Anda di halaman 1dari 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/315950926

Identifikasi Airtanah Daerah Ciemas,


Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Citra Satelit,
Geologi Dan Hidrogeologi

Article · January 2017


DOI: 10.24198/bsc.vol14.yr2016.art10966

CITATIONS READS

0 93

3 authors, including:

Mochamad Nursiyam Mohamad Sapari dwi Hadian


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
5 PUBLICATIONS 0 CITATIONS 26 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Geopark View project

Groundwater Mapping & Quality Assessment View project

All content following this page was uploaded by Mohamad Sapari dwi Hadian on 18 April 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

IDENTIFIKASI AIRTANAH DAERAH CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI BERDASARKAN CITRA


SATELIT, GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI

Fathurrizal Muhammad1, M. Nursiyam Barkah1, Mohamad Sapari Dwi Hadian1


1 Laboratorium Hidrogeologi dan Geologi Lingkungan, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Air merupakan sumber kehidupan. Eksplorasi sumber daya air perlu terus dilakukan demi
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Daerah penelitian secara administratif terletak pada
daerah Ciemas, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Keterdapatan airtanah di daerah ini
masih belum banyak diketahui dan perlu dicari melalui beberapa interpretasi yang dilakukan.
Untuk mengindentifikasi potensi airtanah dilakukan berdasarkan beberapa analisis
diantaranya, analisis Citra satelit, Geologi dan Hidrogeologi.
Dalam analisis citra satelit, di bagian Utara dan Selatan daerah Ciemas terlihat adanya
perbedaan tekstur yang menunjukkan adanya perbedaan litologi batuan. Daerah penelitian
memiliki tiga satuan batuan yaitu satuan batupasir kuarsa (Tebpk), satuan batupasir kuarsa
(Tmbp), dan Endapan Alluvial (Qa). Selain itu terlihat pola kelurusan dan beberapa indikasi
sesar yang menunjukkan 7 sesar oblique yang mengontrol daerah penelitian. Hal tersebut
berpengaruh pada kondisi hidrogeologi daerah penelitian, dengan terdapat tiga jenis akuifer
yang berbeda, yaitu akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dengan produktivitas
sedang, akuifer bercelah/bersarang dengan produktivitas kecil, dan akuifer
bercelah/bersarang dengan produktivitas langka. Berdasarkan hasil analisa tersebut
mempengaruhi besar kecilnya potensi airtanah dan teridentifikasi berada di kawasan dataran
tinggi pada akuifer produktif yang terpotong oleh patahan-patahan geologi.

Kata kunci : Airtanah, Ciemas, Citra satelit

PENDAHULUAN perumahan, lahan parkir, jalan aspal dan


Air tanah (groundwater) merupakan air yang sebagainya yang kesemuanya menyebabkan
terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan recharge air permukaan dari peresapan air
yang terletak di bawah permukaan tanah. Air hujan berkurang.
tanah dapat berasosiasi dengan lapisan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
berpasir atau rekahan. Air tanah ini mengidentifikasi keterdapatan airtanah di
merupakan salah satu sumber daya alam daerah Ciemas yang saat ini masih banyak
yang keberadaannya terbatas dan belum diketahui oleh masyarakat setempat.
pemulihannya sulit dilakukan.. Airt anah Sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
mempunyai peranan yang sangat penting masyarakat untuk menjaga ketersediaan
terutama dalam menjaga keseimbangan dan airtanah di daerah Ciemas yang dapat
ketersediaan bahan baku air untuk digunakan untuk kebutuhan masyarakat
kepentingan rumah tangga (domestik) kedepannya.
maupun untuk kepentingan suatu industri,
pertanian, peternakan, dan suplai kebutuhan METODE PENELITIAN
industri lainnya. Di beberapa daerah, Analisa Citra Landsat
ketergantungan pasokan air bersih dan air Kondisi geologi daerah penelitian ditafsirkan
tanah telah mencapai ± 70%. untuk mengetahui potensi geologi yang
Ketersediaan airtanah harus selalu terdapat didaerah peneletian. Melalui analisis
diperhatikan agar dapat memasok kebutuhan pengaliran sungai, Citra DEM, maka akan
masyarakat pada setiap waktunya. Dari mengetahui kondisi geologi didaerah
waktu ke waktu cadangan air cenderung penelitian. Selain analisis kondisi geologi,
berkurang, di lain pihak populasi manusia Struktur Geologi dapat diinterpretasi
semakin hari makin bertambah besar. menggunakan Citra DEM melalui kelurusan
Berkurangnya cadangan air permukaan lembahan dan sungai untuk mengetahui
terutama disebabkan oleh perubahan areal- indikasi yang menandakan adanya Struktur
areal yang semula daerah resapan air Geologi.
menjadi lapisan kedap air seperti kompleks

