Anda di halaman 1dari 36

Penanganan Kasus Kejahatan Seksual pada Anak Dibawah Umur

Destin Marseli (102014051)


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Jakarta Barat 11510
DESTIN.2014fk051@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Anak adalah cikal-bakal penerus bangsa, memprihatinkan jika mereka rusak oleh
budaya yang mengarah ke liberal. Globalisasi telah melahirkan lingkungan baru dimana
masyarkatnya lebih individualis sehingga kontrol sosial pun semakin renggang. Norma-
norma kemasyarakatan seperti norma kesusilaan, kesopanan, dan agama pun kehilangan
kekuatan sehingga disepelekan dan bahkan sering dilanggar. Melalui media sosial
facebook dan twitter, kejahatan melarikan perempuan di bawah umur terus terjadi.
Kejahatan seksual termasuk aspek dari ilmu kedokteran forensik yang perlu
diperhatikan. Kejahatan terhadap kesusilaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan kepuasan seksual bagi dirinya
dan mengganggu kehormatan orang lain. Pada makalah ini akan dibahas tentang
kejahatan seksual pada anak dibawah umur.

Kata Kunci: Anak dibawah umur, kejahatan seksual, tindakan asusila.

Abstract

The child is the forerunner of the nation, worried if they are damaged by a culture that
leads to liberal. Globalization has given birth to a new environment where the
community is more individualistic so that social control is even more tenuous.
Community norms such as the norms of decency, decency, and religion lose their power
so they are underestimated and often violated. Through social media facebook and
twitter, the crime of escaping underage women continues to happen. Sexual crimes
include aspects of forensic medicine that need attention. Crime against morality is any
act committed by a person against another person that creates sexual satisfaction for
himself and disturbs the honor of others. In this paper will be discussed about sexual
crimes in minors.

Key Words: Minors, sexual offenses, immoral acts.

1
Pendahuluan

Dewasa ini dalam penyidikan suatu tindak kriminal merupakan suatu keharusan
menerapkan pembuktian dan pemeriksaan bukti fisik secara ilmiah. Sehingga
diharapkan tujuan dari hukum acara pidana, yang menjadi landasan proses peradilan
pidana, dapat tercapai yaitu mencari kebenaran materiil.
Tujuan ini yaitu: untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya
mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu
perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat
dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu
pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan
guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan
apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.
Adanya pembuktian ilmiah diharapkan polisi, jaksa, dan hakim tidaklah
mengandalkan pengakuan dari tersangka atau saksi hidup dalam penyidikan dan
menyelesaikan suatu perkara. Karena saksi hidup dapat berbohong atau disuruh
berbohong, maka dengan hanya berdasarkan keterangan saksi dimaksud, tidak dapat
dijamin tercapainya tujuan penegakan kebenaran dalam proses perkara pidana
dimaksud. Dalam pembuktian dan pemeriksaan secara ilmiah, kita mengenal istilah
ilmu forensik dan kriminologi. Secara umum ilmu forensik dapat diartikan sebagai
aplikasi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan
hukum dan keadilan.
Kejahatan terhadap kesusilaan dapat berupa persetubuhan,pencabulan maupun
pelecehan seksual. Dewasa ini kejahatan susila atau kejahatan seksual makin marak
terjadi, terutama anak-anak di bawah umur sebagai korbannya. Dengan alas an tindak
kejahatan yang beraneka ragam, tidak dipungkiri anak-anak merupakan korban yang
paling rentan namun juga paling mudah menjadi korban kejahatan susila. Dampak yang
diakibatkan pasca kejahatan susila terhadap seorang anak sangatlah berbahya, baik
dalam segi fisik maupun psikis. Hal tersebut lah yang menyebabkan rusaknya
kepribadian dan terjadinya gangguan perkembangan dari anak tersebut.

2
Aspek Hukum dan Prosedur Medikolegal

Pasal 284 KUHP

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun:


a. Seorang pria telah kawin yang melakukan jinah, padahal diketahui, bahawa
pasal 27 BW berlaku baginya.
b. Seorang wanita telah kawin yang melakukan jinah, padahal diketahui,
bahawa pasal 27 BW berlaku baginya.

Delik aduan, dalam 3 bulan harus disusul dengan upaya cerai.1

Pasal 285 KUHP

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita


bersetubuh dengan dia di luar perkahwinan, diancam karena melakukan perkosaan,
dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.1

Pasal 286 KUHP

Barangsiapa bersetubuh dengan wanita di luar perkahwinan, pada hal diketahui bahawa
wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara
paling lama 9 tahun.1

Pasal 287 KUHP

(1) Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkahwinan, pada hal
diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahawa umurnya belum 15 tahun, atau
kalau umurnya tidak ternyata, bahawa belum mampu dikawin, diancam dengan
pidana penjara paling lama 9 tahun.1
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umurnya wanita belum
sampai 12 tahun atau jika ada salah suatu hal tersebut pasal 291 dan pasal 294.1

Tindak pidana ini merupakan persetubuhan dengan wanita yang menurut undang-
undang belum cukup umur. Jika umur korban belum cukup 15 tahun tetapi sudah 12
tahun, penuntutan baru dilakukan bila ada pengaduan dari yang bersangkutan
dengan keadaan itu persetubuhan tersebut merupakan delik aduan, bila tidak ada
pengaduan, tidak ada penuntutan. Tetapi keadaan akan berbeda jika:1

3
a. Umur korban belum cukup 12 tahun;
b. Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka berat atau mati akibat
perbuatan itu (KUHP ps. 291); atau
c. Korban yang belum cukup 15 tahun itu adalah anaknya, anak tirinya, muridnya,
anak yang berada dibawah pengawasanya, bujangnya atau bawahannya (ps.
294).

Dalam keadaan diatas, penuntutan dapat dilakukan, walaupun tidak ada pengaduan
karena merupakan delik aduan.1

Pasal 288 KUHP

(1) Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di dalam perkahwinan, yang


diketahui atau sepatutnya harus diduga bahawa belum mampu dikahwin,
diancam, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka dengan pidana penjara
paling lama 4 tahun.1
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, dipidana 8 tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun.

UU No 1/74 tentang perkahwinan mensyaratkan usia kawin 16 tahun untuk perempuan


dan 19 tahun untuk laki – laki1

Pasal 289 KUHP

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk


melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan
perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara maksimum 9
tahun.1

Sering digunakan sebagai tuntutan subside pada perkosaan yang persetubuhannya tidak
terbukti.1

Pasal 290 KUHP

Diancam dengan pidana paling lama 7 tahun:

1. Barangsiapa melakukan perkara cabul dengan seseorang pada hal diketahui,


bahawa orang itu pingsan atau tidak berdaya;1

4
2. Barangsiapa melakukan perkara cabul dengan seseorang pada hal diketahui atau
sepatutnya harus diduga, bahawa umurnya belum 15 tahun atau kalau umurnya
tidak ternyata, bahawa belum mampu dikawin;1
3. Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga,
bahawa umurnya belum 15 tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahawa
belum mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul, atau bersetubuh di luar perkahwinan dengan orang lain.1

Pasal 81 UU 23/2002 Tentang Perlindungan Anak

Dengan kekerasan atau ancaman memaksa anak ( belum 18 tahun ) bersetubuh


dengannya atau orang lain dipidana maksimum 3 hingga 15 tahun dan denda Rp 60 juta
hingga Rp 300 juta.

Pasal 82 UU 23/2002 Tentang Perlindungan Anak

Dengan kekerasan atau ancaman tipuan, kebohongan, bujukan, terhadap anak ( belum
18 tahun ) berbuat cabul dengannya atau orang lain, dipidana maksimum 3 hingga 15
tahun dan denda Rp 60 juta hingga Rp 300 juta.1,2

Prosedur Hukum
Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari
penyidik yang berwenang. Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban
merupakan benda bukti. Kalau korban dating sendiri dengan membawa surat
permintaan dari polisi, jagn diperiksa, suruh korban kembali kepada polisi. Setiap
Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh
korban pada waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter.1
Bila dokter telah memeriksa korban yang datag dirumah sakit, atau ditempat
praktek atas inisiatif sendiri, bukan atas pemintaan polisi, dan beberapa waktu kemudian
polisi mengajukan permintaan dibuatkan Visum et Repertum, maka ia harus menolak,
kerana segala sesuatu yang diketahui oleh dokter tentang diri korban sebelum ada
permintaan untuk dibuatkan Visum et Repertum merupakan rahasia kedokteran yang
wajib disimpannya ( KUHP Pasal 322 ). Dalam keadaan seperti itu, dokter dapat
meminta kepada polisi supaya korban dibawa kembali kepadanya dan Visum et

5
Repertum dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan pada waktu permintaan
diajukan.1
Hasil pemeriksaan yang lalu tidak diberikan dalam bentuk Visum et Repertum, tapi
dalam bentuk surat keterangan. Hasil pemeriksaan sebelum diterimanya surat
permintaan pemeriksaan dan bukan sebagai corpus dilicti ( benda bukti ).1
Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika
korban adalah seorang anak, dari oaring tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu
tindakan – tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan
disampai ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan atas
permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan tidak
menolaknya. Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most private part
dari tubuh seorang wanita.1
Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter ketika pemeriksaan
korban. Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama.
Hindarkan korban dari menunggu dengan perasaan was-was dan cemas dia kamar
pemeriksaan. Apalagi bila korban adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus
dicatat, jangan tergantung pada ingatan semata. Visum et Repertum diselesaikan secepat
mungkin. Dengan adanya visum et Repertum, perkaea cepat dapat diselesaikan. Seorang
terdakwa dapat cepat dibebaskan dari tahanan, bila ternyata ia tidak bersalah.1
Kadang-kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh ibu atau
bapa untuk memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa sangsi apakah anaknya
masih perawan, atau karena curiga jika atas diri anaknya baru terjadi persetubuhan.1
Dalam hal ini, perlu ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekadar
ingin mengetahui sahaja, atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Bila
dimaksudkan akan melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa
anak itu. Katakana bahawa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi
dan biasanya dilakukan di rumah sakit. Ada baiknya jika dokter memberikan
penerangan pada ibu atau bapa itu, bahawa jika umur anaknya sudah 15 tahun, dan jika
terjadinya persetubuhan tidak dengan paksaan maka menurut undang-undang, lelaki
bersangkutan tidak dapat dituntut. Pengaduan mungkin hanya akan merugikan anaknya
saja. Lebih baik jika orang tua itu dianjurkan untuk meminta nasehat dari seorang
pengacara.1

6
Jika orang tua hanya sekadar ingin mengetahui saja maka dokter dapat
melakukan pemeriksaan. Tetapi jelaskan lebih dahulu bahawa hasil pemeriksaan tidak
akan dibuat dalam bentuk surat keterangan, karena kita tidak mengetahui untuk apa
surat keterangan itu. Mungkin untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh
seseorang yang tidak bersalah. Dalam keadaan demikian umumnya anak tidak mau
diperiksa. Sebaliknya orang tua malah mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta izin
tertulis untuk memeriksa dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya1.

Prosedur Medikolegal

Prosedur medikolegal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan


berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara
garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku
di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika
kedokteran.

Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap
mayat tersebut dan diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan
diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan
mayat.1

7
Penjelasan pasal 133 KUHAP

(2) keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.

Keputusan Menkeh No. M.01PW.07-03tahun 1982 Tentang Pedoman Pelaksanaan


KUHAP

Dari penjelasan Pasal 133 ayat (2) menimbulkan beberapa masalah antara lain sebagai
berikut:
a. Keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman itu alat
bukti sah atau tidak.
Sebab apabila bukan alat bukti yang sah tentunya penyidikan mengusahakan alat
bukti lain yang sah dan ini berarti bagi daerah-daerah yang belum ada dokter
ahli kedokteran kehakiman akan mengalami kesulitan dan penyidikan dapat
terhambat.
Hal ini tidak menjadi masalah walaupun keterangan dari dokter bukan ahli
kedokteran kehakiman itu bukan sebagai keterangna ahli, tetapi keterangan itu
sendiri dapat merupakan petunjuk dan petunjuk itu adalah alat bukti yang sah,
walaupun nilainya agak rendah, tetapi diserahkan saja pada hakim yang
menilainnya dalam sidang1.

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melalukannya.1

Pasal 216 KUHAP

(1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa
dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan

8
guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
bulan dua minggu atau denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.1
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut diatas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas
menjalankan jabatan umum.1
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka
pidananya dapat ditambah sepertiga.1

Pasal 222 KUHAP

Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan


pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.1

Pasal 48 KUHP

Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana

MA 117/K/Kr/1968 2 juli 1969

Dalam :noodtoestand: harus dilihat adanya:

1. Pertentangan anatara dua kepentingan hukum


2. Pertenttangan antara kepentingan hukum dan kewajiban hukum
3. Pertentangan antara dua kewajiban hukum

Pasal 49 KUHP

(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk
diri sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda
sendii maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang
sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum
(2) Pembelaan terpaksa yang melampui batas, yang langsung disebabkan
keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak
dipidana.

9
Pasal 50 KUHP

Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang,


tidak dipidana.

Bioetik Kedokteran

Peraturan pemerintah No. 10 tahun 1966 yang mengatur tentang kewajiban


simpan rahasia kedokteran mewajibkan seluruh tenaga kesehatan untuk menyimpan
segala sesuatu yang diketahuinya selama melakukan pekerjaan dibidang kedokteran
sebagai rahasia. Namun PP tersebut memberikan pengecualian sebagaimana terdapat
dalam pasal 2, yaitu apabila terdapat peraturan perundang-undangan yang sederajat (PP)
atau yang lebih tinggi (UU) yang mengatur lain.3

Baik UU kesehatan maupun UU praktik kedokteran juga mewajibkan tenaga


kesehatan untuk menyimpan rahasia peluang pengungkapan informasi kesehatan secara
terbatas, yaitu dalam pasal 48 ayat (2):3

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien


b. Untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum.
c. Permintaan pasien sendiri.
d. Berdasarkan ketentuan undang-undang.

