Anda di halaman 1dari 5

Siklotimik

Siklotimik, sebelumnya dinamakan siklotimia dalam DSM-III-R, secara simptomatik


adalah suatu bentuk ringan dari gangguan bipolar II; gangguan ini ditandai oleh episode
hipomania dan episode depresi ringan. Dalam DSM IV, gangguan siklotimik dibedakan dari
gangguan bipolar II, yang ditandai oleh adanya episode depresif berat dan episode hipomanik.
Seperti dengan gangguan distimik, kategorisasi gangguan siklotimik dengan gangguan mood
menyatakan adanya hubungan, kemungkinan biologis, dengan gangguan bipolar I. Tetapi,
beberapa dokter psikiatrik menganggap gangguan siklotimik sebagai bentuk terpisah dari
gangguan bipolar I dan disebabkan oleh hubunagan objek yang kacau pada awal kehidupan.
(Kaplan, 2010)
Pasien dengan gangguan siklotimik mungkin berjumlah 3 sampai 10 persen dari semua
pasien psikiatrik rawat jalan, kemungkinan terutama mereka dengan keluhan yang bermakna
tentang kesulitan perkawinan dan interpersonal. Dalam populasi umum prevalensi seumur hidup
gangguan siklotimik diperkirakan sekitar 1 persen. Angka tersebut kemungkinan lebih rendah
daripada prevalensi sesungguhnya, karena , seperti pada pasien gangguan bipolar I, pasien
mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki masalah psikiatrik. Gangguan siklotimik,
seperti gangguan distimik, seringkali ada bersama-sama dengan gangguan kepribadian ambang.
Diperkirakan 10 persen dari rawat jalan dan 20 persen dari rawat inap gangguan kepribadian
ambang memiliki diagnosis gangguan siklotimik secara bersama-sama. Rasio wanita terhadap
laki-laki adalah kira-kira 3 berbanding 2, dan 50 sampai 75 persen dari semua pasien memiliki
onset antara usia 15 dan 25 tahun. (Kaplan,2010)

Etiologi
Data genetika merupakan pendukung yang paling kuat untuk hipotesis bahwa gangguan
siklotimik adalah suatu gangguan mood. Kira-kira 30 persen dari semua pasien gangguan
siklotimik memiliki riwayat keluarga yang positif untuk gangguan bipolar I; angka tersebut
serupa dengan angka bagi pasien dengan gangguan bipolar I. Selain itu, silsilah keluarga dengan
gangguan bipolar I seringkali memiliki generasi pasien gangguan bipolar I yang dihubungkan
oleh generasi dengan gangguan siklotimik. Sebaliknya, prevalensi gangguan siklotimik dalam
sanak saudara penderita gangguan bipolar I jauh lebih tinggi dibandingkan prevalensinya
gangguan siklotimik pada sanak saudara pasien dengan gangguan mental lain atau orang yang
sehat secara mental. Pengamatan bahwa kira-kira sepertiga psien dengan gangguan siklotimik
selanjutnya memiliki gangguan mood utama, bahwa mereka khususnya rentan terhadap
hipomania akibat antidepresan, dan bahwa kira-kira 60 persen berespons terhadap litium
merupakan pendukung lebih lanjut pada konseptualisasi bahwa gangguan siklotimik adalah
bentuk gangguan bipolar I yang ringan atau melemah. (Kaplan, 2010)
Faktor psikososial. Sebagian besar teori psikodinamika mendalilkan bahwa
perkembangan gangguan siklotimik terletak pada trauma dan fiksasi selama stadium oral dalam
perkembangan bayi. Freud mendalilkan bahwa keadaan siklotimik adalah usaha ego untuk
mengatasi superego yang kuat dan suka menghukum. Hipomania dijelaskan secara
psikodinamika sebagai terjadi jika orang yang terdepresi membuang beban superego yang sangat
kuat, sehingga menyebabkan tidak adanya kritik diri dan tidak adanya pengekangan. Mekanisme
pertahanan utama pada hipomania adalah penyangkalan, dengan mana pasien menghindari
masalah eksternal dan perasaan depresi internal. (Kaplan,2010)
Pasien dengan gangguan siklotimik ditandai oleh periode depresi yang berganti-ganti
dengan periode hipomania. Penggalian psikoanalitis pada pasien tersebut mengungkapkan bahwa
tema depresif dasar dapat diatasi oleh periode euforik atau hipomanik. Hipomania seringkali
dipicu oleh kehilangan interpersonal yang berat. Euforia palsu yang dibangkitkan dalam situasi
tersebut adalah cara pasien menyangkal ketergantungan pada objek cinta sambil secara bersama-
sama mengingkari adanya agresi atau destruktivitas yang mungkin telah menyebabkan hilangnya
orang yang dicintai. Hipomania juga dapat dihubungkan dengan fantasi bawah sadar bahwa
objek yang hilang telah digantikan. Penyangkalan tersebut biasanya terjadi singkat, dan pasien
segera menerima preokupasi dengan penderitaan dan penyengsaraan yang karakteristik untuk
gangguan siklotimik. (Kaplan,2010)

Manifestasi Klinik
Gejala gangguan siklotimik adalah identik dengan gejala yang ditemukan pada gangguan
bipolar I, kecuali biasanya kurang parah. Tetapi, kadang-kadang gejala mungkin sama dalam
keparahannya tetapi dengan durasi yang lebih singkat daripada yang terlihat pada gangguan
bipolar I. Kira-kira setengah dari semua pasien gangguan siklotimik mengalami depresi sebagai
gejala utamanya, dan pasien tersebut kemungkinan besar mencari bantuan psikiatrik saat
terdepresi. Beberapa pasien gangguan siklotimik memiliki terutama gejala hipomanik dan kecil
kemungkinannya menghubungi seorang dokter psikiatrik daripada pasien depresi primer. Hampir
semua pasien gangguan siklotimik memiliki periode gejala campuran dengan sifat mudah marah
yang nyata. (Kaplan,2010)
Sebagian besar pasien gangguan siklotimik yang diperiksa oleh dokter psikiatrik tidak
berhasil di dalam kehidupan profesional dan sosialnya sebagai akibat dari gangguannya. Tetapi,
beberapa pasien gangguan siklotimik mencapai kehidupan yang tinggi yang telah bekerja
khususnya dengan jam yang lama dan memerlukan sedikit tidur. Kemampuan beberapa orang
untuk mengendalikan secara berhasil gejala gangguan adalah tergantung pada atribut individual,
sosial, dan kultural yang bermacam-macam. (Kaplan, 2010)
Kehidupan sebagian besar pasien gangguan siklotimik adalah sulit. Siklus gangguan
siklotimik cenderung menjadi lebih singkat daripada siklus pada gangguan bipolar I. Pada
gangguan siklotimik perubahan mood adalah tidak teratur dan mendadak, kadang-kadang terjadi
dalam beberapa jam. Periode mood normal yang kadang-kadang ditemukan dan sifat tidak dapat
diperkirakannya perubahan mood menyebabkan pasien mengalami penderitaan yang berat.
Pasien sering kali merasakan bahwa mood mereka di luar kendali. Pada periode iritabel dan
campuran pasien mungkin menjadi terlibat di dalam pertengkaran dengan teman, keluarga, dan
rekan kerja tanpa adanya penyebab. (Kaplan,2010)

Diagnosis
Masalah pasien seringkali berhubungan dengan kekacauan yang disebabkan oleh episode
maniknya. Klinisi harus mempertimbangkan diagnosis gangguan siklotimik jika seorang pasien
datang dengan apa yang tampaknya merupakan masalah perilaku sosiopatik. Kesulitan
perkawainan dan ketidakstabilan dalam hubungan adalah keluhan yang sering karena pasien
gangguan siklotimik seringkali bersetubuh dengan siapa saja dan mudah marah saat dalam
keadaan manik atau campuran. Walaupun terdapat laporan anekdotal adanya peningkatan
produktivitas dan kreativitas saat pasien dalam hipomanik, sebagian besar klinisi melaporkan
bahwa pasiennya menjadi kacau dan tidak efektif dalam bekerja dan sekolah selama periode
tersebut. (Kaplan,2010)
Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Siklotimik DSM-IV
A. Selama sekurangnya 2 tahun adanya banyak periode dengan gejala hipomanik dan
banyak periode dengan gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat. Catatan: pada anak-anak dan remaja, lama harus sekurangnya 1 tahun.
B. Selama periode 2 tahun di atas (1 tahun pada anak-anak dan remaja), orang tidak pernah
tanpa gejala dalam kriteria A selama lebih dari 2 bulan.
C. Tidak ada episode depresif berat, episode manik, atau episode campuran yang ditemukan
selama 2 tahun pertama gangguan.
D. Gejala dalam kriteria A tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoafektif dan tidak
menumpang pada skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional, atau
gangguan psikotik yang tidak ditentukan.
E. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya, hipertiroidisme).
F. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. (Kaplan, 2010)

Diagnosis Banding
Siklotimik dipertimbangkan, semua penyebab medis dan berhubungan zat yang mungkin
untuk depresi dan mania harus dipertimbangkan. Kejang dan zat tertentu (kokain, amfetamin,
dan steroid) perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding. Gangguan kepribadian ambang,
antisosial, histrionik, dan narsistik juga harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding.
Gangguan defisit atensi / hiperaktivitas dapat sulit dibedakan dengan gangguan siklotimik pada
anak-anak dan remaja. Suatu percobaan pemberian stimulan membantu sebagian besar pasien
dengan gangguan defisit atensi / hiperaktivitas dan mengeksaserbasi gejala sebagian besar pasien
dengan gangguan siklotimik. (Kaplan,2010)

Penatalaksanaan
Terapi biologis. Obat antimanik merupakan pengobatan lini pertama untuk pasien dengan
gangguan siklotimik. Walaupun data percobaan terbatas pada penelitian lithium, obat antimanik
lainnya—sebagai contoh, carbamazepine dan valproate—juga efektif, dan hasil tersebut telah
dilaporkan. Dosis dan konsentrasi plasma dari obat tersebut harus sama seperti pada gangguan
bipolar I. Pengobatan pasien gangguan siklotimik yang mengalami depresi dengan antidepresan
harus dilakukan dengan berhati-hati., karena peningkatan kepekaannya terhadap episode
hipomanik atau manik akibat antidepresan. Kira-kira 40 sampai 50 persen dari semua pasien
gangguan siklotimik yang diobati dengan antidepresan mengalami episode tersebut.
Terapi psikososial. Psikoterapi untuk pasien gangguan siklotimik yang paling baik
diarahkan dengan meningkatkan kesadaran pasien tentang kondisinya dan membantu mereka
mengembangkan mekanisme mengatasi pergeseran moodnya. Ahli terapi biasanya perlu
membantu pasien memperbaiki tiap kerusakan yang dilakukan selama hipomania. Kerusakan
tersebut dapat termasuk masalah yang berhubungan dengan pekerjaan dan berhubungan dengan
keluarga.
Karena sifat gangguan siklotimik yang jangka panjang, pasien sering kali memerlukan
terapi seumur hidup. Terapi keluarga dan kelompok dapat berupa suportif, edukasional, dan
terapeutik untuk paisen dan mereka yang terlibat di dalam kehidupan pasien. (Kaplan, 2010)

Prognosis
Beberapa pasien dengan gangguan siklotimik ditandai sebagai peka, hiperaktif atau
murung pada saat masih anak kecil. Onset gejala yang jelas gangguan siklotimik seringkali
terjadi secara samar-samar dalam usia belasan tahun dan awal usia 20-an. Timbulnya gejala pada
waktu tersebut mungkin mengganggu prestasi orang tersebut di sekolah dan kemampuannya
mendapatkan persahabatan dengan teman sebayanya. Reaksi pasien terhadap gangguan tersebut
adalah bervariasi; pasien dengan strategi mengatasi atau pertahanan ego yang adaptif memiliki
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pasien dengan strategi mengatasi yang buruk. Kira-
kira sepertiga dari semua pasien gangguan siklotimik berkembang memiliki gangguan depresif
berat, paling sering gangguan bipolar II. (Kaplan,2010)

Anda mungkin juga menyukai