Anda di halaman 1dari 9

34

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Dari data-data yang diperoleh dan dianalisis, maka didapatkan hasil
pengamatan lapangan sebagai berikut:
4.1.1. Metode Penambangan
Pada daerah penelitian PT. Muara Alam Sejahtera yang memiliki luas Izin
Usaha Pertambangan seluas 1745 Ha, menggunakan metode penambangan open
pit mining meliputi penggalian, penggaruan, pemuatan dan pengangkutan.
Penggunaan metode ini dilakukan karena kondisi dari endapan batubara memiliki
kemiringan yang signifikan yaitu 20-400 dengan dip ke arah selatan dan strike
endapan batubara ke arah barat-timur 790 NE. Selain itu, lebar geometri lereng
yang diizinkan studi analisa geoteknik adalah, lebar 10m, tinggi 10m, single slope
highwall 550, single slope low wall 350, overall slope highwall 500 dan overall
slope low wall 300.
Proses kegiatan penambangan batubara dan overburden dilakukan secara
conventional dengan menggunakan alat gali muat backhoe dan alat angkut
dumptruck, dimana overburden ditimbun di luar area pit (out pit/disposal) terlebih
dahulu. Tapi pada kurun waktu tertentu apabila area di dalam pit dirasa sudah
cukup untuk dilakukan penimbunan maka overburden akan ditimbun di dalam
area pit (inpit) penambangan dengan menggunakan metode Backfilling. Kegiatan
penambangan tiap quarternya mengikuti arah dipping maupun striking seam
batubara yang disesuaikan terhadap forecast Plan alat gali-muat dan alat angkut
hingga target rencana tiap quarternya terpenuhi.
4.1.2. Produktivitas Alat Gali-Muat dan Alat Angkut
Berikut merupakan perhitungan produktivitas alat gali-muat dan alat
angkut blok timur PT. MAS pada tahun 2015 (Lampiran K). Menghitung

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
35

produktivitas alat gali-muat dan alat angkut untuk batubara dapat


menggunakan rumus berikut:
KB  eff  FB  SF  3600
Q  density batubara
CT .......(4.1)

Sedangkan untuk menghitung produktivitas alat gali-muat dan alat angkut

pada overburden dapat menggunakan rumus berikut ini :

KB  Eff  FB  SF  3600
Q
CT .........(4.2)

4.1.3 Rekapitulasi Produktivitas Teoritis dan Aktual


Produktivitas Teoritis dan aktual alat-alat Gali-Muat dan Alat Angkut
untuk pengupasan overburden dan Coal Getting dapat ditampilkan sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Perhitungan Produktivitas Alat Gali-muat dan Alat Angkut pada
PTMAS pada Tahun 2015
Produktivitas Alat Gali-Muat dan Alat Angkut Q Teoritis Q Aktual satuan
Produktivitas Excavator PC300 177,57 174,5 ton/jam
Produktivitas Excavator PC400 223,17 214,03 bcm/jam
Produktivitas Excavator PC1250 483,54 471,74 bcm/jam
Berdasarkan Kapasitas Bucket Excavator
Produktivitas DT P310 77,40 38,76 ton/jam
Produktivitas DT P380 45,74 28,96 bcm/jam
Produktivitas HD 465 85,83 49,89 bcm/jam
Berdasarkan Kapasitas Vessel Dumptruck
Produktivitas Dumptruck P310 (BB) 77,52 53,81 ton/jam
Produktivitas Dumptruck P380 (OB) 47,82 27,61 bcm/jam
Produktivitas HD 67,16 47,97 bcm/jam

4.1.4 Matching Factor (MF)


Matching Factor berfungsi untuk mengetahui kebutuhan alat loading dan
alat angkut dalam satu fleet proses penambangan
CmDumptruck
MF 
N x n x Cm Excavator

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
36

CmDumptruck
N 
n x Cm Excavator

Keterangan:
MF ; Matching Factor
CmDumtruck : Cycle Time Alat Angkut (detik)
Cm Excavator : Cycle Time Alat Loading (detik)
N : Kebutuhan alat angkut (unit)
n : Jumlah cycle pemuatan alat loading ke alat angkut
untuk menghitung match factor juga dapat menggunakan rumus :
BanyakPengisianxJumlahAlatAngkutxCTalatGali
MF 
jumlah alat gali x CTalat angkut

Jumlah kebutuhan alat berdasarkan Kapasitas Bucket dan Kapasitas Vessel


yang mengangkutnya adalah
KBxCmDumptruck
N
KV x Cm Excavator
KV : Kapasitas Vessel Dumptruck
KB : Kapasitas Bucket Excavator
4.1.5 Rekapitulasi Matching Factor dan penambahan jumlah alat angkut dan
alat gali-muat secara Teoritis dan Aktual
Matching Factor dan penambahan jumlah alat alat-alat Gali-Muat dan Alat
Angkut untuk pengupasan overburden dan Coal Getting secara Teoritis dan aktual
(lampiran L) dapat ditampilkan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Perhitungan Matching Factor alat Gali-muat dan Alat Angkut pada
PTMAS pada Tahun 2015
No Fleet Alat MF MF N N N N
Teoritis Aktual Teoritis Aktual Teoritis Aktual
(Vessel) (Vessel)
1 Fleet Excavator 1,66 0,85 3 unit 5 unit 3 unit 4 unit
Komatsu PC300
dengan Dumptruck
Scania P310 (1:4)
2 Fleet Excavator 1,02 0,68 5 unit 7 unit 5 unit 7 unit
Komatsu PC400
dengan Dumptruck
Scania P380 (1:5)
3 Fleet Excavator 0,89 0,53 6 unit 9 unit 5 unit 9 unit

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
37

Komatsu PC1250
dengan High
Dumptruck HD465
(1:5)

4.2. Pembahasan
Pada pembahasan ini ada hal pokok yang akan penulis paparkan yaitu
penentuan jumlah alat gali-muat dan alat angkut yang dibutuhkan pada blok timur
di PT. MAS untuk menunjang rencana produksi tahun 2015. Pada tahapan
mengenai forecast plan kebutuhan alat gali-muat dan alat angkut penulis tentukan
dari rencana produksi tiap quarternya pada tahun 2015 dan pengolahan data
berupa data produktifitas alat gali-muat dan alat angkut, data working hours plan
of OB Removal and Coal, dan data Physical Availbility Plan.

4.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Hydraulic Excavator


Faktor yang dipertimbangkan dalam menghitung produksi dan pemilihan
alat Gali-Muat yang digunakan antara lain sebagai berikut :
a. Bucket Capacity (Ukuran Bucket)
Semakin besar kapasitas bucket dari excavator yang digunakan maka volume
material yang terambil setiap cycle akan semakin besar.
b. Sifat Fisik Material
Sifat Fisik material yang dikerjakan, berat, volume, jenis tanah kohesif atau
kepasiran dari material, faktor besar kecilnya kembang susut tanah perlu juga
untuk diketahui untuk menghitung efisiensi penggunaan alat.
c. Swell Factor
Swell Factor adalah sifat fisik material yang akan diukur dari perubahan
volume padat saat material belum digali (Bank/BCM) menjadi volume gembur
saat material telah digali oleh Excavator (Loose/LCM)
d. Efisiensi Kerja
Disini dipertimbangkan efisiensi kerja untuk siang atau malam akan berbeda.
Kondisi kerja pada malan hari banyak dipengaruhi oleh jarak pandangan
operator, karena sinar lampu yang digunakan jaraknya sangat terbatas.
e. Cycle Time

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
38

Cycle Time pengertian dari waktu yang diperlukan untuk proses pemuatan
material ke Dumptruck. Cycle Time unit Excavator meliputi waktu :
1) Digging (Penggalian Material)
2) Swing Loaded (gerakan Bucket Excavator yang bermuatan)
3) Dumping (Penumpahan material ke alat angkut)
4) Swing Empty (gerakan Bucket Excavator yang kosong)
Menurut Standar Parameter Pertambangan standar Cycle Time Hydraulic
Excavator untuk Komatsu PC300 untuk material batubara sekitar 18-23
detik, sedangkan Cycle Time aktual untuk Excavator Komatsu PC300 untuk
material batubara sekitar 21,37 detik. Untuk standar Cycle Time Hydraulic
Excavator untuk Komatsu PC400 untuk Top Soil maupun Overburden
berkisar 16-22 detik, sedangkan Cycle Time aktual untuk Excavator
Komatsu PC400 untuk Top Soil maupun Overburden berkisar 22.94 detik.
Untuk standar Cycle Time Hydraulic Excavator untuk Komatsu PC1250
untuk Overburden berkisar 22-28 detik, sedangkan Cycle Time aktual untuk
Excavator Komatsu PC1250 untuk Overburden berkisar 24,6 detik
Faktor-faktor yang mempengaruhi Cycle Time adalah:
1) Ukuran unit
Semakin besar unit Excavator, Cycle Time nya akan menjadi semakin
lambat.
2) Kemudahan penggalian
Mudah atau sukarnya penggalian oleh Excavator juga tergantung
material. Misalnya material tidak keras maka Cycle Time akan semakin
besar.
3) Posisi Dumptruck (Single Side/Double side Loading)
Apabila menggunakan Double Side Loading, maka Cycle Time akan
semakin cepat namun membutuhkan lebar bench dan lebar pit yang
sangat lebar dan penuh perhitungan. Namun pada blok timur pit UN
menggunakan pola Single side yaitu metode truk yang memposisikan
diri untuk dimuati pada satu tempat, setelah truk pertama berangkat truk
kedua memposisikan diri untuk dimuati, sedangkan truk ketiga

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
39

menunggu dan begitu seterusnya. Sedangkan Double Side Loading yaitu


truk memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat, kemudian
Excavator mengisi salah satu truk sampai penuh, setelah itu mengisi truk
kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain. Sementara truk kedua
sedang diisi, truk ketiga mengambil tempat yang sama dengan truk
pertama dan seterusnya.
4) Kondisi lantai kerja
Semakin rapi kondisi lantai kerja dengan tinggi bench dan lebar jenjang
kerja yang sesuai, maka Cycle Time akan semakin cepat.
5) Keterampilan operator
Jika operator mampu dan berpengalaman akan diperoleh hasil yang
optimal, maka Cycle Time yang didapat juga akan semakin cepat
f. Bucket Fill Factor
Persentasi/porsi/perbandingan Bucket Excavator yang terisi material terhadap
total kapasitas yang bisa diambil oleh Bucket Excavator.
g. Kemampuan Operator
Faktor koreksi terhadap efisiensi produktivitas alat juga termasuk
kemampuan/skill dari Operator Jika operator mampu dan berpengalaman
akan diperoleh hasil yang optimal, semakin bagus keterampilan operator
maka Cycle Time yang didapat akan semakin cepat. Faktor koreksi ini
digunakan untuk mendapatkan gambaran produksi yang sebenarnya.
4.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Dumptruck
Terdapat beberapa perbedaan perhitungan data secara aktual pada alat
angkut Dumptruck. Faktor yang menentukan perhitungan produktivitas alat
angkut Dumptruck baik secara teoritis maupun aktual adalah:
a. Vessel Capacity (ukuran vessel) Dumptruck dan Bucket Capacity (Ukuran
Bucket) Alat Loading
Ukuran Bucket dan ukuran Vessel menentukan jumlah pengisian Excavator
yang diperlukan untuk dapat mengisi sebuah Dumptruck sampai penuh.
Semakin besar Bucket maka semakin sedikit jumlah pengisian yang dibutuhkan
oleh Excavator untuk dapat mengisi Dumptruck sampai penuh, begitupun

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
40

sebaliknya semakin besar Vessel maka semakin banyak jumlah pengisian yang
dibutuhkan oleh Excavator untuk dapat memenuhi Dumptruck sampai penuh.
Biasanya semakin besar Vessel Dumptruck maka semakin besar pula Bucket
Excavator yang digunakan. Semakin besar ukuran Vessel dan Bucket, maka
volume material yang terambil setiap cycle akan semakin besar.
b. Swell Factor
Swell Factor adalah sifat fisik material yang akan diukur dari perubahan
volume padat saat material belum digali (Bank/BCM) menjadi volume gembur
saat material telah digali oleh Excavator (Loose/LCM)
c. Cycle Time
Cycle Time adalah pengertian dari waktu yang diperlukan untuk proses
pengangkutan material baik dari Front Tambang menuju Disposal Area
maupun dari Front Tambang menuju Stock Pile. Cycle Time unit Dumptruck
meliputi waktu :
1) Loading (Pemuatan material ke Dumptruck/Cycle Time Excavator per-1
Dumptruck)
2) Travelling Loaded (Hauling Dumptruck yang bermuatan)
3) Dumping (Penumpahan material ke Disposal Area atau Stock Pile)
4) Travelling Empty (Hauling Dumptruck yang kosong)
5) Spot Time atau biasa disebut Delay Time (waktu tunggu akan Loading)
Menurut Standar Parameter Pertambangan standar Cycle Time Dumptruck
untuk Scania P310 untuk material batubara kurang lebih 724,02 detik,
sedangkan Cycle Time aktual untuk Dumptruck untuk Scania P310 untuk
material batubara kurang lebih 1210 detik. Untuk standar Cycle Time
Hydraulic Dumptruck untuk Scania P380 untuk Top Soil maupun Overburden
kurang lebih 644,02 detik, sedangkan Cycle Time aktual untuk Dumptruck
untuk Scania P380 untuk Top Soil maupun Overburden kurang lebih 847,8
detik. Untuk standar Cycle Time High Dumptruck untuk HD465 untuk
Overburden kurang lebih 676,02 detik, sedangkan Cycle Time aktual untuk
High Dumptruck untuk HD465 untuk Overburden kurang lebih 1163 detik
Faktor-faktor yang mempengaruhi Cycle Time adalah:

