Konfigurasi runway ada bermacam-macam, dan konfigurasi itu biasanya merupakan kombinasi dari
beberapa macam konfigurasi dasar (basic configuration). Konfigurasi dasar itu adalah :
a) Landasan Pacu Tunggal
b) Landasan Pacu Paralel
c) Landasan Pacu Dua Jalur
d) Landasan Pacu yang Berpotongan
e) Landasan Pacu V-terbuka
Seperti halnya dalam karakteristik kemampuan pesawat yang berpengaruh langsung terhadap penentuan
panjang landasan pesawat dan temperatur yang juga mempengaruhi panjang landasan, bila suatu
temperatut tinggi, maka diperlukan landasan yang lebih panjang.
Kondisi lingkungan lapangan terbang yang berpengaruh terhadap panjang landasan pacu (runway) adalah
temperatur, angin permukaan, kemiringan landasan pacu, ketinggian lapangan terbang dari permukaan
laut dan kondisi permukaan landasan. Seberapa jauh hal-hal diatas mempengaruhi panjang landasan pacu,
hanya merupakan pendekatan, namun demikian analisa terhadap hal-hal diatas akan menguntungkan
terhadap perhitungan landasan pacu.
Menurut ICAO, ada 5 faktor koreksi yang mempengaruhi perencanaan panjang runway, yaitu :
1. Faktor koreksi ketinggian dari muka air laut ( Altitude of the Airport), kalau letak pelabuhan udara
semakin tinggi dari muka air laut, maka udara semakin tipis, temperatur semakin kecil, sehingga panjang
landasan pacu harus semakin panjang.
2. Faktor koreksi temperatur, keadaan temperatur di bandar udara pada tiap tempat tidaklah sama. Makin
tinggi temperatur di suatu bandar udara, maka semakin panjang landasan pacu yang dibutuhkan. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi temperatur udara maka semakin kecil density nya, yang mengakibatkan
daya desak pesawat berkurang. Sehingga dituntut panjang runway yang lebih panjang.
3. Faktor koreksi gradient (kemiringan memanjang), dimana tanjakan pada landasan akan menyebabkan
kebutuhan akan landasan pacu yang lebih panjang dan pada landasam pacu yang datar. Begitu juga
sebaliknya, apabila landasan menurun maka panjang landasan pacu dapat lebih pendek. Sebagai
standardisasi untuk runway, tiap 1% kenaikan gradien landasan akan membutuhkan penambahan panjang
landasan pacu sebanyak 7% sampai dengan 10%.
4. Faktor koreksi angin (Surface wind), dimana apabila kondisi arah angin sejajar dengan arah gerak
pesawat maka kebutuhan akan panjang landasan akan semakin besar, sebaliknya apabila arah angin
berlawanan dengan arah gerak pesawat maka kebutuhan akan panjang landasan pacu akan semakin kecil
5. Faktor koreksi kondisi permukaan landasan, dimana apabila pada permukaan landasan pacu terdapat
genangan air, maka pada saat pesawat akan mengudara akan mengalami hambatan kecepatan, sehingga
dibutuhkan landasan pacu yang lebih panjang.
Stop way : Perpanjangan landasan, digunakan untuk menahan pesawat pada waktu gagal lepas landas.
Clearway : Area di luar akhir landasan lebarnya paling sedikit 500 feet.
Untuk pesawat terbang bermesin turbin dalam menentukan panjang runway harus mempertimbangkan
tiga keadaan umum agar pengoperasian pesawat aman. Ketiga keadaan tersebut adalah:
Lepas landas normal
Suatu keadaan dimana seluruh mesin dapat dipakai dan runway yang cukup dibutuhkan untuk
menampung variasi-variasi dalam teknik pengangkatan dan karakteristik khusus dari pesawat terbang
tersebut.
Lepas landas dengan suatu kegagalan mesin
Merupakan keadaan dimana runway yang cukup dibutuhkan untuk memungkinkan pesawat terbang lepas
landas walaupun kehilangan daya atau bahkan direm untuk berhenti.
Pendaratan
Merupakan suatu keadaan dimana runway yang cukup dibutuhkan untuk memungkinkan variasi normal
dari teknik pendaratan, pendaratan yang melebihi jarak yang ditentukan (overshoots), pendekatan yang
kurang sempurna (poor aproaches) dan lain-lain. Panjang runway yang dibutuhkan diambil yang
terpanjang dari ketiga analisa di atas
Keadaan pendaratan
Peraturan menyebutkan bahwa jarak pendaratan (landing distance = LD) yang dibutuhkan oleh setiap
pesawat terbang yang menggunakan bandara, harus cukup untuk memungkinkan pesawat terbang benar-
benar berhenti pada jarak pemberhentian (stop distance = SD), yaitu 60 persen dari jarak pendaratan,
dengan menganggap bahwa penerbang membuat pendekatan pada kepesatan yang semestinya dan
melewati ambang runway pada ketinggian 50 ft.
1. Keadaan Normal
Semua mesin bekerja memberikan definisi jarak lepas landas (take off distance = TOD) yang untuk bobot
pesawat terbang harus 115 persen dan jarak sebenarnya yang ditempuh pesawat terbang untuk mencapai
ketinggian 35 ft (D35).
2. Keadaan dengan kegagalan mesin
peraturan menetapkan bahwa jarak lepas landas yang dibutuhkan adalah jarak sebenarnya untuk mencapai
ketinggian 35 ft (D35) tanpa digunakan persentase, seperti pada keadaan lepas landas dengan seluruh
mesin bekerja. Keadaan ini memerlukan jarak yang cukup untuk menghentikan pesawat terbang dan
bukan untuk melanjutkan gerakan lepas landas.
Temperatur,
angin permukaan (surface wind)
Kemiringan runway (effective gradient)
Elevasi runway dari permukaan laut (altitude)
Kondisi permukaan runway.
Sesuai dengan rekomendasi dari International Civil Aviation Organization (ICAO) bahwa
perhitungan panjang runway harus disesuaikan dengan kondisi lokal lokasi bandara. Metoda ini
dikenal dengan metoda Aeroplane Reference Field Length (ARFL).
Menurut ICAO, ARFL adalah runway minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada
maximum sertificated take off weight, elevasi muka laut, kondisi atmosfir standar, keadaan tanpa
angin bertiup, runway tanpa kemiringan (kemiringan = 0).
Perencanaan persyaratan-persyaratan tersebut harus dipenuhi dengan melakukan koreksi akibat
pengaruh dari keadaan lokal
Konfigurasi Runway
Pada dasarnya landasan dan penghubungnya taxiway diatur sedemikian hingga :
Memenuhi persyaratan ”separation” pemisahan lalu lintas udara.
Gangguan operasi satu pesawat dangan lainnya serta penundaan di dalam pendaratan, taxiway
serta lepas landas, minimal.
Pembuatan taxiway dari bangunan terminal menuju ujung landasan untuk lepas landas dipilih
yang paling pendek.
Pembuatan taxiway memenuhi kebutuhan hingga pendaratan pesawat dapat secepatnya mencapai
bangunan terminal.
Ada 5 bentuk wujud landasan terbang basis dasar dengan sisanya menjadi variasi pola teladan yang asli.
Banyak macam konfigurasi landas pacu, sebagian konfigurasi adalah kombinasi dari konfiguarasi dasar.
Konfigurasi dasar adalah :
Landasan tunggal
Landasan paralel
Landasan dua jalur
Landasan berpotongan
Landasan terbuka V
Konfigurasi ini ditentukan oleh arah angin dominan yang berhembus
Ilmu penerbangan dikendalikan oleh suatu agen Pemerintah status Yang dipersatukan sebagai
Administrasi Ilmu penerbangan Yang pemerintah pusat atau FAA.
Agen mengamanatkan standard identifikasi untuk tataruang bandara udara
Dari angka-angka landasan terbang dan strip dicat ke pelabuhan udara dan cahaya landasan
terbang dan tanda
Kompas Directionsin Ilmu pelayaran Dan survei, semua pengukuran arah dilakukan dengan
penggunaan angka-angka suatu kompas.
Suatu kompas adalah suatu 360° melingkar [di mana/jika] 0/360° adalah Utara, 90° Timur, 180°
Selatan, dan 270° Barat.
Landasan terbang dipersiapkan menurut angka-angka [itu] pada suatu kompas.
Suatu arah kompas landasan terbang ditandai oleh sejumlah besar mencat pada ujung landasan
terbang masing-masing. sebelum nomor;strip berjumlah 8 belang putih.
Suatu nomor;jumlah landasan terbang tidaklah ditulis dalam derajat tingkat, tetapi diberi suatu
format stenografi.
Sebagai contoh, suatu landasan terbang dengan suatu tanda-tanda " 14" benar-benar dekat dengan
pun 140 derajat tingkat.
Suatu landasan terbang dengan suatu tanda-tanda " 31" mempunyai suatu kompas [yang]
memimpin 310 derajat tingkat, yang adalah arah barat laut.
Untuk kesederhanaan, FAA menyelesaikan judul yang tepat kepada yang paling dekat sepuluh.
Sebagai contoh, landasan terbang 7 kekuatan mempunyai suatu tanda tepat 68 derajat tingkat,
tetapi dibuat untuk 70 derajat tingkat.
Landasan 2 jalur
Landasan dua jalur terdiri dari dua landasan yang sejajar dipisahkan berdekatan (700 ft – 2499 ft) dengan
exit taxiway secukupnya. Walaupun kedua landasan dapat dipakai untuk operasi penerbangan campuran,
tetapi diinginkan operasinya diatur, landasan terdekat dengan terminal untuk keberangkatan dan landasan
jauh untuk kedatangan pesawat.
Banyak lapangan terbang (di luar negeri) mempunyai dua atau tiga landasan dengan arah (direction)
berlainan, berpotongan satu sama lain, landasan demikian mempunyai patron bersilangan. Landasan
bersilangan diperlukan jika angin yang bertiup keras lebih dari satu arah, yang akan menghasilkan tiupan
angin berlebihan bila landasan mengarah ke satu mata angin. Pada suatu saat angin bertiup kencang satu
arah maka hanya satu landasan dari dua landasan yang bersilangan bisa digunakan.
Runway V terbuka merupakan runway yang arahnya memencar (divergen) tetapi tidak berpotongan.
Strategi yang menghasilkan kapasitas tertinggi adalah apabila operasi penerbangan dilakukan menjauhi
V.