303
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

Pengambilan Sampel
Kegiatan Lapangan dilakukan pada bulan Juni Interpretasi Citra Satelit
2014, yang meliputi kajian geologi dan Interpretasi Citra Satelit dilakukan untuk
hidrogeologi. Pada kajian geologi mendapatkan gambaran mengenai kondisi
menganalisa batuan dengan melakukan geologi dan struktur geologi untuk membantu
deskripsi megaskopis dan diambil sampel dalam mengidentifikasi airtanah daerah
batuan lalu dibawa ke labortorium petrografi penelitian. Hasil pengamatan menunjukkan
untuk dianalisa deskripsi mikroskopis. Selain adanya perbedaan litologi batuan yang
itu, melakukan pengukuran pada struktur ditandai dengan perbedaan warna dan
geologi yaitu kekar dan beberapa cermin tekstur yang terlihat pada citra DEM. Selain
sesar serta offset litologi di beberapa lokasi itu terlihat juga terdapat struktur geologi
daerah penelitian. Pada kajian hidrogeologi yang ditandai dengan beberapa kelurusan
dilakukan analisa berdasarkan data geologi sungai dan punggungan yang dapat
yang sudah didapat sebelumnya dan diinterpretasikan sebagai struktur berupa
melakukan penafsiran melalui citra satelit sesar pada daerah penelitian.
untuk mengidentifikasi kondisi hidrogeologi
daerah penelitian. Stratigrafi
Berdasarkan interpretasi citra satelit dan
HASIL DAN PEMBAHASAN pemetaan geologi yang dilakukan, daerah
Daerah penelitian terletak di bagian tepi studi memiliki tiga satuan batuan, yaitu
pantai dan dikontrol kuat oleh aktivitas satuan batupasir kuarsa (Tebpk), satuan
batupasir (Tmbp), dan Endapan Alluvial (Qa).
tumbukan dua lempeng yang berbeda jenis
Satuan Batupasir Kuarsa (Tebpk)
yaitu Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng
Tersusun atas batupasir, batulempung dan
Samudra Hindia-Australia. Kedua lempeng ini
konglomerat. Batupasir kuarsa secara
saling bertumbukan yang mengakibatkan
megaskopis warna segar abu terang
Lempeng Samudra menunjam di bawah
kekreman, warna lapuk krem, berukuran
Lempeng Benua yang dalam ilmu kebumian
pasir sedang sampai kerikilan, membundar
disebut juga dengan zona subduksi yang
tanggung sampai membundar, kemas
merupakan zona mélange atau zona
terbuka, terpilah sedang sampai baik,
hancuran. Akibat terbentuknya zona
permeabilitas sedang sampai baik, agak
mélange, daerah Ciemas tersusun atas
keras sampai keras, terdapat mineral kuarsa
beberapa karakteristik batuan yang berbeda
dan feldspar. (Gambar 1)
dalam satu wilayah regional.

Gambar 1 Satuan Batupasir Kuarsa (Tebpk)

Satuan Batupasir (Tmbp) Endapan Alluvial (Qa)


Tersusun atas batupasir dan breksi vulkanik. Tersusun atas lumpur dan material lepas
Batupasir secara megaskopis warna segar berukuran kerikil sampai bongkah yang
abu, warna lapuk abu gelap, berukuran pasir terdiri dari batuan beku, batuan sedimen,
sampai pasir kerikilan, membundar tanggung batugamping dan breksi yang merupakan
sampai membundar, kemas terbuka, terpilah hasil erosi dari berbagai sumber. Hubungan
sedang sampai baik, permeabilitas sedang, stratigrafi antara alluvium dengan batupasir
agak keras sampai kompak, terdapat mineral kuarsa dan batupasir adalah tidak selaras.
kuarsa, biotit, piroksen dan k-feldspar serta (Gambar 3)
terdapat struktur sedimen parallel laminasi
dan cross laminasi. (Gambar 2) Struktur Geologi

