Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

TINJAUAN TEORI

A. PENDAHULUAN

B. Konsep dasar keluarga

1. Pengertian keluarga

Pengertian keluarga akan berbeda beda. Hal ini bergantung pada

orientasi yang digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Menurut

Friedman (1998) dikutip dalam Suprajitno (2014) mendefinisikan bahwa

keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-

masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling dari

Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan /

persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan

jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang

sudah sendiri dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adposi, dan

tinggal dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2014).

Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami isteri dan anaknya, atau

ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut

mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan

hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan

peran masing masing dan keterikatan emosional (Suprajitno, 2014).


Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami isteri,

atau suami isteri dengan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan

anaknya, yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan

hidup atas dasar perkawinan yang memiliki peran masing masing, serta

tinggal dalam satu atap atau serumah.

2. Tipe-Tipe Keluarga

Menurut Suprajitno (2014) beberapa tipe keluarga sebagai berikut:

a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu, dan anak.

b. Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan

sanak saudara, nenek, kakek, bibi, paman, sepupu, dan sebagainya.

c. Keluarga berantai (sosial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk karena

perceraian atau kematian.

e. Keluarga kahabitas (cohabition), dua orang menjadi satu keluarga tanpa

pernikahan, tetapi membentuk suatu keluarga.

3. Struktur keluarga

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan

(1965) yang diadopsi oleh Friedman dalam Suprajitno (2014) mengatakan ada

4 elemen struktur keluarga yaitu:


a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peranan masing masing anggota

keluarga dalam keluarga sendiri dan peranannya dilingkungan masyarakat

atau peranan formal dan informal.

b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang

dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan

dengan kesehatan.

c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola

komunikasi ayah ibu (orang tua). Orang tua dengan anak, anak dengan

anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.

d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk

mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

Struktur keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang memberikan

asuhan. Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan

bahwa (Leslie & Korman, 1989; Parson & Bales, 1955) dalam Suprajitno

(2014) :

a. Keluarga merupakan sistem sosial yang memiliki fungsi sendiri.

b. Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan masalah

individu dan lingkungannya.

c. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi

kelompok lain.

d. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan

norma yang berlaku dalam keluarga.


Berdasarkan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar,

kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasi

keluarga di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan Negara di

Indonesia menuju Negara industri, Indonesia menginginkan terwujudnya

keluarga sejahtera. Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap

yaitu (Suprajitno, 2014) :

1. Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama,

pangan, dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah

satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap 1.

2. Keluarga sejahtera tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan,

keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan

lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

Indikator keluarga sejahtera tahap I :

1) Melaksanakan ibadah menurut agama masing- masing yang dianut.

2) Makan dua kali sehari atau lebih

3) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan

4) Lantai rumah bukan dari tanah

5) Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB

dibawa kesarana/ petugas kesehatan).


3. Keluarga sejahtera tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh

kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memeperoleh

informaasi.

Indikator keluarga sejahtera tahap II:

1) Semua indikator yang termasik kedalam indikator keluarga sejahtera

tahap I

2) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secaraa teratur menurut agama

masing masing yang dianut.

3) Makan daging atau ikan / telur / sebagai lauk pauk paling kurang

sekali dalam seminggu.

4) Memperoleh pakain baru dalam satu tahun terakhir

5) Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m2 per orang.

6) Angggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat

menjalankan fungsi masing-masing.

7) Keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.

8) Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang

berumur 10 sampai dengan 60 tahun.

9) Anak usia sekolah (7-15 tahun bersekolah)

10) Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai

kontrasepsi.
4. Keluarga sejahtera tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat

memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan

kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan

atau (kontribusi) yang maksimal terhadap ,masyarakat secara teratur

(dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial

kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus

lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan kesenian,

olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.

Indikator keluarga sejahtera tahap III:

1) Semua indikator keluarga sejahtera tahap I

2) Semua indikator keluarga sejahtera tahap II

3) Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah pengetahuan agama.

