Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun et. al, 2006). Misalnya di dalam
kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok
anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa
binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada
masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat
terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan (Logan dan Darkwin, 2005).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

1
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok
serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010)
Pembangunan kesehatan Kabupaten Agam secara umum bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya
sumber daya masyarakat, memperpanjang umur harapan hidup, meningkatnya
kesejahteraan keluarga dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan hidup
sehat. Bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
setingginya (Profil Dinkes Agam, 2013).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka
dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat dimana perawatan masyarakat
itu sendiri adalah bidang khusus ilmu keperawatan yang merupakan
perpaduan antara kesehatan masyarakat yang didukung peran serta
masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Peran serta aktif masyarakat itu diartikan sebagai suatu proses dimana
individu keluarga dan masyarakat bertanggung jawab atas kesehatan sendiri
berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Peningkatan peran serta
masyarakat bertujuan meningkatkan upaya masyarakat dalam upaya
mewujudkan kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan
masalah kesehatan.
Mahasiswa keperawatan program profesi ners ilmu keperawatan STIKes
Fort De Kock, sebagai calon tenaga kesehatan profesional, berkewajiban
untuk berperan serta mewujudkan tercapainya pembangunan nasional
khususnya pembangunan di bidang kesehatan yaitu indonesia sehat tahun
2017. Dalam pelaksanaan perannya dititik beratkan kepada usaha promotif,
preventif dengan tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif dalam setiap
tindakan keperawatan. Peran srta mahasiswa tersebut dapat dilakukan melalui

2
kegiatan program profesi ners dalam bidang keperawatan komunitas dan
keluarga di masyarakat.
Program profesi keperawatan komunitas dan keluarga merupakan
pengalaman belajar lapangan yang memberikan kesempatan kepada
mahasiswa meningkatkan kemampuan menganalisa serta mensintesa berbagai
ilmu pengetahuan didalam memberikan pelayanan keperawatn untuk
memantapkan profesionlisme keperawatan. Program profesi ini dilakukan di
Jorong Lambah, Kenagarian Lambah, Kecamatan Ampek Angkek pada
tanggal 17 November – 31 Desember.
Pelaksanaan praktek profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain :
observasi fisik lingkungan (winshield survey), musyawarah masyarakat
jorong yang pertama untuk menindaklanjuti hasil survey, penyebaran angket
untuk memperoleh data kesehatan masyarakat, musyawarah masyarakat
kedua untuk menyusun rencana kegiatan mengatasi masalah kesehatan yang
dirasakan masyarakat dan memyepakati pembentukkan kelompok kerja
kesehatan, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
disepakati.
Dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan oleh mahasiswa
bersama masyarakat dapat dilaksankan sesui perencanaan dengan bantuan
dan dukungan berbagai pihak meskipun ada berbagai kendala yang dihadapi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyajikan hasil kegiatan program profesi keperawatan komunitas oleh
mahasiswa program ners ilmu keperawatan STIKes Fort De Kock kepada
masyarakat Jorong Lambah, Kenagarian Lambah, Kecamatan Ampek
Angkek.

3
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terdapat di Jorong
Lambah, Kenagarian Lambah, Kecamatan Ampek Angkek bedasarkan
data kesehatan masyarakat yang dikumpulkan.
b. Menggambarkan rencana tindak lanjut kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh masyarakat di Jorong Lambah, Kenagarian Lambah, Kecamatan
Ampek Angkek.
c. Menggambarkan kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa program
ners ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock kepada masyarakat di
Jorong Lambah, Kenagarian Lambah, Kecamatan Ampek Angkek.

C. MANFAAT PENULISAN
1. Untuk masyarakat diharapkan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan
pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mengatasi masalah
kesehatan di Jorong Lambah, Kenagarian Lambah, Kecamatan Ampek
Angkek.
2. Untuk pihak yang terkait baik lintas sektoral diharapkan laporan hasil
kegiatan ini dapat dijadikan bahan maupun data untuk menyusun kebijakan
dan program kerja di bidang kesehatan yang akan datang.
3. Untuk institusi pendidikan diharapkan laporan hasil kegiatan ini menjdai
bahan perbandingan untuk profesi berikutnya dan menjadi bahan evaluasi
terhadap program atau kurikulum keperawatan komunitas yang telah di
tetapkan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Defenisi Keperawatan Komunitas
WHO ( World Health Organitation ) 1974 : mencakup perawatan
kesehatan keluarga ( Nurse Health Family ) dan juga meliputi kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi
masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan tersebut
sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan pada orang lain.
Departemen kesehatan RI (1986) : keperawatan kesehatan masyarakat
adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan
mengikutsertakan team kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh
tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat.
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang berfokus pada kelompok resiko tinggi dari semua tingkat perkembangan
dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui preventif,
promotif tanpa mengabaikan pelayanan rehabilitatif dan kuratif (Spidley dan
Logan Dan Dakwin dalam Sahar, 1995)
Keperawatan Kesehatan masyarakat (Komunitas) merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran seta aktif masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif,
preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai satukesatuan yang utuh, melalui
proses keprawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (Hasil Rapat kerja
Keperawatan Masyarakat, 1989). Keperawatan komunitas adalah pelayanan
keperawatan profesional yang berfokus pada kelompok resiko tinggi dari

5
semua tingkat perkembangan dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang
optimal melalui preventif, promotif tanpa mengabaikan pelayanan
rehabilitatif dan kuratif (Spidley dan Logan Dan Dakwin dalam Sahar, 1995)
Keperawatan Kesehatan masyarakat (Komunitas) merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran seta aktif masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif,
preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai satukesatuan yang utuh, melalui
proses keprawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (Hasil Rapat kerja
Keperawatan Masyarakat, 1989).
Konsep komunitas mempunyai arti yang sangat luas. Komunitas
menurut WHO (1974) adalah suatu kelompok sosial yang ditentukan oleh
batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta
adanyasaling mengenal dan berintegrasi antara anggota masyarakat yang satu
dengan yang lainnya. Spradley (1985) menyatakan bahwa komunitas
merupakan sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting
dalam hidupnya. Konsep komunitas mencakup 3 dimensi yaitu orang, tempat
dan fungsi. Orang adalah masyarakat, tempat adalah daerah-daerah dan
fungsinya mencakup tukjuan dan aktifitas dari kominitas tersebut ( Stanhope
M dan Lancaster J, 1996)
Keperawatan kesehatan merupakan pelayanan keperawatan
proifesional yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat dengan
mempunyai konsep-konsep, teori-teori, legalitas dan etika yang ditujukan
kepada m,asyarakat yaitu terutama balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia
untuk mencapai derajat kesehatan optimal melalui pencxegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin ketergantungan pelayanan
kesehatan yang dubutuhkan sesuai dengan ekonomi masyarakat tersebut
dengan melibatkan klien sebagi mitra dalam peremcanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

6
Dalam prakteknya keperawatan komunitas didasari oleh konsep
partnership, kolaborasi dan empowerman (Anderson dan Mc Farlane, 2000) ,
disamping kegiatan dalam kelompok (Swanson,1997). Dalam hubungan
dengan masyarakat sebagai tenaga kesehatan, perawat komunitas memiliki
peran penting dalam asuhan keperawatan seperti peran klinik, educator,
advokator, conselor, manager, colaborator, leadership, dan reseachter
(Spidley dan Alexander, 2001)
Winslow (1920) adalah seorang ahli kesehatan masyarakat, yang
membuat batasan sampai saat ini relevan, yakni public health atau kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
dan meningkatkan efisiensi hidup melalui upaya pengorganisasian
masyarakat untuk :
a. Kelompok – kelompok masyarakat yang terkoordinir
b. Perbaikan kesehatan lingkungan
c. Mencegah dan memberantas penyakit menular
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau perseorangan
e. Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu
wadah pada pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan
swadaya masyarakat untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat
secara optimal.

a. Falsafah dan Paradigma Keperawatan Komunitas


Falsafah keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakikat
manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam
praktik keperawatan.
Falsafah keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan
yang dilakukan keperawatan menganut pandangan holistikvterhadap manusia
yaitu kebutuhan manusia bio-psioko-sosial-spritual.
Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik,
dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, member
perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi sesame
manusia.

7
Paradigma keperawatan sebagai pandangan fundamental tentang
persoalan dalam suatu cabang.

b. Tujuan
Tujuan keperawatan adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya:
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau
isu kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan
kelompok.
Dan selanjutnya secara spesifik diharapkan : individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
c. Merumuskan serta memecahkan masalah
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka alami
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri ( self care )
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan
mewujudkan masyarakat yang sehat. Dimana ciri-ciri masyarakat yang
sehat antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
b. Dapat mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya
peningkatan pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan terutama untuk ibu dan anak
c. Meningkatkan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk menaikkan mutu lingkungan

8
d. Meningkatnya status gizi masyarakat berkaitan dengan meningkatnya
status ekonomi masyarakat
e. Menuurunnya angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit
c. Sasaran
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, masyarakat, dan
kelompok khusus dalam keadaan sehat maupun sakit.
1) Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil resiko
tinggi, usia lanjut,penderita penyakit menular (TB paru, kusta, malaria,
demam berdarah, diare, ISPA atau pneumonia) dan penderita penyakit
degenerative
2) Keluarga
Keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable group)
atau risiko tinggi (highrisk group) dengan prioritas sebagai berikut :
a. Keluarga yang teridentifikasi mempunyai atau potensial terjadinya
masalah, mampu mengenal masalah atau belum memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
b. Keluarga yang sudah kontak dengan tenaga kesehatan tapi belum
mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
c. Keluarga yang sudah mampu mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah tetapi belum mampu merawat anggota yang
sakit.
3) Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur,permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan dan termasuk diantaranya :

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai


akibat perkembangan dan pertumbuhannya seperti
1. Ibu hamil
2. Bayi baru lahir
3. Anak balita

9
4. Anak usia sekolah
5. Usia lanjut
b. Kelompok dengan kegiatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan perawatan,
diantaranya:
1. Penderita penyakit menular seperti TBC, Lepra, AIDS, dan
penyakit kelamin lainnya.
2. Penderita penyakit yang tidak menular seperti, Diabetes
Mellitus, Jantung Koroner, cacat fisik, gangguan mental dan
lain-lain.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya,
1. Wanita tuna susila
2. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika
3. Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Lembaga sosial perawatan dan rehabilitasi diantaranya:
1. Panti Werdha
2. Panti asuhan
3. Pusat-pusatrehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial dll)
4. Penitipananak balita
4) Masyarakat.
Masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan seperti berikut :
a. Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW, Kelurahan, desa) yang
mempunyai :
 Jumlah bayi meninggal lebih tinggi disbanding daerah lain.
 Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibanding
daerah lain.
 Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.
b. Masyarakat dilokasi atau barak pengungsian akibat bencana atau
akibat lainnya.

10
c. Masyarakat didaerah dengan geografis sulit antara lain daerah
terpencil dan perbatasan.
d. Masyarakat di daerah baru dengan transportasi sulit seperti daerah
tranmigrasi.
e. Kelompok masyarakat yang terikat dalam institusi misalnya panti,
rutan dan lokalisasi WTS
f. Kelompok masyarakat yang tidak terikat dalam institusi misalnya,
karang werdha, karang taruna, KPKIA, kelompok remaja dan lain-
lain

B. TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS


Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep,
atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-
gejala atau fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara
konsep-konsepn tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan
dan meramalkan suatu fenomena.
Teori keperawatan didefinisikan oleh steven (1984) sebagai usaha
untuk menguraikan dan menjelaskan berbagi fenomena dalam keperawatan.
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin
ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan
dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Teori keperawatan menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usahauntuk
menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Menurut
Newman (1979) ada 3 cara pendekatan dalam pengembangan teori
keperawatn yaitu meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan
dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu
keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari
konsep yang berkaitan dengan praktik keperawatan serta menciptakan suatu
kerangka konsep yang memungkinkan pengembangan teori keperawatan.
Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah menumbuh kembangkan
pengetahuan yang diharapkan dapat membantu dan mengembangkan praktek
keperawatan dan pendidikan keperawatan. Menurut teori Anderson (2000)

11
pengkajian dilakukan terhadap core yaitu masyarakat dalam komunitas
dengan delapan subsistem yang mempengaruhinya yaitu lingkungan fisik,
pendidikan, keamanan dan keselamatan, politik dan kebijakan kesehatan
pemerintah, pelayanan sosial dan kesehatan, sistem komunikasi, ekonomi,
dan rekreasi. Pengkajian core meliputi data demografi, umur, pendidikan,
gender, pekerjaan, agama, nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
komunitas.
Penelitian yang telah dilakukan terhadap antara partisipasi masyarakat
dan proses perubahan. Bavelas menemukan bahwa kelompok berkembang
lebih cepat dalam keterampilan pemecahan masalah dari pada cara
komunikasi langsung.
Ada lima tingkatan dalam proses keperawatan yaitu:
a. Tingakat 1 yaitu pengaturan orang-orang didalam kelompok
1. Komitmen untuk bekerja sama
2. Melibatkan orang yang cocok atau tepat
3. Memutuskan untuk bertindak
b. Tingkat 2 yaitu membangun kepercayaan dan komitmen untuk
pemecahan masalah :
1. Mengembangkan dasar pengetahuan umum
2. Melakukan pengkajian komunitas
3. Menjelaskan tujuan
4. Mengembangkanmisis dan kehadiran
c. Mengembangkan rencana strategi untuk manajemen masalah:
1. Mengembangkan alat-alat dan tehnik
2. Merancang bentuk-bentuk pelayanan
3. Menjelaskan hasil dan terget
4. Melakukan anlisis
5. Berfokus pada masyarakat target
d. Tindakan
1. Evaluasi kemajuan
2. Merumuskan strategi staf
3. Melaksanakan strtegi pencapaian

12
e. Adapatasi atau penyesuaian model pada situasi dan mensolidkan
program dalam struktur organisasi :
1. Adaptasi dan pengembangan prototype
2. Mengembangkan pelatihan antar profesi
3. Memperdalam budaya kolaborasi
4. Merangsang strategi fiskal
5. Membangun konstituensi komunitas
6. Membangun struktur organisasi

C. STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan
(partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan,
dan (4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie,
1998). Strategi intervensi pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes
secara mandiri juga diuraikan pada bagian berikut:
a. Kemitraan
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua
pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat
spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi
sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi PKP.
Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model
keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra
(community as partner model). Fokus dalam model tersebut
menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas,
yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang
menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan
kesehatan, dan (2) proses keperawatan.
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas
dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun
memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif

13
masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter,
Lezin, & Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi
aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan
dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan
masyarakat (Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan
penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber
daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas
program kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat spesialis
komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990).
Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui
upaya membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak
yang terkait (Robinson, 2005) dalam upaya penanganan pada baik di level
keluarga, kelompok, maupun komunitas. Pihak-pihak tersebut adalah
profesi kesehatan lainnya, stakes holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kota, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Pemerintah Kota),
donatur/sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK,
Lembaga Indonesia/LLI, Perkumpulan , atau Klub Jantung Sehat
Yayasan Jantung Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat.
b. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999).
Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat
dan mendasar. Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu
kemitraan dengan masyarakat maka dirinya juga harus memberikan
dorongan kepada masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip
“bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk”
masyarakat, oleh karena itu perawat spesialis komunitas perlu
memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar
muncul partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al, 2004). Membangun

14
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies
& McEwan, 2001).Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui
proses pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh
agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu:
1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku
sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan
dalam mengelola secara mandiri. Dalam tahap ini, perawat
komunitas berusaha mengkondisikan lingkungan yang kondusif
bagi efektifitas proses pemberdayaan agregat
2) Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan
ketrampilan dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat
mengambil peran aktif dalam lingkungannya. Pada tahap ini
agregat memerlukan pendampingan perawat komunitas.
3) Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga
terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan
pada kemandirian mengelola. Pada tahap ini dapat melakukan apa
yang diajarkan secara mandiri.
c. Pendidikan Kesehatan
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah
dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi
disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies,
192011). Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat
menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap,
meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di
dalam perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok
(Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002). Pendidikan kesehatan diharapkan
dapat mengubah perilaku untuk patuh terhadap saran pengelolaan secara
mandiri.

15
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok,
maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas
penting dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu: individu akan mudah
mengadopsi perilaku sehat apabila mendapatkan dukungan sosial dari
lingkungannya terutama dukungan keluarga, intervensi di tingkat
komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap
program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat
membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, &
Kok, 1996). Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk
menurunkan risik dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu: (1) pencegahan primer, (2) pencegahan sekunder, dan
(3) pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan
primer bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan .
Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk
memotivasi kelompok berisiko melakukan uji skrining dan
penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan pada tahap pencegahan
tersier, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat
readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi terulang
dan memelihara stabilitas kesehatan.
d. Proses Kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi
keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui
pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-help
group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih
efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada
individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerja
bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat dapat
dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat
setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga, atau Karang . Kegiatan
pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI, 1992).

16
Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok
sosial dan menerima dukungan dari kelompok tersebut akan
memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik
daripada yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok (Krause,
1992). Bentuk dukungan kelompok ini juga terkait dengan rendahnya
risiko morbiditas dan mortalitas (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz,
1992). Meskipun penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut
tidak lengkap dikemukakan, beberapa laporan menekankan bahwa
dukungan yang diterimadapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan
individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi
yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan meningkatkan perilaku
mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat
komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan
pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai suatu
proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas yang
memberdayakan individu dan kelompok berisiko (agregat) dalam
menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang diinginkan
bersama. Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model pengorganisasian
masyarakat yaitu:
1) Model pengembangan masyarakat (locality development),
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya untuk
memaksimalkan perubahan yang terjadi di komunitas, dimana
masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam menentukan
tujuan dan pelaksanaan tindakan. Tujuan dari model
pengembangan masyarakat adalah :
a) Agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat
berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan,
dan
b) Perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan
kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya

17
di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter,
1991). Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan
dari proses keperawatan komunitas pada adalah meningkatkan
kemampuan dan kemandirian fungsional agregat melalui
pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya
sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat
difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian
tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap
permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada
peningkatan partisipasi aktif.
2) Model perencanaan sosial (social planning)
Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih
menekankan pada teknik menyelesaikan masalah kesehatan agregat
dari pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas Kesehatan
atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down planning.
Tugas perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan
kegiatan, menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan
rencana tindakan kepada masyarakat. Perencana program harus
memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan untuk
mengorganisasikan lintas sektor terkait.
3) Model aksi sosial (social action)
Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian
masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan
permasalahan yang sedang dihadapi agregat , misalnya kampanye
gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan
bentuk intervensi keperawatan komunitas.

18
D. PRINSIP KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Azaz Manfaat
Intervensi yang dilakukan harus memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan
kerugian
2. Azaz Autonomi
Komunitas diberikan kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif
yang terbaik yang sesuai untuk komunitas
3. Azaz Keadilan
Melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas (Nasrul Efendy, 1998)

E. FALSAFAH KEPERAWATAN KOMUNITAS


Falsafah keperawatan komunitas adalah:
1. Pelayanan kesehatan yang diberikan haruslah tersedia, dapat diterima dan
dijangkau masyarakat
2. Melibatkan penerima pelayanan, dalam melakukan tindakan penyelesaian
masalah
3. Kerjasama antara perawat dan masyarakat
4. Lingkungan akan mempengaruhi kesehatan masyarakat
5. Peningkatan dan pencegahan lebih efektif jika dilakukan secara dini
6. kesehatan merupakan tanggung jawab setiap individu

F. PERAN PERAWAT KOMUNITAS


1. Pemberi pelayanan kesehatan.
Perawat komunitas tidak hanya memberikan pelayanan pada individu
tetapi juga memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga dan
komunitas termasuk kelompok resiko tinggi.
2. Pendidik
Perawat komunitas memberikan pendidikkan dan penyuluhan kepada
keluarga dan masyarakat.
3. Pengelola

19
Perawat komunitas akan mengelola asuhan keperawatan
4. Konselor
Perawat komunitas akan memberikan bimbingan dan masukan kepada
keluarga dan masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
5. Pembela klien (advokat)
Perawat komunitas akan membela klien.
6. Peneliti
Perawat komunitas juga melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan keperawatan komunitas.

G. PERBEDAAN KESEHATAN KLIEN DI RS DAN KOMUNITAS

Rumah Sakit Komunitas


1. Fokus pada pasien di RS 1. Fokus pada individu, keluarga
dan komunitas (termasuk
kelompok resiko tinggi)
2. Memberikan pelayanan 2. Memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat kesehatan yang terdistribusi.
kejadian kasus (episodik)
3. Bekerja pada pasien pada unit 3. Bekerja pada semua kondisi
tertentu. sehat dan sakit diberbagai
tatanan.
4. Bekerja pada suatu RS atau 4. Bekerja dengan instansi terkait
instansi
5. Koordinasi keperawatan 5. Berkoordinasi pelayanan dengan
dengan institusi lain berbagai tenaga dikomunitas
6. Merencanakan dan memberikan 6. Merencanakan dan melakukan
pelayanan yang bersifat pelayanan melalui keluarga
individu.
7. Membatasi autonomi klien 7. Mendorong autonomi dan
dengan lingkungan RS kontrol keluarga kecuali kasus
menular

20
8. Observasi yang terbatas pada 8. Mengobservasi berbagai faktor
interaksi keluarga dan indikator kesehatan
kesehatan lain.
9. Hubungan terbatas hanya 9. Memfasilitasi dengan hubungan
dengan profesi lain di RS. profesi lain.

H. SIFAT ASUHAN
Sifat asuhan keperawatan komunitas adalah kerja sama atau partnership
berupa :
1. Partisipasi Pasif : Masyarakat sebagai sumber data
2. Partisipasi Aktif : Masyarakat ikut dalam proses keperawatan.

I. Askep Teoritis
1. Pengkajian
Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan
mengintervensi secara berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan
klien tapi tidak merusak garis pertahanan normal (tingkat pencegahan
primer), perawat mungkin mengkaji faktor-faktor resiko dan mencari
kemungkinan untuk mengajari atau membantu klien sesuai dengan
kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan normal
(tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk
menentukan sifat dari proses penyakit dan mulai berurusan dengan respon
maladaptive. Jika stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa (tingkat
pencegahan tertier) perawat berusaha untuk membatasi atau mengurangi
efek, barangkali dengan menggunakan sumber-sumber rehabilitasi .
Perawat mengkaji semua factor yang berpengaruh pada
klien..Contoh Neuman menyatakan bahwa lapang persepsi pemberi
pelayanan professional dan klien harus dikaji karena persepsi klien dan
caregiver mungkin bervariasi.Dengan demikian hal ini akan
mempengaruhi tindakan caregiver.Pengkajian persepsi berarti bahwa
perawat mengkaji prasangka, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki klien
yang berhubungan dengan kondisi klien sebelum membuat keputusan. Hal

21
ini penting bahwa pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat
karena ini akan sangat berguna pada format proses perawatan yang
selanjutnya dibuat oleh Neuman.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat
dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat adalah:
a. Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam
menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta
faktor lingkungannya.Elemen pengkajian komunitas terdiri dari inti
komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai
keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan.
Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan;
keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan
kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi. Hal diatas
perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif
dalam langkah-langkah selanjutnya.

b. Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah
diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam
menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar
faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang
timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa
keperawatan. Menurut Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari:
a) Masalah sehat sakit
b) Karakteristik populasi

22
c) Karakteristik lingkungan
2. Diagnosa keperawatan
Data dari hasil pengkajian dikumpulkan untuk dianalisa,
dimana nantinya akan ditemukanlah masalah keperawatan serta
etiologi dari masalah tersebut. Menurut Mucke ( 1994 ), diagnosa
keperawatan dibagi atas :
a. Masalah : sehat sampai sakit
b. Karakteristik Populasi
c. Karakteristik Lingkungan Nyata, Resiko dan Potensial
d. Rumusan :
Resiko ........................................( masalah
).........................diantara ( populasi / komunitas ) b. d (
karakteristik komunitas dan lingkungan ) yang
dimanisfeastasikan dengan ........................................( indikator
kesehatan / analisa data ).

3. Prioritas Masalah

PRIORITAS MASALAH
No. Masalah keperawatan A B C D E Urutan
1
2
3

Keterangan:
A : Tingkat pentingnya masalah untuk di selesaikan
Skor : 1 = Rendah, 2 = sedang, dan 3 = tinggi
B : perubahan positif bagi masyarakat jika masalah diselesaikan
Skor : 0 = tidak ada nilai, 1 = Rendah, 2 = sedang, dan 3 = tinggi
C : Peningkatan kualitas hidup jika masalah diselesaikan
Skor : 0 = tidak ada nilai, 1 = Rendah, 2 = sedang, dan 3 = tinggi
D : Prioritas Masalah

23
Skor : 1 = kurang penting, 6 = sangat penting
E : Jumlah

4. Intervensi
Ada 4 strategi intervensi :
a. KIM ( Komunikasi Informasi Motivasi ) keluarga binaan
b. Penyebaran informasi
- Penyuluhan
- Penyebaran leaflet
- Penyebaran pamflet
c. Pendidikan dan pelatihan
- Pelatihan / penyegaran Kader
- Supervisi Kader
d. Penggerakan massa
- Kesling : kerja bakti
- Kunjungan balita ke posyandu
- Kunjungan lansia ke posyandu
- Kampanye kesehatan

5. Pelaksanaan / implementasi
Pelaksanaan / implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik ( lyer dkk, 1996). Tahap
implementasi di mulai setelah rencana tindakan disusun dan di tujukan
pada rencana strategi untuk membantu komunitas untuk mencapai tujuan
yang di harapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi factor- factor yang mempengaruhi
masalah kesehatan komunitas.
Tanggung jawab melaksanakan kegiatan:
Bantuan mengatasi masalah kurang nutrisi, mempertahankan
kondisi seimbang, meningkatkan kesehatan
Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah
kurang gizi

24
Advokat komunitas.

Fokus Praktik :
 Pencegahan primer, pencegahan sebelum sakit;
 Pencegahan sekunder, dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan
 Pencegahan tersier, menekankan pengembalian individu pd
tingkat berfungsinya secara optimal
6. Evaluasi
Tujuan Jangka panjang
Perubahan perilaku Masyarakat
- Status kesehatan meningkat
- Masalah teratasi
Tujuan Jangka Pendek
Setelah 2 bulan tindakan
- 50 % warga masayarak mendapatkan informasi tentang .................
- 50 % Kader mampu memberikan penyuluhan ..................................
- Jumlah kader terlatih bertambah..…………………………….orang

25

Anda mungkin juga menyukai