Ketentuan pasal 50 KUHP yang menyatakan bahwa seseorang tidak akan


dipidana oleh karena melakukan suatu perbuatan untuk menjalankan undang-undang
memperkuat peluang bagi tenaga kesehatan dalam keadaan dan situasi tertentu dapat
membuka “rahasia kedokteran” tanpa diancam pidana. Hal ini mengakibatkan
“bebasnya” para dokter dan tenaga administrasi kesehatan dalam membuat visum et
repertum (kewajiban dalam KUHAP) dan dalam menyampaikan pelaporan tentang
statistic kesehatan, penyakit wabah dan karantina (diatur dalam UU terkait).3

Alasan lain yang memperbolehkan membuka rahasia kedokteran adalah adanya


ijin atau persetujuan atatu kuasa dari pasien itu sendiri, perintah jabatan (pasal 51
KUHP), daya paksa (pasal 48 KUHP), dan dalam rangka membela diri (pasal 49
KUHP). Selain itu etika kedokteran membenarkan pembukaan rahasia kedokteran

10
secara terbatas untuk kepentingan konsultasi profesional, pendidikan dan penelitian.
Permenkes No.749a juga memberi peluang bagi penggunaan rekam medis untuk
pendidikan dan penelitian.3

Dalam kaitannya dengan yang memaksa dikenal dua keadaan, yaitu pengaruh
daya paksa yang memadai (overmacht) dan keadaan yang memaksa (noodtoestand).
Noodstoestand dapat diakibatkan oleh tiga keadaan, yaitu adanya pertentangan antara
dua kepentingan hukum, pertentangan antara kepentingan hukum dengan kewajiban
hukum, pertentangan antara dua kewajiban hukum. Dalam menggunakan alasan-alasan
yang bersifat hukum di atas haruslah dilakukan dengan pertimbangan yang matang, dan
sebaiknya hanya dilakukan oleh dokter yang bersangkutan dan atau pimpinan saran
kesehatan tersebut.3

Salah satu contoh dari noodstoestan diatas adalah apabila seorang dokter
menemui kasus korban child abuse yang berat atau patut diduga akan terjadi
pengulangan yang lebih berat dikemudian hari. Dalam hal ini, menjaga rahasia
kedokteran adalah kewajiban hukum bagi dokter, namun memberitahukan peristiwa ini
kepada pihak yang berwenang adalah demi membela kepentingan hukum pasien (si
anak). Lebih jauh dapat dikatakan bahwa apabila ia tidak memberitahukan kepada pihak
yang berwenang maka keadlian akan tidak tercapai dan si anak mungkin akan
diperburuk keadaannya (bertentangan dengan prinsip etika kedokteran beneficence dan
non-malefance).3

Pemeriksaan Medis

Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda kekerasan,


tanda persetubuhan dan juga untuk melihat apakah terdapat trace evidence pada korban.
Pakaian korban sewaktu terjadi persetubuhan harus diperlakukan sebagai bahan bukti
dan dikirim ke laboratorium forensik di kepolisian atau bagian ilmu Kedokteran
Forensik, dibungkus, segel serta membuat berita acara pembungkusan dan penyegelan.
Rambut dan barang bukti lain yang ditemukan juga diperlakukan serupa.

Anamnesis
Sewaktu melakukan anamnesis terhadap korban kejahatan seksual, harus
diingatkan bahwa keterangan yang diberikan korban tidak selalu benar karena sering

11
kali terdorong oleh berbagai maksud dan perasaan. Anamnesis seharusnya dipisahkan
dari Visum et Repertum dan dimasukkan ke dalam lampiran dengan judul “keterangan
yang diperoleh dari korban”. Anamnesis korban kejahatan seksual terdiri dari bagian
bersifat umum dan khusus.4

Anamnesis umum
Identitas pasien seperti nama, umur, tanggal lahir dan tempat lahir, status perkawinan,
dll
Siklus haid
Penyakit lain terutama penyakit kandungan dan penyakit kelamin
Riwayat persetubuhan meliputi pernah bersetubuh atau tidak, persetubuhan yang
terakhir dan apakah menggunakan kondom.

Anamnesis khusus
Waktu kejadian : tanggal dan jam – apabila selang waktu kejadian and waktu pelaporan
beberapa hari/minggu, dapat diperkirakan bahwa peristiwa itu bukan peristiwa
perkosaan.
Ditanyakan tempat kejadian : sebagai petunjuk pencarian trace evidence.
Ditanyakan apakah korban melawan.
Ditanyakan apakah korban pingsan.
Ditanyakan apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah setelah kejadian korban
mencuci, mandi dan mengganti pakaian.4

Pemeriksaan Luar

PEMERIKSAAN PADA KORBAN

Pakaian
Pakaian ditentukan helai demi helai dan dilihat apakah terdapat robekan lama
atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian, kancing terputus akibat
tatikan, bercak darah, air mani, lumpur dan lain-lain yang mungkin berasal dari tempat
kejadian. Dicatat juga apakah pakaian rapi atau tidak, benda yang melekat dan pakaian
yang mengandung trace evidence dikirim ke laboratorium2.

12
Pemeriksaan Tubuh
1) Dijelaskan penampilan, keadaan emosional dan tanda-tanda bekas hilang
kesedaran atau diberikan obat seperti needle marks. Pada kasus yang diduga
terjadi kehilangan kesadaran hendaklah dilakukan pemeriksaan urin dan darah.
2) Dilihat adanya atau tidak tanda-tanda kekerasan, memer atau luka lecet pada
daerah mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam dan
pinggang.
3) Dicatat perkembangan alat kelamin\ sekunder, pemeriksaan refleks cahaya pupil,
tinggi dan berat badan, tekanan darah, keadaan jantung dan abdomen.
4) Dilihat juga apakah terdapat trace evidence yang melekat pada tubuh korban dan
sekiranya ada, diambil dan diperlakukan seperti bahan bukti.

Pemeriksaan Khusus (Bagian Genitalia)


Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum hanya apabila
pemeriksaan mengijinkan dan sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis obstetrik dan
ginekologi.2
1) Rambut kemaluan
 Ada atau tidaknya rambut melekat karena air mani mengering.
 Rambut digunting untuk pemeriksaan laboratorium dan untuk perbandingan
dengan rambut kemaluan pria tersangka.
2) Cari bercak air mani sekitar alat kelamin, kerok dengan sisi tumpul skalpel atau
swab dengan kapas lidi dibasahi garam fisiologis
3) Vulva
 Tanda-tanda kekerasan seperti hiperemi,edema, memar dan luka lecet akibat
goresan kuku.
 Introitus vagina dilihat apakah ada tanda-tanda kekerasan.
 Bahan sampel dari vestibulum diambil untuk pemeriksaan sperma.
4) Selaput dara
 Apakah ruptur atau tidak,
 Tentukan apakah ruptur baru atau lama. Pada ruptur lama, robekan menjalar
sampai insertion disertai adanya jaringan parut di bawahnya.
 Catat lokasi ruptur dan apakah sampai insertion atau tidak.

13
 Ukur lingkaran orifisium dengan cara memasukkan ujung kelingking atau
telunjuk perlahan-lahan sehingga teraba selaput dara menjepit ujung jari. Ukur
lingkaran ujung jari pada batas ini. Ukuran pada seorang perawan kira-kira
2,5cm dan lingkaran yang memungkinkan persetubuhan adalah 9cm.
 Harus ingat bahwa persetubuhan tidak selalu terjadi deflorasi.
5) Frenulum labiorum pudenda dan commisura labiorum posterior diperiksa untuk
melihat utuh atau tidak.
6) Perlu juga dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah ada atau tidak penyakit
kelamin2,4.
PEMERIKSAAN PADA PRIA TERSANGKA

Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi:


1) Pakaian
2) Rambut kemaluan
 Diambil sebagai bahan pembanding sekiranya terdapat rambut yang
ditemukan di kemaluan korban.
3) Bercak semen
 Dicatat apakah adanya bercak semen.
 Tidak mempunyai arti dalam pembuktian sehingga tidak perlu ditentukan
4) Darah
 Kemungkinan darah dari deflorasi.
 Dilakukan pemeriksaan golongan darah yang ditemukan.
5) Tanda bekas kekerasan
 Akibat perlawanan oleh korban
6) Pemeriksaan sel epitel vagina pada glans penis
 Untuk menentukan apakah pria baru melakukan persetubuhan.
 Dilakukan dengan menekan kaca objek pada glans penis, daerah corona atau
frenulum. Kemudian diletakkan terbalik di atas cawan berisi lugol sehingga
uap yodium mewarnai lapisan kaca objek tersebut.
 Sitoplasma sel epitel vgina akan berwarna coklat tua karena mengandungi
glikogen.
7) Dilakukan pemeriksaan secret urethra untuk menetukan apakah ada atau tidak
penyakit kelamin2,4.

14
Pemeriksaan Laboratorium
Lakukan pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium. Untuk
pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, lakukan dengan mengambil
lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau
swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum.4
Pada anak-anak atau bila selaput dara utuh, pengambilan bahan sebaiknya
dibatasi dari vestibulum saja. Pemeriksaan terhadap kuman N. Gonorrhoea : dari sekret
urether (urut dengan jari) dan dipulas dengan Pewarnaan Gram. Pemeriksaan dilakukan
pada hari ke-I, III, V dan VII. Jika pada pemeriksaan didapatkan N. Gonorrhoea berarti
terbukti adanya kontak seksual dengan seseorang penderita, bila pada pria tertuduh juga
ditemukan N. Gonorrhoea, ini merupakan petunjuk yang cukup kuat. Jika terdapat
ulkus, sekret perlu diambil untuk pemeriksaan serologik dan bakteriologik. Pemeriksaan
kehamilan dan pemeriksaan toksikologik terhadap urin dan darah juga dilakukan bila
ada indikasi.4,5
Pemeriksaan pria tersangka dapat dilakukan terhadap pakaian, catat adanya
bercak semen, darah dan sebagainya. Bercak semen tidak mempunyai arti dalam
pembuktian sehingga tidak perlu ditentukan. Darah mempunyai nilai karena
kemungkinan berasal dari darah deflorasi. Disini penentuan golongan darah penting
untuk dilakukan. Mungkin dapat ditemukan tanda kekerasan akibat perlawanan oleh
korban. Untuk mengetahui apakah seorang pria baru melakukan persetubuhan, dapat
dilakukan pemeriksaan ada tidaknya epitel vagna pada glans penis.4,5
Pemeriksaan terhadap sel epitel vagina pada glans penis dapat dilakukan dengan
menekan kaca obyek pada glans penis, daerah korona atau frenulum, kemudian
diletakkan terbalik di atas cawan yang berisi larutan lugol. Uap yodium akan mewarnai
lapisan pada kaca obyek tersebut. Sitoplasma epitel vagina akan berwarna coklat tua
karena mengandung glikogen. Warna coklat tadi cepat hilang namun dengan
meletakkan kembali sediaan di atas cairan lugol maka warna coklat akan kembali lagi.
Pada sediaan ini dapat pula ditemukan adanya spermatozoa tetapi tidak mempunyai arti
apa-apa4,5.

PEMERIKSAAN CAIRAN MANI


Cairan mani merupakan cairan agak kental, bewarna putih kekuningan, keruh,
dan berbau khas. Cairan mani pada saat ejakulasi kental kemudia akibat enzim

15
proteolitik menjadi cair dalam waktu yang singkat (10-20menit). Dalam keadaan
normal, volume cairan mani 3-5 ml pada satu kali ejakulasi dengan pH 7.2-7.6. cairan
mani mengandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam
cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung spermin dan beberapa enzim
seperti Fofastase asam. Spermatozoa mempunyai bentuk khas untuk spesies tertentu
dengan jumlah yang bervariasi, biasanya antara 60 samapi 120 juta per ml. Untuk
menentukan adanya cairan mani dalam vagina guna membuktikan adanya suatu
persetubuhan, perlu diambil bahan forniks posterior vagina dan dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:2

Penentuan spermatozoa (mikroskopis)


Tujuan : Menentukan adanya sperma
- Bahan pemeriksaan : cairan vagina
- Metode pemeriksaan :

1. Tanpa pewarnaan
Untuk melihat motilitas spermatozoa. Pemeriksaan ini paling bermakna untuk
memperkirakan saat terjadinya persetubuhan
 Cara pemeriksaan :
Letakkan satu tetes cairan vagina pada kaca objek kemudian ditutup. Periksa dibawah
mikroskop dengan pembesaran 500 kali. Perhatikan pergerakkan spermatozoa.
 Hasil :
Umumnya disepakati dalam 2 – 3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan
spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang waktu ini sampai
3 – 4 jam. Berdasarkan beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa spermatozoa
masih dapat ditemukan 3 hari, kadang – kadang sampai 6 hari pasca persetubuhan. Pada
orang mati, spermatozoa masih dapat ditemukan hingga 2 minggu pasca persetubuhan,
bahkan mungkin lebih lama lagi.2

2. Dengan Pewarnaan
 Cara pemeriksaan :
Buat sediaan apus dan fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada
nyala api. Pulas dengan HE, biru metilen atau hijau malakit.

16
 Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah
pulasan dengan hijau malakit dengan prosedur sebagian berikut :
Buat sediaan apus dari cairan vaginal pada gelas objek, keringkan diudara, dan fiksasi
dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala api, warnai dengan
Malachite-green 1% dalam air, tunggu 10-15 menit, cuci dengan air, warnai dengan
larutan Eosin Yellowish 1 %dalam air, tunggu selama 1 menit, cuci lagi dengan air,
keringkan dan periksa dibawah mikroskop.
 Hasil :
Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak terdiferensiasi,
sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak terwarnai. Kepala
spermatozoa tampak merah dan lehernya merah muda, ekornya berwarna hijau Bila
persetubuhan tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada ejakulat karena
kemungkinan azoosperma atau pascavasektomi. Bila hal ini terjadi, maka perlu
dilakukan penentuan cairan mani dalam cairan vagina.2

Penentuan Cairan Mani (kimiawi)

Untuk membuktikan terjadinya ejakulasi pada persetubuhan dari ditemukan


cairan mani dalam sekret vagina, perlu dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat
dalam cairan mani, yaitu dengan pemeriksaan laboratorium :

a. Reaksi Fosfatase Asam


Merupakan tes penyaring adanya cairan mani, menentukan apakah bercak tersebut
adalah bercak mani atau bukan, sehingga harus selalu dilakukan pada setiap sampel
yang diduga cairan mani sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Reaksi fosfatase asam
dilakukan bila pada pemeriksaan tidak ditemukan sel spermatozoa. Tes ini tidak
spesifik, hasil positif semu dapat terjadi pada feses, air teh, kontrasepsi, sari buah dan
tumbuh-tumbuhan.2

 Dasar reaksi (prinsip) :


Adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat.
Enzim fosfatase asam menghidrolisis natrium alfa naftil fosfat. Alfa naftol yang telah

17
dibebaskan akan bereaksi dengan brentamin menghasilkan zat warna azo yang berwarna
biru ungu. Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah cairan vaginal.
Reagen :

Larutan A
a. Brentamin Fast Blue B 1 g (1)
b. Natrium asetat trihidrat 20 g (2)
c. Asam asetat glasial 10 ml (3)
d. Askuades 100 ml (4)

(2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga dengan pH 5,
kemudian (1) dilarutkan dalam larutan peyangga tersebut.

Larutan B
Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + aquades 10 ml.
89 ml Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu saring cepat ke dalam botol yang
berwarna gelap. Jika disimpan dilemari es, reagen ini dapat bertahan berminggu-minggu
dan adanya endapan tidak akan mengganggu reaksi.2

 Cara pemeriksaan :
Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih dahulu dibasahi
dengan aquades selama beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat dan
disemprotkan / diteteskan dengan reagen. Ditentukan waktu reaksi dari saat
penyemprotan sampai timbul warna ungu, karena intensitas warna maksimal tercapai
secara berangsur-angsur.
 Hasil :
Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna serentak dengan
intensitas tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim tersebut memberikan
intensitas warna secara berangsur-angsur. Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi
kuat adanya cairan mani. Bila 30 – 65 detik, masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan
elektroforesis. Waktu reaksi > 65 detik, belum dapat menyatakan sepenuhnya tidak
terdapat cairan mani karena pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi
spermatozoa positif. Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan

18
waktu reaksi rata-rata 90 – 100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan jamur,
dapat mempercepat waktu reaksi.

b. Reaksi Florence
Reaksi ini dilakukan bila terdapat azoospermia/tidak ditemukan spermatozoa atau cara
lain untuk menentukan semen tidak dapat dilakukan.
 Dasar :
Menentukan adanya kolin.
 Reagen (larutan lugol) dapat dibuat dari :
 Kalium yodida 1,5 g
 Yodium 2,5 g
 Akuades 30 ml
 Cara pemeriksaan :
Cairan vaginal ditetesi larutan reagen, kemudian lihat dibawah mikroskop.
 Hasil :
Bila terdapat mani, tampak kristal kolin periodida coklat berbentuk jarum dengan ujung
sering terbelah.
Test ini tidak khas untuk cairan mani karena bahan yang berasal dari tumbuhan
atau binatang akan memperlihatkan kristal yang serupa tetapi hasil postif pada test ini
dapat menentukan kemungkinan terdapat cairan mani dan hasil negative menentukan
kemungkinan lain selain cairan mani.2,5

c. Reaksi Berberio

Reaksi ini dilakukan dan mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditemukan
spermatozoa.
 Dasar reaksi :
Menentukan adanya spermin dalam semen.
 Reagen :
Larutan asam pikrat jenuh.

19
 Cara pemeriksaan (sama seperti pada reaksi Florence) :
Bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak diletakkan pada kaca objek, biarkan
mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca
penutup.
 Hasil :
Hasil positif bila, didapatkan kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum dengan
ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal. Kristal
mungkin pula berbentuk ovoid.2,5

Penentuan Golongan Darah ABO Pada Cairan Mani

Pada individu yang termasuk golongan sekretor (85% dari populasi), substansi golongan
darah dapat dideteksi dalam cairan tubuhnya seperti air liur, sekret vagina, cairan mani,
dan lain-lain. Substansi golongan darah dalam cairan mani jauh lebih banyak dari pada
air liur (2 – 100 kali). Hanya golongan sekretor saja yang golongan darahnya dapat
ditentukan dalam semen yaitu dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi.2

Golongan Darah Wanita


O A B AB
Substansi
”sendiri”
A B
dalam H A+B
A+H B+H
sekret
vagina
Substansi
A
“asing” B A H*
B
berasal dari H* H* A+H
A+B
semen

Table.1 Gambaran substansi golongan darah dalam bahan pemeriksaan yang berasal
dari forniks posterior vagina.2

20
Hasil :
Adanya substansi ‘asing’ menunjukkan di dalam vagina wanita tersebut terdapat cairan
mani.

Pemeriksaan Bercak Mani Pada Pakaian

1) Secara visual
Bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap daripada sekitarnya. Bercak yang
sudah agak tua berwarna kekuningan.
 Pada bahan sutera / nilon, batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap
daripada sekitarnya.
 Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan
mengkilat dan translusen kemudian mengering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan
akan berwarna kuning sampai coklat.
 Pada tekstil yang menyerap, bercak segar tidak berwarna atau bertepi kelabu
yang berangsur-angsurmenguning sampai coklat dalam waktu 1 bulan.
 Dibawah sinar ultraviolet, bercak semen menunjukkan flouresensi putih.
Bercak pada sutera buatan atau nilon mungkin tidak berflouresensi. Flouresensi
terlihat jelas pada bercak mani pada bahan yang terbuat dari serabut katun.
Bahan makanan, urin, sekret vagina, dan serbuk deterjen yang tersisa pada
pakaian sering berflouresensi juga.2

2) Secara taktil (perabaan)


Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap, bila tidak
teraba kaku, masih dapat dikenali dari permukaan bercak yang teraba kasar.

3) Skrining awal (dengan Reagen fosfatase asam)


 Cara pemeriksaan :
Sehelai kertas saring yang telah dibasahi akuades ditempelkan pada bercak yang
dicurigai selama 5 – 10 menit. Keringkan lalu semprotkan / teteskan dengan reagen.
Bila terlihat bercak ungu, kertas saring diletakkan kembali pada pakaian sesuai dengan
letaknya semula untuk mengetahui letak bercak pada kain.

21
4) Uji pewarnaan Baecchi
Reagen dapat dibuat dari :
Asam fukhsin 1 % 1 ml
Biru metilen 1 % 1 ml
Asam klorida 1 % 40 ml

 Cara Pemeriksaan :
Gunting bercak yang dicurigai sebesar 5 mm x 5 mm pada bagian pusat bercak.
Bahan dipulas dengan reagen Baecchi selama 2 – 5 menit, dicuci dalam HCL 1 % dan
dilakukan dehidrasi berturut-turut dalam alkohol 70 %, 80 % dan 95 – 100 % (absolut).
Lalu dijernihkan dalam xylol (2x)dan keringkan di antara kertas saring. Ambillah 1 – 2
helai benang dengan jarum.Letakkan pada gelas objek dan uraikan sampai serabut-
serabut saling terpisah. Tutup dengan kaca penutup dan balsem Kanada. Periksa dengan
mikroskop pembesaran 400 x2.

 Hasil :
Serabut pakaian tidak berwarna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor
berwarna merah muda terlihat banyak menempel pada serabut benang.

Pemeriksaan Pria Tersangka

Untuk membuktikan bahwa seorang pria baru saja melakukan persetubuhan dengan
seseorang wanita.

 Cara lugol
Kaca objek ditempelkan dan ditekan pada glans penis, terutama pada bagian
kolum, korona serta frenulum, kemudian letakkan dengan spesimen menghadap
kebawah diatas tempat yang berisi larutan ligol dengan tujuan agar uap yodium akan
mewarnai sediaan tersebut. Hasil akan menunjukkan sel-sel epitel vagina dengan
sitoplasma berwarna coklat karena mengandung banyak glikogen. Untuk memastikan
bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan adanya kromatin seks
(barr bodies) pada inti. Dengan pembesaran besar, perhatikan inti sel epitel yang

22
ditemukan dan cari barr bodies. Ciri-cirinya adalah menempel erat pada permukaan
membran inti dengan diameter kira-kira 1 µ yang berbatas jelas dengan tepi tajam dan
terletak pada satu dataran fokus dengan inti.2
Kelemahan pemeriksaan ini adalah bila persetubuhan tersebut telah berlangsung
lama atau telah dilakukan pencucian pada alat kelamin pria, maka pemeriksaan ini tidak
akan berguna lagi.2
Pada dasarnya pemeriksaan laboratorium forensik pada korban wanita dewasa
dan anak-anak adalah sama, yang membedakan adalah pendekatan terhadap korban
Pengumpulan barang bukti harus dilakukan jika hubungan seksual terjadi dalam 72 jam
sebelum pemeriksaan fisik.2

Pemeriksaan Toksikologi

Untuk menentukan barbiturat dalam organ tubuh perlu dilakukan ekstraksi


terlebih dahulu. Ada 5 macam metode ekstraksi, dan yang memberikan hasil terbaik
ialah ekstraksi langsung dengan kloroform. Bila kadar dalam darah sangat rendah maka
metode yang dipakai adalah metode asam tungstat. Pemeriksaan kualitatif dapat
menggunakan penentuan titik cair misal veronal murni mencair pada suhu 191°C. Uji
kristal dilakukan terhadap sisa obat yang ditemukan dalam isi lambung. Masing-masing
barbiturat mempunyai kristal yang khas bila dilihat dengan mikroskop. Metoda Kopanyi
(reaksi warna kobalt) dengan modifikasinya.2

Metoda Kopanyi

Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung dalam sebuah


corong. Periksa dengan kertas lakmus, jika bersifat alkali tambahkan HCl sampai
bersifat asam. Tambahkan 100 ml eter, kocok selama beberapa menit. Diamkan
sebentar, tampak air terpisah dari eter, lapisan air dibuang, barbiturat terdapat dalam
lapisan eter. Saring eter ke dalam beaker glass dan uapkan sampai kering di atas
penangas air. Tambahkan 10 tetes kloroform untuk melarutkan sisa barbiturat yang
mengering.
Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white pocelain spot plate.
Tambahkan 1 tetes kobalt asetat (1 % dalam metil alkohol absolut) dan 2 tetes

23
isopropilamin (5% dalam metil-alkohol absolut), Barbiturat akan memberi warna merah
muda sampai ungu.

Pemeriksaan kuantitatif dan kuantitatif dapat dilakukan dengan kromatografi


lapis tipis (TLC), kromatografi gas cair (GLC), spektrofotometri ultra-violet dan
spektrofotofluorimetri. Pemeriksaan semikuantitatif dan kuantitatif dapat dilakukan
dengan kromatografi lapis tipis untuk penentuan barbiturat memerlukan reagen sebagai
berikut :
 Larutan difenilkarbazon : 0,2 g% dalam etanol 96%
 Larutan Hg(NO3)2 : 0,02 g% dalam 0,04 N HNO3
 Larutan KMNO4: 0,05 g% dalam akuades

Solven untuk kromatografi terdiri dari kloroform, butanol dan amonia 25% dengan
perbandingan 14:8:1. Diperlukan pula larutan pembanding barbiturat.

Kromatografi lapis-tipis (TLC)

Pemeriksaan ini digunakan secara meluas untuk pemeriksaan penapisan


toksikologi terhadap darah dan urin. Pada metode ini molekul-molekul kecil diangkut
sepanjang suatu lapisan penopang oleh suatu larutan yang bergerak searah berdasarkan
gaya tarik kapiler melintasi lempeng keseluruhan. Saat ujung pelarut mencapai titik
tertentu, lempeng TLC diperiksa dengan memajankannya ke beberapa pewarna standar
dan ke sinar ultra ultraviolet. Pada identifikasi barbiturat dengan TLC, lapisan silika gel
dikeringkan dan ditambahkan larutan difenilkarbazon, dengan larutan Hg(NO3)2.
Barbiturat akan terlihat sebagai bercak kuning kemerahan di atas latar belakang ungu.
Semua jenis barbiturat memperlihatkan reaksi ini. Khusus untuk barbiturat tidak jenuh
seperti seconal, aprobarbital, silikagel disemprot dengan larutan KMNO4. Hasil positif
bila terlihat bercak kuning muda berlatar belakang ungu. Dengan membandingkan jarak
migrasi barbiturat dalam ekstrak serum dengan jarak migrasi barbiturat dalam larutan
pembanding dapatlah diketahui jenis barbiturat dalam serum.

24
Interpretasi hasil

Dari hasil anamnesis, didapatkan informasi bahwa korban berusia 11 tahun.yang


telah diberikan makanan ringan oleh pacar ibunya beberapa kali untuk mengikuti
perintah dari pacar ibu anak tersebut. Setelah beberapa kali hal tersebut terjadi, sang
anak baru mengeluh pada ibunya bahwa ketika hendak BAK anak tersebut merasa sakit.
Pada korban, interpretasi hasil yang dapat diperoleh dari hasil pemeriksaan medis antara
lain adalah :
Pada pemeriksaan himen tampak bentuk hymen rupture, ukuran lubang hymen 9,5 cm,
tampak
1. adanya robekan baru, dan lokasi robekan pada pukul 7.
2. Pada pemeriksaan vagina dan cervix dengan speculum tampak adanya lecet pada
daerah labia mayor
3. Pada pemeriksaan dalam / colok dubur tidak ditemukan rahim yang membesar

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan pula :


 Spermatozoa sudah tidak bergerak, menandakan persetubuhan telah terjadi lebih
dari 5 jam.
 Bercak semen dan cairan mani pada celana dalam menandakan terjadinya
ejakulasi oleh pelaku.
 Korban aman dari kehamilan setelah tes kehamilan menunjukkan hasil negatif.
 Ditemukan adanya barbiturat dalam darah dengan menggunakan metode
penentuan titik cair dan kromatografi gas cair (Gas Liquid Chromatography)

Berdasarkan pemeriksaan-pemeriksaan di atas, telah dapat disimpulkan korban ini


masih di bawah umur, telah diperkosa, terjadi ejakulasi dan penetrasi.

Aspek Psikososial

Kekerasan atau kejahatan terhadap wanita, khususnya kasus perkosaan semakin


hari semakin meningkat. Sulit sebenarnya untuk menjawab persoalan ini karena banyak
faktor yang melatarbelakangi kasusnya terutama dari sudut aspek psikososial yang
mencakup sikap korban serta pandangan masyarakat terhadap korban perkosaan ini.6

25
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
Kekerasan seksual adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang
terhadap orang lain dalam lingkup msyarakat dengan menggunakan anggota tubuhnya
atau alat bantu lainnya/benda yang berakibat penderitaan secara fisik,seksual atau
psikologis bahkan kematian. Dampak psikologis bagi korban sangat besar, korban
depresi dan juga bisa berakhir bunuh diri akibat beban mental yang dialami.6

Penyebab
 Determinan sosial
 Frustasi
 Provokasi langsung dari orang lain
 Terpapar dengan bentuk-bentuk kekerasan yang dipertontonkan oleh media
masa
Laki-laki pelaku kekerasan :
 mungkin berasal dari keluarga yang penuh kekerasan
 keperibadiannya imatur, tidak mandiri, tidak asertif dan memiliki perasaan
tidak adekuat yang kuat
Reaksi-reaksi yang terjadi setelah perkosaan :
 Korban mengalami trauma psikis yang intensif dan berat setelah kejadian dan
sulit dipulihkan.
 Ketakutan akan reaksi keluarga maupun teman-temannya, orang lain tidal akan
mempercayai keterangannya,diperiksa dokter peria, melaporkan kejadian yang
menimpa dirinya, dan kalau si pemerkosa melakukan balas dendam apabila ia
melaporkannya
 Reaksi-reaksi emosional lainnya seperti rasa tidak percaya,marah
malu,menyalahkan diri sendiri,kacau bingung dan histeris
Saat itu yang sangat dibutuhkan korban adalah :

 dukungan emosional dalam bentuk penerimaan dirinya oleh lingkungan,


kepercayaan orang lain terhadap dirinya dan sentuhan-sentuhan psikis yang
dapat menemteramkan hatinya.

26
Pada minggu atau bulan berikutnya, korban akan dihinggapi ketakutan yang cukup
hebat,yaitu :
 takut kalau ia menjadi hamil atau terkena penyakit kelamin,
 takut pada kekerasan fisik ataupun kematian,
 takut pada orang banyak,
 takut kalau didekati dari belakang,
 takut pada hubungan seksual ; meskipun dengan suami sendiri,
 takut pada sesuatu yang sukar diduga.

Secara fisik korban dapat mengalami :


 gangguan perut,memjadi mual-mual atau kehilangan nafsu makan.
 Setelah rasa sakit dan memar dibadannya mulai hilang, ia akan menglami sakit
kepala sebagai akibat dari ketegangan emosional yang berkaitan dengan
perkosaan.

Emosi yang menonjol :


 pengingkaran dan penolakan untuk mempunyai bahwa perkosaan benar-benar
telah terjadi atas dirinya,
 kehilangan perasaan aman.
 dikejar-kejar mimpi buruk atau juga dapat menangis dalam tidurnya.
 merasa diselimuti penghinaan,rasa malu,menyalahkan diri sendiri dan ada
keinginan untuk membalas dendam
 menjadi takut akan hal-hal yang berbau seksual dan akan mengalami
kekacauan dalam kehidupannya.6,7

6,7
Biasanya korban akan menunjukkan perilaku :
 tidak mampu memusatkan perhatian,atau mengalihkan tatapan mata
 sering salah ucap dalam barbicara
 penampilan tidak rapi/tidak terurus
 banyak melamun dan sulit bicara
 cemas,sikapnya grogi atau serba canggung
 tegang,nampak serba bingung dan panik,mata melihat kesana kemari
 memperlihatkan amarah dan kebencian

27
 depresif,sedih dan putus asa,perasaan menjadi sensitif dan mudah salah sangka
 cenderung merasa bersalah
 mudah curiga pada orang lain

Peran Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)

Lembaga Swadaya Masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang


didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatannya. Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa
Inggris dikenal juga sebagai Organisasi non pemerintah
(disingkat ornop atau ONP (Bahasa Inggris: non-governmental organization; NGO).
Organisasi tersebut bukan menjadi bagian
dari pemerintah, birokrasi ataupun negara.Maka secara garis besar organisasi non
pemerintah dapat di lihat dengan ciri sebab :8

1) Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara


2) Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan
(nirlaba)
3) Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk
kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi ataupun organisasi
profesi

Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka secara umum
organisasi non pemerintah di indonesia berbentuk yayasan.

Peran LSM dalam penanganan masalah kejahatan seksual

 Dibentuk berdasarkan amanat Kepres No.77 Tahun 2003 pasal 74 tentang


perlindungan anak.
 Pada pasal 75 UU perlindungan anak dicantumkan bahwa tugas pokok Komisi
Perlindungan Anak Indonesia ada dua yaitu:

28
 Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan
masyarakat, melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap pelanggaran
perlindungan anak.
 Memberikan laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada Presiden

KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Peran (Pasal 76) :


Melakukan sosialisasi Perundangan, mengumpulkan data dan informasi,
menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.Memberikan laporan, saran,
masukan dan pertimbangan kepada presiden dalam rangka perlindungan anak.8

KOMNAS ( Komisi Nasional Perlindungan Anak)


Prinsip organisasi :Memiliki prinsip sebagai organisasi yang independen dan
memegang teguh prinsip pertanggungjawaban publik serta mengedepankan peluang dan
kesempatan pada anak dan partisipasi anak serta menghargai dan memihak pada prinsip
dasar anak. Menjamin hak anak untuk menyatakan pendapatnya secara bebas dalam
semua hal yang menyangkut dirinya dan pandangan anak selalu dipertimbangkan sesuai
kematangan anak. Secara khusus akan mengupayakan dan membela hak untuk
berpartisipasi dan didengar pendapatnya dalam setiap kegiatan, proses peradilan dan
administrasi yang mempengaruhi hidup anak.8

Peran dan Fungsi (Pasal 5)

Komisi Nasional Perlindungan Anak memiliki peran :


a. Pemantauan Pengembangan Perlindungan Anak.
b. Advokasi dan Pendampingan pelaksanaan Hak-hak Anak.
c. Kajian strategis terhadap berbagai kebijakan yang menyangkutKepentingan
Terbaik Anak.
d. Koordinasi antar Lembaga baik tingkat regional, nasional maupun internasional.

Komisi Nasional Perlindungan Anak memiliki fungsi :

29
a. Melakukan pengumpulan data, informasi dan investigasi terhadap pelanggaran
hak-hak anak di Indonesia.
b. Melakukan kajian hukum dan Kebijakan Regional dan Nasional yang tidak
memihak pada kepentingan terbaik anak.
c. Memberikan penilaian dan pendapat kepada pemerintah dalam rangka
mengintegrasikan hak-hak anak dalam setiap kebijakan.
d. Memberikan pendapat dan laporan independen tentang hukum dan kebijakan
berkaitan dengan anak.
e. Menyebarluaskan, publikasi dan sosialisasi informasi tentang hak-hak anak dan
situasi anak di Indonesia.
f. Menyampaikan pendapat dan usulan tentang pemantauan, (pemajuan atau
kemajuan), dan perlindungan hak-hak anak kepada parlemen, pemerintah dan
lembaga terkait.
g. Mempunyai mandat untuk membuat laporan alternatif kemajuan perlindungan
anak di tingkat nasional.
h. Melakukan perlindungan khusus

30
VER

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

BAGIAN /INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK


Telp Jl. Arjuna Utara No. 7 Telp. (021) 56942061, Jakarta 11510

Nomor: 007/VER/RSUKRIDA/I/2015 Jakarta, 3 Januari

2018

Lamp. : 3 halaman

Perihal : Hasil Pemeriksaan Atas Korban Mawar

PROJUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

NO: KF 25/VR/IV/2013

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr X, dokter ahli kedokteran forensik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort
Polisi Jakarta No.Pol: B/790/VR/I/15/Serse tertanggal tiga januari dua ribu delapan
belas, maka pada tanggal tiga januari dua ribu delapan belas, pukul satu siang Waktu
Indonesia Bagian Barat, bertempat di ruang pemeriksan Bagian Forensik Fakultas
Kedokteran universitas kristen krida wacana telah melakukan pemeriksaan atas korban
yang menurut surat permintaan tersebut adalah:

Nama :X

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : Empat belas tahun

31
Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan..........

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

BAGIAN /INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK


Telp Jl. Arjuna Utara No. 7 Telp. (021) 56942061, Jakarta 11510

Lanjutan Visum et Repertum Nomor:

007/VER/RSUKRIDA/I/2015

Halamanke 2 dari 3 halaman

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jalan daan Mogot No. 20 Jakarta Barat

Hasil pemeriksaan

Pada pemeriksaan ditemukan:

a. Perempuan tersebut adalah seorang wanita berumur empat belas tahun dengan
kesadaran baik, emosi tegang, rambut rapi, penampilan bersih, sikap selama
pemeriksaan membantu .........................................................................................................
b. Pakaian rapi, tidak ditemukan robekan ------------------------------------------------------
-----
c. Tanda kelamin sekunder sudah berkembang dengan baik---------------------------------
-------
d. Keadaan umum jasmaniah baik, tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh
milimeter air raksa, denyut nadi delapan puluh sembilan kali per menit, pernapasan
dua puluh kali per menit------------------------------------------------------------------------
----------

32
e. Ditemukan adanya luka memar dan lecet pada daerah mulut, leher, pergelangan
tangan, paha bagian dalam, bokong, pinggang, dan jejas gigit pada daerah payudara-
----------------
f. Pemeriksaan Alat Kelamin:
 Rambut kemaluan : Saling melekat menjadi satu karena air mani yang
mengering dan adanya bercak mani sekitar alat kelamin------------------------------
-------------------
 Mulut alat kelamin : Pada kedua bibir kecil kemaluan tampak kemerahan,
terdapat
Luka lecet tekan...........
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

BAGIAN /INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK


Telp Jl. Arjuna Utara No. 7 Telp. (021) 56942061, Jakarta 11510

Lanjutan Visum et Repertum Nomor:

007/VER/RSUKRIDA/I/2015

Halaman ke 3 dari 3 halaman

luka lecet tekan dan memar yang merupakan tanda kekerasan-----------------------


-------
 Selaput dara : Terdapat robekan pada selaput dara hingga ke dasar sesuai
dengan arah jarum jam enam--------------------------------------------------------------
------
 Leher rahim : Tampak merah keunguan dengan permukaan licin, lunak--
-------
g. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya sel mani dalam leher rahim-------
-------

33
KESIMPULAN

Pada anak perempuan yang baru berumur 14 tahun ini ditemukan sel mani dalam liang
vagina, selanjutnya ditemukan robekan selaput dara pada lokasi pukul enam sesuai
dengan arah jarum jam.------------------------------------------------------------------------------
----------------

Ditemukan juga luka memar dan lecet akibat kekerasan tumpul di daerah mulut, leher,
pergelangan tangan, paha bagian dalam, bokong, pinggang, dan jejas gigit pada daerah
payudara.----------------------------------------------------------------------------------------------
---

Dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium memang benar yang
bersangkutan telah terjadi persetubuhan.---------------------------------------------------------
---------------------

Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang


sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP------------------------------------
------------

Dokter yang memeriksa,

dr. X

34
Kesimpulan

Untuk menyelesaikan permasalahan kasus kejahatan seksual, tidak hanya membutuhkan


intervensi medis semata-mata tapi, menuntut diambilnya langkah penanganan yang
holistik dan komprehensif termasuk dukungan psikososial yang secara otomatis
membutuhkan dukungan optimal dari keluarga dan masyarakat. Tugas dokter tidak
hanya menjalankan fungsi maksimal dalam bidang kesehatan, namun dokter tersebut
dituntut untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan kedokteran seoptimal mungkin dan
mematuhi tuntutan undang-undang terhadapnya terutama dalam kasus-kasus yang
melibatkan proses hukum. Tindakan perkosaan membawa dampak emosional dan fisik
kepada korbannya. Secara emosional, korban perkosaan bisa mengalami stress, depresi,
goncangan jiwa, menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan intim dengan lawan
jenis, dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Daftar Pustaka

1. Slamet P, Djaja SA, Yuli B et al. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran,


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 1994, Jakarta, h33-6
2. Budiyanto A, Wibisana W, Siswandi S et al. Ilmu Kedokteran Forensik.: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 1997, Jakarta, h147-64.
3. S. Budi, S. Zulhasmar, D.S. Tjetjep : Bioetik dan Hukum Kedokteran, rahasia
kedookteran, Cetakan Kedua, Juli 2007, Jakarta : hal 56-8.
4. Winardi AM, Swasti H, Budi S et al. Teknik autopsi forensik. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.
5. Peranan Forensik Klinik Dalam Kasus Kekerasan Terhadap Anak Dan Perempuan
Authors : Yayan Akhyar Israr, S.Ked, Yance Warman, S.Ked, Rizki Kurniati,
S.Ked, Apriani Dewi, S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2001 Diunduh
dari http://forensik-upnxx.webs.com/chapterxii.htm tanggal 3 januari 2018.
6. Saanin S. Aspek-Aspek Fisik/ Medis Serta Peran Pusat Krisis dan Trauma dalam
Penanganan Korban Tindak Kekerasan: 2010. Diunduh dari :
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/kekerasan.htm. tanggal 3 januari 2018.

35
7. Stark MM. Medical Forensic Medicine A Physician’s Guide. 2nd Edition. New
Jersey: Humana Press Inc. 2005. Forensic science. Diunduh dari :
http://www.forensicsciencesfoundation.org/career_paths/criminalistics.htm tanggal
3 januari 2018.
8. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 2010. Diunduh Dari :
http://www.ireyogya.org/. Tanggal 3 januari 2018.

36

Anda mungkin juga menyukai