ORBITAL MOLEKUL
Dosen Pengampu
Oleh:
Nama : Putriany Siti Aminah Gailea
NPM : 032 91411079
Semester/Kelas : III/A
Orbital molekul merupakan metode pendekatan lain untuk menjelaskan mekanisme pembentukan
ikatan kovalen selain Teori Ikatan Valensi (Valence Bond Theory). Teori ini dikemukakan oleh
Hund dan Mulliken, dimana sifat magnetik, spektrum unsur /senyawa dan kuat ikatan atom-atom
dalam molekul unsur/senyawa dapat dijelaskan dengan baik.
Karakteristik ikatan logam transisi–ligan menjadi jelas dengan analisis orbital molekul dari
logam 3d yang dikoordinasi oleh enam ligan yang identik, dalam kompleks [ML6]. Akibat
interaksi antara logam dan ligan terbentuk orbital molekul ikatan, non-ikatan dan anti-ikatan.
Umumnya, tingkat energi orbital ligans lebih rendah dari tingkat energi orbital logam, orbital
ikatan memiliki karakter ligan lebih besar dan orbital non-ikatan dan anti-ikatan lebih memiliki
karakter logam. Proses pembentukan orbital molekul σ dan π dideskripsikan tahap demi tahap
berikut ini.
Orbital σ
Pertama perhatikan ikatan M-L dan interaksi orbital s, p, d atom pusat dan orbital
ligan dengan mengasumsikan logamnya di pusat koordinat dan ligan di sumbu-sumbu
koordinat. Karena ikatan σ tidak memiliki simpul sepanjang sumbu ikatannya, orbital s
logam (a1g, tidak terdegenerasi) orbital px, py, pz (t1u, terdegenerasi rangkap tiga) dan
orbital dx2-y2, dz2 (eg, terdegenerasi rangkap dua) akan cocok dengan simetri (tanda +,-) dan
bentuk orbital σ ligan.
Bila orbitals ligan adalah σ1 dan σ2 di sumbu x, σ3 dan σ4 di sumbu y, dan σ5 dan σ6
di sumbu z. Gambar 6.5, enam orbital atomik ligan dikelompokkan dengan
mengkombinasikan linear sesuai dengan simetri orbital logamnya. Maka orbital yang
cocok dengan orbital logam a1g adalah a1g ligan (σ1+σ2+σ3+σ4+σ5+σ6), yang cocok dengan
orbital logam t1u adalah orbital ligan t1u(σ1−σ2, σ3−σ4, σ5−σ6) dan yang cocok dengan orbital
logam eg adalah orbital ligan eg (σ1+σ2−σ3−σ4,2σ5+2σ6−σ1−σ2−σ3−σ4). Antara orbital logam
eg dan kelompok orbital ligan dan orbital molekular ikatan dan anti-ikatan akan
terbentuk. Hubungan ini ditunjukkan di Gambar 6.10.
Urutan tingkat orbital molekul dari tingkat energi terendah adalah ikatan
(a1g<t1u<eg) < non-ikatan (t2g) < anti-ikatan (eg*<a1g*<t1u*). Misalnya, kompleks seperti
[Co(NH3)6]3+, 18 elektron valensi, 6 dari kobal dan 12 dari amonia, menempati 9 orbital
dari bawah ke atas, dan t2g adalah HOMO dan eg* adalah LUMO. Perbedaan energi antara
kedua tingkat tersebut berkaitan dengan pembelahan medan ligan splitting. Jadi set eg (dx2-
y2, dz2) dan ligan di sudut oktahedral dari membentuk orbital σ tetapi set t2g (dxy, dyz, dxz)
tetap non-ikatan sebab orbitalnya tidak terarahkan ke orbital σ.
Ikatan π
Bila orbital atomik ligan memiliki simetri π (yakni dengan simpul di sepanjang
sumbu ikatan), orbital eg (dx2-y2) bersifat non-ikatan dan orbital t2g (dxy, dyz, dxz) memiliki
interaksi ikatan dengannya (Gambar 6.11). Dalam ion halida, X-, atau ligand aqua, H2O,
orbital p bersimetri π memiliki energi lebih rendah daripada orbital logam t2g dan orbital
molekul, yang lebih rendah dari orbital t2g dan orbital molekul, yang lebih tinggi dari orbital
t2g, terbentuk. Akibatnya, perbedaan energi ∆o antara orbital eg dan anti-ikatan menjadi
lebih kecil. Di pihak lain, bila ligan memiliki orbital π anti ikatan dalam molekul, seperti
karbon monoksida atau etilena, orbital π* cocok dengan bentuk dan simetri orbital t2g dan
orbital molekul ditunjukkan di Gambar 6.12 (b) terbentuk. Akibatnya, tingkat energi orbital
ikatan menurun dan ∆o menjadi lebih besar.
Dengan menggunakan pertimbangan orbital molekul sederhana ini, pengaruh interaksi σ
dan π antara logam dan ligan pada orbital molekul secara kualitatif dapat dipahami.
Penerapan teori OM yang lebih umum dan sangat penting dalam molekul-molekul poliato,
meliputi ikatan π dalam deret planar. Satu golongan penting yang secara kualitatif serupa walaupun
secara terinci berbeda berbeda adalah spesies simetris dengan rumus umum AB3 yang planar.
Contoh-contoh yang penting adlah BF3, CO3-2, NO3-.
Suatu atom yang hanya memiliki orbital-orbital s dan p dalam valensi dapat membentuk tiga jenis
orbital hibrida, bergantung kepada banyaknya elektron yang tersedia untuk membuat ikatan:
Hibrida sp memberikan molekul linear
Hibrida sp2 memberika molekul segitiga planar
Hibrida sp3 memberikan molekul tetrahedral
Bila tersedia orbital-orbital d beserta orbital s dan p, set hibrida penting yang berikut ini:
1. Hibridisasi oktahedral, d2sp3.
2. Hibridisasi segiempat planar, dsp2.
3. Hibridisasi tetrahedral, sd3.
4. Hibridisasi bipiramidal-trigonal, dsp3.
5. Hibridisasi piramidal-segiempat, dsp3.
Penggunaan orbital hibrida untuk menerangkan dan mengaitkan struktur tidak begitu lazim lagi
pada tahun-tahun ini, untuk memberikan jalan bagi penggunaan yang umum dari teori OM. Alasan
utamanya adalah bahwa pendekatan OM lebih mudah diterapkan untuk perhitungan kuantitatif
yang menggunakan komputer digital, dan karena dengan perhitungan semacam itu dimungkinkan
untuk menerangkan spektra molekul secara lebih mudah. Bagaimanapun konsep orbital hibrida
tetap memiliki kelebihan tertentu karena kesederhananya, dan dalam banyak hal memberikan cara
yang sangat mudah untuk mengaitkan dan “menerangkan” struktur molekul