Gizi Dan TB
Gizi Dan TB
Penyebaran penyakit dipercepat bila gizi anak kurang. Dapat memperberat penyakit TBC, karena
mengurangi daya tahan tubuh terhadap infeksi tubercolosa.
Diet TKTP (ProteinTinggi Kalori Tinggi ) adalah diet yang mengandung energi dan protein diatas
normal, diet diberikan dalam bentuk makanan biasa, ditambah dengan makanan sumber protein tinggi
seperti susu, telur, dan daging.
• Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh.
Risiko penularan penyakit tuberculosis di Indonesia setiap tahunnya berkisar antara 1-3%. Dan angka ini
cukup tinggi, sebagai gambaran, risiko penularan 1% artinya diantara 100.000 penduduk rata-rata ada 100
penderita tuberculosis setiap tahunnya. Dan dari 100 orang penderita TBC hampir 50 orang BTA positif,
sehingga menimbulkan angka penularan yang cukup tinggi. BTA positif artinya dahak penderita
tuberculosis masih mengandung kuman TBC yang berpotensi menularkan penyakit TBC ke orang lain
lewat percikan dahaknya. Dan di sinilah peran gizi dalam penyakit ini.
Penderita TBC sering batuk atau pun bersin yang mengeluarkan dahak. Infeksi awal terjadi saat seseorang
pertama kali nya menghirup dahak penderita TBC yang BTA positif. Kuman yang terhirup sangat kecil
sehingga dapat melewati system pertahanan alami saluran pernapasan dan terus berjalan sampai di paru-
paru kemudian menetap di sana. Setelah terjadi infeksi awal, selanjutnya tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh.
• Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber
dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak
termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan
pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta
distribusi data.
• Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di
daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit
mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan
pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di
Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit
potensial KLB tertentu, maka Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan
menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas
melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor
risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas
memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi
program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
• Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan
perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.
(4). Laporan
• Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB (terlampir form 3).
• Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir STP.PUS (terlampir form 4).
• Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit
pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader kesehatan
• Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir
• menyusun rencana operasional dalam lingkup Seksi Imunisasi dan Surveilans Epidemiologi;
• menjabarkan pedoman; membuat petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis)
operasional Imunisasi dan surveilans epidemiologi;
• mengawasi mutu vaksin dan sarana cold chain serta logistik lainnya ;
• mengembangkan pola kegiatan pencegahan dan surveilans epidemiologi terhadap penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi ;
• melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang pencegahan dan
penanggulangan Penyakit sesuai dengan tugasnya.
• menyiapkan bahan kegiatan pembinaan, bimbingan dan pengendalian penyakit menular langsung
;
• melakukan kegiatan pengamatan dan pengendalian vektor dan binatang penularan penyakit ;
• melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit sesuai dengan tugasnyA
• a. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan
normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, atau
mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anakmengikuti grafik pertumbuhan
pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan
pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak
kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
• b. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan
dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6
bulan dan imunisasi.
• c. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti
pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare.
• Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (umur) dan garis datar (berat badan).
• Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu. Jika bulan sebelumnya anak ditimbang,
hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus
• Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan tidak dapat dihubungkan