REFERAT - OBGYN Kegagalan Kehamilan - Rev
REFERAT - OBGYN Kegagalan Kehamilan - Rev
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan memungkinkan seorang wanita mempunyai risiko untuk
komplikasi baik pada saat kehamilan itu sendiri maupun pada saat melahirkan.1
Setiap ibu hamil menghadapi risiko terjadinya kematian, sehingga salah satu
upaya menurunkan tingkat kematian ibu adalah meningkatkan status kesehatan
ibu hamil sampai bersalin melalui pelayanan ibu hamil sampai masa nifas. Pada
Riskesdas 2013, indikator cakupan pelayanan ibu hamil sampai masa nifas
diperoleh dari informasi riwayat kehamilan berdasarkan kelahiran yang terjadi
pada periode 1 Januari 2010.2 Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan
oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan
kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa
kehamilannya adalah 83,5 persen. 2
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menilai angka kematian ibu
melahirkan di Indonesia relatif tinggi. Berdasarkan hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan bahwa secara nasional Angka
Kematian Ibu pada tahun 2012 di Indonesia adalah 359/100.000 kelahiran hidup.
Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai
228/100.000 kelahiran hidup.2 Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014
empat penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi dalam
kehamilan (HDK) 27,1%, infeksi 7,3%, dan lainlain yaitu penyebab kematian ibu
tidak langsung seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung atau penyakit lain
yang diderita ibu sebesar 35,3%.3
Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester
pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi Ante Natal Care (ANC) 1-1-2 atau K4
(minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan
minimal 2 kali pada trimester3) sebesar 70,4 persen. Tenaga yang paling banyak
memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul referat yang telah disampaikan di
atas, dapat dirumuskan pemasalahan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab kegagalan kehamilan pada
Trimester I?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada ibu hamil dengan prediksi kegagalan
kehamilan pada Trimester I?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan, maka penulisan referat
ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan Faktor-faktor apakah yang penyebab kegagalan kehamilan
pada Trimester I
2. Menjelaskan penatalaksanaan kegagalan kehamilan pada Trimester I
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kehamilan
Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.3 Kehamilan adalah
pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan.5 Trimester pertama kehamilan adalah
periode terpenting manusia perkembangan di mana satu sel berubah menjadi
manusia yang bisa dikenali.9
Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang normal. Mayoritas dari
kehamilan diterima oleh ibu sebagai hal yang memang harus dijalaninya. Dengan
demikian intervensi pada proses ini seharusnya diyakini memberi manfaat dan
dapat diterima oleh setiap ibu hamil. Konsep dasar dari asuhan pranatal ini adalah
20 minggu pertama kehamilan, merupakan fase kritis yang menentukan
kelangsungan kehamilan selanjutnya. Pengasuhan selama kehamilan yang baik
akan berhubungan dengan kualitas manusia yang dilahirkan.4
2. Etiologi
Pengenalan USG ke dalam praktek kebidanan telah sangat berguna
dalam memberikan pemahaman yang lebih baik dari etiologi aborsi spontan
trimester pertama dan dasar untuk klasifikasi dan manajemen klinis. Menilai
awal kehamilan dalam skrining USG mengidentifikasi perubahan
perkembangan janin pada trimester pertama. Temuan parameter abnormal
USG berkorelasi dengan hasil klinis untuk menganalisis keberhasilan
3
4
3. Faktor Resiko
Faktor resiko kehamilan yang memerlukan asuhan khusus karena
diprediksi mengalami kegagalan kehamilan pada trimester I yaitu 6,8:
a. Dengan penyakit jantung, termasuk hipertensi
b. Dengan penyakit ginjal
c. Dengan kelainan endokrin atau riwayat diabetes
d. Dengan kelainan psikiatri
e. Dengan kelainan hematologi
5
4. Patofisiologi
Patofisologi kegagalan kehamilan pada trimester pertama menjelaskan
berbagai faktor resiko dalam mempengaruhi terjadinya keguguran dini atau
abortus spontan. Dari berbagai faktor resiko di atas dijelaskan dalam kelompok
yang lebih sederhana sebagai berikut:14
a. Faktor Genetik14
Penelitian yang menilai adanya hubungan antara kelainan kromosom
dengan kejadian abortus habitualis memberikan hasil yang bervariasi.
