Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan
aktivitas perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi
diantara keduanya. Di saat sistem administrasi negara yang menjadi pilar pelayanan
public menghadapi masalah yang fundamental maka rekonseptualisasi, reposisi dan
revitalisasi kedudukan hukum administrasi negara menjadi satu keharusan dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan dan penerapan good governance.
Hukum Administrasi Negara (hukum publik) adalah Peraturan hukum
mengenai administrasi dalam suatu negara, dimana hubungan antar warga negara
dan pemerintahannya dapat berjalan dengan baik dan aman. Sedangkan Hukum
Perdata (hukum privat) adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang
satu dengan yang lainnya dalam hubungan hukumnya.
Dari dua pengertian tersebut dapat kita tarik kesimpulan akan adanya
hubungan antara Hukum administrasi Negara dengan Hukum perdata. Adanya
hubungan antara kedua hukum tersebut inilah yang melatarbelakagi kami untuk
membuat makalah dengan judul Hubungan antara Hukum Administrasi Negara
dengan Hukum Perdata. Agar kedepannya kita semua tahu tentang hubungan Hukum
Administrasi Negara dengan Hukum Perdata.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Pengertian Hukum Administrasi Negara ?
2. Jelaskan Sumber Hukum Administrasi Negara ?
3. Jelaskan Hukum Perdata ?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Sumber Hukum Perdata ?
5. Jelaskan Ruang Lingkup Hukum Perdata ?
6. Jelaskan Perbedaan Antara Hukum Administrasi Negara Hukum Perdata ?
7. Jelaskan Persamaan Hukum Administrasi Negara Dengan Hukum Perdata ?

1
8. Bagaimana Hubungan Antara Hukum Administrasi Negara Dengan Hukum
Perdata ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Pengertian Hukum Administrasi
Negara
2. Untuk mengetahui Sumber Hukum Administrasi Negara
3. Untuk mengetahui Hukum Perdata
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Sumber Hukum Perdata ?
5. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Hukum Perdata ?
6. Untuk mengetahui Perbedaan Antara Hukum Administrasi Negara Hukum
Perdata
7. Untuk mengetahui Persamaan Hukum Administrasi Negara Dengan Hukum
Perdata
8. Untuk mengetahui Hubungan Antara Hukum Administrasi Negara Dengan
Hukum Perdata

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Administrasi Negara


Mengenai pengertian Hukum Administrasi Negara hingga saat ini masih
belum ada kesepakatan atau kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh karena itu
untuk mendapatkan pemahaman yang cukup memadai maka dikemukakan batasan-
batasan pengertian Hukum Administrasi Negara.
a. Van Vollenhoven mengemukakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah
suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi
maupun yang rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang
telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara”.
b. J.H Logemann mengatakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum
mengenai hubungan-hubungan antara jabatan-jabatan satu dengan yang lainnya
serta hubungan hukum antara jabatan-jabatan Negara itu dengan warga
masyarakat”.
c. Menutut Muchsan, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai
struktur dan kefungsian administrasi Negara”.
d. Prajudi Atmosudirjo, dalam SF. Marbun (2001:22) berpendapat bahwa “Hukum
Administrasi Negara adalah hukum mengenai pemerintah beserta aparaturnya
yang terpenting yakni administrasi Negara”.
Dari berbagai batasan pengertian Hukum Administrasi Negara tersebut, maka
dapat disimpulakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum tentang
pengadministrasian Negara yaitu mengenai pemerintahan dan segala peraturan-
peraturan di dalamnya serta bagaiman menjalankan fungsi dan tugas pemerintahan
tersebut dalam bidang kehidupan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan umum.

B. Sumber Hukum Administrasi Negara


Ada 2 sumber hukum bagi tindakan administrasi Negara yang merupakan
juga sumber hukum TUN, yaitu:

3
1). Sumber hukum tertulis
Sumber hukum tertulis bagi hukum administrasi Negara adalah tiap peraturan
perundang-undangan dalam arti materil yang berisi pengaturan tentang wewenang
badan/pejabat TUN untuk melakukan tindakan hukum TUN. Hal ini belum
dikodifikasi, tapi tersebar dalam bentuk UU khusus maupun perautan lain.
Belinfante mengatakan bahwa sumber hukum tertulis HTUN: “Tidak ditentukan oleh
tempat tercantumnya, tetapi oleh isi dari peraturan yang bersangkutan.”
TAP MPR No. III /MPR/ 2000 berisi tentang sumber hukum dan tata urutan
perundang-undangan, sebagai berikut.
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU
4. Perpu1
5. PP
6. Kepres
7. Perda
Hal tersebut berbeda dengan TAP MPR XX/ MPRS/ 1966 tentang keputusan
dan permen yang tidak termasuk dalam hierarki.
Tata urutan perundang-undangan berdasarkan TAP MPRS No. XX/ 1966
adalah:
1. UUD 1945,
2. TAP MPR,
3. UU dan Perpu,
4. PP,
5. Keppres, Inpres,
6. Permen, Instruksi Mentri, Kepmen,
7. Perda, Kep. Kepala Daerah.
2). Sumber Hukum Tidak Tertulis

4
Disebut juga dengan AUPL (Asas Umum Pemerintahan yang Layak). Asas
umum pemerintahan yang layak itu di Belanda disebut algemene beginselen van
behoorlijk bestuur (ABBB), yang pada mulanya timbul dalam suasana memberikan
perlindungan bagi masyarakat terhadap tindakan administrasi negara dalam rangka
kebebasan bertindak. Hal ini juga berarti sebagai sarana pengawasan dari segi hukum
yang dilakukan oleh pengadilan terhadap tindakan administrasi negara yang bebas.
Sebagaimana diuraikan di muka bahwa dalam hal tidak terdapat hukum tertulis
yang menjadi acuan bagi administrasi negara untuk bertindak, maka administrasi
negara mempunyai kebebasan bertindak dalam rangka menyelenggarakan
kepentingan umum, namun kebebasan terebut harus tetap berada dalam koridor
hukum. Artinya, administrasi negara tetap terikat pada asas legalitas. Hal ini
dimaksudkan agar administrasi negara tidak salah bertindak atau tidak sewenang-
wenang dan di sisi lain masyarakatpun mendapat perlindungan hukum.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, Pasal 53 Ayat 2 menunjuk secara resmi
bahwa penyalahgunaan wewenang dijadikan dasar pembatalan suatu keputusan tata
usaha negara. Dalam penjelasan pasal tersebut dikatakan bahwa badan/ pejabat tata
usaha negara dalam mempersiapkan, mengambil, dan melaksanakan keputusan yang
bersangkutan harus memperhatikan asas-asas hukum yang tidak tertulis.
Selain adanya kemungkinan bahwa belum terdapatnya aturan hukum tertulis
yang menjadi acuan bagi tindakan hukum administrasi negara, maka dalam praktek
penyelenggaraan negara seringkali wewenang yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan adalah samar-samar atau tidak jelas atau dengan kata-kata yang
sangat umum.

C. Hukum Perdata
Menurut Sri Sudewi Masjchoen Sofwan Hukum Perdata adalah hukum yang
mengatur kepentingan warga negara perseorangan yang satu dengan perseorangan
yang lainnya. Sedangkan menurut Ronald G. Salawane Hukum Perdata adalah
seperangkat aturan-aturan yang mengatur orang atau badan hukum yang satu dengan
orang atau badan hukum yang lain didalam masyarakat yang menitikberatkan kepada
kepentingan perseorangan dan memberikan sanksi yang keras atas pelanggaran yang

5
dilakukan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Sedangkan Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H. berpendapat bahwa
Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan perseorangan yang satu
dengan perseorangan yang lainnya.
Dari beberapa pengertian para ahli diatas dapat kitra tarik kesimpulan bahwa
hukum Perdata adalah hukum atau ketentuan yang mengatur hak-hak,kewajiban,serta
kepentingan antar individu dalam masyarakat.Hukum perdata biasa dikenal dengan
hukum privat.Hukum perdata biasa menangani kasus yang bersifat privat atau
pribadi seperti hukum keluarga, hukum harta kekayaan, hukum benda, hukum
perikatan dan hukum waris.Dimana tujuannya adalah untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi diantara kedua individu tersebut.
Hukum perdata terjadi ketika seseorang mengalami suatu kasus yang bersifat
tertutup(privat).Hukum perdata terjadi dimana ketika suatu pihak melaporkan pihak
lain yang terkait ke pihak yang berwajib atas suatu kasus yang hanya menyangkut
kedua individu tersebut.

D. Sumber Hukum Perdata


Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata adalah asal mula hukum
perdata, atau tempat dimana hukum perdata ditemukan . Asal mula menunjukkan
kepada sejarah asal dan pembentukanya. Sedangan tempat menunjukan kepada
rumusan dimuat dan dapat dibaca . sumber hukum perdata di bagi menjadi 2, yaitu :
1. Sumber dalam arti formal. Sumber dalam arti sejarah asal nya hukum perdata
adalah hukum perdata buatan pemerintah kolonia Belanda yang terhimpun dalam
B.W ( KUHPdt ). Berdasarkan aturan peralihan UUD 1945 B. W (KUHPdt )
dinyatakan tetap berlaku sepanjang belum diganti dengan undang – undang baru
berdasarkan UUD 1945. Sumber dalam arti pembentukannya adalah
pembentukan undang – undang berdasarkan UUD 1945. UUD 1945 ditetapkan
oleh rakyat Indonesia yang didalamnya termasuk juga aturan peralihan.
Atas dasar aturan peralihan B.W ( KUHPdt ) dinyatakan tetap berlaku. Ini berarti
pembentukan UUD Indonesia ikut dinyatakan berlakunya B. W ( KUHPdt ).
Sumber dalam arti asal mula disebut sumber hukum dalam arti formal.

6
2. Sumber dalam Arti Material. Sumber dalam arti “tempat” adalah Lembaran
Negara atau dahulu dikenal dengan istilah Staatsblad, dimana dirumuskan
ketentuan Undang-Undang hukum perdata dapat dibaca oleh umum. Misalnya
Stb.1847-23 memuat B.W/KUHPdt. Selain itu juga termasuk sumber dalam arti
tempat dimana hukum perdata pembentukan Hakim . Misalnya yurisprudensi MA
mengenai warisan, badan hukum, hak atas tanah. Sumber dalam arti tempat
disebut sumber dalam arti material. Sumber Hukum perdata dalam arti material
umumnya masih bekas peninggalan zaman kolonia, terutama yang terdapat di
dalam Staatsblad. Sedang yang lain sebagian besar berupa yurisprudensi MA-RI
& sebagian kecil saja dalam Lembaran Negara RI.

E. Ruang Lingkup Hukum Perdata


a. Hukum Perdata Dalam Arti Luas
Hukum Perdata dalam arti luas pada hakekatnya meliputi semua hukum privat
meteriil, yaitu segala hukum pokok (hukum materiil) yang mengatur kepentingan-
kepentingan perseorangan, termasuk hukum yang tertera dalam KUHPerdata (BW),
KUHD, serta yang diatur dalam sejumlah peraturan (undang-undang) lainnya, seperti
mengenai koperasi, perniagaan, kepailitan, dll.
b. Hukum Perdata Dalam Arti Sempit
Hukum Perdata dalam arti sempit, adakalanya diartikan sebagai lawan dari
hukum dagang. Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum perdata sebagaimana
terdapat di dalam KUHPerdata.
Jadi hukum perdata tertulis sebagaimana diatur di dalam KUHPerdata
merupakan Hukum Perdata dalam arti sempit. Sedangkan Hukum Perdata dalam arti
luas termasuk di dalamnya Hukum Perdata yang terdapat dalam KUHPerdata dan
Hukum Dagang yang terdapat dalam KUHD.
Hukum Perdata juga meliputi Hukum Acara Perdata, yaitu ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang cara seseorang mendapatkan keadilan di muka hakim
berdasarkan Hukum Perdata, mengatur mengenai bagaimana aturan menjalankan
gugutan terhadap seseorang, kekuasaan pengadilan mana yang berwenang untuk
menjalankan gugatan dan lain sebagainya.

7
Hukum Perdata juga terdapat di dalam Undang-Undang Hak Cipta, UU
Tentang Merk dan Paten, keseluruhannya termasuk dalam Hukum Perdata dalam arti
luas.
c. Hukum Perdata Materiil
Hukum Perdata Materiil adalah segala ketentuan hukum yang mengatur hak
dan kewajiban seseorang dalam hubungannya terhadap orang lain dalam masyarakat.
Hukum Perdata materiil ialah aturan-aturan yang mengatur hak dan kewajiban
perdata seseorang. Dengan kata lain bahwa Hukum Perdata materiil mengatur
kepentingan-kepentingan perdata setiap subyek hukum, yang pengaturannya terdapat
di dalam KUHPerdata, KUHD dan sebagainya.
d. Hukum Perdata Formil
Hukum Perdata Formil adalah segala ketentuan-ketentuan yang mengatur
tentang cara seseorang mendapatkan hak/keadilan berdasarkan Hukum Perdata
materiil. Cara untuk mendapatkan keadilan di muka hakim lazim disebut Hukum
Acara Perdata.
Hukum Perdata Formil merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana
tatacara seseorang menuntut haknya apabila dirugikan oleh orang lain, mengatur
menurut cara mana pemenuhan hak materiil dapat dijamin.Hukum Perdata Formil
bermaksud mempertahankan hukum perdata materiil, karena Hukum Perdata formil
berfungsi menerapkan Hukum Perdata materiil.Hukum Perdata formil, misalnya
Hukum Acara Perdata, terdapat dalam Reglement Indonesia yang Diperbaharui
(R.I.B).

F. Perbedaan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata.


Dilihat dari segi klasifikasi, hukum Administrasi Negara diklasifikasikan
sebagai hukum publik dimana HAN adalah hukum yang mengatur hubungan antara
negara dengan alat-alat perlengkapan negara atau negara dengan warga negaranya.
Sedangkan Hukum Perdata diklasifikasikan sebagai Hukum Privat dimana Hukum
perdata mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan
menitikberatkan pada kepentingan perorangan.

8
G. Persamaan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata
HAN dengan Hukum Perdata sama-sama merupakan hukum positif. Sama-
sama merupakan Hukum yang Tertulis di Indonesia

H. Hubungan Antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata


Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang bahwa
Hukum Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum tentang organisasi
negara dan hukum perdata sebagai hukum umum. Pandangan ini mempunyai dua
asas yaitu pertama, negara dan badan hukum publik lainnya dapat menggunakan
peraturan-peraturan dari hukum perdata, seperti peraturan-peraturan dari hukum
perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis derogaat Lex generalis, artinya bahwa
hukum khusus mengesampingkan hukum umum, yaitu bahwa apabila suatu
peristiwa hukum diatur baik oleh Hukum Administrasi Negara maupun oleh hukum
Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan berdasarkan Hukum Administrasi negara
sebagai hukum khusus, tidak diselesaikan berdasarkan hukum perdata sebagai
hukum umum. Jadi terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan
Hukum Perdata apabila :
1) Saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah hukum perdata
menjadi kaidah hukum Administrasi Negara,
2) Badan Administrasi negara melakukan perbuatan-perbuatan yang dikuasasi oleh
hukum perdata,
3) Suatu kasus dikuasai oleh hukum perdata dan hukum administrasi negara maka
kasus itu diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi
Negara.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan
aktivitas perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi
diantara keduanya. Di saat sistem administrasi negara yang menjadi pilar
pelayanan public menghadapi masalah yang fundamental maka
rekonseptualisasi, reposisi dan revitalisasi kedudukan hukum administrasi negara
menjadi satu keharusan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan
penerapan good governance.
 Hukum Perdata adalah hukum atau ketentuan yang mengatur hak-hak,
kewajiban, serta kepentingan antar individu dalam masyarakat.Hukum perdata
biasa dikenal dengan hukum privat.Hukum perdata biasa menangani kasus yang
bersifat privat atau pribadi seperti hukum keluarga, hukum harta kekayaan,
hukum benda, hukum perikatan dan hukum waris.
 Hukum Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum tentang
organisasi negara dan hukum perdata sebagai hukum umum. Pandangan ini
mempunyai dua asas yaitu pertama, negara dan badan hukum publik lainnya
dapat menggunakan peraturan-peraturan dari hukum perdata, seperti peraturan-
peraturan dari hukum perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis derogaat Lex
generalis, artinya bahwa hukum khusus mengesampingkan hukum umum, yaitu
bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik oleh Hukum Administrasi
Negara maupun oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan
berdasarkan Hukum Administrasi negara sebagai hukum khusus, tidak
diselesaikan berdasarkan hukum perdata sebagai hukum umum.

B. Saran
Demikianlah makalah singkat ini semoga bermanfaat. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran atas makalah ini, dikarenakan masih terdapat
kekurangan. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Atmosudirdjo, Prajudi, 2001, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, 1980, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok


Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan,Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Sulaeman, Asep. 2012. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung:


Asman Press

11

Anda mungkin juga menyukai