304
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

Struktur geologi ditemukan melalui beberapa punggungan berdasarkan garis kontur. Untuk
indikasi analisis kelurusan dan pemetaan penarikan kelurusan topografi memiliki
geologi. Interpretasi kelurusan dilakukan jumlah 59 kelurusan dengan arah dominan
melaui analisis kelurusan DEM, Analisis kelurusan baratlaut – tenggara.
kelurusan topografi, Analisis kelurusan
struktur geologi regional (Soekamto, 1975), Analisis Kelurusan Struktur Geologi
Analisis kelurusan struktur geologi Regional (Soekamto, 1975)
(Martodjodjo, 1984) dan beberapa data Analisis kelurusan ini menggunakan peta
primer berupa kekar, cermin sesar, atau geologi regional dengan menarik kelurusan
offset litologi yang ditemukan di daerah dari struktur geologi regional yang mencakup
penelitian. struktur sesar (garis berwarna kuning) yang
dapat dilihat pada gambar 3. Untuk penarikan
Analisis Kelurusan DEM kelurusan sesar memiliki jumlah 2 kelurusan
Daerah penelitian didominasi oleh beberapa dengan arah dominan kelurusan baratlaut –
arah pola kelurusan yang dominan dari tenggara.
kelurusan lembahan dan punggungan yang
dapat terlihat dalam roset diagram. Untuk Analisis kelurusan struktur geologi
penarikan kelurusan lembahan memiliki (Martodjojo 1984)
jumlah 131 kelurusan dengan arah dominan Analisis kelurusan ini menggunakan peta
kelurusan baratlaut – tenggara dengan geologi Martodjojo (1984) dengan menarik
interval azimuth (111-166) – (295-347). kelurusan dari struktur geologi pada peta
tersebut. Untuk penarikan kelurusan ini
Analisis Kelurusan Topografi memiliki jumlah 15 kelurusan dengan arah
Analisis kelurusan topografi mencakup dominan kelurusan baratlaut – tenggara.
analisis kelurusan sungai dan kelurusan

Gambar 2 Satuan Batupasir (Tmbp)

305
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

Gambar 3 Endapan Alluvial (Qa)

sesar. Indikasi – indikasi keterdapatan sesar


Analisis Data Kekar ini adalah kelurusan lembahan pada citra
Analisis data kekar dilakukan dengan cara DEM, kelurusan toografi, keterdapatan kekar
menganalisis secara kualitatif (stereografi) dan keterdapatan cermin sesar pada stasiun
dan kuantiatif (statistika) terutama kekar CK18 dengan arah jurus bidang sesar N 114
gerus di dua satuan batuan yang tersingkap E / 80o, besar pitch 35oSE dan pergerakkan
di lapangan yaitu satuan batupasir kuarsa sinistral normal.
(Tebpk) dan satuan batupasir (Tmbp)
sehingga didapatkan arah tegasan relatif
yang menyebabkan kedua satuan batuan
tersebut terdeformasi.
Pada satuan Batupasir Kuarsa (Tebpk)
terdapat 7 stasiun pengamatan data kekar
yang mewakili satuan batupasir kuarsa. Dari
keterdapatan 7 stasiun yang memiliki kekar
tersebut terlihat bahwa arah tegasan
dominan pada bagian ini adalah baratlaut –
tenggara.
Terdapat 21 stasiun pengamatan data kekar
yang mewakili satuan batupasir. Dari
keterdapatan 21 stasiun yang memiliki kekar Sesar Cimarinjung
tersebut terlihat bahwa terdapat dua arah Sesar Cimarinjung merupakan sesar sinistral
tegasan dominan pada bagian ini adalah naik yang berada di baratlaut daerah
pertama yang baratlaut – tenggara. Hal ini penelitian, berarah timurlaut – baratdaya
menunjukkan bahwa σ2 dan σ3 dari dengan kelurusan topografi yang cukup
kumpulan data tersebut relatif berarah panjang searah dengan keberadaan sesar.
vertikal sedangkan σ1 relatif berarah Indikasi – indikasi keterdapatan sesar ini
horizontal. adalah kelurusan lembahan pada citra DEM,
kelurusan topografi, keterdapatan kekar dan
Analisis Data Sesar keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK30
Sesar merupakan salah satu struktur yang dengan arah jurus bidang sesar N 202 E / 81o,
dapat mempengaruhi kemuculan besar pitch 13o SE dan pergerakkan sinistral
keterdapatan airtanah. Ditemukan 7 sesar naik.
yang keseluruhannya merupakan sesar
oblique. Struktur-sturktur yang berkembang
didaerah penelitian diuraikan sebagai berikut:

Sesar Pasirmuncang
Sesar Pasirmuncang merupakan sesar
sinistral normal yang berada di baratlaut
daerah penelitian, berarah baratlaut –
tenggara dengan kelurusan topografi yang
sangat panjang searah dengan keberadaan

306
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

Sesar Ciemas
Sesar Ciemas merupakan sesar sinistral yang
berada di baratlaut daerah penelitian,
berarah baratlaut – tenggara dengan
kelurusan topografi yang pendek searah
dengan keberadaan sesar. Indikasi – indikasi
keterdapatan sesar ini adalah kelurusan
lembahan pada citra DEM, kelurusan
topografi, keterdapatan kekar dan
keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK10
dengan arah jurus bidang sesar N 151 E / 84o,
besar pitch 8o SE dan pergerakkan sinistral.

Sesar Cikanteh besar pitch 30o N dan pergerakkan sinistral


Sesar Cikanteh merupakan sesar sinistral normal. (Gambar 8)
naik yang berada di baratlaut daerah
penelitian, berarah utara – selatan dengan Sesar Cibalener
kelurusan topografi yang cukup panjang Sesar Cibalener merupakan sesar sinistral
searah dengan keberadaan sesar. Indikasi – naik yang berada di bagian timur daerah
indikasi keterdapatan sesar ini adalah penelitian, berarah baratdaya - timurlaut
kelurusan lembahan pada citra DEM, dengan kelurusan topografi yang cukup
kelurusan toografi, keterdapatan kekar dan panjang searah dengan keberadaan sesar.
keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK29 Indikasi – indikasi keterdapatan sesar ini
dengan arah jurus bidang sesar N 3 E / 75o, adalah kelurusan lembahan pada citra DEM,
besar pitch 14o S dan pergerakkan sinistral kelurusan toografi, keterdapatan kekar dan
naik. (Gambar 7) keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK23
dengan arah jurus bidang sesar N 245 E / 76o,
Sesar Pasiragin besar pitch 37o SW dan pergerakkan sinistral
Sesar Pasirangin merupakan sesar sinistral naik. (Gambar 9)
normal yang berada di bagian timur daerah
penelitian, berarah utara - selatan dengan Sesar Cicukang
kelurusan topografi yang cukup panjang Sesar Cicukang merupakan sesar normal
searah dengan keberadaan sesar. Indikasi – sinistral yang berada di bagian timur daerah
indikasi keterdapatan sesar ini adalah penelitian, berarah baratdaya - timurlaut
kelurusan lembahan pada citra DEM, dengan kelurusan topografi yang cukup
kelurusan toografi, keterdapatan kekar dan panjang searah dengan keberadaan sesar.
keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK22 Indikasi – indikasi keterdapatan sesar ini
dengan arah jurus bidang sesar N 189 E / 35o, adalah

kelurusan lembahan pada citra DEM, daerah penelitian, berarah baratlaut –


kelurusan toografi, keterdapatan kekar dan tenggara dengan kelurusan topografi yang
keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK32 sangat panjang searah dengan keberadaan
dengan arah jurus bidang sesar N 15 E / 8o, sesar. Indikasi – indikasi keterdapatan sesar
besar pitch 62o SW dan pergerakkan normal ini adalah kelurusan lembahan pada citra
sinistral. DEM, kelurusan toografi, keterdapatan kekar
dan keterdapatan cermin sesar pada stasiun
Sesar Pasirmuncang CK18 dengan arah jurus bidang sesar N 114
Sesar Pasirmuncang merupakan sesar E / 800, besar pitch 350SE dan pergerakkan
sinistral normal yang berada di baratlaut sinistral normal.

307
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

Sesar Cimarinjung adalah kelurusan lembahan pada citra DEM,


Sesar Cimarinjung merupakan sesar sinistral kelurusan topografi, keterdapatan kekar dan
naik yang berada di baratlaut daerah keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK30
penelitian, berarah timurlaut – baratdaya dengan arah jurus bidang sesar N 202 E / 810,
dengan kelurusan topografi yang cukup besar pitch 130 SE dan pergerakkan sinistral
panjang searah dengan keberadaan sesar. naik.
Indikasi – indikasi keterdapatan sesar ini

Sesar Ciemas keterdapatan sesar ini adalah kelurusan


Sesar Ciemas merupakan sesar sinistral yang lembahan pada citra DEM, kelurusan
berada di baratlaut daerah penelitian, topografi, keterdapatan kekar dan
berarah baratlaut – tenggara dengan keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK10
kelurusan topografi yang pendek searah dengan arah jurus bidang sesar N 151 E / 840,
dengan keberadaan sesar. Indikasi – indikasi besar pitch 80 SE dan pergerakkan sinistral.

Sesar Cikanteh

308
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

Sesar Cikanteh merupakan sesar sinistral kelurusan lembahan pada citra DEM,
naik yang berada di baratlaut daerah kelurusan toografi, keterdapatan kekar dan
penelitian, berarah utara – selatan dengan keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK29
kelurusan topografi yang cukup panjang dengan arah jurus bidang sesar N 3 E / 750,
searah dengan keberadaan sesar. Indikasi – besar pitch 140 S dan pergerakkan sinistral
indikasi keterdapatan sesar ini adalah naik.

Sesar Pasiragin kelurusan lembahan pada citra DEM,


Sesar Pasirangin merupakan sesar sinistral kelurusan toografi, keterdapatan kekar dan
normal yang berada di bagian timur daerah keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK22
penelitian, berarah utara - selatan dengan dengan arah jurus bidang sesar N 189 E / 350,
kelurusan topografi yang cukup panjang besar pitch 300 N dan pergerakkan sinistral
searah dengan keberadaan sesar. Indikasi – normal.
indikasi keterdapatan sesar ini adalah

Sesar Cibalener adalah kelurusan lembahan pada citra DEM,


Sesar Cibalener merupakan sesar sinistral kelurusan toografi, keterdapatan kekar dan
naik yang berada di bagian timur daerah keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK23
penelitian, berarah baratdaya - timurlaut dengan arah jurus bidang sesar N 245 E / 760,
dengan kelurusan topografi yang cukup besar pitch 370 SW dan pergerakkan sinistral
panjang searah dengan keberadaan sesar. naik.
Indikasi – indikasi keterdapatan sesar ini

310
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

Sesar Cicukang adalah kelurusan lembahan pada citra DEM,


Sesar Cicukang merupakan sesar normal kelurusan toografi, keterdapatan kekar dan
sinistral yang berada di bagian timur daerah keterdapatan cermin sesar pada stasiun CK32
penelitian, berarah baratdaya - timurlaut dengan arah jurus bidang sesar N 15 E / 80,
dengan kelurusan topografi yang cukup besar pitch 620 SW dan pergerakkan normal
panjang searah dengan keberadaan sesar. sinistral.
Indikasi – indikasi keterdapatan sesar ini

Hidrogeologi aliran air permukaan, yang searah dengan


Data hidrogeologi yang meliputi data kemiringan lereng.
hidrogeologi yang meliputi 91 lokasi titik Hubungan antara airtanah dangkal dengan air
minatan hidrogeologi terdiri mata air, sumur permukaan pada daerah penelitian sebagian
gali penduduk, danau. Pada daerah besar bersifat efluent, yaitu terjadi pengaliran
penelitian, terdapat 6 lokasi mata air yang airtanah ke dalam badan sungai. Beberapa
diidentifikasi. mata air pada daerah penelitian merupakan
Muka airtanah pada daerah penelitian inlet dari sungai-sungai yang mengalir di
memiliki kedalaman berkisar antara 0.7 – daerah penelitian.
22.3 m dari permukaan tanah, dengan
kedalaman rata-rata adalah + 5 meter dari DISKUSI
permukaan tanah pada daerah lembahan dan Secara umum daerah penelitian tersusun atas
kedalaman rata-rata adalah + 2 meter dari tiga satuan litologi yaitu satuan batupasir
permukaan tanah pada daerah kuarsa (Tebpk), satuan batupasir (Tmbp) dan
tinggian/punggungan. Arah aliran air tanaha endapan alluvial (Qa). Daerah Ciemas
umumnya memiliki arah penyebaran merata dikontrol banyak peristiwa tektonik yang
mengikuti kontur permukaan dengan arah sangat panjang karena banyaknya
aliran Utara - Selatan. Arah ini mengikuti arah kemunculan struktur geologi di daerah