Pasangan yang salah satu pasangannya merupakan kromosom pembawa
abnormal, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami abortus
berulang dengan janin menunjukkan kariotipe yang abnormal. Tipe terbanyak
dari kelainan kromosom pada orang tua adalah balanced translocation atau
Robertsonian translocation yaitu jumlah kromosom hanya 45 tetapi seluruh
informasi genetik tetap utuh. Hasil konsepsi dari pasangan orang tua yang
memiliki risiko tinggi mengalami translokasi yang tidak seimbang
(unbalanced translocation), umumnya mengalami abortus pada trimester
pertama.
b. Faktor Endokrin14
Diabetes mellitus merupakan faktor penting dalam terjadinya keguguran
dini atau abortus spontan. Diabetes yang tidak terkontrol meningkatkan risiko
terjadinya abortus pada trimester awal, dan telah terdapat bukti nyata bahwa
DM yang terkontrol baik tidak dihubungkan dengan abortus. Disfungsi tiroid
telah dilaporkan juga berhubungan dengan keguguran dini atau abortus
spontan, tetapi bukti langsung yang mendukung hal tersebut masih kurang.
Keguguran dini atau abortus lebih dihubungkan dengan antitiroid
antibodi. Hubungan antara defek fase luteal dengan infertilitas dan riwayat
abortus masih kontroversi. Masih terdapat perbedaan dalam hal definisi,
diagnosis, relevansi klinik, dan manfaat pengobatan untuk defek fase luteal.
Awalnya diduga bahwa sekresi progesteron yang tidak adekuat apakah dari
segi jumlah ataupun durasi dari korpus luteum pada fase luteal yang dikenal
sebagai defek fase luteal menghambat maturasi endometrium sehingga tidak
mampu untuk mendukung proses implantasi janin.
7
e. Faktor Autoimun14
Penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus (SLE) dan sindrom
antifosfolipid merupakan kelainan imunologi yang dihubungkan dengan
abortus habitualis. Abortus pada awal kehamilan jarang ditemukan pada
perempuan yang menderita SLE, tetapi insiden meningkat 2 – 4 kali pada
abortus lanjut. Hampir semua kematian janin pada SLE dihubungkan dengan
antifosfolipid antibodi. Antifosfolipid antibodi (aPL) - lupus antikoagulan
(LA) dan antikardiolipin antibodi (ACA) ditemukan pada sekitar 15%
perempuan dengan riwayat abortus berulang tetapi hanya 2% perempuan
dengan kehamilan normal. Tanpa pengobatan angka keberhasilan lahir hidup
pada perempuan dengan sindrom antifosfolipid primer sekitar 10%.
Patofisiologi dari aPL masih belum diketahui dengan jelas. Diduga dimediasi
melalui trombosis dan deposit fibrin pada banyak pembuluh darah termasuk
pada vaskularisasi uteruplasenta mengganggu fungsi trofoblas. Hal tersebut
mungkin disebabkan oleh inhibisi produksi prostasiklin endotel sehingga
memicu terjadinya pelepasan tromboksan oleh trombosit, menurunkan
produksi antitrombin III atau menurunkan aktivasi protein C. Selain abortus
juga meningkatkan risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat,
preeklampsia, dan trombosis venosus.
5. Diagnosis
Diagnosis kegagalan kehamilan ditegakkan dengan tahapan tes diagnostik
yang digunakan di awal trimester pertama kehamilan.15 Pemeriksaan
16,17
ultrasonografi adalah metode efektif diagnosis kematian embrio awal.
Ultrasonografi pelvis dan pengujian kadar serum beta chorionic gonadotropin (-
hCG) manusia adalah kunci untuk diagnosis awal kehamilan dan panduan
penanganannya terkait komplikasi. Pencitraan Ultrasonografi pelvis pada awal
kehamilan harus dilakukan terutama endovaginal, dengan pencitraan
transabdomen yang digunakan untuk mendokumentasikan massa adneksa jumlah
cairan bebas dan di panggul.