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
41

1) Ukuran unit
Semakin besar unit Dumptruck, Cycle Time nya akan menjadi semakin
lambat.
2) Cycle Time alat gali-muat/Loading
Semakin cepat Cycle Time alat loading maka Cycl Time Dumptruck akan
lebih cepat
3) Jumlah Cycle pemuatan alat Loading ke Dumptruck
Ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas Vessel Dumptruck dan produksi alat
Loading per-Bucket. Semakin sedikit Cycle-nya Excavator maka akan
semakin cepat Cycle Time Dumptruck.
4) Jarak Angkut
Cycle Time akan menjadi semakin lama apabila jarak angkut dari Front
Tambang menuju Disposal Area maupun Stock Pile semakin jauh jaraknya.
5) Kecepatan Hauling Dumptruck
Semakin tinggi kecepatan alat angkut, maka Cycle Time akan semakin cepat.
Kecepatan ini juga harus didasarkan dengan kecepatan maksimum yang
telat ditetapkan oleh K3 agar tidak terjadi bahaya dan hal-hal yang tidak
diinginkan.
6) Kondisi area dumping dan area front loading
Semakin bagus kondisi area dumping dan area front loading, maka Cycle
Time-nya Dumptruck akan semakin cepat.
7) Keterampilan operator
Jika operator mampu dan berpengalaman akan diperoleh hasil yang optimal,
maka Cycle Time yang didapat juga akan semakin cepat
d. Keadaan Medan
Keadaan medan yang baik akan mempengaruhi produksi kerja, sebaliknya bila
medan jelek, berdebu, berkabut dan tidak rata/datar akan mengurangi produksi.
1) Keadaan Jalan
Termasuk kekerasan dan kemulusan permukaan jalan. Di lapangan
permukaan jalan tidak keras dan mulus/rata dan juga pada beberapa titik
seperti tikungan masih terdapat kondisi jalan yang belum sesuai standar,

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
42

sehingga hal ini menyebabkan terjadinya lost time pada alat angkut
Dumptruck yang melintas pada jalur tersebut. Jalanan yang sempit akan
mengakibatkan salat satu alat angkut harus menunggu alat angkut lain yang
ada di depannya untuk melintas terlebih dahulu, sehingga Cycle Time alat
angkut tersebut akan bertambah besar dan dapat melebihi waktu standar
(waktu teoritis). Secara teoritis standar jalan adalah 3,5 kali lebar alat angkut
terbesar di lapangan
2) Kemiringan Jalan
Kemiringan jalan yang terlalu besar atau tidak sesuai dengan kemampuan
kendaraan yang melintasi jalur tersebut dapat mempengaruhi Cycle Time
dari alat angkut yang melewati jalur tersebut. Ada beberapa titik dimana
grade jalan belum menyesuaikan dengan kemampuan dari alat angkut yang
melintasi jalur tersebut. Misalnya pada Dumptruck Scania P310 untuk alat
angkut batubara, dimana alat angkut ini jika melewati jalur dengan grade
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan Dumptruck tersebut mati langkah
sehingga akan membahayakan pengendara maupun material yang dibawa.
Kemiringan jalan standar yang diizinkan adalah sekitar 8% - 10% atau
sekitar 6⁰ - 8,5⁰, sedangkan di lapangan kemiringan jalan berkisar 10⁰ - 13⁰

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai