Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Distosia bahu merupakan presentasi kepala, kepala telah lahir tetapi bahu tidak dapat
dilahirkan dengan cara-cara biasa (Oxorn, 2003).
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses
persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena
dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada
persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara
pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu
sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan
sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa.
Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko
kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil
SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat
sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu
kelahiran hidup.
Komplikasi yang bisa terjadi , yaitu tingginya angka kematian ibu dan besarnnya resiko
akibat distosia bahu pada saat persalinan maka fokus utama asuhan persalinan normal adalah
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap
menunggu dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan
kematian ibu serta bayi baru lahir (Depkes, 2004).
Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan yang dapat dilakukan adalah mengupayakan
agar setiap persalinan ditolong atau minimal di dampingi oleh bidan dan pelayanan obstetrik
sedekat mungkin pada ibu hamil, sehingga komplikasi dapat terdeteksi lebih dini dan dapat
ditangani sesegera mungkin.
Berdasarkan angka kejadian dan besarnya peran bidan dalam penanganan komplikasi
distosia bahu, maka penulis mengambil judul “Asuhan Kebidanan Persalinan Patologis Pada
Ny. S Dengan Distosia Bahu Di RB Glory Tahun 2013”. Diharapkan dengan pelaksanan
asuhan kebidanan komprehensif dapat meningkatkan peran fungsi bidan dalam menurunkan
angka kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh distosia bahu dengan upaya mencegah
(preventif), mendeteksi dini komplikasi hingga menangani komplikasi sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latarbelakang yang telah dikemukakan diatas maka sebagai laporan studi kasus ini
membatasi pengkajian tentang distosia bahu. Oleh karena itu, saya sebagai penyusun
merumuskan masalah yakni : Bagaimana asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada ibu bersalin
dengan distosia bahu di RB Glory tahun 2013.

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada persalinan distosia bahu dengan 7 langkah
manajemen Varney di RB Glory.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada persalinan distosia bahu dengan 7 langkah
Varney :
1. Pengumpulan Data dasar
2. Interpretasi Data Dasar
3. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
4. Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
6. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan
7. Evaluasi Asuhan Kebidanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR DISTOSIA BAHU
2.1.1 Defenisi Distosia Bahu
Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba
salah satu metoda persalinan bahu ( Manuaba, 2001).
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh
karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan
bayi ( Prawirohardjo, 2009).
Distosia bahu merupakan kegawatdaruratan obstetri karena terbatasnya waktu persalinan,
terjadi trauma janin, dan komplikasi pada ibunya. Kejadiannya sulit diperkirakan setelah kepala
lahir, kepala seperti kura-kura, dan persalinan bahu mengalami kesulitan (Manuaba, 2001).

2.1.2 Etiologi
Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan yang
berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu
(Hakimi, 2003).

2.1.3 Patofisiologi
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki
panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu
anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang sakrum
atu disekitar spina ischiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk
memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila
bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka
bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam
keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan putaran paksi luar,
dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut
dengan turtle sign) (Prawirohardjo, 2009).

2.1.4 Komplikasi
a. Pada janin : 1. Meninggal, intrapartum atau neonatal
2. Paralisis plexus brachialis
3. Fraktur clavicula
b. Ibu : Robekan perineum dan vagina yang luas (Hakimi, 2003).

2.1.5 Faktor Resiko


Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu, yaitu:
a. Makrosomia/kelahiran sebelumnya bayi > 4 kg
b. Ibu Obesitas
c. Penambahan Berat Badan Berlebih
d. Panggul Sempit
e. Melahirkan dengan posisi setengah berbaring di tempat tidur dapat menghambat gerakan koksik
dan sakrum yang memperberat terjadinya “distosia lahir-tempat tidur”
f. Diabetes maternal
g. Kala II Lama
h. Distosia bahu sebelumnya (Chapman, 2006)

2.1.6 Pencegahan
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan
dengan cara :
1. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi: janin luar biasa
besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (>4 kg) dengan
riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar.
2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
3. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.
4. Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau
fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera pada janin.
5. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan diperlukan
untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan, resusitasi bayi, dan tindakan anestesia
(bila perlu).

2.1.7 Diagnosis Distosia Bahu


Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:
1. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.
2. Kepala bayi sudah lahir, tetapi menekan vulva dengan kencang.
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
4. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis
(Prawirohardjo, 2009)

2.1.8 Penanganan Distosia Bahu


Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta bantuan. Jangan
melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior sudah masuk ke
panggul. Bahu posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit dilahirkan
bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu
posterior masuk panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomi yang luas, posisi McRobert, atau
posisi dada-lutut. Dorongan pada fundus juga tidak diperkenankan karena semakin menyulitkan
bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptura uteri. Disamping perlunya asisten dan
pemahaman yang baik tentang mekanisme persalinan, keberhasilan pertolongan dengan distosia
bahu juga ditentukan oleh waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH arteria
umbilikalis dengan laju 0,04unit/menit. Dengan demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak
mengalamai hipoksia tersedia waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver melahirkan
bahu sebelum terjadi cedera hipoksik pada otak.
Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut:
Diagnosis

Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan

Manuver McRobert
(Posisi McRobert, episiotomi bila perlu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)

Manuver Rubin
(Posisi tetap McRobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)

Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau Manuver Wood

A. Langkah pertama : Manuver McRobert


Manuver McRobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi McRobert, yaitu ibu
telentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkinke dada, dan
rotasikan kedua kaki ke arah luar (abduksi). Lakukan episiotomi yang cukup lebar. Gabungan
episiotomi dan posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati promontorium dan
masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan suprasimfisis ke arah posterior
menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah
simfisis. Sementara itu lakukan tarikan pada kepala janin ke arah posterokaudal dengan mantap.
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang berlebihan karena
akan mencederai pleksus brakialis. Setelah bahu anterior dilahirkan, langkah selanjutnya sama
dengan pertolongan persalinan persentasi kepala. Manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat
mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang (Prawirohardjo, 2009).

Gambar 2.1 Posisi McRobert

B. Langkah Kedua: Manuver Rubin


Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit daripada diameter
oblik atau transversanya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah menjadi posisi
oblik atau transversanya untuk memudahkan melahirkannya. Tidak boleh melakukan putaran
pada kepala atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu. Yang dapat dilakukan adalah memutar
bahu secara langsung atau melakukan tekanan suprapubik ke arah dorsal. Pada umumnya sulit
menjangkau bahu anterior, sehingga pemutaran bahu lebih mudah dilakukan pada bahu
posteriornya. Masih dalam posisi McRobert, masukkan tangan pada bagian posterior vagina,
tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik atau transversa. Lebih
menguntungkan bila pemutaran itu ke arah yang membuat punggung bayi menghadap ke arah
anterior (Manuver Rubin anterior) oleh karena kekuatan tarikan yang diperlukan untuk
melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu anteroposterior atau punggung
bayi menghadap ke arah posterior. Ketika dilakukan penekanan suprapubik pada posisi
punggung janin anterior akan membuat bahu lebih abduksi, sehingga diameternya mengecil.
Dengan bantuan tekanan siprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah
posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior (Prawirohardjo, 2009).

Gambar 2.2 Manuver Rubin

C. Langkah ketiga: Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau manuver Wood
Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi dulu posisi
punggung bayi. Masukkan tangan penolong yang berseberangan dengan punggung bayi
(punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) ke vagina. Temukan
bahu posterior, telusuri lengan atasdan buatlah sendi siku menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan
menekan fossa kubiti). Peganglah lengan bawah dan buatlah gerakan mengusap ke arah dada
bayi. Langkah ini akan membuat bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu
anterior masuk ke bawah simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior,
lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior.

Gambar 2.3 Manuver Woods


Manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas sandi sakroiliaka bisa
meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh gravitasi akan
membantu bahu posterior melewati promontorium. Pada posisi telentang atau litotomi, sandi
sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya. Pasien menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan
kedua lututnya. Pada manuver ini bahu posterior dilahirkan terlebih dahulu dengan melakukan
tarikan kepala.
Bahu melalui panggul ternyata tidak dalam gerak lurus, tetapi berputar sebagai uliran
sekrup. Berdasarkan hal itu, memutar bahu akan mempermudah melahirkannya. Manuver wood
dilakukan dengan menggunakan dua jari tangan dan berseberangan dengan punggung bayi yang
diletakkan dibagian depan bahu posterior menjadi bahu anterior. Bahu posterior dirotasi 180
derajat. Dengan demikian, bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada di bawah
arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan berubah menjadi bahu
posterior. Dalam posisi seperti itu, bahu anterior akan mudah dapat dilahirkan.
Setelah melakukan prosedur pertolongan distosia bahu, tindakan selanjutnya adalah
melakukan proses dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan serta perawatan
pascatindakan. Perawatan pascatindakan termasuk menuliskan laporan di lembar catatan medik
dan memberikan konseling pascatindakan (Prawirohardjo, 2009).

2.2 TEORITIS MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ( IBI, Standar Profesi Kebidanan, 2005).
Proses manajemen terdiri dari 7 ( tujuh ) langkah berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodic. Proses dimulai dengan pemgumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi
langkah – langkah yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai dengan kondisi klien (Salmah, 2006).
Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut:
1. Langkah I:
Identifikasi Data Dasar
1) Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semuainformasi yang
akurat daan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
Anamnesa
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda - tanda vital
3) Pemeriksaan penunjang ( Laboratorium )
2. Langkah II:
Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Aktual
Ada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar, terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan
klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data–data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang sudah dikumpulkan di interpretasikan, sehingga dapat merumuskan Diagnosis dan masalah
yang spesifik.
3. Langkah III:
Antisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifiaksi masalah potensial atau diagnosis
potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasikan.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap–siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar
– benar terjadi . Langkah ini sangat penting didalam melakukan asuhan yang aman.
4. Langkah IV:
Tindakan Segera dan Kolaborasi
Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Bidan
menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain berdassarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan juga harus merumuskan
tindakan emergency untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu dilukuan secara mandiri
mandiri dan bersifat rujukan.
5. Langkah V:
Rencana Tindakan Asuhan
Kebidanan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah – langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana tindakan komperhensif bukan
hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami oleh klien, tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien, serta panyuluhan, konseling dan apakah
perlu merujuk klien bila ada masalah – masalah yang berkaitan dengan sosial–ekonomi, agama,
cultural ataupun masalah piskologis. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan
agar dapat dilaksanakan dengan efektif. Sebab itu harus berdasarkan rasional yang relevan dan
kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus secara teoritas.
6. Langkah VI:
Implementasi Tindakan
Asuhan Kebidanan melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman
klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan
kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu
perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien.
7. Langkah VII:
Evaluasi
Tindakan Asuhan Kebidanan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang
diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan
observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian
telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru. Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah
pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya
rencana yang dilakukan.

BAB III
FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DISTOSIA BAHU

3.1 PENGUMPULAN DATA DASAR

FORMAT MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


Tgl Masuk RS/Poli/Puskesmas : 23 April 2013 Pukul : 08.00 WIB
Ruangan :- No.MR :-
Tgl/Hari : 23 April 2013 Dikaji oleh Mhs : Ririn Nurfan
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas / Biodata
Nama Klien : Ny. S Nama suami : Tn. L
Umur : 32 tahun Umur : 37 tahun
Kebangsaan/Suku : Batak Kebangsaa/Suku: Batak
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Kantor :- Alamat Kantor : -
Alamat Rumah : Jl. Budi Mulia Alamat Rumah : Jl. Budi Mulia
Telp :- Telp :-

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak ketiga usia kehamilan 9 bulan, mengeluh mulas dan nyeri
dipinggang dan ibu mengatakan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah sejak tanggal 23
April 2013 pada pukul 05.00 WIB.

3. Riwayat Kesehatan Ibu


 Penyakit yang pernah diderita ibu : Tidak ada
 Penyakit yang sedang diderita ibu : Tidak ada

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


 Riwayat Penyakit menular dalam keluarga : Tidak ada
 Riwayat penyakit keturun dalam keluarga : Tidak ada
 Riwayat keturunan kembar dalam keluarga : Tidak ada

5. Riwayat Haid
- Menarche : 14 Tahun Baunya : Amis
- Teratur / tdk : Teratur Sifatnya : Cair, bergumpal
- Siklus Haid : 28 Hari Dismenorhe : Ada
- Lamanya : HPHT : 2-8-2013
- Banyaknya : 2x ganti duk sehari TP : 9-5-2013

6. Riwayat Psikososial
 Perkawinan ke : Pertama
 Umur ibu ketika kawin : 23 Tahun
 Lamanya perkawinan : 9 tahun
 Lamanya kawin baru hamil : 4 Bulan
 Apakah kehamilan ini direncanakan : Ya
 Jenis kelamin yang diinginkan : Perempuan
 Hubungan ibu dengan suami : Baik
 Hubungan ibu dengan keluarga : Baik

7. Perilaku Kesehatan Ibu


- Ketergantungan obat-obatan : Tidak ada
- Penggunaan alkohol : Tidak ada
- Merokok : Tidak merokok
- Irigasi Vagina : Tidak ada
- Ganti Pakaian Dalam : 2-3x/hari

8. Riwayat Kehamilan,Persalinan,Nifas,KB,yang lalu :


Anak Kehamilan Persalinan Bayi Nifas KB K
Ke / E
Umur Usia Peny Jenis Peno Tpt Peny PB/ Jenis Kea Loc Lakt Kea Jenis Lama T
ulit long akit BB daan hea asi daan nya
1 38 Tdk Spon Bida RB Tdk 52 Lk Nor Nor Baik Nor Tdk -
mg ada tan n ada cm/ mal mal mal ada
3,2
kg
2 38 Tdk Spon Bida RB Tdk 49 Lk Nor Nor Baik Nor Tdk -
mg ada tan n ada cm/ mal mal mal ada
3,1
kg
3 H A M I L I N I

9. Riwayat Kehamilan Sekarang


1. Hamil Muda :
 Keluhan : Pusing dan mual
 Pemeriksaan kehamilan pertama kali : Usia kehamilan 6 mg
 Frekuensi pemeriksaan : 1 kali
 Nasehat – nasehat dari bidan : Istirahat, makan
 Imunisasi TT :-

2. Hamil Lanjutan :
- Keluhan : Tidak ada
- Merasakan gerakan janin pertama kali : 21 mggu
- Pengeluaran pervaginam : Tidak ada
3. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Diet / makanan
 Frekuensi : 3 kali / hari
 Jenis makanan : Nasi, sayur, ikan, dan buah
 Pantangan terhadap jenis makanan tertentu : Tidak ada
 Perubahan pola makan (termasuk ngidam,nafsu makan,dll):Ya
b. Pola Eliminasi
- BAK - BAB
 Frekuensi : 6 x/hari - Frekuensi : 2x/hr
 Warna : Kuning jernih - Warna : Coklat
 Keluhan : Tidak ada - Konsistensi : Padat
c. Pola istirahat / tidur
 Tidur Malam : 8 jam
 Tidur Siang : 1 jam
 Gangguan tidur : Tidak ada
d. Pola seksualitas :1x seminggu
e. Olahraga : Ada
 Jenis olahraga : Jalan Pagi
 Frekuensi : 1x sehari
 Teratur / tidak : tidak

B. DATA OBJEKTIF
- Pemeriksaa Umum
- Keadaan umum : Normal
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan emosional : Stabil
- Bentuk tubuh : Lordosis
- TTV : - TD : 110/80 mmHg - S : 36,7
- N : 68x/i - R : 22x/i
- Tinggi badan : 159 cm
- Berat Badan : 58 kg
- BB sebelum hamil : 45 kg

 Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Simetris
 Muka : Simetris
 Mata : Simetris
- Kelopak mata : Tidak oedema
- Konjungtiva : Tidak anemis
- Sklera : Tidak ikterik
 Hidung : Simetris
- Polip : Tidak ada
- Kebersihan : Terjaga
 Mulut dan gigi : Ada caries, tidak ada stomatitis
 Leher : Normal
- Kel.Tyroid : Tidak ada pembesaran
- Kel.Limpe : Tidak ada pembesaran
 Dada : Simetris
- Jantung : Normal, teratur
- Paru : Tidak ada kelainan
- Mamae : Normal
 Pembesaran : Ada
 Simetris / tdk : Simetris
 Puting susu : Menonjol
 Benjolan/tumor : Tidak ada
 Rasa nyeri : Tidak ada
 Pengeluaran : Ada, colostrum
 Kebersihan : Terjaga
 Ekstremitas atas dan bawah
- Oedema : Tidak oedema
- Kaku sendi : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Varises : Tidak ada
- Refleks patela : + ka/ + ki

 Status Obstetri
1. Inspeksi
Pembesaran : Sesuai dengan usia kehamilan
Gerakan janin : Ada
Striae : Ada
Linea alba :Ada
Linea Nigra : Tidak ada
Bekas luka operasi : Tidak ada
Kontraksi uterus : Baik
2. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, padafundus teraba agak bundar, lunak, dan tidak melenting diperkirakan
bokong janin
TFU dalam centimeter untuk usia kehamilan > 20 mg = 36 cm
Leopold II : Pada bagian sebelah kiri perut ibu teraba panjang memapan diperkirakan punggung janin, dan di
sebelah kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil diperkirakan ekstremitas janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting diperkirakan kepala janin.
Kepala tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (Divergen)

TBJ : 3875 gram

3. Auskultasi
 Frekuensi DJJ :147 x/mnt
 Teratur / tidak : Teratur
 Punctum Maksimum : Dibawah pusat sebelah kiri
4. Pemeriksaan Anogenitalia
 Vulva dan Vagina
- Warna : Coklat
- Varices : Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
- Pengeluaran : Lendir bercampur darah
 Perineum,luka parut : Tidak ada
 Anus hemoroid : Tidak ada

5. Pemeriksaan Dalam
 Pembukaan : 3 cm
 Konsistensi serviks : Keras
 Portio : Lunak
 Ketuban : Utuh
 Presentasi : Kepala
 Posisi : UUK
 Penurunan bag.bawah: Hodge I (+) 4/5

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
 Hb : Tidak dilakukan
 Golongan darah : A
2. Urine
 Protein : Tidak dilakukan
 Glukosa : Tidak dilakukan

3.2 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN HELLEN VARNEY


KALA I
Tanggal : 23 April 2013 Waktu : 06.00 WIB
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : Ibu G3P2A0H2 dengan usia kehamilan 37 minggu 2 hari, janin hidup, tunggal, intrauterine,
punggung kiri, presentasi kepala, divergen, inpartu kala I fase laten, K/U ibu dan janin baik.
Data Dasar :
- Ibu mengatakan hamil anak ketiga
- HPHT : 2-8-2012
- UK : 37 minggu 2 hari
- TP : 9-5-2013
- TTV : TD : 110/80 mmHg R : 22X/i
N : 68x/i S : 36,7
- Leopold :
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, padafundus teraba agak bundar, lunak, dan tidak melenting diperkirakan
bokong janin
TFU dalam centimeter untuk usia kehamilan > 20 mg = 36 cm
Leopold II : Pada bagian sebelah kiri perut ibu teraba panjang memapan diperkirakan punggung janin, dan di
sebelah kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil diperkirakan ekstremitas janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting diperkirakan kepala janin.
Kepala tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (Divergen)
TBJ : (36-11) x 155 = 3.875 gram
DJJ : 147x/menit

eriksaan dalam : Pembukaan 3 cm, Ketuban : utuh, Penurunan kepala : Hodge I.


Masalah : Nyeri di bagian pinggang dan menjalar sampai keari-ari, keluar lendir bercampur darah
Kebutuhan :
1. Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan
2. Pengawasan kala I dengan partograf

III. Diagnosa Potensial : Tidak ada


IV. Tindakan Segera : Tidak ada
V. Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis pada ibu
3. Lakukan pengawasan kala I dengan partograf
4. Siapkan ruang bersalin dan alat pertolongan persalinan
5. Siapkan alat pertolongan pada bayi baru lahir
6. Penuhi kebutuhan fisik ibu
7. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan cara mengedan yang efektif

VI. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan :
a. Beritahukan keadaan umum ibu dan janin:
- TD : 110/80 mmHg
- N : 68x/i
- R : 22x/i
- S : 36,7
- DJJ : 147x/i
- Keadaan umum ibu dan janin baik
b. Beritahukan hasil PD : Pembukaan serviks : 3 cm, penurunan kepala : 4/5, Ketubahan : utuh
2. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis pada ibu dengan menganjurkan
keluarga untuk selalu memberikan semangat dan dukungan pada ibu
3. Melakukan pengawasan kala I dengan partograf dengan mencatat setiap hasil temuaan dan
asuhan pada partograf
4. Mempersiapkan ruang bersalin dan alat pertolongan persalinan, yaitu:
a. Mempersiapkan ruang bersalin yang sejuk, bersih dan nyaman
b. Mempersiapkan alat pertolongan persalinan : partus set, heacting, dll dalam kondisi steril
5. Mempersiapkan alat pertolongan pada bayi baru lahir :
a. Mempersiapkan alat resusitasi dalam kondisi steril
b. Mempersiapkan peralatan bayi : pakaian bayi. Bedong, kaos kaki, dan sarung tangan bayi
6. Memenuhi kebutuhan fisik ibu :
a. Memberikan makan dan minum bila ibu merasa haus dan lapar
b. Memberikan ibu minuman manis untuk penambah tenaga
7. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan cara mengedan yang efektif, yaitu :
a. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam melalui hidung keluarkan dari
mulut
b. Mengajarkan ibu cara mengedan yang efektif yaitu seperti orang BAB keras

VII. Evaluasi
Tanggal : 23 April 2013 Pukul : 09.30 WIB
Evaluasi Data Perkembangan Kala I
S : Ibu mengatakan nyeri dibagian pinggang dan menjalar sampai ke ari-ari semakin kuat dan lebih
sering
O : K/U ibu dan janin baik, dengan hasil pemeriksaan :
- TD : 110/80 mmHg - R : 24x/i
- N : 68x/i - S : 36,7
- Pembukaan : 7 cm - Ketuban : Utuh
- DJJ : 147x/menit
A : Ny. S inpartu kala I fase aktif

P :
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Pengawasan kala I dengan partograf telah dilakukan
3. Keluarga mengerti tentang memberi dukungan psikologis kepada ibu dan akan memberikan
semangat serta dukungan kepada ibu
4. Ruang bersalin dan alat pertolongan persalinan telah dipersiapkan
5. Alat pertolongan pada bayi baru lahir seperti alat resusitasi dan peralatan bayi sudah
dipersiapkan
6. Kebutuhan fisik ibu seperti memberikan makan dan minum bila ibu haus dan lapar serta
memberikan minuman manis untuk penambah tenaga sudah dipenuhi
7. Ibu sudah mengerti bagaimana teknik relaksasi dan mengedan yang efektif
Evaluasi Data Perkembangan Kala I
Pukul 10.30
: - Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari pinggang ke perut bagian
bawah
- Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan mengedan
: K/U ibu dan janin baik, dengan hasil pemeriksaan :
- TD : 120/80 mmHg - R : 24 x/i
- N : 72 x/i - S : 36,9
- Pembukaan : 10 cm - Ketuban : Jernih (-)
- DJJ : 148x/menit
- His 4x10’’ lamanya >40’
- Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang, dan perineum menonjol
: Ny. S inpartu kala I fase aktif

:
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Pengawasan kala I dengan partograf telah dilakukan
3. Keluarga mengerti tentang memberi dukungan psikologis kepada ibu dan akan memberikan
semangat serta dukungan kepada ibu
4. Ruang bersalin dan alat pertolongan persalinan telah dipersiapkan
5. Alat pertolongan pada bayi baru lahir seperti alat resusitasi dan peralatan bayi sudah
dipersiapkan
6. Kebutuhan fisik ibu seperti memberikan makan dan minum bila ibu haus dan lapar serta
memberikan minuman manis untuk penambah tenaga sudah dipenuhi
7. Ibu sudah mengerti bagaimana teknik relaksasi dan mengedan yang efektif

KALA II
Tanggal : 23 April 2013 Waktu :10.30 WIB
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : Ibu G3P2A0H2 inpartu kala II
Data Dasar :
- Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengedan
- Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari pinggang ke perut bagian
bawah
- Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya
- His 4 x/10 menit, lamanya > 40 detik teratur
- Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang, perinium menonjol
- Pada periksa dalam : portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, ketuban (-), persentasi
kepala, UUK kiri depan, penurunan bagian terendah di Hodge IV
- TTV : TD : 120/80 mmHg R : 24x/i
N : 72x/i S : 36,9
- DJJ : 148 x/mnt, teratur
- Kepala bayi telah lahir tetepi tetap berada di vagina
- Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi dalam
- Kepala bayi tersangkut di perineum, seperti masuk kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura)

Masalah : Bahu belum dapat dilahirkan


Kebutuhan :
- Berikan dukungan terus menerus pada ibu
- Jaga kandung kemih tetap kosong
- Pimpinan meneran dan bernafas yang baik selama persalinan
- Lakukan pertolongan persalinan distosia bahu
III. Diagnosa Potensial
ada janin : Gawat janin, asfiksia, fraktur clavicula, dan meninggal
ada Ibu : Perdarahan pasca persalinan, ruptur uteri, robekan jalan perineum dan vagina yang luas

IV. Tindakan Segera


a. Mandiri :
- Perbaiki KU ibu
- Pantau kesejahteraan janin
b. Kolaborasi :
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk persalinan
c. Merujuk
Rujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap
V. Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
2. Pimpin ibu untuk meneran
3. Beritahu itu untuk bernafas yang baik selama persalinan
4. Siapkan pertolongan persalinan dengan teknik aseptik dan antiseptik
5. Lakukan pertolongan persalinan distosia bahu
6. Lahirkan bayi secara spontan

VI. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya dan janinnya saat ini :
a. Beritahu keadaan umum ibu dan janin dengan :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 72x/i
- R : 24x/i
- S : 36,9
- DJJ : 148x/i
- Keadaan umum ibu dan janin baik
b. Beritahukan hasil PD :
- Pembukaan servik : 10 cm
- Penurunan kepala : 1/5
c. Libatkan keluarga dalam memberiklan dukungan psikologis
2. Memimpin ibu untuk meneran
a. Menganjurkan ibu untuk mengedan saat his mulai mereda
b. Menganjurkan ibu untuk mengedan seperti orang BAB keras dan kepala melihat ke fundus
3. Memberitahu itu untuk bernafas yang baik selama persalinan
a. Saat his hilang, ajurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan keluargaan melalui
mulut
b. Memberikan minum diantara his

4. Mempersiapkan pertolongan persalinan dengan teknik aseptik dan antiseptik :


a. Menggunakan alat-alat yang steril serta menggunakan sarung tangan
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
5. Lakukan pertolongan persalinan distosia bahu :
a. Tetap memimpin ibu untuk meneran
b. Terdapat distosia bahu yaitu bahu anterior tertahan pada tulang symphisis
c. Melakukan episiotomi dengan memberikan anastesi lokal
d. Melakukan manuver Mc. Robert :
- Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh
mungkin ke arah dadanya. Minta suami atau anggota keluarga untuk membantu ibu.
- Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (ke arah anus ibu) untuk
menggerakkan bahu anterior dibawah symphisis pubis. Catatan : Jangan lakukan dorongan
dengan fundus, karena bahu akan lebih jauh dari rupture uteri
- Lahirkan bahu belakang, bahu depan, dan tubuh bayi seluruhnya
6. Bayi lahir spontan pervaginam, tanggal 23-04-2013 pukul 11.00 WIB, hidup, jenis kelamin
Laki-laki, BB : 4200 gram, PB : 52 cm.

VII. Evaluasi
Tanggal : 23 April 2013 Waktu : 11.00 WIB
S :
- Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
- Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya

:
- Bayi lahir spontan pervaginam pukul 11.00 WIB
- Ibu tampak senang dan bahagia
- TTV:
TD : 110/70 mmHg R : 21x/menit
N : 66 x/menit S : 36,5
- Plasenta belum lahir
- Pada palpasi didapat : uterus teraba bulat dan keras, TFU : sepusat
- Pada inspeksi terlihat adanya robekan jalan lahir akibat episiotomi
A : Ibu G3P2A0H2 inpartu kala II dengan distosia bahu
P :
1. Ibu sudah mengetahui keadaannya dan bayinya
2. Ibu telah dipimpin ibu untuk meneran
3. Ibu telah bernafas yang baik selama persalinan
4. Pertolongan persalinan dengan teknik septik dan aseptik telah dilaksanakan
5. Pertolongan persalinan dengan distosia bahu telah dilakukan
6. Bayi telah lahir spontan pervaginam, tanggal 23-04-2013 pukul 11.00 WIB, hidup, jenis kelamin
Laki-laki, BB : 4200 gram, PB : 52 cm.

KALA III
Tanggal : 23 April 2013 Waktu : 11.00
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : Ibu P3A0 partus spontan pervaginam, partu kala III
Data Dasar :
- Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
- Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya
- Bayi lahir spontan pervaginam pukul 11.00 WIB
- Ibu tampak senang dan bahagia
- Tanda vital : TD : 110/70 mmHg R : 21x/menit
N : 66 x/menit S : 36,5
- Plasenta belum lahir
- Pada palpasi didapat : uterus teraba bulat dan keras, TFU : sepusat
- Pada inspeksi terlihat adanya robekan jalan lahir akibat episiotomi

Masalah : Tidak ada


Kebutuhan : Melakukan manajemen aktif kala III

III. Diagnosa Potensial : Tidak ada


IV. Tindakan Segera : Tidak ada
V. Perencanaan
1. Jelaskan keadaan ibu dan prosedur manajemen aktif kala III
2. Lakukan manajeman aktif kala III
3. Jika Plasenta lahir spontan periksa kelengkapan plasenta
4. Lakukan penjahitan perineum
5. Jaga Personal Hygiene ibu

VI. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan keadaan ibu dan prosedur manajemen aktif kala III
a. Beritahu hasil pemeriksaan :
- TD : 110/70 mmHg R : 21x/menit
- N : 66x/menit S : 36,5
- Keadaan umum ibu baik
2. Melakukan manajeman aktif kala III
a. Periksa fundus dan pastikan tidak ada janin lagi, kandung kemih kosong, dan kontraksi uterus
baik
b. Beritahu ibu bahwa akan disuntik 10 U IM pada 1/3 paha bagian luar
c. Lakukan penegangan tali pusat terkendali pada saat ada kontraksi
d. Observasi tanda-tanda pelepasan plasenta : semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang
e. Lahirkan plasenta
f. Periksa kelengkapan plasenta dan tangan kiri melakukan masase dengan 4 jari palmer secara
sirkuler selama 15 detik
g. Ajarkan ibu untuk membantu melakukan masase dan beritahu ibu uterus yang berkontraksi baik.
3. Plasenta lahir spontan pukul 11.10 WIB, dan memeriksa kelengkapan plasenta :
a. Kotiledon dan selaput : utuh
b. Panjang tali pusat : 40 cm
c. Diameter plasenta : 10 cm
d. Berat plasenta : 500 gram
e. Tebal plasenta : 3 cm
f. Insersi : marginal
4. Melakukan penjahitan perineum
a. Terdapat robekan yang mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum transversalis, tetapi
tidak mengenai otot sfingter ani disebut luka episiotomi tingkat II
b. Berikan anastesi lokal : 10 ml lidokain
c. Lakukan heacting jelujur dan jelujur subkutikuler
5. Menjaga Personal Hygiene ibu dengan membersihkan dan mengganti pakaian ibu

VII. Evaluasi
Tanggal : 23 April 2013 Waktu : 11.10
S :
1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas-mulas

O :
1. Plasenta lahir spontan dan lengkap:
- Kotiledon dan selaput : utuh
- Panjang tali pusat : 40 cm
- Diameter plasenta : 10 cm
- Berat plasenta : 500 gram
- Tebal plasenta : 3 cm
- Insersi : marginal
2. Pemeriksaan keadaan umum ibu:
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 64x/menit
- R : 23x/menit
- S : 36,5
3. TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
A : Ibu P3A0 partus spontan pervaginam, partu kala III
P :
1. Bidan telah melakukan pemeriksaan pada fundus dan memastikan tidak ada janin lagi, kandung
kemih kosong dan konstruksi uterus baik
2. Oksitosin telah diberikan 10 U IM di 1/3 paha bagian luar
3. Peregangan tali pusat terkendali pada saat ada kontraksi telah dilakukan
4. Observasi tanda-tanda pelepasan plasenta telah dilakukan
5. Plasenta telah lahir lengkap dan dilahirkan secara spontan pada pukul 11.10 WIB serta telah
diperiksa kelengkapannya
6. Ibu telah dibersihkan dan diganti pakaiannya

KALA IV
Tanggal : 23 April 2013 Waktu : 11.10
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : Ibu P3A0 partus spontan, partu kala IV K/U ibu baik
Data Dasar :
1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas-mulas
3. Pemeriksaan umum :
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 64x/menit
- R : 23x/menit
- S : 36,5
4. Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 11.10 WIB
5. TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
6. Jumlah perdarahan ± 150 cc, konsistensi berupa darah segar cair
Masalah : Nyeri luka akibat luka episiotomi
Kebutuhuan :
1. Observasi keadaan ibu : keadaan umum, perdarahan, involusi uterus, dan vital sign
2. Heacting perineum dengan heacting jelujur
3. Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri

III. Diagnosa Potensial : Tidak ada


IV. Tindakan Segera : Tidak ada
V. Perencanaan
1. Observasi keadaan ibu
2. Lakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam postpartum dan setiap 30 menit pada
jam kedua
3. Lakukan perawatan luka episiotomi
4. Ajarkan ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya post partum
5. Ajarkan ibu dan keluargaaa cara pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis
6. Berikan konseling pada ibu cara merawat bayi baru lahir

VI. Penatalaksanaan
1. Mengobservasi keadaan ibu :
a. Pantau terus keadaan ibu selama 2 jam postpartum
b. Pastikan darah yang keluar berasal hanya dari luka episiotomi
2. Lakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam postpartum dan setiap 30 menit pada
jam kedua
a. Periksa tanda vital :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 64 x/menit
- R : 23 x/menit
- S : 36,50 C
- Keadaan umum ibu baik
b. Periksa fundus : TFU : 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus : baik
c. Periksa perdarahan, jumlah darah yang keluar : ± 100 cc
d. Periksa kandung kemih, bila penuh, rangsang untuk berkemih
3. Melakukan perawatan luka episiotomi
a. Bersihkan tubuh ibu dan lakukan vulva hygiene untuk menghindari infeksi pada luka jahitan.
b. Ajarkan ibu cara menjaga personal hygiene dan cara merawat luka episiotomi
4. Mengajarkan ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya post partum:
a. Tanda-tanda bahaya seperti demam, perdarahan berlebihan, perut tidak mulas dan fundus tidak
ada kontraksi.
b. Beritahu keluarga untuk melapor ke bidan jika ada tanda-tanda bahaya.
5. Mengajarkan ibu dan keluargaa cara pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis :
a. Anjurkan ibu untuk makan dan minum yang cukup memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
b. Anjurkan ibu untuk istirahat dan merelaksasikan pikiran
c. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan dan semangat pada ibu
6. Memberikan konseling pada ibu cara merawat bayi baru lahir
a. Beritahu ibu cara merawat tali pusat
b. Anjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya
c. Beritahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan tubuh bayi
d. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya BBL : panas tinggi, kejang, biru, susah untuk bernafas
e. Beritahu ibu untuk mengimunisasi bayinya ke bidan

VII. Evaluasi
Tanggal : 23 April 2013 Waktu : 11.25
S :
1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
2. Ibu merasa lega karena plasenta sudah lahir
O :
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TD : 110/70 mmHg
- N : 64 x/menit
- R : 23 x/menit
- S : 36,50 C
2. TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
3. Jumlah perdadarahan ± 120 cc, konsistensi berupa darah segar cair
4. Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 11.10 WIB
A : Ibu P3A0 partus spontan, partu kala IV K/U ibu baik
P :
1. Bidan telah melakukan observasi keadaan ibu
2. Bidan telah melakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam postpartum dan setiap
30 menit pada jam kedua
3. Ibu merasa nyaman telah dilakukan perawatan pada luka episiotomi
4. Ibu dan keluarga telah mengerti tentang tanda-tanda bahaya post partum
5. Ibu dan keluarga bersedia dan mengerti untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis dan
akan menerapkannya dirumah
6. Ibu telah diberikan konseling tentang cara merawat bayi baru lahir

Anda mungkin juga menyukai