Sejarah Perkembangan Terapi komplementer memiliki banyak sejarah tentang penyembuhan secara tradisional dari banyak kebudayaan. Perawatan ala Cina dan Ayurweda kuno termasuk didalamnya akupuntur, herbal, meditasi, dan pergerakan. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisonal yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah adalah penggunaan terapi tradisonal kedalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang memengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al.,2004). Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan adanya teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum dimasyarakat atau budaya yang ada (Synder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan. Fokus terapi memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan sebagai single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Sparber, 2005). Alasan Pemilihan Komplementer Beberapa data menunjukkan bahwa sekitar 42% orang Amerika memanfaatkan terapi komplementer. Hal ini tidak mengherankan karena sekitar 39% dokter praktik menyediakan pelayanan terapi komplementer. Alasan yang membuat orang untuk memanfaatkan terapi komplementer sangat beragam, namun intinya adalah terapi modern pada beberapa aspek dirasa banyak efek sampingnya. Terapi komplementer dalam penanganan kanker, tidak hanya sekedar menghilangkan kanker, namun mempertimbangkan hal lain yang melatarbelakangi kanker tersebut. Karenanya dalam pendekatan pemecahan masalah kesehatan, kedokteran timur cenderung lebih alamiah dan lebih aman dari sisi efek samping yang tidak didapatkan pada pengobatan moderen (barat) karena cenderung menggunakan bahan sintetik / kimia. Kebanyakan masyarakat yang mencari terapi komplementer adalah mereka yang menderita penyakit kronis. Penyakit kronis yang dimaksud adalah umumnya menyebabkan nyeri yang mengganggu dan terutama lagi pengobatannya membutuhkan waktu yang lama dan kadang pula menyebabkan penderita menjadi frustasi dengan pengobatan konvensional yang ada. Di samping harga obat yang umumnya mahal, kita ketahui pula bahwa efek samping dari pengobatan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) konvensional, mulai dari perdarahan saluran cerna bagian atas, gangguan ginjal dan disfungsi trombosit. Karena itu dibutuhkan pengetahuan dan dasar ilmu yang cukup bagi seorang dokter mengenai terapi komplementer dan alternatif supaya dapat mendampingi pasiennya dalam memilih terapi secara bijaksana. Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup kesehatan optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual. Fokus terapi komplementer adalah kesejahteraan yang berhubungan dengan tubuh, pikiran dan spirit. Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stres, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari efek samping, gejala-gejala dan mengontrol serta menyembuhkan penyakit (Purnel, 2001). Jenis Terapi Komplementer Ada banyak jenis metode dalam terapi komplementer ini, seperti akupuntur, chiropractic, pijat refleksi, yoga, tanaman obat/ herbal, homeopati, naturopati, terapi polaritas atau reiki, teknik-teknik relaksasi, termasuk hipnoterapi, meditasi, visualisasi, dan sebagainya. Obat- obat yang digunakan bersifat natural/ mengambil bahan dari alam, seperti jamu-jamuan, rempah yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya), sampai bahan yang dirahasiakan. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan. menemukan bahwa penderita kanker lebih cepat sembuh dan berkurang rasa nyerinya dengan meditasi dan imagery (Smith et al., 2004). Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi meningkatkan suplai oksigen perubahan vaskular dan termal, mempengaruhi aktivitas gastrointestinal dan mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005). Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi komplementer sebagai suatu paradigma baru (Smith et al., 2004). Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplemnter ini beragam sehingga disebut juga dengan terapi holistik. Terminologi kesehatan holistik mengacu pada integrasi secara menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan, prilaku postif, memiliki tujuan hidup, dan pengembangan spiritual (Hitchcock et al., 1999). Dasar Hukum Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku. Selain itu, dalam Permenkes RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996 diatur tentang pemanfaatan akupunktur di sarana pelayanan kesehatan. Di dalam salah satu pasal dari Permenkes tersebut menyebutkan bahwa pengobatan tradisional akupunktur dapat dilaksanakan dan diterapkan pada sarana pelayanan kesehatan sebagai pengobatan alternatif di samping pelayanan kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwa pengobatan tradisional akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah memperoleh pendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan pelatihan akupunktur dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Sementara itu, Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur tentang penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Di dalam peraturan tersebut diuraikan cara- cara mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional beserta syarat- syaratnya. Khusus untuk obat herbal, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal. Untuk terapi SPA (Solus Per Aqua) atau dalam bahasa Indonesia 4 sering diartikan sebagai terapi Sehat Pakai Air, diatur dalam Permenkes RI No. 1205/ Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman persyaratan kesehatan pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). Catatan : Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara holistik. 5 of 5