Referensi (56:2005-2015)
ABSTRACT
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB 6 PENUTUP
6.1 Simpulan ................................................................................................... 49
6.2 Saran .......................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
DP : Dialisis Peritoneal
PENDAHULUAN
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal
yang ditandai dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) < 60 mL/menit dalam
waktu 3 bulan atau lebih (Rachmadi, 2010). Penyebab dari CKD diantaranya
faktor penyakit sistemik seperti diabetes militus, hipertensi yang tidak terkontrol
dan obstruksi traktus urinarius. Penurunan fungsi ginjal pada pasien CKD bersifat
ireversibel yang pada suatu saat memerlukan terapi pengganti ginjal berupa
dialisis atau transplantasi ginjal (Faradilla, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kring dan Crane (2009) kejadian fatigue
pada pasien hemodialisis cukup tinggi sekitar 82% sampai 90%. Fatigue yang
dialami merupakan salah satu masalah keperawatan yang memerlukan
penanganan karena kondisi tersebut dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan menyelesaikan masalah, memicu gangguan kardiovaskular,
mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup pasien hemodialisis
(Eglence, et al., 2013).
Menurut Koyama (2010) yang meneliti 788 pasien hemodialisis dan menemukan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat fatigue dengan meningkatnya resiko
penyakit kardiovaskuler. Jhamb et al. (2008) juga mengemukakan bahwa 94%
pasien hemodialisis mengalami peningkatan fatigue dan penurunan kualitas hidup.
Oleh karena itu, pengukuran fatigue diperlukan untuk meminimalkan komplikasi
yang terjadi akibat fatigue pada pasien hemodialisis.
Menurut penelitian dari Horigen, et al., (2013) kejadian fatigue pada pasien gagal
ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis sekitar 60% sampai dengan 97%.
Fatigue merupakan perasaan subyektif yang tidak menyenangkan berupa
kelelahan dan kelemahan yang menjadi keluhan utama pasien dengan
hemodialisis. Kondisi fatigue pada pasien hemodialisis dapat menyebabkan
konsentrasi menurun, malaise, gangguan tidur, gangguan emosional dan
penurunan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, sehingga pada akhirnya
dapat menurunkan kualitas hidup pasien hemodialisis (Jhamb, 2008). Fatigue
merupakan masalah kesehatan yang banyak dialami oleh pasien hemodialisis,
gejalanya tidak khusus dan tidak begitu terlihat, tapi harus ditangani dengan baik
oleh tenaga kesehatan (Mollaoglu, 2009).
Menurut data di RSUP Sanglah tahun 2014 didapatkan bahwa CKD termasuk
sepuluh besar penyakit yang dialami oleh pasien yang dirawat di RSUP Sanglah.
Rata-rata setiap bulannya terdapat 277 pasien CKD yang menjalani hemodialisis
dua kali dalam satu minggu. Pada studi pendahuluan yang dilakukan bulan
Agustus 2015 di Ruangan Hemodialisis RSUP Sanglah Denpasar terhadap 10
pasien terdapat tujuh orang (70%) mengalami fatigue.
Berdasakan hasil penelitian sebelumnya dan hasil studi pendahuluan terhadap
kejadian fatigue, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara lamanya menjalani hemodialisis dengan fatigue pada
pasien dengan CKD yang menjalani hemodialisis.
1.3 Tujuan
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lamanya
menjalani hemodialisis dengan fatigue pada pasien CKD di Ruang Hemodialisis
RSUP Sanglah Denpasar
1.4 Manfaat