4) Keluarga mempunyai tabungan

5) Makan bersama paling kurang sekali sehari

6) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat

7) Rekreasi bersama / penyegaran paling kurang dalam 6 bulan

8) Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televis, dan majalah.

9) Anggota keluarga mamapu menggunakan sarana transportasi.

5. Keluarga sejahtera tahap III plus (KS III Plus) adalah keluarga yang dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial

psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan

sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator keluarga sejahtera tahap III Plus:


1) Semua indikator keluarga sejahtera tahap I

2) Semua indikator keluarga sejahtera tahap II

3) Semua indikator keluarga sejahtera tahap III

4) Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela

dalam bentuk material kepada masyarakat

5) Aktif sebagai pengurus yayasan / panti.

4. Fungsi keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno

(2014) sebagai berikut:

a. Fungsi afektif (the affectife function) adalah fungsi keluarga yang utama

untuk mengajarkan segala sesuatu untuk memepersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk

perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

b. Fungsi sosial dan tempat bersosialisasi (sosialization and sosial placement

function) adalah fungsi menengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain diluar rumah.

c. Fungsi reproduksi (the reproductive function), adalah fungsi untuk

memepertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.


e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function),

yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan

menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

5. Tugas keluarga dibidang kesehatan

Menurut Suprajitno (2014) sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan,

keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan, meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan

keluarga yang tidak boleh diabaikan, Karena tanpa kesehatah segala

sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh

kekuatan dan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami

anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga.

Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan

terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini

merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara

keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan dan menentukan

tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga

diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan


teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan

kepada orang dilingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali

keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga

memiliki keterbatsan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika

demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu

memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih

parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan

kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan

melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

e. Memenfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

6. Keluarga sebagai sistem

Alasan keluarga disebut sistem adalah sebagai berikut:

a. Keluarga mempunyai subsistem: anggota, fungsi, peran, aturan, budaya

dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga.

b. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antara subsistem.

c. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang mempengaruhi

suprasistemnya.
Gambar 2.1 Komponen dalam sistem keluarga

Lingkungan

Masukan Proses Luaran

Umpan balik

Gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Masukan (input), terdiri dari : anggota keluarga, struktur keluarga,

fungsi keluarga, aturan dan lingkungan (masyarakat) sekitar (luas),

budaya, agama, dan sebagainya.

2) Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam

melaksanakan fungsi keluarga.

3) Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku

keluarga: perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan,

perilaku sebagai warga Negara dan yang lain.

4) Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan

dan proses yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada

lingkungan / masyarakat sekitarnya.

Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat

dikelompokan sebagai berikut.

a. Keluarga sebagai sistem terbuka. Suatu sistem yang mempunyai

kesempatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan

(masyarakat) sekitarnya.
b. Keluarga sebagai sistem tertutup. Suatu sistem yang kurang

mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau member

perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitar.

7. Ciri- ciri keluarga

Menurut Suduharto (2007) beberapa ciri ciri dari keluarga antara lain :

a. Diikat dalam suatu tali perkawinan

b. Adanya hubungan darah

c. Adanya ikatan batin

d. Adanya tanggung jawab masing masing anggotanya

e. Kerjasama dianggota keluarga

f. Adanya pengambilan keputusan

g. Komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga

h. Tinggal dalam satu rumah.

8. Tahap perkembangan keluarga

Bukan hanya individu yang memiliki tahap perkembangan, keluargapun

memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tahap perkembangan yang

harus diselesaikan pada tahapnya. Ada perbedaan pembagian tahap

perkembangan menurut Carter dan McGoldrick (1989) dan Duvall (1985).

Table 2.1 Perbedaan tahap perkembangan (Suprajitno, 2014)

Carter dan McGoldrick Duvall


(family therapy persepective, 1989) (sociological persepective, 1985)

1. Keluarga antara: masa bebas  Tidak diidentifikasi karena

(pacaran) dewasa muda periode waktu antara dewasa dan

menikah tak dapat ditentukan

2. Terbentuknya suatu keluarga 1. Keluarga baru menikah

baru melalui suatu perkawinan

3. Keluarga yang memiliki anak 2. Keluarga dengan anak baru lahir

usia muda (anak usia bayi (usia anak tertua sampai 30

sampai anak usia sekolah) bulan)

3. Keluarga dengan anak pra

sekolah (usia anak tertua 2,5 – 5

tahun)

4. Keluarga dengan anak usia

sekolah (usia anak tertua 6 – 12 )

4. Keluarga yang memiliki anak 5. Keluarga dengan anak remaja

dewasa (usia anak tertua 6 -12 tahun)

5. Keluarga yang mulai melepas 6. keluarga mulai melepas anak

anaknya untuk keluar rumah sebagai dewasa (anak-anaknya mulai

meninggalkan rumah)

7. keluarga yang hanya terdiri dari

orang tua saja / keluarga dengan usia


pertengahan (semua anak

meninggalkan rumah)

6. Keluarga lansia 8. keluarga lansia.

Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas

perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki

keluarga. Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap

perkembangannya.

Table 2.2 Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan

(Suprajitno, 2014).

Tahap perkembangan Tugas perkembangan (utama)

1) keluarga baru menikah  membina hubungan yang intim dan

memuaskan

 membina hubungan dengan keluarga

lain, teman, dan kelompok sosial

 mendiskusikan rencana memiliki anak

2) keluarga dengan anak  mempersiapkan menjadi orang tua

baru lahir  adaptasi dengan danya perubahan

anggota keluarga, interaksi keluarga,

hubungan seksual, dan kegiatan

 memepertahankan hubungan dalam


rangka memuaskan pasangannya

3) keluarga dengan anak  memenuhi kebutuhan anggota

usia pra sekolah keluarga, missal kebutuhan tempat

tinggal, privasi, dan rasa aman

 membantu anak untuk bersosialisasi

 beradaptasi dengan anak yang baru

lahir, sementara kebutuhan anak yang

lain (tua) juga harus terpenuhi

 mempertahankan hubungan yang sehat,

baik didalam atau diluar keluarga

(keluarga lain dan lingkungan sekitar)

 pembagian waktu untuk individu,

pasangan, dan anak (biasanya keluarga

mempunyai tingkat kerepotan yang

tinggi)

 pembangian tanggung jawab anggota

kekluarga

 merencanakan kegiatan dan waktu

untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

4) keluarga dengan anak  membantu sosialisasi anak terhadap

usia sekolah lingkungan luar rumah, sekolah dan


lingkungan lebih luas (yang tidak /

kurang diperoleh dari sekolah atau

masyarakat)

 mempertahankan keintiman pasangan

 memenuhi kebutuhan yang meningkat,

termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

5. keluarga dengan anak remaja  memberikan kebebasan yang seimbang

dan bertanggungjawab mengingat

remaja adalah seorang dewasa muda

dan lelimiki otonomi.

 Mempertahankan hubungna intim

dalam keluarga.

 mempertahankan komunikasi terbuka

antara anak dan orang tua. Hindarkan

terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan

permusuhan.

 Mempersiapkan perubahan sistem

peran dan peraturan (anggota) keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh –

kembang anggota keluarga.

6. keluarga mulai melepas anak  Memperluas jaringan keluarga dari


sebagai dewasa keluarga inti menjadi keluarga besar

 Mempertahankan keintiman pasangan

 Membantu anak untuk mandiri sebagai

keluarga baru dimasyarakat

 Penataan kembali peran orang tua dan

kegiatan dirumah

7. keluarga usia pertengahan  Mempertahankan kesehatan individu

dan pasangan usi pertengahan

 Mempertahankan hubungan yang serasi

dan memuaskan dengan anak – anknya

dan sebaya.

