Anda di halaman 1dari 12

Adab Menjenguk Orang Sakit

Syaikh Ahmad Abdurrahman al Banna dalam syarahnya menjelaskan, ‘Shalawat


malaikat bagi anak adam ialah dengan mendoakan agar mereka diberi rahmat dan
maghfirah. Sedang yang dimaksud dengan ‘kapanpun di siang hari’ yakni waktu
ia menjenguk. Jika ia menjenguknya di siang hari, maka malaikat mendoakannya
hingga sore hari dan bila ia menjenguknya di malam hari, maka malaikat
mendoakannya hingga pagi. Oleh karena itu, orang yang berniat hendaknya
berangkat sepagi mungkin di awal siang, atau bersegera begitu malam menjelang,
agar semakin banyak didoakan malaikat.
‘Siapa yang membesuk orang sakit di pagi hari akan diiring oleh 70.000 malaikat,
semuanya memohonkan ampun untuknya hingga sore hari, dan ia mendapat taman
di jannah. Jika ia membesuknya di sore hari, ia akan diiring oleh 70 ribu malaikat
yang semuanya memintakan ampun untuknya hingga pagi, dan ia mendapat taman
di jannah.’ (musnad ahmad 2/206, hadits 975. Syaikh ahmad syakir menilai hadits
ini shahih)

AKU SAKIT, TETAPI KAMU TIDAK MENJENGUK-KU!


Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya pada hari kiamat Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
‘Hai Anak Adam, Aku Sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.’
Dia berkata. ‘Wahai Rabb-ku, bagaimana saya menjenguk-Mu, padahal Engkau
adalah Rabb semesta alam?!’
Dia berfirman, ‘Tidak tahukah kamu bahwa hamba-Ku, fulan, sakit, tetapi kamu
tidak menjenguknya. Tidak tahukah kamu jika kamu menjenguknya, kamu akan
mendapati Aku berada di sisi-Nya.’
(diriwayatkan oleh Muslim, no. 2569)

HUKUM MENJENGUK ORANG SAKIT


Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Al Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Nabi menyuruh kita
tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan
jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhiundangan, menolong orang yang
teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang
bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin
emas, kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera
tebal). (Bukhari no.1239; Muslim no.2066)
Hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat
Imam Bukhari membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban
Menjenguk Orang Sakit) di dalam kitab shahih nya.
Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit merupakan
kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang lewat diri) nya,
disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka.
Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk orang sakit
hukumnya bukan wajib, yakni wajib ‘ain, (melainkan wajib kifayah).

MANFAAT MENJENGUK ORANG SAKIT


Selain mendapat keutamaan sebagaimana hadits-hadits yang disebutkan diatas,
menjenguk orang sakit memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
1. Menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan kepadanya
bahwa ia diperhatikan orang-orang disekitarnya, dicintai, dan diharapkan segera
sembuh dari sakitnya. Hal ini dapat menentramkan hati si sakit.
2. Menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti
dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk
melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh.
3. mencari tahu apa yang diperlukan si sakit.
4. mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit.
5. mendoakan si sakit
6. melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i.

MESKI SAKIT RINGAN, TETAP DIJENGUK!


Hadits-hadits yang ada, menyuruh dan mengajurkan untuk menjenguk orang sakit,
baik yang sakit kecil maupun dewasa, anak-anak maupun orang tua, dari kaum
laki-laki maupun wanita. Sakit ringan maupun berat. Yang sakit terpelajar atau
bukan, orang kota maupun desa, pejabat maupun rakyat jelata, miskin maupun
kaya, mengerti makna menjenguk orang sakit atau pun tidak.
Menjenguk orang sakit tetap dianjurkan, bahkan terkadang, dalam kondisi
tertentun menjadi wajib, tanpa melihat bentuk penyakit tersebut, apakah tergolong
parah atau ringan. Hal ini sudah mulai memudar di antara kita, bahkan seringkali
sebagian kita hanya merasa perlu menjenguk teman, saudara, atau kenalan yang
sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian lama terbaring di rumah, hanya
sedikit yang menjenguknya. Apalagi jika penyakit tersebut digolongkan penyakit
ringan. Padahal, nabi shallallahu alaihi wa sallam menjenguk salah seorang
sahabatnya yang ‘hanya’ sakit mata. Sakit mata biasa, bukan sejenis kebutaan atau
penyakit mata berat lainnya!
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk orang yang sakit mata,
bahkan sudah ada hadits khusus yang membicarakannya, yaitu hadits Zaid bin
Arqam, dia menceritakan, ‘Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjenguk
saya karena saya sakit mata.’ (lihat adabul mufrad, no.532)

MENJENGUK LAWAN JENIS?


Wanita boleh menjenguk laki-laki yang sedang sakit, ataupun sebaliknya;
meskipun bukan mahramnya. Akan tetapi, hal ini dengan syarat aman dari fitnah,
menutup aurat, dan tidak terjadi khalwat (berduaan dengan lawan jenis).
Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan, Ketika Rasulullah shallalallahu alaihi wa
sallam tiba di madinah, Abu Bakar dan Bilal terserang demam. Kemudian, kata
Aisyah, aku menemui mereka dan bertanya, ‘Ayah, bagaimana keadaanmu?’
‘Wahai Bilal, bagaimana keadaanmu?” (HR. Bukhari no.5654)
Ibnu Syihab meriwayatkan dari Abu Umamah bin Sahal bin Hanaif, ‘Bahwa
dirinya diberitahu bahwasanya ada seorang wanita miskin yang sedang sakit.
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pun diberitahu tentang
sakitnya wanita tersebut. Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dahulu
suka menjenguk orang-orang miskin dan menanyakan keadaan mereka.” (HR.
Malik, Al Muwaththo’ no.531)

BOLEHKAH MENJENGUK ORANG MUSYRIK?


Menjenguk orang kafir oleh sabagian ulama dihukumi makruh. Hal ini
dikarenakan: secara implisit (tidak langsung) merupakan penghormatan kepada
mereka. (lihat At-Tamhid, Ibnu Abdil Bar, 24/276).
Namun sebagia ulama yang lain berpendapat bolehnya menjenguk orang kafir
apabila ada harapan untuk masuk islam. Pendapat ini lebih dekat kepada apa yang
dilakukan oleh Rasullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Anas bin Malik meriwayatkan, ‘Bahwasanya ada seorang anak muda Yahudi yang
pernah menjadi pembantu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia sakit, lalu Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam datang menjenguknya. Kemudian beliau bersabda,
‘Masuklah Islam!” Maka dia pun masuk Islam.” (HR. Bukhari no.5657)
Sa’id bin Musayyib meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata, ‘Ketika Abu Thalib
hendak dijemput kematian. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
mendatanginya seraya bersabda, ‘Ucapkanlah ‘Laa ilaaha illa Allah’ sebuah
kalimat yang bisa aku jadikan sebagai hujjah untukmu di sisi Allah kelak.’ (HR.
Bukhari no.6681)

KAPAN WAKTU MENJENGUK ORANG SAKIT?


Tidak ada keterangan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menerangkan
waktu-waktu tertentu untuk menjenguk orang sakit. Oleh karena itu, dapat
dilakukan kapan saja, selama tidak merepotkan si sakit dan keluarganya.
Salah satu alasan menjenguk orang sakit adalah meringankan penderitaan si sakit
dan memberinya dukungan moral, sehingga sangat tidak bijaksana jika
kedatangan kita malah merepotkan yang bersangkutan.
Waktu yang tepat untuk menjenguk berbeda-beda pada setiap keadaan. Berbeda-
beda dari waktu ke waktu dan antara satu tempat dengan tempat lainnya. Oleh
karena itu, kita harus jeli mencari waktu yang pas untuk menjenguk, mampu
memperkirakan kondisi si sakit & keluarganya (sedang beristirahat atau tidak,
sedang banyak tamu atau tidak, dan lain sabagainya).

PERSINGKAT WAKTU KUNJUNGAN!


Hendaknya kita memperhatikan waktu ketika menjenguk orang sakit. Jangan
sampai terlalu lama, karena hal ini bisa membebani bahkan menambah
penderitaan si sakit ataupun keluarganya.
Ibnu Thowuss mengatakan bahwa ayahnya pernah berkata, ‘Sebaik-baik
kunjungan kepada orang sakit ialah yang paling singkat.’
Asy-Sya’bi mengatakan, ‘Kunjungan orang dungu lebih berat dirasakan oleh
keluarga si sakit daripada sakitnya salah seorang angota keluarga mereka. Yaitu,
orang yang datang menjenguk pada waktu yang tidak tepat dan duduk terlalu
lama.’ (lihat At-Tamhid, Ibnu Abdil Bar, 24/277)
Namun, apabila si sakit suka berlama-lama dengan penjenguknya, dan ingin
dikunjungi sesering mungkin, maka sebaiknya keinginan tersebut dikabulkan oleh
si penjenguk. Sebab, hal ini berarti memberikan kegembiraan dan dukungan moral
kepada si sakit.
Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terhadap
Sa’ad bin Mu’adz sewaktu ia menjadi korban perang Khandaq. Ketika itu Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan agar Sa’ad dibuatkan kemah di
dalam masjid agar beliau bisa menjenguknya dari dekat. Sahabat mana yang tidak
suka ditunggui oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan dikunjungi berulang
kali? (lihat Bukhari no.463)

BERAPA KALI MENJENGUK SESEORANG?


Hal ini dikembalikan kepada kebiasaan, kondisi penjenguk, kondisi si sakit,
berapa jauh hubungan yang bersangkutan dengan si sakit.
Orang yang lama jatuh sakit, maka dia dijenguk dari waktu ke waktu, dalam hal
ini tidak ada batasan waktu tertentu.
MENJENGUK ORANG YANG PINGSAN ATAU KOMA
Orang sakit yang dapat merasakan kehadiran kita dan yang tidak dapat merasakan
kehadiran kita (misalnya karena pingsan atau koma), sama-sama memiliki hak
untuk dijenguk. Janganlah kita enggan menjenguknya, dengan alasan,
toh…mereka tidak tahu dijenguk atau tidak…mereka tidak dapat merasakan
kehadiran kita.
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, ‘Anjuran menjenguk orang sakit tidak hanya
ditujukan agar si sakit mengetahui penjenguknya. Sebab, di balik kunjungan itu
ada dukungan moral kepada keluarganya, harpaan mendapatkan berkah dari doa
penjenguk, sentuhan tangannya kepada si sakit, meniupkan bacaan mu’awwidzat,
dan lain-lain.’ (Fathul baari, 10/119)

DIMANA POSISI DUDUK PENJENGUK?


Orang yang menjenguk, dianjurkan duduk di dekat si sakit.
‘Adalah nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika menjenguk orang sakit, beliau
duduk di sisi kepalanya.’ (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad, no.536, hadits
shahih)
Diantara manfaat duduk di sisi kepala si sakit: memberi rasa akrab kepada si sakit,
dan memungkinkan bagi penjenguk untuk menyentuh si sakit, memanjatkan doa
untuknya, meniupnya dengan ruqyah, dan lain sebagainya.

MENANYAKAN KEADAAAN SI SAKIT


Ada baiknya kita menanyakan keadaan si sakit, sebagaimana yang dilakukan oleh
Aisyah Radhiyallahu Anha, Ketika Rasulullah shallalallahu alaihi wa sallam tiba
di madinah, Abu Bakar dan Bilal terserang demam. Kemudian, kata Aisyah, aku
menemui mereka dan bertanya, ‘Ayah, bagaimana keadaanmu?’ ‘Wahai Bilal,
bagaimana keadaanmu?” (HR. Bukhari no.5654)
JANGAN PAKSA SI SAKIT BERCERITA PANJANG LEBAR!
Diantara maksud mengunjungi si sakit adalah untuk meringankan kan
penderitaannya, oleh karena itu jangan sampai membebani bahkan menambah
penderitaan si sakit ataupun keluarganya.
Satu hal yang dapat membebani si sakit atau keluarganya adalah pertanyaan
kronologis musibah atau penyakit. Si sakit atau keluarga diminta untuk
menceritakan kronologis kejadian yang cukup panjang; dan repotnya lagi, cerita
ini harus diceritakan berulang kali karena hampir setiap pembesuk menanyakan,
‘awal mulanya bagaimana?’ ; ‘kejadiannya bagaimana?’ 1

HIBUR & BERIKAN HARAPAN SEMBUH!


Ada baiknya penjenguk menghibur si sakit atau keluarga si sakit dengan pahala-
pahala yang akan di dapat mereka.
‘Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan
Allah hapuskan berbagai kesalahannya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-
daunnya.’ (HR. Muslim)
‘Cobaan itu akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada
dirinya, pada anaknya, ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah
tanpa dosa sedikitpun.’ (HR. Tirmidzi)
‘Saat orang-orang tertimpa musibah diberi pahala di hari kiamat nanti, orang-
orang yang selamat dari berbagai musibah tersebut berharap seandainya dahulu di
dunia kulit mereka dikerat dengan gergaji besi…’ (HR. Tirmidzi)
Ada baiknya pula penjenguk memberikan harapan sembuh kepada si sakit.
Misalnya dengan mengatakan. ‘Tidak perlu kuatir, insya Allah Anda akan
sembuh.’ atau ‘penyakit ini tidak berbahaya, Anda akan segera sembuh,insya
Allah.’ atau kalimat-kalimat lain yang dapat menumbuhkan semangatnya untuk
sembuh.

JANGAN MENAKUT-NAKUTI!
Apa yang kita sampaikan kepada si sakit maupun keluarganya, harus kita
perhatikan benar-benar. Ucapkanlah kalimat-kalimat yang baik, yang dapat
menumbuhkan motivasi atau meringankan musibah yang dialami mereka. Jangan
sampai apa yang kita sampaikan malah menimbulkan rasa takut & cemas terhadap
si sakit maupun keluarganya.
Diantara yang dapat menimbulkan rasa takut adalah cerita atau kabar bahwa
seseorang mengalami hal yang sama, namun berakhir dengan cacat seumur hidup,
dengan kematian….; kalau maksud yang bercerita adalah agar keluarga si sakit
berhati-hati dan waspada terhadap musibah yang diderita si sakit, alangkah
baiknya jika di kemas dengan kalimat-kalimat yang baik.2

MEMAHAMI KELUHAN SI SAKIT


Keluhan yang diucapkan si sakit ada dua kemungkinan:
Pertama, diucapkan sebagai ekspresi kekesalan dan kejengkelan. Hal ini tentnu
saja dilarang oleh agama Islam, karena merupakan indikator lemahnya keyakinan
dan tidak rela terhadap qadha dan qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila kita
mendengar keluhan semacam ini, si sakit segera diingatkan, dinasehati dengan
cara yang baik.
Kedua, diucapkan dalam rangka memberi informasi tentang dirinya tanpa
mengharap belas kasih kepada makhluk dan tidak pula menggantungkan harapan
kepada mereka. Hal ini tentu saja boleh dilakukan, bahkan didukung oleh dalil
syari:
Ibnu Mas’ud meriwayatkan:
‘Aku pernah menghadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sementara beliau
sedang menderita demam. Lalu aku menyentuhnya dengan tanganku, kemudian
aku mengatakan, ‘Sungguh, Engkau menderita demam yang sangat berat.’ Beliau
menjawab, ‘Ya, seperti layaknya demam yang diderita oleh dua orang dari
kalian.’ ‘Engkau mendapat dua pahala?’ tanya Ibnu Mas’ud. Beliau menjawab
,’Ya. Tidaklah seorang muslim mengalami penderitaan -sakit dan sebagainya-
melainkan Allah akan merontokkan keburukan-keburukannyaa sebagaimana
pohon merontokkan daunnya.” (HR. Bukhari no.5667)
MENANGIS DI TEMPAT ORANG YANG SAKIT?
Yang nampak dari kita, hukumnya boleh. Sebab, Abdullah bin Umar
meriwayatkan,
‘Sa’ad bin Ubadah pernah mengeluhkan sakit yang di deritanya, kemudian Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam datang menjenguknya bersama dengan
Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika
beliau menemuinya, beliau mendapatinya sedang dikerumuni oleh keluarganya.
Lalu beliau bertanya, ‘Apakah dia sudah meninggal?’ Mereka menjawab, ‘Tidak
ya Rasulullah!’ Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menangis, dan ketika orang-
orang melihat tangisan nabi, maka mereka pun menangis. Lalu beliau bersabda,
‘Tidakkah kalian mendengar, sesungguhnya Allah tidak mengadzab karena
linangan air mata maupun kesedihan hati, melainkan mengadzab karena ini -dan
beliau menunjuk ke arah lidahnya- atau Dia berbelas kasih. Dan sesungguhnya
mayit itu akan disiksa karena tangisan keluarganya yang meratapi (kepergian)
nya.’ (HR. Bukhori no.1304)

MENDOAKAN SI SAKIT
Orang yang menjenguk orang sakit hendaknya tidak berkata-kata kecuali sesuatu
yang baik. Sebab para malaikat akan mengamini apa yang akan diucapkannya.
Dari Ummu Salamah, doa mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda:
‘Apabila kamu mendatangi orang sakit atau mayit, maka ucapkanlah kata-kata
yang baik. Karena sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan.’
Kemudian, kata Ummu Salamah, ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku pun
mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam seraya mengatakan, ‘Ya
Rasulullah, Abu Salamah sudah meninggal dunia.’ Beliau lantas
bersabda, ‘Ucapkanlah: Ya Allah, ampunilah aku dan dia, dan berilah aku
pengganti yang baik.‘ Ummu Salamah berkata, ‘Lalu aku mengatakannya.
Kemudian Allah memberiku pengganti yang lebih baik bagiku daripada dia (Abu
Salamah), yakni Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.’ (HR. Muslim
no.919)
Orang yang menjenguk orang sakit dianjurkan berdoa agar si sakit diberikan
rahmat, ampunan, kebersihan dari dosa, keselamatan, dan kebebasan dari
penyakit. Diantara doa yang pernah dibaca oleh Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam:
1. Mengucapkan: “Laa ba’sa thohuurun in syaa’allooh.” ‘tidak mengapa,
semoga dapat membersihkan kamu (dari dosa) insya Allah.’ (riwayat Bukhari
dalam al fath: 10/118)
Kata ‘tidak mengapa’ maksudnya ialah bahwa sakit itu dapat menghapus
kesalahan. Jika mendapat kesembuhan setelah sakit, maka berarti mendapatkan
dua keuntungan sekaligus. Dan jika tidak, maka akan mendapatkan keuntungan
berpa penghapusan dosa.
2. Membaca doa: “ As alukalloohal-’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi,
ayyasyfiyaka.” (7x) “Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, Rabb
‘Arsy yang agung agar menyembuhkanmu.”
‘Tidak ada seorang muslim yang menjenguk seorang yang sedang sakit yang
belum sampai kepada ajalnya, lalu dia membacakan doa As alukalloohal-
’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi, ayyasyfiyaka tujuh kali, kecuali dia akan
sembuh.’ (Shahih At Tirmidzi: 2/210)

RUQYAH KEPADA SI SAKIT


Orang yang menjenguk orang sakit dianjurkan untuk melakukan ruqyah
terhadapnya. Terutama kalau si penjenguk termasuk orang yang bertakwa dan
shalih. Karena ruqyah yang dilakukannya akan memberikan manfaat yang lebih
besar daripada orang lain (karena faktor ketakwaan & keshalihannya tersebut).
Di antara ruqyah syariah yang ada:
1. Ruqyah dengan mu’awwidzatain (surat al ikhlas, al falaq, dan an naas)
‘adalah rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika salah satu dari keluarganya
sakit, beliau meniup keluarganya dengan (bacaan) mu’awwidzat…’ (HR. Muslim
no.2192)
2. Ruqyah dengan surat al fatihah
Hal ini pernah dilakukan oleh Abu Said al Khudri terhadap kepala suku yang
tersengat serangga. (lihat HR. Muslim no.2201)
3. Ruqyah dengan doa
‘Adalah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika salah seorang dari kami
mengeluh sakit, maka beliau mengusapnya dengan tangan kanannya, kemudian
beliau mengucapkan: “Hilangkanlah penderitaan ini wahai Rabb manusia.
Sembuhkanlah, karena Engkaulah yang Maha Menyembuhkan. Tiada
kesembuhan melainkan kesembuhan-Mu. Kesembuhan yang tidak meninggalkan
penyakit.” (HR. Muslim no.2191)

KARANGAN BUNGA?
Ada sebagian orang yang ketika mengunjungi orang sakit selalu menyempatkan
diri untuk membawa karangan bunga kepada si sakit. Ada pula yang menelipkan
tulisan yang berisi ungkapan dan harapan agar lekas sembuh. Hal ini dilarang,
karena:
1. tradisi semacam ini berasal dari agama lain, padahal kita dilarang untuk
menyerupai perilaku mereka.
2. mengganti doa untuk si sakit agar diberikan kesucian, rahmat, ampunan, dan
kesehatan dengan ungkapan-ungkapan kering dan harapan-harapan yang tidak
bisa dimajukan atau diundur.
3. mengganti ruqyah yang syari melalui bacaan ayat-ayat al quran maupun hadits
dengan karangan bunga yang barangkali akan layu sehari atau dua hari
kemudian.
MEMBACAKAN SURAT YASIN?
Ada sebagian orang yang membacakan surat yasin kepada orang yang sakit,
terutama jika si sakit sudah sangat parah, koma, atau jika dalam keadaan
menjemput ajal.
Mereka berdasarkan pada:
“Tidak seorang pun yang akan mati, lalu dibacakan buatnya surat yasin,
kecuali pasti diringankan/dimudahkan kematiannya.”
Keterangan:
hadits ini derajatnya “Maudhu/palsu”, diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalan
Akhbar al Asbahan 1/188, di dalamnya ada seorang perowi yang suka
memalsukan hadits yang bernama ‘Marwan bin Salim Al Jazari’. Imam Bukhori
dan Muslim mengatakan bahwa Marwan bin Salim dalam meriwayatkan hadits
tergolong ‘MUNGKARUL HADITS’ (lihat: Mizanul I’tidal 4/90).

Anda mungkin juga menyukai