Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air merupakan kebutuhan pokok semua makhluk hidup. Tanpa air,
manusia tidak akan bertahan hidup lama. Air alam mengandung berbagai
jenis zat, baik yang larut maupun yang tidak larut serta mengandung
mikroorganisme. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
Air merupakan unsur penting utama bagi hidup kita di planet bumi ini.
Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama
untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan
transportasi. Air sangat penting di dalam mendukung kehidupan manusia, air
juga mempunyai potensi yang sangat besar jika air tersebut tercemar, dalam
menularkan atau mentransmisikan berbagai penyakit. (Anwar Daud, 2007).
Air merupakan sumberdaya yang paling penting dalam kehidupan
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk
dan kegiatan pembangunan telah mengakibatkan kebutuhan akan air
meningkat tajam. Di lain pihak, ketersediaan air dirasa semakin terbatas
bahkan di beberapa tempat sudah terjadi kekeringan. Hal itu semua terjadi
sebagai akibat dari kualitas lingkungan hidup yang menurun, seperti
pencemaran, penggundulan hutan, berubahnya tata guna lahan, dan lain-lain.
Air merupakan suatu sarana utama dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Jika kandungan bahan-bahan dalam air tersebut tidak mengganggu
kesehatan, air dianggap bersih dan layak untuk diminum, air dikatakan
tercemar jika terdapat gangguan terhadap kualitas air sehingga air tersebut
tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Pencemaran air dapat
terjadi karena masuknya makhluk hidup, zat, dan energi terdalam air oleh
kegiatan manusia. Keadaan itu dapat menurunkan kualitas air sampai ke
tingkat tertentu dan membuat air tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya.
Air merupakan pelarut penting, yang memiliki kemampuan yang dapat
melarutkan zat-zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
jenis gas dan dan banyak macam molekul organik. Bahan-bahan mineral yang
dapat terkandung dalam air adalah CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl,
Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. Dimana air yang banyak mengandung ion-ion
kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah.
Untuk itu perlu dilakukan pengujian kesadahan. Manfaat penentuan
atau pengujian kesadahan adalah untuk mengetahui tingkat kesadahan air, dan
untuk dapat menentukan kesadahan digunakan metode Titrasi EDTA
(Ethylene Diamene Tetra Asetat).
1.2 Tujuan
1. Analisa kesadahan total (Ca2+ dan Mg2+) sebagai CaCO3 melalui titrasi
EDTA
2. Analisa kesadahan Kalsium (Ca2+) Melalui EDTA
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara analisa kesadahan total (Ca2+ dan Mg2+)
sebagai CaCO3 melalui titrasi EDTA
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara analisa kesadahan Kalsium (Ca2+)
Melalui EDTA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian sampling
Sampling adalah penarikan sampel atau proses yang dilakukan untuk
mengambil sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek
penelitian (sampel sendiri secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran
atau karakteristik dari sampel disebut "statistik" untuk harga rata-rata hitung
untuk simpangan baku. (Khopkar. S., M. 1990).
Menurut Khopkar. S., M (1990) alasan perlunya pengambilan sampel
adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2. Lebih cepat dan lebih mudah.
3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
4. Dapat ditangani lebih teliti.
5. Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang
harus dipilih, (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi)
misalnya:
a. Meneliti air sungai
b. Mencicipi rasa makanan didapur
c. Mencicipi duku yang hendak dibeli
2.2 Pengertian Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang
rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa
merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat
(Khopkar. S., M, 1990).
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat
membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air
berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Penyebab air menjadi sadah
adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena
adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti
Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat
dalam jumlah kecil. (Daud, Anwar. 2007).
Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal
sebagai “air sadah”, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa
kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan
mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium
dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu
cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat
yang akhirnya menjadi kerak. Air sadah tidak begitu berbahaya untuk
diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. (Khopkar. S., M,
1990).
Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat
saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di
rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk
gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang
digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk
menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia (Daud,
Anwar. 2007).
Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+,
khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik
air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang
dinyatakan sebagai CaCO3 (Albert dan Santika, Sri Sumestri. 1984)
2.3 Jenis Kesadahan
1. Kesadahan sementara
Kesadahan sementara merupakan kesadahan yang mengandung ion
bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa
kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat
(Mg(HCO3)2) Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut
disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan
dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan
atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan
mengendap pada dasar ketel (Daud, Anwar. 2007).
Reaksinya :
Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3
(endapan)
Mg(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) +
MgCO3 (endapan)
2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang mengadung anion selain
ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti
senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium
nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2),
magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang
mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena
kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan.
Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan
cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia
tertentu. (Bintoro. 2008).
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda-
kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida)
sehingga terbentuk endapan kaslium karbonat (padatan/endapan) dan
magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air. Reaksinya:
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + 2NaCl (larut)
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4
(larut)
Ketika kesadahan kadarnya adalah lebih besar dibandingkan
penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, yang kadar
kesadahannya eqivalen dengan total kadar alkali disebut kesadahan
karbonat; apabila kadar kesadahan lebih dari ini disebut kesadahan non-
karbonat. Ketika kesadahan kadarnya sama atau kurang dari
penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, semua kesadahan
adalah kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat tidak ada.
Kesadahan mungkin terbentang dari nol ke ratusan miligram per liter,
bergantung kepada sumber dan perlakuan dimana air telah subjeknya
(Bintoro. 2008).
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral yang terdapat di
dalam air umumnya mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Selain ion
kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion
logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Kesadahan air ini
dapat dilihat pada air ketika sedang mencuci, karena sebenarnya air sadah
sendiri adalah air biasa yang sering digunakan sehari-hari. (Effendi,
2013).
Menurut Effendi (2013) berdasarkan dari air tersebut kita akan
menemukan dua jenis air :
a. Air Lunak
Jika busa sabun yang dihasilkan pada air itu cukup banyak maka
air tersebut termasuk air lunak. Air lunak adalah air yang
mengandung kadar mineral yang rendah. Penentuan air ini dilihat
dari jumlah busa sabun yang dihasilkan.
b. Air Sadah (hard water)
Jika busa sabun yang dihasilkan pada air itu sangat sedikit atau
bahkan tidak menghasilkan sabun sama sekali maka air tersebut
merupakan air sadah. Air sadah ini adalah air yang mengandung
kadar mineral yang sangat tinggi. Biasanya secara fisik terlihat air
tampak keruh. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm
berat per volume (w/v) dari CaCO3. Air sadah yang bercampur
sabun dapat membentuk gumpalan (scum) yang sukar dihilangkan.
2.4 Standar Jenis Kesadahan
Kandungan kapur yang terdapat dalam air, agar tidak kurang dan tidak
juga berlebih maka perlu diterapkan standar suatu air dikatakan sadah atau
berlebih kesadahannya. Standar kualitas menetapkan kesadahan total adalah
5-10 derajat Jerman. Apabila kurang dari 5 derajat Jerman maka air akan
terasa lunak dan sebaliknya. Jika dalam air mengandung lebih dari 10 derajat
Jerman maka akan merugikan bagi manusia. (Bintoro. 2008).
Di kalangan masyarakat yang awam, sangat sulit untuk membedakan
mana air yang tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa
memperkirakan saja berdasarkan apa yang ditimbulkan dari air, misalnya
mereka mengamati kerak yang ditimbulkan air pada dasar panci memberikan
sedikit pemahaman pada masyarakat bahwa air yang dikonsumsinya itu
tingkat kesadahannya tinggi, dan sebaliknya jika tidak terlihat kerak yang
ditimbulkan artinya bahwa air yang dikonsumsinya tingkat kesadahannya
masih tergolong rendah (Albert dan Santika dan Sri Sumestri. 1984).
Standar kesadahan air meliputi (Bakti Husada 2011) :
1. Standar kesadahan menurut WHO, 1984, mengemukakan bahwa :
a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak mengandung 0-60 ppm CaCO3;
c. Agak sudah mengandung 60-120 ppm CaCO3;
d. Sadah mengandung 120-180 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 180 ppm ke atas.
2. Standar kesadahan menurut E. Merck, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3;
b. Lunak antara 4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3;
c. Agak sadah antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3;
d. Sadah 18-30 OD atau 320-534 ppm CaCO3;
e. Sangat sudah 30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke atas.
3. Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak, antara 0-75 ppm CaCO3;
c. Agak sadah, antara 75-150 ppm CaCO3;
d. Sadah, 150-300 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 300 ppm ke atas CaCO3.
3. Kesadahan merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki air.
Kesadahan air disebabkan adanya ion – ion Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan
Standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum
kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila
melewati batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan).
Dari data tersebut dapat dilihat jelas bahwa air yang dikatakan sadah
adalah air yang mengandung garam mineral khususnya CaCO3 sekitar 120-
180 ppm menurut WHO, sedangkan menurut Merck air dikatakan sadah jika
mengandung 320-534 ppm atau sekitar 18-30 OD, menurut EPA air yag
dikatakan sadah jika mengandung CaCO3 sekitar 150-300 ppm, dan menurut
PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang
dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka
harus diturunkan (pelunakan) (Daud, Anwar. 2007).
2.5 Dampak dari Kesadahan Air
Air jika tidak mengandung kapur atau tidak sadah akan terasa lunak
atau hambar karena tidak mengandung garam-garam mineral sehingga akan
mengurangi selera dalam mengkonsumsinya. Akan tetapi, jika di dalam air
kandungan kapurnya sangat tinggi atau dengan kata lain terlalu banyak
mengandung garam-garam mineral justru akan memberikan dampak yang
buruk bagi kehidupan. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mengetahui
dampak apa saja yang dapat ditimbulkan jika kandungan kapur dalam air
berlebih atau kesadahannya tinggi (Bintoro. 2008).
Air lunak atau air yang tidak mengadung kapur mempunyai
kecenderungan menyebabkan korosi pada pipa. Sedangkan jika air memiliki
kandungan kapur yang banyak atau tingkat kesadahannya tinggi, maka
mengakibatkan terbentuknya kerak-kerak pada dinding pipa yang
menyebabkan penyempitan pipa, sehingga memperkecil debit aliran air.
Dalam rumah tangga hal tersebut menyebabkan terbentuknya kerak pada
dinding peralatan memasak sehingga menyebabkan pemakaian bahan bakar
yang lebih banyak dan menyebabkan pemakaian sabun yang semakin tinggi
(Albert. 1984).
Apabila kandungan CaCO3 atan MgCO3 dalam air itu melewati batas 10
derajat Jerman maka akan menyebabkan, antara lain (Albert dan Santika, Sri
Sumestri. 1984) :
a. Menyababkan lapisan kerak pada alat dapur yang terbuat dari logam;
b. Kemungkinan terjadinya ledakan pada boiler;
c. Pipa air menjadi terumbat;
d. Sayur-sayuran menjadi keras apabila dicuci dengan air bersih.
Air sadah tidak terlalu berbahaya untuk diminum, akan tetapi dapat
menyebabkan beberapa masalah jika dikonsumsi dalam jangka panjang, hal
tersebut dapat menimbulkan osteoporosis atau pengapuran pada tulang
manusia. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang
menyumbat pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun
di rumah tangga, selain itu air sadah dapat membentuk gumpalan scum yang
sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi
ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya
digunakan beberapa zat kimia ataupun dengan menggunakan resin pertukaran
ion (Bintoro. 2008).
2.6 Metode Kompleksometri
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi. (Abdullah, 2012).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti
di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,
seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. (Abdullah, 2012).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang
berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu
indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik
akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila
hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan
berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau
sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki
kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh
perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus
kurang stabil dibanding kompleks logam EDTA untuk menjamin agar pada
titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator
logam ke kompleks logam EDTA harus tajam dan cepat.Kelima, kontras
warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian
sehingga mudah diamati.Indikator harus sangat peka terhadap ion logam
(yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin
dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan
dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrome
Black T. Pada pH tinggi 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA
dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Abdullah,
2012).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah buah gelas
Erlenmeyer, buah buret, buah gelas beaker, buah batang pengaduk, buah botol
semprot dan 1 set statif.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah larutan
standar EDTA 0.1 M, larutan penyangga pH 10, Laurtan NaOH pH 12,
indicator eriocrom black T (EBT), indicator murexide, sampel air sumur.
3.3 Prosedur kerja
3.3.1 Penetapan kesadahan total (CaCO3/ L ) SNI 06-6989.12-2004
Sampel sebanyak 50 ml (diukur menggunakan gelas ukur)
dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 5 ml
larutan penyangga ph 10 kedalamnya. Masukkan cuplikan (5-10 mg)
indicator EBT dengan menggunakan batang pengaduk gelas ke dalam
gelas Erlenmeyer tersebut sehingga larut menjadi merah anggur
Masukkan larutan standar EDTA 0.01 M kedala buret 50 ml, atur
sedemikian sehingga tidak ada udara dalam buret (termasuk bagian
bawah kran). Lihat petunjuk penggunana buret. Titrasilah sampel air
tersebut sedikit demi sedikit dengan larutan EDTA 0.01 M sampai
larutan sampel tepat akan berubah warnanya menjadi biru, ulangi
perlakuan yang sama sebanyak 3 kali. Catatlah volume larutan EDTA
yang dibutuhkan ke dalam lembar pengamatan yang tersedia. Perlakuan
yang sama dilakukan untuk blanko.
3.3.2 Kalsium (SNI 06-6989,12-2004)
Sampel air sebanyak 50 ml (diukur menggunakan gelas ukur )
dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 ml. Bilaslah ukuran gelas
tersebut dengan sedikit air kemudian campurkan air bilasan terebut ke
dalam gelas Erlenmeyer yang berisi sampel air. Tambah 1 ml larutan
NaOH ph 12 ke dalamnya. Bubuhkan cuplikan (5-10 mg) indicator
maurexide dengan mengunakan batang pengaduk gelas ke dalam gelas
Erlenmeyer tersebut sehingga larutan berubah warnanya menjadi ungu.
Titrasilah sampel air tersebut sedikit demi sedikit dengan larutan EDTA
0.01 M sampai larutan sampel tepat akan berubah dari merah muda
menjadi ungu. Catatlah volume larutan EDTA yang dibutuhkan ke
dalam lembar pengamatan yang tersedia ulangi perlakuan yang sama
sebanyak 3 kali. Perhitungan untuk menetapkan kadar kesadahan total,
kalsium dan magnesium.
Kesadahan total :
1000
× 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀 𝐷𝑇𝐴 × 100
𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar kalsium
1000
× (𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴𝐴 – 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴𝐵 ) × 𝑀 𝐷𝑇𝐴 × 24,3
𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar magnesium
1000
× (𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴𝐴 – 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴𝐵 ) × 𝑀 𝐷𝑇𝐴 × 24,3
𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dalam praktikum kali ini disajikan dalam bentuk tebel
sebagai berikut :
Tabel. 4.1.1 Hasil Pengamatan Kesadahan Total
Sampel Volume Volume titran I Volume titran II Kadar CaCO3
sampel (EDTA) (EDTA) (mg/L)
II 25 ml 0,3 ml 0,3 ml 120 mg/L
Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Kalsium
Sampel Volume Volume titran I Volume titran II Kadar Ca2+
sampel (EDTA) (EDTA) (mg/L)
II 25 ml 0,3 ml 0,2 ml 40 mg/L
Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Magnesium
Sampel Volume Volume titran I Volume titran II Kadar Mg2+
sampel (EDTA) (EDTA) (mg/L)
II 25 ml 0,3 ml 0,25 ml 4,86 mg/L

4.2 Pembahasan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang
rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa
merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat.
Pada praktikum ini untuk mengetahui tingat kesadahan sampel air
mineral maka dilakukan titrasi kompleksometri. Metode titrasi
kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks
antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk
kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatrium Etilen Diamina Tetra Asetat (dinatrium EDTA).
Dalam penetapan kesadahan total air pada praktikum kali ini
menggunakan metode tritrasi kompleksomteri cara kerjanya ialah ambil 25
mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL,
lalu encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL. Tambahkan 1 mL
sampai dengan 2 mL larutan buffer hardness atau buffer pH 10. Tambahkan
seujung spatula atau 30 mg sampai dengan 50 mg indikator EBT. Indikator
ini dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam dan warna dari
kompleks ini berbeda dengan warna indikator EBT dengan indikator terlalu
lemah untuk menimbulkan perubahan warna yang benar. Tetapi magnesium
membentuk kompleks yang lebih kuat dengan indikator dibandingkan
kalsium sehingga diperoleh titik akhir yang benar.
Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,1 M secara perlahan
sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru. EDTA adalah
satu agen chelating itu dapat mendonorkan elektron yang kemudian akan
membentuk satu kompleks dengan ion logam. EDTA pertama kali akan
membentuk kompleks dengan Ca2+ dan kemudian dengan Mg2+. Seperti pada
titrasi apapun kita akan perlu satu indikator untuk menentukan ketika semua
Ca2+ dan Mg2+ telah membentuk kompleks dengan EDTA (titik akhir titrasi).
Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan. Titran Na2EDTA
beraksi dengan Ion Ca2+ dan Mg2+. Larutan berubah menjadi biru yaitu warna
asli EBT membentuk kompleks dengan metal yang menjadi titik akhir dari
titrasi.
Berdasarkan hasil prakitkum telah didapatkan hasil pada sampel air A
atau air sumur dengan volume titrat atau EDTA pada uji pertama ialah 0,3 ml
dan yang kedua 0,3 m. Berdasarkan jumlah volume titran yang terpakai,
hitunglah tentukan kesadahan total CaCO3 air dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
1000
× 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀 𝐷𝑇𝐴 × 100
𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Berdasarkan rumus tersebut telah didapatkan hasil kesadahan total
CaCO3 pada sampel air sumur ialah 120 mg/L. dapat dikatakan bahwa
sampel air sumur dapat dikonsumsi karena menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416/Men.Kes/Per/Ix/1990 Tentang Syarat-Syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air kadar kesadahan total (CaCO3) ialah 500 mg/L.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap kesadahan kalsium yang
terkandung dalam air. Langkah pertama ambil 25 ml contoh uji air secara
duplo, masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml dan encerkan dengan air
suling sampai volume 50 ml. tambahkan 2 ml larutan NaOH 1 N pH 12.
Apabila contoh uji keruh, tambahkan 1 ml sampai dengan 2 ml larutan KCN
10%. Tambahkan seujung spatula indicator mureksid. Lakukan titrasi dengan
larutan baku NaEDTA 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari merah
muda ke ungu. Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.
Berdasarkan hasil prakitkum telah didapatkan hasil pada sampel air A
atau air sumur dengan volume titrat atau EDTA pada uji pertama ialah 0,3 ml
dan yang kedua 0,2 m. Berdasarkan jumlah volume titran yang terpakai,
hitunglah tentukan kesadahan kalsium air dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
1000
× 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀 𝐷𝑇𝐴 × 40
𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Berdasarkan rumus tersebut telah didapatkan hasil kesadahan Ca2+ pada
sampel air sumur ialah 40 mg/L. Dapat dikatakan bahwa sampel air sumur
dapat dikonsumsi karena menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/Men.Kes/Per/Ix/1990 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas
Air kadar kesadahan total (CaCO3) ialah 500 mg/L.
Setelah didapatkan hasil dari pengujian kesadahan total CaCO3 dan
kesadahan Ca2+ kemudian dilakukan perhitungan terhadap nilai dari
kesadahan Mg2+ dengan melihat volume dari titrat kesadahan total dan
kesadahan kalsium. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1000
× (𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴𝐴 – 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴𝐵 ) × 𝑀 𝐷𝑇𝐴 × 24,3
𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Berdasarkan rumus tersebut telah didapatkan hasil kesadahan Mg2+
pada sampel air sumur ialah 4,86 mg/L. Dapat dikatakan bahwa sampel air
sumur dapat dikonsumsi karena menurut Peraturan Menteri Kesehatan No
416/Men.Kes/Per/1x/1990 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas
Air kadar kesadahan total (CaCO3) ialah 500 mg/L.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh air sadah adalah menyebabkan
pengendapan mineral (penyumbatan saluran pipa dan keran), pemborosan
sabun dalam rumah tangga karena ion sadah akan membentuk senyawa yang
tidak larut dengan sabun serta membentuk gumpalan scum yang sulit
dihilangkan. Selain tu, zat-zat atau bahan kimia yang terkandung di dalam air
misalnya Ca, Mg, CaCO3 yang melebihi standart kualitas tidak baik untuk
dikonsumsi oleh orang dengan fungsi ginjal yang kurang baik, karena akan
menyebabkan pembentukkan batu pada saluran kencing. Kebiasaan minum
juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan batu
saluran kencing. Orang yang banyak mengkonsumsi air dengan kandungan
kapur tinggi akan menjadi predisposisi pembentukan batu saluran kencing,
maka air yang digunakan manusia tidak boleh lebih dari 500 mg/L CaCO3.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesadahan merupakan sifat kimia yang dimiliki air dimana, terdapat
ion-ion yang menyebabkan sabun sulit menghasilkan busa terutama ion Ca2+
dan Mg2+. Kesadahan total didefinisikan sebagai jumlah miliekivalen (mek) ion
Ca2+ dan Mg2+ tiap liter sampel air. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mengukur nilai kesadahan pada air adalah dengan metode titrasi EDTA.
Hasil dari praktikum ini nilai penetapan kesadahan Ca2+ yaitu 40 mg/L dan
kesadahan total 120 mg/L serta Mg2+ yaitu 4,86 mg/L.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktium sebaiknya dilakukan dengan baik agar
dapat mengerti hasil dari percobaan yang dilakukan dan terhindar dari
kesalahan dan kecelakaan kerja di laboratorium. Dan perlu diperhatikan
reagen reagen yang sudah habis masa expairnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. 2012. Titrasi Metode Kompleksometri].http://id.scribd.com/doc/953
92841/ Titrasi Metode – Kompleksometri. Diakses : 16 November 2017

Albert dan Santika, Sri Sumestri. 1984. Metode Penelitian Air. ITS Press :
Surabaya

Bintoro. 2008. Penentuan Kesadahan Sementara dan Kesadahan Permanen.


Tersedia : http://aabin.blogsome.com. Diakses : 16 November 2016

Daud, Anwar. 2007. Aspek Kesehatan Penyediaan Air Bersih. CV.Healthy &
Sanitation : Makassar

Effendi. 2013. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Khopkar. S., M, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah : A.


Saptorahardjo. UI-Prees : Jakarta

Mifbahuddin, 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter


Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. Tersedia :
http://www.google.co.id/ Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai
Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis.html.
Diakses pada tanggal 16 November 2017
LAMPIRAN I
DOKUMENTASI

Titik Akhir Titrasi Pengukuran pH Pada Titik Akhir Titrasi


Kalsium Sampel Kesadahan Total
CaCO3
LAMPIRAN II
SKEMA KERJA
1. Penentuan kadar total (Ca2+ dan Mg2+)

Sampel air

 Diukur sebanyak 50 ml
 Ditambahkan 5 ml larutan penyangga pH 10
 Ditambahkan cuplikan indikator EBT sebanyak
5-10 mg
 Dilalkukan titrasi menggunakan EDTA 0,01M
 Dititrasi sampai terjadi perubahan warna
 Mencatat volume yang terpakai dan menghitung
total kesadahan
Hasil Pengamatan

2. Penetapan Kesadahan Ca2+

Sampel urin

 Diukur sebanyak 50 ml
 Ditambahkan 1 ml larutan NaOH pH 12
 Ditambahkan cuplikan indikator maurexide
sebanyak 5-10 mg
 Dilalkukan titrasi menggunakan EDTA
0,01M
 Dititrasi sampai terjadi perubahan warna
 Mencatat volume yang terpakai dan
menghitung ksadahan Ca2+

Hasil Pengamatan
LAMPIRAN III
PERHITUNGAN
1. Kesadahan Total
1000
× 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀 𝐷𝑇𝐴 × 100
𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
× 0,3 × 0,1 × 100
25
120 𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3/𝐿
2. Kesadahan Ca2+
1000
× 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀 𝐷𝑇𝐴 × 40
𝑉.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

1000
× 0,25 × 0,1 × 40
25
40 𝑚𝑔/𝐿
3. Magnesium2+
1000
× (𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴𝐴 – 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴𝐵 ) × 𝑀 𝐷𝑇𝐴 × 24,3
𝑉. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
× (0,3 – 0,25) × 0,1 × 24,3
25
4,86 𝑚𝑔/𝐿

Anda mungkin juga menyukai