Aktivitas jantung janin adalah bukti awal yang layak suatu kehamilan
normal. Gestational sac (GS) adalah tengara definitif pertama dari kehamilan
yang secara konsisten terlihat dalam 5 minggu masa kehamilan, bahkan dengan
9
6. Diagnosa Banding
a. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi atau nidasi
melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar
rongga rahim.28 Kehamilan ekstrauterin adalah kehamilan di luar batas
uterus, sedangkan kehamilan heterotopik adalah hamil intrauterin dan
hamil ektopik yang terjadi bersama-sama. Sedangkan yang disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik
yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.5
b. Penyakit trofoblas gestasional (PIG)
Gesational Trophobksic Disease adalah kelainan proliferasi trofoblas
pada kehamilan, berupa suatu spektrum tumor saling berhubungan tetapi
dapat dibedakan secara histologis. Trofoblas adalah jaringan yang
pertama kali mengalami diferensiasi pada masa embrional dini kemudian
berkembang menjadi jaringan ekstraembrionik dan membentuk plasenta
yang merupakan interfase janin maternal.14
10
c. Molahidatidosa Komplit
Hasil kehamilan tidak normal tanpa adanya embrio - janin, dengan
pembengkakan hidropik vili plasenta dan seringkali memiliki hiperplasia
trofoblastik pada kedua Iapisan. Pembengkakan vili menyebabkan
pembentukan sisterna sentral disertai penekanan jaringan penghubung
matur yang mengalami kerusakan pembuluh darah.
d. Molahidatidosa Parsial
Hasil kehamilan tidak normal dengan adanya embrio - fetus yang
cenderung mati pada kehamilan dini, dengan pembentukan sistem sentral
pada plasenta akibat pembengkakan fokal vili korialis, dan disertai
hiperplasia trofoblastik fokal yang seringkali hanya melibatkan
sinsitiotrofoblas. Vili yang tidak terpengaruh memberikan gambaran
normal dan pembuluh darah vili korialis menghilang bersamaan dengan
kematian janin.
e. Penatalaksanaan
Gejala umum kehilangan awal kehamilan seperti perdarahan vagina dan
kram rahim di usia kehamilan normal, kehamilan ektopik, dan kehamilan mola.
Sebelum memulai pengobatan, penting untuk membedakan keguguran dini dari
komplikasi kehamilan awal lainnya. Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh
diperlukan untuk membuat diagnosis definitif.10,12 Penggabungan riwayat medis.
pemeriksaan fisik, ultrasonografi dan pengujian serum β- hCG (human chorionic
gonadotropin) secara menyeluruh dapat membantu dalam menentukan diagnosis
yang tepat.10,13 Setelah diagnosis ditegakkan, penatalaksanaan kegagalan
kehamilan pada trimester I dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Edukasi pasien, berikan penjelasan bahwa kehamilan tidak bisa dilanjutkan
dengan alasan medis bahwa pertumbuhan janin abnormal atau nonviable
kehamilan yang dimungkinkan tidak bisa menghasilkan bayi yang hidup pada
kehamilan intrauterin dan kehamilan ektopik sehingga konsepsi tidak bisa
ditolerir untuk dipertahankan.16,17
b. Pilihan pengobatan untuk kehilangan kehamilan dini meliputi manajemen
1) Manajemen hamil
11
2) Perawatan medis
Bagi pasien yang tertarik memperpendek waktu kehamilan lebih
memilih pengguguran sebagai pilihan penghentian konsepsi dengan
memanfaatkan pengobatan misoprostol dan prostaglandin E1 analog
untuk menghindari evakuasi bedah. Terapi pengobatan tersebut menjadi
pilihan selama wanita itu dengan kehamilan tanpa infeksi, perdarahan,
anemia berat, atau gangguan pendarahan itu sendiri. Pemberian
misoprostol pervaginam untuk menghentikan konsepsi sekalikus
pengeluarannya telah dipelajari dalam penelitian lebih mendalam dan
terbukti dapat mempersingkat waktu penyelesaian kuretase uterus dengan
kehandalan hingga 60% pada awal kehilangan kehamilan dibanding
plasebo.10,26 Sebuah percobaan dengan kontrol acak membandingkan
antara pemberian vagina 400 mikrogram misoprostol dengan 800
12
3) Manajemen bedah
Evakuasi wanita dengan kehilangan kehamilan dini dan jaringan
pada umumnya melalui metode bedah uterus. Pasien dengan hemoragi,
ketidakstabilan hemodinamik, atau tanda infeksi harus segera diobati
dengan evakuasi bedah uterus. Evakuasi bedah uterus lebih baik sebagai
tindakan medis untuk pasien dengan komorbiditas seperti anemia berat,
gangguan perdarahan, atau penyakit kardiovaskular. Kesuksesan
evakuasi bedah uterus di awal kehilangan kehamilan mendekati 99%.