310
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

penelitian. Berdasarkan hasil penafsiran foto akuifer di bawah permukaan. Sesar juga
udara dan citra indraja (citra landsat) daerah dapat berperan sebagai dam dalam menahan
Ciemas, diketahui adanya banyak kelurusan aliran airtanah dari Baratlaut menuju
bentang alam yang diduga merupakan hasil Tenggara dan diperkirakan berbelok kearah
proses pensesaran. Jalur sesar tersebut lain karena adanya banyak struktur sesar
umumnya berarah barat-timur, utara- yang berkembang.
selatan, timurlaut-baratdaya dan baratlaut- Dari hasil analisa penafsiran foto udara dan
tenggara. citra indraja (citra landsat) dan pemetaan
Secara regional struktur sesar berarah geologi yang dilakukan dapat diidentifikasi
timurlaut-baratdaya dikelompokan sebagai potensi kemunculan airtanah terbesar
Pola Meratus, sesar berarah utara-selatan terdapat pada satuan batupasir kuarsa
dikelompokan sebagai Pola Sunda dan sesar (Tebpk) yang berperan sebagai akuifer
berarah barat-timur dikelompokan sebagai produktifitas sedang dan satuan batupasir
Pola Jawa. Struktur sesar dengan arah barat- (Tmbp) serta banyak terdapat struktur
timur umumnya berjenis sesar naik, geologi berupa rekahan atau kekar dan sesar
sedangkan struktur sesar dengan arah sebagai media kemuculan airtanah tersebut.
lainnya berupa sesar mendatar. Sesar normal
umum terjadi dengan arah bervariasi. KESIMPULAN
Kemunculan struktur geologi terebut berupa  Daerah Ciemas, Kabupaten Sukabumi,
kekar ataupun sesar mengindikasikan Provinsi Jawa Barat tersusun atas tiga
banyaknya zona lemah yang tersebar di satuan batuan, yaitu satuan batupasir
bagian Baratlaut dan Timur daerah penelitian. kuarsa (Tebpk), satuan batupasir (Tmbp),
Hal ini menunjukkan potensi airtanah daerah dan endapan alluvial (Qa).
Ciemas dikontrol melalui media rekahan atau  Batuan yang berperan sebagai akuifer
patahan. Pada satuan batupasir kuarsa antara lain, batupasir kuarsa, batupasir,
(Tebpk) merupakan satuan batuan paling tua konglomerat, dan breksi vulkanik.
pada daerah Ciemas ini berperan sebagai  Struktur patahan/sesar di daerah
akuifer. Batupasir kuarsa memiliki lapisan penelitian berperan sbagai pengontrol
yang permeable sehingga dapat menampung kemunculan mata air dan saluran air
dan meloloskan air dengan mudah. Hal ini bawah permukaan.
sama terjadi pada sataun batupasir (Tmbp)  Identifikasi airtanah yang memiliki potensi
yang terendapkan diatas satuan batupasir tinggi berada pada satuan batupasir
kuarsa (Tebpk). Pada satuan ini terdapat kuarsa (Tebpk) dan satuan batupasir
zona mélange atau zona hancuran yang (Tmbp) yang berada pada bagian utara
justru meningkatkan nilai permeabilitas dan baratlaut daerah penelitian.
batuan. Sementara itu, keberadaan rekahan
atau kekar pada batuan yang padu (Akitard) DAFTAR PUSTAKA
dapat meningkatkan nilai permeabilitas dan Martodjojo.1984. Evolusi Cekungan Bogor.
berfungsi sebagai porositas sekunder dan Bandung : Institut Teknologi Bandung.
menjadi jalan bagi airtanah kedalaman Pulunggono dan Martodjojo, S., 1994.
akuifer. Perubahan Tektonik Paleogene-Neogene
Kekar atau rekahan dan sesar yang Merupakan Perisitiwa Tektonik
berkembang didaerah penelitian mengontrol Terpenting di Jawa. Proceding Geologi
terhadap kemunculan berberapa mata air dan Geoteknik Pulau Jawa. Percetakan
yang letaknya sejajar. Di sisi lain, mata air- Nafiri : Yogyakarta
mata air yang muncul sistem rekahan yang Sukamto, R., 1975, Peta Geologi Lembar
muncul di ketinggian 900 – 1000 mdpl dapat Jampang dan Balekembang, Jawa, Pusat
digunakan sebagai indikator mempekirakan Penelitian dan Pengembangan Geologi :
daerah resapan. Rekahan atau kekar maupun Bandung.
sesar yang berkembang dapat menjadi jalan
bagi masuknya air permukaan ke dalam

311
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 303 – 312

312

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai