung digunakan untuk tenaga pembangkit
listrik, yang tentunya akan langsung disalurkan ke seluruh bangunan yang
menggunakan listrik di Swedia. Perlu anda ketahui, pembangkit listrik yang
tenaganya berasal dari sampah ini mampu memberikan pasokan listrik yang
sangat besar, setidaknya daya listrik yang dihasilkannya mampu memenuhi
ratusan ribu rumah tangga yang tinggal di Swedia
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengurangi penumpukan sampah yang berserakan di pekanbaru.
2. Membuat tambahan pasokan tenaga listrik di pekanbaru.
3. Membuat lapangan pekerjaan di pekanbaru.
4. Membantu dinas kebersihan kota pekanbaru dalam mengolah sampah.
C. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai melalui pengolahan sampah menjadi energy listrik
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kenyamanan visual dan tidak menimbulkan bau apabila tidak
adanya sampah di jalanan.
2. Membantu pasokan listrik bagi warga pekanbaru.
3. Mengurangi angka pengangguran di pekanbaru.
4. Memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnnya membuang
sampah.
2. GAGASAN
1. Kondisi Kekinian
Pengolahan Sampah
Sesuai dengan proses pengolahan sampah ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan yaitu :
a. Pengumpulan
Pada tempat ini sampah sampah akan dikumpulkan, dilakukan
pengeringan (pengurangan jumlah air) dengan cara di pres dengan mesin
press. Lalu dipisahkan antara yang baru sampai dengan yang sudah di
press. Bagi yang sudah di press ini merupakan treatment pertama
pengeringan dimana ditempatkan pada ruangan yang suhunya diatur
b. Pemindahan
Pemindahan dilakukan bagi sampah yang sudah di press dan
dikeringkan tahap pertama (Flail Mill) untuk dibawa ke Flail Mill.
c. Pengelompokan dan pemisahan
Pada tahap ini sampah dikelompokkan dan dipisahkan dengan
menggunakan Magnetic Separator, belt conveyor, Shredder. Sampah yang
semula basah dan tidak berukuran serta bercampur antara organik dan
unorganik sekarang sudah berubah menjadi serbuk kering yang siap
dijadikan bahan bakar untuk memanaskan boiler.
d. Perubahan dari sampah ke energi
Bahan bakar tersebut selanjutnya dimasukkan ke ruang pembakaran
(chamber).
e. Pengolahan kimia fisika
Sisa bahan bakar dalam bentuk padat dan cair akan diolah secara kimia
fisika yang akan dapat dijadikan sebagai bahan bakar kembali, granulate,
air minum dan lain sebagainya.
f. Pengolahan biologi
Pada tahap ini sampah-sampah basah yang tidak ekonomis bila
dijadikan bahan bakar akan diolah secara biologis untuk dijadikan
komposs.
g. Pengolahan khusus
Pada bahagian ini sampah-sampah yang tidak dapat didaur ulang akan
diberikan treatment khusus. Misalkan sampah-sampah plastik akan
dicincang menjadi bentuk-bentuk pallete.
h. Pembuatan material
Pada bagian ini pallete-pallete plastik akan dibuat menjadi peralatan-
peralatan rumah tangga yang terbuat dari plastik. Untuk granulate dapat
dibuat paving block, dinding akuistik dan dinding beton siap pasang.
3. KESIMPULAN
1. Sampah perkotaan yang semakin bertambah seiring dengan
pertambahan industri dan jumlah penduduk perkotaan dapat
memperikan dampak yang negatif apabila tidak dikelola dengan baik.
Pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan merupakan dampak
negatif dari sampah perkotaan yang terdiri dari sampah organik dan
sampah anorganik.
2. Potensi energi listrik yang mampu dibangkitkan sebagai bahan baku
Pembangkit Listrik Tenaga sampah (PLTSa) di Kota Pekanbaru sebagai
sumber energi alternatif yang bias membantu pendapatan daerah.
3. Dengan adanya pusat pembangkit listrik tenaga sampah ini dapat
membantu mengurangi angka pengangguran yang ada di pekanbaru
dengan mempekerjakan warga pekanbaru sebagai tenaga tambahan.
4. Dengan adanya pengolahan sampah menjadi energy listrik ini dapat
mengurangi penumpukan sampah lebih dari 500 tom perhari.
DAFTAR PUSTAKA
http://pekanbaru.tribunnews.com/2017/06/06/pengelolaan-sampah-di-pekanbaru-
kembali-diserahkan-pada-swasta-pada-tahun-2018