Percobaan ultrasonografi melaporkan tingkat keberhasilan manajemen
medis gestasi anembryonic (81%) lebih rendah dibandingkan dengan
kematian embrio atau janin (88%) atau kerugian kehamilan awal yang
tidak lengkap tidak terelakkan (93%).10,23 Oleh karena itu, manajemen
medis adalah pilihan yang terbaik untuk jenis kegagalan kehamilan.10
Secara keseluruhan, setelah pengobatan pengguguran konsepsi
awal kehamilan jarang terjadi komplikasi serius. Secara klinis yang
13
14
15
infeksi. Evakuasi bedah uterus lebih baik sebagai tindakan medis untuk
pasien dengan komorbiditas seperti anemia berat, gangguan
perdarahan, atau penyakit kardiovaskular.
4. Untuk mencegah infeksi pasca bedah awal kehilangan kehamilan dianjurkan
pemberian satu 200-mg dosis doxycycline 1 jam sebelum operasi sebagai
pengelolaan infeksi kehilangan kehamilan dini.
16
DAFTAR PUSTAKA
10. Sarah Prager, MD; Vanessa K. Dalton, MD, MPH; and Rebecca H. Allen,
MD, MPH.2015. Early Pregnancy Loss.Practice Bulletin.Guidelines for
obstetrician–gynecologists.The American College of Obstetricians and
Gynecologists.
12. Barnhart KT. 2012. Early pregnancy failure: beware of the pitfalls of modern
management. Fertil Steril;98:1061–5.
13. Neilson JP. 2010. Ultrasound for fetal assessment in early pregnancy.
Cochrane Database Syst Rev. 14;(4)
14. Mochamad Anwar, Ali Baziad, Prajitno Prabowo, Ilmu Kandungan. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta h.197-217.
15. Peter M. Doubilet, Carol B. Benson, Tom Bourne, and Michael Blaivas,
2013.Diagnostic Criteria for Nonviable Pregnancy Early in the First
Trimester. The New England Journal of Medicine. Downloaded from
www.nejm.org.
17. Carmen Elena Bucuri, Andrei Mihai Malutan, Razvan Ciortea, Renata
Lacramioara Nicula, Carina Mihu, Mihnea Istrate, Mihu1,2016.Predictive
factors of early pregnancy failure.A literature review. Romanian Society of
Ultrasonography in Obstetrics and Gynecology.Gineco.eu [12] 95-98 [2016]
DOI: 10.18643/gieu.2016.95
18. Jauniaux E1, Johns J, Burton GJ. The role of ultrasound imaging in
diagnosing and investigating early pregnancy failure. Ultrasound Obstet
Gynecol 2005, 25(6), 613-24.
19. Stovall TG. Early pregnancy loss and ectopic pregnancy. Dalam: Jonathan S.
Berek, editor (penyunting). Novak’s Gynecology. Edisi ke-13.
Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins; 2002. hlm.501-10.
23. Zhang J, Gilles JM, Barnhart K, Creinin MD, Westhoff C, Frederick MM. A
comparison of medical management with misoprostol and surgical
management for early pregnancy failure. National Institute of Child Health
Human Development (NICHD) Management of Early Pregnancy Failure
Trial. N Engl J Med 2005;353:761–9.
24. Creinin MD, Harwood B, Guido RS, Fox MC, Zhang J. Endometrial
thickness after misoprostol use for early pregnancy failure. NICHD
Management of Early Pregnancy Failure Trial. Int J Gynaecol Obstetry
2004;86:22–6.
26. Neilson JP, Hickey M, Vazquez JC. Medical treatment for early fetal death
(less than 24 weeks). Cochrane Database of Systematic Reviews 2006, Issue
3. Art. No.: CD002253. DOI: 10.1002/14651858.CD002253.pub3. (Meta-
analysis).
28. Wibowo B. 2007. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo