Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS MEDIS

PORTOFOLIO

Disusun oleh:
dr. Shofa Shabrina Henandar

Pembimbing:
dr. Imam Prasetyo
dr. Siti Hana

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


RSUD KAJEN
KABUPATEN PEKALONGAN
2017
PORTOFOLIO

Combustio
(Kasus Bedah)

Disusun oleh:
dr. Shofa Shabrina Henandar

Pembimbing:
dr. Imam Prasetyo
dr. Siti Hana

RSUD KAJEN
KABUPATEN PEKALONGAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan dan disetujui portofolio Dokter Internsip


Combustio

Nama : dr. Shofa Shabrina Henandar


No. ID : 3302195706920003
Pada : Desember 2017

Pekalongan, Desember 2017

Dokter Internship Dokter Pendamping 1 Dokter Pendamping 2

dr. Shofa Shabrina H dr. Imam Prasetyo dr. Siti Hana


NIP. NIP.
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal 16 Desember 2017 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama Peserta : dr. Shofa Shabrina H
Dengan Judul/Topik : Combustio
Nama Pendamping : dr. Imam Prasetyo
dr. Siti Hana
Nama Wahana : RSUD Kajen Kab Pekalongan

No. Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

1. dr. Naila Izati

2. dr. Putri Ayu Winiasih

3. dr. Themy Putri Hariyani

4. dr. Nabiel

5. dr. Dhania Rizky Indriani P

6. dr. Dicky Fitriyadi

7. dr. Hanne Dianta Pramono

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping 1 Pendamping 2

dr. Imam Prasetyo dr. Siti Hana


KASUS 1

No. ID dan Nama Peserta : dr. Shofa Shabrina Henandar

No. ID dan Nama Wahana : RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

Topik: Combustio

Tanggal (kasus): 5-12-2017 Pendamping: dr. IMAM PRASETYO

Tanggal presentasi : 16-12-2017 dr. SITI HANA

Tempat presentasi: RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan

Obyektif presentasi:

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi:
Alloanamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 5 Desember 2017 Pukul 16.30 di
IGD RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan

□ Tujuan:
Menegakkan diagnosis Combustio
Mengatasi kegawatdaruratan pada pasien Combustio
Penatalaksanaan dan edukasi pada pasien Combustio

Bahan bahasan: □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara membahas: □ Presentasi&Diskusi □ Diskusi □ Email □ Pos

Data pasien: Nama: An. A No. Reg:170581

Nama Klinik: RSUD Kajen Kab. Pekalongan Telp: Terdaftar sejak:


Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:


Anak laki-laki usia 1 tahun datang dengan keluhan nyeri setelah terkena air pana
di dada, wajah, dan kedua lengan.

2. Riwayat Alergi:
Pasien tidak mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.

3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit


Pasien belum pernah mengalami alergi terhadap obat-obatan tertentu.

4. Riwayat Keluarga:
Pasien dan keluarga tidak mengetahui adanya riwayat alergi pada keluarga.

Hasil pembelajaran:
1. Penegakan diagnosis pada kasus Combustio
2. Penatalaksanaan yang tepat pada kasus Combustio

1. SUBYEKTIF
Pasien datang diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri post terkena air
panas pada bagian wajah, dada, dan kedua lengan 1 jam sebelum masuk RS.

2. OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik: BB 8kg
KU: sedang
KS :Compos mentis, E4V5M6.
Vital sign
Nadi: 124 x/ menit
Respiratory Rate: 30x/menit
Suhu: 39oC
Mata: CA (-/-), SI (-/-), pupil isokor, diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+),
udem palpebra (-/-)
Hidung: rhinorrea (-)
Mulut: anemis (-) trismus (-), gum bleeding (-) lidah kotor (-)
Telinga: otorrhea (-)
Leher: JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar getah bening (-),
deviasi trakea (-), kaku kuduk (-)
Thorax: Pulmo  SDV (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-)
Cor  BJ I-II reguler, murmur (-)
Abdomen: Inspeksi : datar, caput medusa (-), venektasi (-)
Auskultasi : BU (+) N
Perkusi : Timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas: akral dingin -/- ikterik -/- edema -/-
-/- -/- -/-
Status lokalis
Luka bakar derajat 1-2 pada wajah, lengan kanan dan kiri (25%)
-Wajah (8,5%) derajat 1
-ekstremitas atas kanan anterior (5%) derajat 2
-ekstremitas atas kiri anterior (5%) derajat 2
-dada (6,5%) derajat 1-2

3. ASSESMENT
Combutio derajat 1-2 25%
4. PLANNING
Terapi di IGD
Formula resusitasi cairan yang digunakan adalah rumus Baxter yaitu:
= 4cc x BB kg x % luka bakar
= 4cc x 8kg x 25%
= 800 cc (RL hangat)
Jadi resusitasi cairan pada 8 jam pertama adalah 400cc.
Dan resusitasi cairan pada 16 jam berikutnya adalah 400cc.

 Rawat Luka
 Infus RL 50cc/jam
 Inj. Cefotaxim 3x250 mg
 Inj. Paracetamol 3x90mg
 Observasi KU
TINJAUAN PUSTAKA

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,
dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang mempunyai angka
morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak
awal (fase syok) sampai fase lanjut. Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan etiologi,
kedalaman serta luasnya luka bakar yang menentukan gejala klinis serta beratnya luka
bakar. Berdasarkan etiologinya dapat dibagi menjadi 3, yaitu termal, luka bakar
listrik, dan luka bakar kimiawi.
Luka bakar akibat panas, umumnya terjadi akibat meningkatnya suhu yang
mengakibatkan kematian sel. Pada keadaan ini dapat menyebabkan luka lepuh akibat
terpapar zat panas. Luka bakar listrik umumnya terjadi akibat aliran listrik yang
menjalar ke tubuh. Sedangkan luka bakar kimiawi terjadi akibat paparan zat yang
bersifat asam maupun basa. Karakteristik keduanya memiliki perbedaan dalam hal
kedalaman luka bakar yang terjadi. Luka bakar akibat paparan zat yang bersifat basa
umumnya mengakibatkan luka yang lebih dalam dibandingkan akibat zat asam. Hal
ini disebabkan zat basa akan menyatu dengan jaringan lemak di kulit sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih progresif, sedangkan luka bakar akibat
asam akan menyebabkan koagulasi protein.
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald).
Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat
dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi
terjadinya luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu yang
menyebabkan cedera, lamanya paparan dan ketebalan kulit.
Derajat luka bakar sebagai berikut:
a. Derajat I : Kerusakan hanya terbatas pada lapisan epidermis (superficial) saja.
Sifat luka bakar derajat ini adalah eritema, kerusakan jaringan dan edema
minimum, serta nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Penyembuhan akan terjadi secara spontan dalam 5-10 hari.
b. Derajat II : Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Dibedakan menjadi derajat II a (derajat II
superfisial) dan II b ( derajat II profunda).
i. Pada luka bakar derajat II a, kerusakan mengenai seluruh epidermis dan
sebagian atas dermis namun organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea masih utuh. Akan didapatkan lepuh
atau bula, jarang terjadi komplikasi, dan bisa sembuh dalam 10-14 hari.
ii. Pada luka bakar derajat II b, kerusakan hampir mengenai seluruh dermis,
warnanya merah atau merah muda, dan penyembuhan terjadi dalam 25-35
hari.
c. Derajat III : Kerusakan seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit rusak, dan tidak dijumpai lepuh atau bula. Kulit yang
terbakar berwarna pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis
yang dikenal sebagai eskar. Terjadi anestesi karena kerusakan pada reseptor
rasa nyeri, sehingga pin prick test (+). Terjadi edema hebat dan kerusakan
permanen. Penyembuhan luka lama karena tidak terjadi proses epitelisasi dari
dasar luka.
d. Derajat IV : Luka bakar yang mengenai otot bahkan hingga tulang.

Gambar 1. Derajat Luka bakar


Penilaian luasnya luka bakar memilki peranan yang sangat penting dalam
menentukan luasnya luka bakar yang terjadi yang berpengaruh terhadap banyaknya
terapi cairan yang diberikan. Luas luka bakar ditentukan berdasarkan total body
surface area (TBSA). Metode yang seringkali dipakai untuk menentukan luas luka
bakar adalah mengacu pada rule of nine untuk dewasa. Sedangkan pada anak
digunakan lund browder chart

Gambar 2. Luas Luka Bakar


Cedera kulit akibat panas akan menyebabkan terbentuknya 3 area kerusakan
kulit yaitu zona s, hiperemia yang disebabkan peningkatan aliran darah akibat proses
inflamasi, zona stasis yang terletak pada lapisan kedua yang bersifat iskemik, dan
zona ketiga yaitu zona koagulasi. Bila luka bakar yang terjadi luas (>40%) dapat
menyebabkan hilangnya cairan intravaskular berlebihan sehingga dapat menyebabkan
syok hipovolemik maupun distributif. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan
afterload dan menurunkan kontraktilitas jantung.
Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (American Burn Association):
I. Luka Bakar Berat ( Major Burn Injury )
· Derajat 2, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa
· Derajat 3, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anak-anak
· Derajat 3, terbakar >10% area permukaan
· Kebanyakan meliputi tangan, muka, mata, telinga, kaki atau perineum
II. Luka Bakar Sedang
· Derajat 2, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada dewasa
· Derajat 2, terbakar 10-20% are permukaan tubuh pada anak-anak
· Derajat 3, terbakar <10% area permukaan tubuh.
III. Luka Bakar Ringan
· Derajat 2, terbakar <15% area permukaan tubuh pada dewasa
· Derajat 2, terbakar <10% area permukaan tubuh pada anak-anak
· Derajat 3, terbakar <2% area permukaan tubuh.
Indikasi rawat inap :
1. Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa, dan lebih dari 10% pada anak
2. Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum
3. Derajat 3 lebih dari 2% pada dewasa, dan setiap derajat 3 pada anak
4. Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang, dan jalan napas

Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama
namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan
anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan,
lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat
pendinginan). Awasi tanda-tanda bahaya dari ABC (Airway, Breathing, Circulation).
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black
sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar
pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa
saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang
adekuat/tetap terbuka.
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar
untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus)
diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan
melalui mulut. Resusitasi cairan merupakan tatalaksana utama pada saat fase awal
penanganan luka bakar terutama pada 24 jam pertama. Pemberian cairan yang
adekuat akan mencegah syok yang disebabkan karena kehilangan cairan berlebihan
pada luka bakar. Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat,
NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya
dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Pengawasan
kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 0,5-
1cc/kgBB/jam.
Prinsip resusitasi cairan luka bakar mengacu pada rumus Parkland yaitu:

3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA] + cairan rumatan

(maintenance per 24 jam)


Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2
(11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx
kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya
dalam 16 jam berikutnya. Metode lain resusitasi cairan dikembangkan oleh Baxter:

3,7– 4,3 mL/Kg/total luas permukaan tubuh (TLPT).

Formulasi lain terapi cairan menurut gavelstron menggunakan rumus

(5000 mL x LPT yang mengalami luka bakar) + (2000 mL x TLPT).

Perawatan luka merupakan salah satu tatalaksana yang perlu diperhatikan dalam
penanganan luka bakar. Karena tidak jarang luka yang tidak dibersihkan dengan baik
dapat memicu infeksi sekunder. Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing,
cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting.
a. Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada
fase cleaning.
b. Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
dingin yang mengalir selama 20 menit. Cara ini efektif sampai dengan 3 jam
setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin sebagai penghilang rasa
nyeri untuk luka yang terlokalisasi
c. Cleaning : pembersihan luka dengan membuang jaringan yang sudah mati,
proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang. Bilas luka
dapat menggunakan sabun dan air bersih atau clorhexidin atau NaCl 0,9%.
Tujuan utama perawatan luka adalah mencegah infeksi dan melindungi luka
terhadap terjadinya infeksi sekunder. Bula yang terbentuk apabila berukuran
<2cm dapat dibiarkan tetap utuh, sedangkan bula yang besar harus dipecahkan
kemudian dilakukan debridement.
d. Chemoprophylaxis : Setelah dibersihkan, diberikan antibiotika topikal yang
kemudian menutup luka dengan kasa steril untuk mengurangi risiko infeksi
sekunder. Antibiotik topikal dapat diberikan sehari 2 kali sambil dilakukan
ganti balutan. Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih
dalam dari superficial partial thickness.
e. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan
derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau
bahan lainnya. Pembalutan luka bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas
yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar.
f. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
· Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
· Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
· Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar; dan penanganan sejak fase awal sampai
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dzulfikar. Penanganan Luka Bakar di Ruang Perawatan Intensif Anak. Majalah
Kedokteran Terapi Intensif. Volume 2 Nomor 2 April 2012
Pusponegoro, Aryono D. “Luka” dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu Bedah.
Ed.2. Cet. I. Jakarta:EGC. 2005
Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in Anasthesia, Critical
Care&Pain. British Journal of Anasthesia. 2007
Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns. BMJ
2004;328;1487-9.

Anda mungkin juga menyukai