 Meningkatkan keakraban passangan

8. Keluarga usia tua  Mempertahankan kehidupan suasana

rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangannya

 Adaptasi denganperubahan yang akan

terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan

fisik, dan penghasilan keluarga.

 Mempertahankan keakraban pasangan

dan saling merawat.

 Melakukan life review masa lalu.


A. Konsep Penyakit Rheumatoid Artritis

1. Definisi

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang

manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini

juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian

(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga

terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan

bagian dalam sendi.(www.medicastore.com)

2. Anatomi dan Fisiologi

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia,

bursae dan persendian.

a. Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler.

Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses

“osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut

Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut:

• Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.

• Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak

• Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan

pergerakan )

• Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).


• Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan

bentuknya.

• Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.

Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh

spongi bone (Cacellous atau trabecular)

• Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy)

dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

• Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat

dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.

• Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

• Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang

yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan

fasial,missal patella (kap lutut)

b. Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk

kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh

tubuh. Kelompok otot terdiri dari:

 Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi

untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan

menghasilkan panas
 Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran

perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom

dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.

 Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak

dibawah control keinginan.

c. Kartilago

Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang

kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi

mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-

kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau

sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.

d. Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana

merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.

e. Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang

membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan

penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan

tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang

memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.


f. Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang

didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai

pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang

membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai

fasia dalam.

g. Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari

suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi

pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak

sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon

bursae, terletak antara presesus dan kulit.

h. Persendian

Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka

tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu

letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan

ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan

klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan

Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:

 Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)

 Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)

 Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)


Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua ada jangka periode

waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan

musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja

karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi

pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya

sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua.

Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu

kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total

dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung,

penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya

serat otot, tonus dan kekuatan.

Perubahan fisiologis yang umum adalah:

 Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada

maturasi usia tua.

 Lebar bahu menurun.

 Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

3. Etiologi

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi

beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC

dan faktor Rematoi

b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik

d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

4. Patofisiologi

Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding

sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma

yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak

peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel

mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium

edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon

vilosa.

Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :

a. Stadium Sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang

ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat

maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan.

b. Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi

juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

c. Stadium Deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,

deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

5. Tanda dan Gejala

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :


a. Nyeri persendian

b. Bengkak (Rheumatoid nodule)

c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

d. Terbatasnya pergerakan

e. Sendi-sendi terasa panas

f. Demam (pireksia)

g. Anemia

h. Berat badan menurun

i. Kekuatan berkurang

j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

l. Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

a. Gerakan menjadi terbatas

b. Adanya nyeri tekan

c. Deformitas bertambah pembengkakan

d. Kelemahan

e. Depresi

Gejala Extraartikular :

a. pada jantung :

 Rheumatoid heard diseasure

 Valvula lesion (gangguan katub)


 Pericarditis

 Myocarditis

b. pada mata :

 Keratokonjungtivitis

 Scleritis

c. pada lympa : Lhymphadenopathy

d. pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

e. pada otot : Mycsitis

6. Pemeriksaan Diagnostik

• Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.

• Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.

• Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.

• LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali

normal sewaktu gejala-gejala meningkat

• Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.

• SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi

• JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.

• Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

sebagai penyebab AR.

• Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan

lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (

perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil


jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara

bersamaan.

• Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium

• Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan

irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

• Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar

dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon

inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan

lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).

• Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis

yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta

menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul

subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.

Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA )

adalah:

1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness )

2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada

satu sendi.

3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan )

pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6

minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.

5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.

6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.

7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid

8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid

9. Pengendapan cairan musin yang jelek

10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia

11. gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

 Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya

selama 6 minggu

 Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya

selama 6 minggu.

 Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung

sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

7. Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :

a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan

prognosis penyakit ini

b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini

bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien


d. Termoterapi

e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

f. Pemberian Obat-obatan :

 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh: aspirin yang diberikan

pada dosis yang telah ditentukan.

 Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :

 Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty

Inflamatory)

 Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)

 Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)

 Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)

 Naproxsen / naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)

 Sulindac / Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)

 Piroxicam / Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

8. Komplikasi

a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses

granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule

b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot

c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli

d. Terjadi splenomegali
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan

organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan

misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-

bentuk arthritis lainnya.

Pengkajian 11 Pola Gordon :

1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan

 Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?

 Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?

 Riwayat keluarga dengan RA

 Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun

 Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

2. Pola Nutrisi Metabolik

 Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan

yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)

 Riwayat gangguan metabolic

3. Pola Eliminasi

 Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?

4. Pola Aktivitas dan Latihan

 Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit

 Jenis aktivitas yang dilakukan


 Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas

 Tidak mampu melakukan aktifitas berat

5. Pola Istirahat dan Tidur

 Apakah ada gangguan tidur?

 Kebiasaan tidur sehari

 Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur

 Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?

6. Pola Persepsi Kognitif

 Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

 Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?

 Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

 Bagaimana hubungan dengan keluarga?

 Apakah ada perubahan peran pada klien?

9. Pola Reproduksi Seksualitas

 Adakah gangguan seksualitas?

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

 Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

11. Pola Sistem Kepercayaan

 Agama yang dianut?

 Adakah gangguan beribadah?


 Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada

Tuhan

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh

akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi. Dapat dibuktikan

oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri

sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic

Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol

• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam

aktivitas sesuai kemampuan.

• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan

• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke

dalam program kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional :

a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat

faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/

Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan

keefektifan program)

b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur

sesuai kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan

mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress


pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan

pada sendi yang terinflamasi/nyeri)

c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter,

bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan

mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri

dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)

d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat

tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang

menyentak. (R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan

sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)

e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu

bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk

mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air

kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan relaksasi

otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di

pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat

disembuhkan)

f. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi

nyeri)

g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi

progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman

imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan

relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan


kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk

situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan

stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)

h. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

(R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme,

memudahkan untuk ikut serta dalam terapi) Kolaborasi: Berikan obat-

obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti inflamasi dan

efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan

mobilitas.)

i. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat

menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,

nyeri, penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/

ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.

Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan

kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan

kontraktur.

• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/

atau kompensasi bagian tubuh.


• Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan

aktivitas

Intervensi dan Rasional:

a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada

sendi (R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/

resolusi dari peoses inflamasi)

b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal

aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus

dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik

dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang

penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)

c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan

resistif dan isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/

meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.

Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi,

karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)

d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.

Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan

bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada

jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan

diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat

mencegah robekan abrasi kulit)


e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat,

brace (R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan

memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran

tubuh, mengurangi kontraktor)

f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi

leher)

g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,

berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan

mempertahankan mobilitas)

h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,

menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.

(R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)

i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam

memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan

pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)

j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/

Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk

mengurangi risiko imobilitas)

k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/

Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut).

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan

dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,

peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas


Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan

penampilan.

Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran,

kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat. Perubahan

pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.

Perasaan tidak berdaya, putus asa.

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan

untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan

kemungkinan keterbatasan.

• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi dan Rasional:.

1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,

harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi

rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)

2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.

Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam

memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.

(R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri

dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap

intervensi/ konseling lebih lanjut)


3. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat

menerima keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat

dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien

memandang dirinya sendiri)

4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/

Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan

umum terjadi)

5. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu

memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional

ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih

lanjut)

6. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. (R/

Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat

meningkatkan perasaan harga diri)

7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat

jadwal aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong

kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi)

8. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/

Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)

9. Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk

merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif.

Meningkatkan rasa percaya diri)


10. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis

psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan

dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/

ketidakmampuan)

11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas

dan obat-obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan

pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan

kemapuan koping yang lebih efektif)

Anda mungkin juga menyukai