Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi genital adalah infeksi bakteri yang terjadi pada genital. Infeksi
genital merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun
terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak
mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan
berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum
adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala
yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria,
Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang
tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.
PMS merupakan penyakit yang penyebaran utamanya melalui kontak
seksual. PMS disebabkan oleh beberapa agen seperti virus, bacteri, protozoa
dan jamur. Sejalan dengan itu pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan
suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan
kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah
kesehatan reproduksi. Ini juga mencakup kesehatan seksual, yang bertujuan
meningkatkan status kehidupan dan hubungan-hubungan perorangan, dan bukan
semata-mata konseling dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi dan
penyakit yang ditularkan melalaui hubungan seks.
B. Rumusan masalah
1. Bakteri apa yang menyebabkan infeksi saluran genital?
2. Apakah epidemiologi dari bakteri penyebab infeksi saluran genital?
3. Apakah pathogenesis dan sifat biokimia dari bakteri penyebab infeksi
saluran genital?
4. Bagaimana pengobatan penyakit infeksi saruran genital?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bakteri apa yang menyebabkan infeksi saluran genital
2. Untuk mengetahui Apakah epidemiologi dari bakteri penyebab infeksi
saluran genital
3. Untuk mengetahui Apakah pathogenesis dan sifat biokimia dari bakteri
penyebab infeksi saluran genital
4. Untuk mengetahui Bagaimana pengobatan penyakit infeksi saruran genital
D. Manfaat
1. Untuk mengetahui Bakteri apa yang menyebabkan infeksi saluran genital
2. Untuk mengetahui Apakah epidemiologi dari bakteri penyebab infeksi
saluran genital
3. Untuk mengetahui Apakah pathogenesis dan sifat biokimia dari bakteri
penyebab infeksi saluran genital
4. Untuk mengetahui Bagaimana pengobatan penyakit infeksi saruran genital

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Treponema pallidum
1. Klasifikasi T. Palidum
Domain : Eubacteria
Filum : Spirochaetae
Kelas : Spirochaetae
Ordo : Spirochaetales
Famili : Spirochaetaceae
Genus : Treponema
Spesies : T. palidum
2. Morfologi
a. Berbentuk spiral batang gram negatif
b. Langsing
c. Helikel dengan ujung – ujungnya merincing
d. Kedalam setiap ujung sel tersisipkan tiga fibril aksial
e. Terdapat tunggal
f. Tidak berkapsul
g. Tidak membentuk spora
h. Motil
i. Tidak berflagel
j. Anaerobik
k. Patogenik, menyebabkan sifilis
3. Epidemiologi
Bakteri T. Palidum merupakan bakteri penyebab penyakit kelamin yaitu
sifilis. Sejak tahun 1962, kasus – kasus sifilis di Amerika Serikat yang
diperoleh semakin bertambah setiap tahunnya sekitar 4,7 %. Dalam tahun
1976, kasus sifilis primer dan sekunder yang dilaporkan telah menurun
sebanyak 74 % di bandingkan dengan kasus – kasus yang dilaporkan selama
tahun 1975. Sekali lagi, seperti gonore, penurunan ini mungkin disebabkan

3
karena meningkatnya usaha- usaha pengendalian yang digalakkan sejak tahun
1972, oleh pemerintah federal Amerika Serikat.
Seperti gonore, jumlah kasus sifilis dini (kasus primer. Sekunder dan laten
dini) yang dilaporkan tidak merupakan indikasi insiden yang sebenarnya,
karena kebanyakan kasus tidak dilaporkan. Insiden yang sebenarnya mungkin
lebih dari enam kali jumlahkasus yang dilaporkan. Dalam tahun 1977, telah
dilaporkan 64.473 kasus sifilis dari semua stadia di Amerika Serikat.
4. Patogenesis
Manusia merupakan hospes alami satu-satunya bagi Treponema pallidum,
dan infeksi terjadi melalui kontak seksual. Organisme ini menembus mukosa
atau masuk melalui kulit yang mempunyai luka kecil. Setelah berada di dalam
hospes, organisme tersebut akan memperbanyak diri.
Treponema pallidum segera memasuki aliran darah dan pembuluh limfe
dan menyebar ke jaringan lain.
Jaringan yang menjadi sasaran meliputi kelenjar limfe, kulit, selaput
mukosa, hati, limpa, ginjal, jantung, tulang, mata, selaput otak, dan susunan
syaraf pusat. Pada wanita, lesi awal biasanya terdapat pada labia, dinding
vagina, atau pada serviks. Pada pria, lesi awal terdapat pada batang penis atau
glans penis. Lesi primer dapat pula terjadi pada bibir, lidah, tonsil, atau daerah
kulit lainnya.
Setelah menembus aliran darah secara specifik treponema pallidum
menambatkan diri. Treponema pallidum memiliki sedikitnya 3 faktor virulensi
yang secara parsial menetralkan respons imun. Zat glikosaminoglikan yang
serupa dengan asam hialuronat bekerja sebagai faktor antikomplemen.
Polisakarida berantai lurus panjang ini melapisi seluruh permukaan luar
organisme. Zat tersebut mengganggu daya bunuh bakteri Treponema
pallidum melalui jalur komplemen klasik (tergantung antibodi). Disamping
itu Treponema pallidum membawa asam sialat pada permukaannya, yang
dapat memperlambat aktivasi dan pembunuhan melalui jalur komplemen
alternative (tidak tergantung anti bodi).

4
Treponema pallidum tampaknya memiliki suatu jalur siklooksigenase
yang utuh dan mampu membentuk prostaglandin E2-nya sendiri dan mampu
menghambat pemrosesan imun dini dengan cara merangsang kegiatan supresor
dari makrofag.
5. Sifat biokimia
Treponema pallidum bersifat mikroaerofilik,gram negatif walaupun tidak
bisa dilihat dengan pewarnaan gram. Treponema pallidum yang patogen untuk
manusia belum berhasil dibiakkan pada medium buatan atau pada telur yang
berembrio,ataupun pada biakan jaringan.Beberapa Treponema pallidum yang
berhasil dibiakkan anaerob invitro kemungkinan hanyalah saprovit,tetapi
antigennya bisa bereaksi silangdenganTreponema pallidum. Spirochaeta dapat
dimatikan dengan cepat oleh pengeringan,begitu juga dengan menaikkan
tempertur sampai 42 derajat celcius. Dalam darah atau plasma dan disimpan
pada 4 derajat celcius maka organisme ini masih tetap hidup sedikitnya selama
24 jam.Hal ini sangat penting diingatdalam hal transfusi darah.
6. Pengobatan
Pengobatan silifis ini menggunakan antibiotik Penisilin, regimen dan dosis
yang diberikan tergantung pada tahapan penyakit. Obat alternatif lain adalah
tetrasiklin dan seftriakson. Steroid diperlukan untuk mencegah reaksi Jarisch-
Herxheimer (anafilaksis akibat spiroseta yang mati atau akan mati), dan juga
setelah terapi sifilis tahap lanjut. Riwayat kontak harus dicari dan pasangan
turut diterapi.
7. Pencegahan
Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan
sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal.
Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan
seks yang mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter
secepat mungkin.
perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan
menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat

5
menjamin sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan
aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan
dengan orang berstatus penyakit negatif.
Penyakit ini pada laki-laki lebih terlihat gejalanya dibandingkan dengan
perempuan.Biasanya kaum perempuan tidak mengetahui gejalanya.Gejala
yang ada yaitu seperti ruam berwarna merah pada daerah kelamin,dan biasanya
sangat gatal. Meski kaum perempuan tidak akan tau apakah dia menderita
penyakit sifilis,sebaiknya menjaga diri agar tidak tertular penyakit ini dan
menularkan penyakit ini pada orang lain.Dan bagi kaum lelaki sebaiknya juga
menjaga diri sendiri agar tidak tertular atau menularkannya pada orang
lain.Cara satu-satunya untuk mencegah hal ini terjadi adalah setia pada
pasangannya dan juga rutin diperiksa oleh dokter agar tidak menjadi terlalu
parah.
B. Neisseria Gonorhoae
1. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Ordo : Neisseriales
Familia : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Spesies : Neisseria gonorrhoeae
2. Morfologi
Bakteri Neisseria gonorrhoeae oval dengan ukuran 0,8 μm x 0,6 μm,
berpasangan (kadang-kadang berupa single coccus) dan berhadapan menurut
sumbu panjangnya menyerupai biji kopi. Dari biakan murni, 25% tampak
dalam bentuk berpasangan/ diplococcus, 75% tampak single coccus, tetras, 8
atau lebih. Neisseria gonorrhoeae tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Bakteri ini tidak berkapsul, kecuali pada varians yang mukoid terdapat kapsul
yang dapat dilihat dengan pewarnaan negative atau tes Quellung.

6
3. Epidemiologi
Infeksi ditularkan melalui hubungan seksual, juga dapat menular ke janin
selama proses persalinan berlangsung. Meskipun semua kelompok rentan
terhadap infeksi penyakit ini, tapi kejadian tertinggi pada rentang usia 15-35
tahun. Di antara penduduk perempuan pada tahun 2000, kejadian tertinggi
terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000) berlawanan dengan rata-
rata laki-laki insiden tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per
100.000).
4. Patogenesis
Gonococci yang berbentuk koloni yang pekat (opaque) saja yang diisolasi
dari manusia dengan gejala urethritis (peradangan urea) dan dari kultur
“uterine cervical” pada siklus pertengahan. Gonococci yang koloninya
berbentuk transparan diisolasi dari infeksi urethral yang tidak bergejala, dari
menstruasi dan dari bentuk invasif dari gonorrhea, termasuk salpingitis dan
infeksi diseminasi. Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang
mengarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan
fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning
dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat
menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di
endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan
mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan salpingitis,
fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit
(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan,
lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi
pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh
gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah.
Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang

7
dewasa; penyakit tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan yang
disebabkan oleh meningococci.
Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu
infeksi mata pada bayi yang baru lahir, didapat selama bayi berada di saluran
lahir yang terinfeksi. Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal biasanya
sensitif terhadap serum tetapi relative resistan terhadap antimikroba.
Sebaliknya, gonococci yang masuk ke aliran darah dan menimbulkan infeksi
yang luas biasanya resisten terhadap serum tapi mungkin cukup sensitif
terhadap penicillin dan obat antimikroba lainnya.
5. Sifat biokimia
Pada media sederhana sukar tumbuh dan diperlukan medium yang
diperkaya. Bersifat aerob, suhu optimal yang dubutuhkan adalah 34-37°C
dengan pH 7,2-7,6. Pertumbuhan terhenti pada suhu 30°C atau lebih dari
38,5°C. untuk pertumbuhannya juga memerlukan CO2 2-10%.
Koloni yang tumbuh pada agar coklat ( CAP ) yang diinkubasikan 48 jam,
berbentuk bulat, konveks, halus, berwarna putih keabuan dengan diameter 0,5-
1 mm. Pada inkubasi lebih lanjut koloni menjadi besar, kasar permukaannya,
konsistensinya lunak. Untuk pertumbuhan yang baik, ke dalam medium masih
diperlukan bahan-bahan, yaitu sebagai berikut :
a. Menurut Dubos
Polimiksin B 25 unit/ml, untuk membunuh bakteri gram negative
lainnya dan ristocetin 10 μg/ml untuk membunuh bakteri garam positif.
b. Menurut Jawetz
Vankomisin 3 mg/ml, polimiksin B 100mg/ml, trimetropim 5 mg/ml,
dan nistatin 2mg/ml.
Media selektif yang biasa digunakan adalah Thayer Martin media yang terdiri
atas agar coklat yang mengandung :
1. Vankomisin untuk menghambat bakteri gram positif.
2. Kolistimetat untuk menghambat bakteri gram negative.
3. Nistatin untuk menghambat jamur.

8
Pada medium ini, setelah inkubasi 48 jam akan tampak koloni yang
transparan, sedikit cembung, halus, mucoid, kecil-kecil seperti ujung jarum,
nonhemolitik dengan diameter 1-5 mm.Media yang digunakan untuk media
transport adalah sedium Muller Hinton dan Transgrow.
Koloni genus Neisseria menghasilkan indofenol oksidase sehingga
memberikan tes oksidase positif. Tes okdidase dilakukan dengan meneteskan
reagen 1% tetrametil parafenilen diamin monohidrokhlorid pada koloni maka
koloni akan berubah menjadi merah jambu dan makin lama menjadi hitam.
Dalam tes ini, regen tersebut membunuh mikroorganisme tetapi tidak
merubah morfologi dan sifat pewarnaan. Tes oksidase terganggu oleh adanya
asam yang dihasilkan pada prosesperagian terhadap karbohidrat, tetapi dapat
diatasi dengan penambahan natrium bikarbonat.
Neisseria gonorrhoeae meragikan glukosa dengan membentuk asam
tanpa gas dan tidak meragikan gula-gula yang lain ( Tim Mikrobiologi, 2003
dan Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).
6. Pengobatan
Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci
terhadap penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom
yang bermutasi, maka banyak strain membutuhkan penicillin G dalam
konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan gonococci
tersebut(MIC ≥ 2μg/mL). N. Gonorrhea yang memproduksi penicillinase
(PPNG, Penicillinase Producing N. gonorrhea) juga meningkat secara meluas.
Resistensi terhadap tetracycline (MIC ≥ 2μg/mL) secara kromosomal sering
ditemui, dengan 40% atau lebih gonococci yang resisten pada tingkat ini.
Tingkat resistensi yang tinggi terhadap tetracycline (MIC ≥ 32μg/mL) juga
terjadi. Resistensi terhadap spectinomycin seperti halnya resistensi terhadap
antimikroba lain Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan
untuk mengobati infeksi genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone
125mg secara intramuskular dengan dosis sekali pakai. Terapi tambahan
dengan doxycycline 100mg 2 kali sehari selama 7 hari(per oral)

9
direkomendasikan untuk infeksi concomitant chlamydia; erythromycin 500mg
4x sehari selama 7 hari (per oral) sebagai pengganti doxycycline bagi wanita
hamil.
7. Pencegahan
1. Profilaksis mekanis dengan kondom.
2. Pendidikan kesehatan (health education).
3. Pencegahan dengan obat antimikroba tidak dianjurkan karena cenderung
meningkatkan resistensi bakteri.
4. Tindakan crede pada bayi yang baru lahir.
C. Gardnerella vaginalis
1. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Order : Bifidobacteriales
Family : Bifidobacteriaceae
Genus : Gardnerella
Species : G. Vaginalis
2. Morfologi
Bacterial vaginosis (BV) is suatu flora vagina yang hidup secara normal,
lactobacilli termasuk Gardnerella vaginalis dan anaerob ini ditunjukan dengan
adanya warna abu-abu, homogen, terkait dengan pH. Ada pada sebagian
wanita dengan kondisi yang asymptomatis. Bahwa Gardnerella vaginalis
bukan dari kondisi saja, tetapi juga reduksi dari Lactobacilli dan peningkatan
jumlah bakteri termasuk bakteri Gardnerella, bacteroides and mobiluncus,
anaerobic streptococci, Mycoplasma hominis and Ureaplasma urealyticum.
Gardnerella vaginalis secara seksual ditransminasi oleh coccobacillus.
3. Epidemiologi
Penyakit bakterial vaginosis lebih sering ditemukan pada wanita yang
memeriksakan kesehatannya daripada vaginitis jenis lainnya. Frekuensi
bergantung pada tingkatan sosial ekonomi penduduk pernah disebutkan

10
bahwa 50 % wanita aktif seksual terkena infeksi G. vaginalis, tetapi hanya
sedikit yang menyebabkan gejala sekitar 50 % ditemukan pada pemakai
AKDR dan 86 % bersama-sama dengan infeksi Trichomonas.7
Pada wanita hamil, penelitian telah didokumentasikan mempunyai
prevalensi yang hampir sama dengan populasi yang tidak hamil, berkisar
antara 6%-32%.31 Kira-kira 10-30% dari wanita hamil akan mendapatkan
Vaginosis bacterialis selama masa kehamilan mereka. Gardnerella vaginalis
dapat diisolasi dari 15 % anak wanita prapubertas yang masih perawan,
sehingga organisme ini tidak mutlak ditularkan lewat kontak seksual.
Meskipun kasus bakterial vaginosis dilaporkan lebih tinggi pada klinik PMS,
tetapi peranan penularan secara seksual tidak jelas. 6 Sebuah studi meta
analisis meneliti hubungan vaginosis bakterialis dengan resiko persalinan
preterm, dan didapatkan peningkatan resiko persalinan preterm ibu hamil
sebanyak 60%.34
4. Patogenesis
Gardnerella vaginalis mengalami hiperpopulasi (simbiosis dengan bakteri
anaerob lain) berkurangnya jumlah Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen
peroksida. (menjaga keasaman vagina dan menghambat mikroorganisme
anaerob lain untuk tumbuh di vagina.) beberapa amin diketahui menyebabkan
iritasi kulit dan menambah pelepasan sel, menyebabkan rasa terbakar di
daerah vagina (ringan) epitel dan menyebabkan duh tubuh berbau tidak sedap
yang keluar dari vagina. mengubah asam amino menjadi amin sehingga me-
naikkan pH sekret vagina. flora normal vagina dari yang tadinya bersifat asam
menjadi bersifat basa.
5. Sifat biokimia
Penyebab kuman atau bakteri adalah penyebab tersering vaginitis yaitu
sekitar 33-52% pasien vaginitis. Gejala infeksi bakteri adalah bau amis
dengan keputihan yang homogen (putih). Jika cairan itu keluar dari vagina,
timbul rasa gatal. Jika gatal itu digaruk bisa terjadi infeksi sekunder yang
memperparah keadaan selain keputihan itu sendiri. Adapun salah satu kuman

11
penyebabnya adalah Gardnerella vaginalis yang menyebabkan peradangan
vagina tidak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina
membentuk bentuk khas clue cell. Itu menghasilkan asam amino yang akan
diubah menjadi senyawa amin yang berbau amis, berwarna keabu-abuan.
6. Pengobatan
karena gejala awalnya berupa keputihan, sadar atau tidak sering
mengabaikan infeksi vagina. terkadang karena tingkat kesadaran yang belum
baik atau karena masalah finansial, wanita tersebut belum merasa perlu datang
ke dokter, belum mengganggapnya sebagai suatu infeksi yang memerlukan
bantuan dokter.Kadang wanita menganggap cukup diatasi cara tradisional
dengan menggunakan rebusan daun air sirih untuk membersihkan vagina. Ada
pula yang menggunakan semacam alat penyerap air berupa kapur batangan
yang dimasukkan ke dalam vagina, dengan harapan agar tak "becek". Padahal
itu belum tentu steril, untuk amannya, seharusnya meminta bantuan dokter.
Dengan pemeriksaan medis sekaligus dapat diketahui penyebab keputihan
tersebut, karena infeksi atau bukan.
Walaupun demikian, untuk mendiagnosa terinfeksi tidaknya vagina
memang tidak mudah. Harus diambil cairannya, kemudian dikirim ke
laboratorium untuk dibiakkan. Ini bisa memakan waktu sepuluh hari sampai
dua minggu. Sementara untuk mengobati infeksi tersebut, dokter akan melihat
dari gejalanya, baru diberikan obat atau penanganan lebih lanjut yang tepat.
Penanganannya bisa berbeda-beda, tergantung dari jenisnya. Untuk bakterial
vaginosis, trichomonas ataupun kandida, hampir sama dengan pemberian obat
kelompok metronidazole (obat anti jamur). Obat-obat ini umumnya
dipasarkan dengan merek dagang tertentu. Ada obat yang diminum, ada pula
yang berupa salep. Jadi, sasarannya pada dua tempat, yaitu penyembuhan dari
dalam dengan cara meminum obat dan penyembuhan dari luar dengan cara
dioleskan dengan salep. Namun, infeksi vagina akibat Condyloma acuminata
harus dilakukan tindakan operasi karena adanya pertumbuhan seperti
kembang kol.

12
7. Pencegahan
Pencegahannya yaitu dengan tetap menjaga kesehatan vagina dan tidak
berganti-ganti pasangan saat melakukan hubungan seksual.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran.
Walaupun terdiri dari berbagai cairan, PMS merupakan penyakit yang penyebaran
utamanya melalui kontak seksual.PMS disebabkan oleh bbrp agen sprt virus,
bacteri, protozoa dan jamur.Masalh yang timbul pada PMS adalah semakin
banyak antimikroba yang resisten.PMS ini penting untuk dideteksi dini krn
mengenai pasangan seks, terutama untk pnjaja sek komersial
B. Saran
Kami mengaharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada
kesalahan atau kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar memberikan saran
dan kritik yang bisa mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan
makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, 1988, Dasar – Dasar Mikrobiologi, 952-953, UI Press, Jakarta.Diakses pada
20 oktober 2017
Lay, Bibiana. W, dan Hastowo Sugoyo 1992. MIKROBIOLOGI. Jakarta : CV
Rajawali. Diakses pada 20 oktober 2017
Jawetz, E, J.L.Melnick & E.A.Adelberg.1986.Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan.Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Diakses pada 20 oktober 2017
Massi,dr Muh Nasrun,ph D.Madjid,dr baedah,sp Mk.2008.Mikrobiologi
kedokteran.Fakultas kedokteran universitas hasanuddin : Makassar. Diakses
pada 20 oktober 2017
Brooks,geo F.Butel,anet S dan Morse,Stephen A.2005.Mikrobiologi
kedokteran.Salemba Medika:Jakarta. Diakses pada 20 oktober 2017
Johnson,Arthur G.Ziegler,Richard J dan hawley,Louse.2011.Mikrobilogi dan
imunologi.Binarupa Aksara : Jakarta. Diakses pada 20 oktober 2017
Wheller dan Volk. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : P.T.
Gelora Aksara Pratama. Diakses pada 20 oktober 2017

15

Anda mungkin juga menyukai