Disusun oleh:
Yunizar triadi Putra (141210078)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Y.M.E., atas selesainya proposal ini.
Proposal ini dimaksudkan sebagai pedoman dan buku pintar untuk
mahasiswa S-1 Jurusan Akuntansi STIE Kesatuan.
Materi dalam proposal ini berupa cuplikan dari beberapa analisis
dan buku teks yang dianggap penting sebagai bahan perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya perbaikan dankesempurnaan di masa
yang akan datang. Sehingga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pajak ...................................................................
2.2 Pajak Daerah ...................................................................
2.3 Retribusi Daerah ..............................................................
2.4 Pendapatan Asli Daerah ....................................................
2.5 Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) ...........................
2.6 Penelitian Sebelumnya ......................................................
2.7 Kerangka Pemikiran ..........................................................
2.8 Kerangka Pemikiran ..........................................................
2.9 Hipotesis………………………………………………………………………………..
BAB III METODE PENELITAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................
3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ...............................
3.3 Definisi dan Operasional Variabel…………………………………………….
3.4 Metode Analisis Data………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA .................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber utama pendapatan daerah
yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna
meningkatkan kemandirian daerah dan memperkecil ketergantungan dalam
mendapatkan dana dari pemerintah tingkat atas. Dengan demikian usaha
peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang
lebih luas, tidak hanya ditinjau dari segi perkembangan daerah masing-
masing tetapi juga dalam kaitannya dengan kesatuan perekonomian
Indonesia.
Kemampuan keuangan beberapa pemerintah daerah masih sangat
tergantung pada penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat. Oleh
karena itu, bersamaan dengan semakin sulitnya keuangan negara dan
pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri, maka pada setiap daerah dituntut
harus dapat membiayai diri sendiri melalui sumber-sumber keuangan yang
dikuasainya. Peranan pemerintah daerah dalam menggali sumber pendapatan
dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan
daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat daerah.
Peningkatan PAD sangat menentukan sekali dalam penyelenggaraan otonomi
daerah karena semakin tinggi PAD disuatu daerah maka daerah tersebut akan
menjadi mandiri dan mengurangi ketergantungan kepada pusat sehingga
daerah tersebut mempunyai kemampuan untuk berotonomi. Jadi PAD
merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan
dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah. Biasanya penerimaan PAD
untuk masing-masing daerah berbeda dengan yang lainnya.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat
melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan
perpajakan daerah, diantaranya dengan menetapkan Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak daerah dan retribusi
daerah, diharapkan dapat lebih mendorong PEMDA agar terus berupaya untuk
mengoptimalkan PAD, khususnya penerimaan yang berasal dari pajak daerah
dan retribusi daerah.
4
5
permasalahan yang dihadapi oleh daerah pada umumnya dalam kaitan
penggalian sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah, adalah setiap
daerah belum memberi kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan
daerah secara keseluruhan. Seperti yang kita lihat saat ini, minimya
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak yang telah ditentukan oleh
pemerintah setempat, misalnya banyak masyarakat yang tidak membayar
pajak kendaraan bermotor, tidak melakukan balik nama pada kendaraan yang
dibeli secara second(bekas), kendaraan mewah yang menggunakan bahan
bakar bersubsidi, perusahaan-perusahaan yang tidak membayar tagihan air
yang telah dipakai selama melakukan kegiatan operasional, maka secara
otomatis mengurangi jumlah pajak yang dipungut oleh pemerintah.
Kinerja yang dilakukan oleh Pemerintahan Provinsi Aceh selama ini dapat
dikatakan cukup optimal. Pada tabel 1-1 diatas terlihat bahwa jumlah PAD
pada tahun 2012 sebesar Rp. 901.720.376.620, tahun 2013 sebesar Rp.
1.325.435.091.289, tahun 2014 sebesar Rp. 1.731.130.839.637. Kondisi ini
menggambarkan pada tahun 2013 PAD di Provinsi Aceh mengalami
peningkatan sebesar Rp. 423.714.714.669 (46,9%) dari tahun 2012, dan
untuk tahun 2014 juga terjadi peningkatan sebesar Rp. 405.695.748.348
(30,6%) dari tahun 2013. Dimana persentase kenaikan PAD dari tahun 2013
ke tahun 2014 lebih rendah dibandingkan dengan persentase dari tahun 2012
ke tahun 2013.
Pajak daerah memiliki jumlah yang paling tinggi diantara PAD lainnya dan
setiap tahun mengalami kenaikan, sedangkan retribusi merupakan jumlah
yang paling rendah diantara PAD lainnya. Selisih pajak daerah tahun 2012 ke
tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar Rp. 65.369.928.689. Pada tahun
2013 ke tahun 2014 juga mengalami peningkatan yang sangat drastis
sebesar Rp. 277.832.429.724. Sedangkan jumlah retribusi daerah pada tahun
2013 mengalami kenaikan sebesar Rp. 28.087.158 dari tahun 2012, dan pada
6
tahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp. 2.644.844.796 dari tahun
2013.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pajak
Kemudian Muljono (2010:2), mendefinisikan pajak sebagai prestasi
yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pajak
merupakan iuran yang diwajibkan kepada masyarakat dengan berbagai
ketentuan, dan masyarakat tidak mendapatkan secara langsung manfaat dari
pajak yang telah dibayarkan. Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa pajak terdapat 5 (lima) unsur pokok dalam definisi pajak, yaitu:
1. Iuran/pungutan;
2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang;
3. Pajak dapat dipaksakan;
4. Tidak menerima kontraprestasi;
5. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah,
Berkenaan dengan sistem pemungutan pajak, menurut Adrian (2011,
30) pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :
1. Self Assesment
Self Assesment adalah suatu sistem pemungutan pajak, yaitu wajib pajak
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
undang-undang perpajakan. Dalam tata cara ini pemungutan pajak
diletakkan kepada aktivitas dari masyarakat sendiri, yaitu wajib pajak
diberi kepercayaan untuk :
a. Menghitung sendiri pajak yang terutang,
b. Memperhitungkan sendiri pajak yang terhutang,
c. Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar.
d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.
2. Official Assesment
Official Assesment adalah suatu pemungutan pajak, yaitu aparatur pajak
yang menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang.
3. Withholding System
Withholding System adalah perhitungan, pemotongan, dan pembayaran
pajak serta pelaporan pajak dipercayakan kepada pihak ketiga oleh
pemerintah (semi self assetment)
8
2.2 Pajak Daerah
Menurut Mardiasmo (2011:12) pajak daerah adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan menurut Siti (2013:21) pajak
daerah adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah tanpa kontra prestasi secara langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Jenis pajak daerah berdasarkan UU No.28 Tahun 2009 tentang pajak
dan retribusi daerah dibagi menjadi 2 bagian :
a. Pajak Provinsi, terdiri atas
1. Pajak kendaraan bermotor
2. Pajak bahan bakar bermotor
3. Pajak air permukaan
4. Pajak rokok
9
kepada pihak yang membayar retribusi atas jasa yang disediakan oleh
negara.
Menurut Siti (2013) retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
2.4 Pendapatan Asli Daerah
Bayu, dkk (2015:2) mengatakan Pendatan Asli Daerah (PAD) adalah
penerimaan yang dihasilkan oleh daerah bersangkutan yang bersumber dari
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
Sedangkan menurut Ferry, dkk (2014:276) Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai
dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku. PAD dapat berupa hasil
pajak dan retribusi daerah, bagian laba pengelolaan aset daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain : hasil penjualan
asset tetap daerah dan hasil jasa giro;
2. Dana perimbangan keuangan pusat dan daerah terdiri dari :
a. Bagi hasil dari pajak bumi bangunan, bea peralihan hak atas tanah,
bangunan dan penerimaan sumber daya alam;
b. Dana alokasi umum;
c. Dana alokasi khusus;
3. Pinjaman daerah
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
2.8 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini dapat
dirumuskan bahwa:
12
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
14