PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak adalah sesuatu yang dapat dituntut pemenuhannya dari orang lain,
masyarakat atau negara. HAM adalah hak yang dimiliki seseorang karena ia
manusia. HAM bersifat asasi karena melekat pada individu sebagai manusia
jelas. Penambahan kata ‘asasi’ dalam hak asasi adalah untuk membedakannya
dengan hak-hak lain yang tidak asasi: hak-hak profesional, hak-hak positif,
tidak melekat pada manusia dalam atau pada kemanusiaannya, tetapi diberikan
oleh instansi dari luar manusia itu sendiri, misalnya masyarakat. Jadi
sebenarnya (menurut asal muasalnya), hak asasi lebih terkait dengan individu.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini yaitu:
deskrimiasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
tertinggi di Indonesia adalah UUD 1945. Di dalam UUD 1945 selain mengenai
sistem pemerintahan negara, UUD 1945 juga berisi mengenai Hak Asasi
Manusia. Dari sekian banyak pasal-pasal yang telah jelas mengatur tentang
dalam Undang-Undang Dasar 1945 tetapi tetap saja ada banyak pelanggaran
Salah satu jaminan Hak Asasi Manusia yang paling sering dilanggar
oleh negara maupun kelompok individu adalah pasal 28i ayat 2 yang berisi,
“Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bahasa, budaya, dan agama yang memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Di
misalnya seorang guru bersikap ramah dan perhatian hanya pada siswa yang
berprestasi saja.
3
HAM tersebut penting untuk dijamin perlindungan, pemajuan,
pembedaan antara yang satu dengan lainnya. Di samping itu, Indonesia adalah
negara yang majemuk sehingga diskriminasi harus dihilangkan agar tidak ada
masyarakat yang akan dirugikan tetapi bahkan bangsa dan negara pun akan
dirugikan.
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang
dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak
lahir. Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada makhluknya, hak
asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak
asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya,
karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya
Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang Undang
No. 39 tahun 1999 pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan “Negara
4
Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan
agama.
b. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai
warga negara
5
C. Instrumentalisasi HAM
negara-negara besar atau maju, bukan demi HAM itu sendiri melainkan dipakai
pencangkokan kultural begitu saja yang dapat dipakai sebagai alat ideologis
menyelamatkan manusia-manusia di
dipahami inter dan intra kultural. Artinya, dikembangkan dan diasalkan dari
6
kreatif dengan kebudayaan lain. Contoh: Laporan Tahunan HAM di Jenewa
yang sering berupa ‘politik dagang sapi’, Amerika Serikat menginvasi Irak
(dan baru-baru ini adalah Afghanistan) atas dasar adanya pelanggaran HAM.
mengatakan bahwa HAM itu hanyalah politik dari negara-negara maju untuk
kedaulatan dalam negeri. Barangkali wacana tersebut benar, namun wacana itu
juga ternyata tidak tanpa masalah. Dengan menangkal konsep HAM sebagai
yang non-Barat ini, secara tidak sadar membenarkan juga pelanggaran HAM
pada dua sisi. Pada negara maju sebagai alasan intervensi, sementara di sisi
Instrumentalisasi seperti itu sama sekali tidak betul. Maka perlu disebut
7
Memang, sejarah menunjukkan bahwa pemakluman atas konsep HAM
kebetulan terjadi di Barat karena Barat paling artikulatif. Namun, lebih penting
adalah melihat intensi di balik HAM itu: untuk melindungi individu dari
dari konflik kepentingan antara Barat dan Timur, satu hal yang perlu kita lihat
adalah intensi dari HAM. Oleh karena itu, kita harus selalu waspada dari kedua
sisi: (1) instrumentalisasi HAM sebagai politik intervensi itu tidak sesuai
dengan intensi-intensinya, atau, (2) menolak HAM dengan alasan bahwa itu
Barat juga tidak sesuai dengan intensinya. Memang HAM ini terjadi di Barat
lebih dulu, tetapi tidak berarti bahwa di dalamnya, seluruhnya adalah doktrin
yang agak berbeda. Dalam pandangan Amartya Sen5, tidaklah tepat menyebut
HAM/praktik-praktik serupa sudah ada sejak dahulu kala; dan dilakukan dalam
wilayah ‘non-Barat’. Salah satu contoh historis terjadi pada tahun 604 M ketika
sebaiknya tidak dibuat oleh seorang saja. Keputusan tersebut haruslah dibahas
dengan banyak orang.”7 Bahkan, “perjuangan atas diskusi publik yang terbuka,
8
toleransi dan penerimaan sudut pandang yang berbeda” memiliki akar sejarah
ini didirikan setelah Siddhartha Gautama wafat, 2500 tahun yang lalu.
Timur atau Barat) adalah sama sekali tidak relevan. Ada kesan bahwa Amartya
ditunjukkan oleh Amartya Sen –dengan sedikit mengutip Adam Smith– adalah
dari macam-macam budaya yang berbeda itu perlu ‘didekati’ tanpa ancaman.
Oleh karena itulah, harus dibedakan antara (1) nilai dominan yang berlalu di
macam apa yang dapat diharapkan muncul ketika diskusi terbuka diizinkan,
ketika informasi mengenai masyarakat lain tersedia secara lebih bebas, dan
cultural differences tanpa ancaman (dengan kata lain juga memahami intensi
dasar sebuah nilai dalam suatu budaya) ini sekaligus juga merupakan upaya
9
D. Komisi Nasional HAM
manusia sesuai dengan pancasila, UUD 1945 dan piagam PBB serta
bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam
yang sangat kuat, karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam
sangat berat dan panjang antara lain melalui amandemen dan referendum.
10
Sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat
aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI
yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM melalui TAP
mengalami perubahan
1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi
yang berat.
11
pelanggaran hak asasi manusia yang berat guna ditindaklanjuti dengan
ini.
F. HAM di Indonesia
kasus ham yang terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal
itu tentu saja tak lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk
kelompok bangsa)
12
2. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan
3. Penyiksaan
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
diskriminasi.
1. Pengertian diskriminasi
satu dengan yang lain atau pilih kasih. Kosa kata Discriminate ini kemudian
diadopsi menjadi kosa kata bahasa Indonesia “Diskriminasi” yaitu suatu sikap
yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan suku, agama, ras, dan lain
sebagainya.
prinsip:
13
1 Benar salah: apabila prinsip benar salah ini menjadikan seseorang tidak
berlaku.
dan bermoral.
secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama
14
dan kepercayaan, aliranpolitik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga
pembangkang.
15
c. Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku di sebut
pelanggar.
atas dasar persamaan cirri-ciri fisikyang tampak dari luar, seperti bentuk
bentuk tulang.
b. Ciri-ciri sosial, yaitu yang berkaitan dengan status dan peran para
16
3. Bentuk hidung. 7. Bentuk muka
4. Bentuk rambut.
akan memicu munculnya perilaku buruk lainnya yang dilarang, akibat buruk
17
d. Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan, karena
menjadi berlarut-larut.
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada makalah ini yaitu:
1) Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang
harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu.
2) Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat
bentuk hokum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama,
dalam konstitusi (Undang-undang Dasar Negara). Kedua, dalam
ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat,
dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan
pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
3) Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun
tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku.
19