Anda di halaman 1dari 10

KIMIA ANORGANIK I

ORBITAL MOLEKUL

Dosen Pengampu

NUR A. LIMATAHU S.Pd,M.Si

Oleh:
Nama : Putriany Siti Aminah Gailea
NPM : 032 91411079
Semester/Kelas : III/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2015
ORBITAL MOLEKUL

Orbital molekul merupakan metode pendekatan lain untuk menjelaskan mekanisme pembentukan
ikatan kovalen selain Teori Ikatan Valensi (Valence Bond Theory). Teori ini dikemukakan oleh
Hund dan Mulliken, dimana sifat magnetik, spektrum unsur /senyawa dan kuat ikatan atom-atom
dalam molekul unsur/senyawa dapat dijelaskan dengan baik.

a. Tumpang tindih orbital


Orbital molekul terbentuk dari hasil interaksi antara dua atau orbital orbital at o m .
Distribusi elektron dalam molekul tidak lagi berada pada orbital
a t o m masing-masing pembentuk, melainkan ditempatkan atau dilokalisir pada daerah
tumpang tindih yang dikenal sebagai orbital molekul (OM).
Sifat dasar secara terinci dari ikatan-ikatan kimia merupakan masalah yang rumit. Untuk tujuan
praktis, para kimiawan harus menggunakan pemerian ikatan yang walaupun disederhanakan
tetapi berguna. Salah satu pemerian yang paling sederhana tetapi memang benar dan diterapkan
secara luas, adalah gagasan dan yang terlihat dalam pemerian tersebut, yaitu bahwa ikatan
kimia dapat terjadi bila orbital-orbital luar pada atom-atom yang berlainan tumpang tindih
sedemikian, sehingga memekatkan rapat-rapat elektron antara teras-teras atom. Sebagai
panduan dasar yang berkualitatif untuk menilai ada tidaknya ikatan, kriteria mengenai
tumpang-tindih orbital-orbital atom netto yang positif merupakan manfaat yang tidak sejalan.
Akibatnya, pertama-tama akan ditinjau pengujian terhadap tumpang tindih tersebut.
Bila dua atom saling menghampiri cukup dekat sampai satu orbital dari setiap atom memiliki
amplitudo yang besar dalam daerah ruang yang dipunyai bersama, dikatakan bahwa orbital-
orbital tumpang tindih. Besarnya amplitudo bisa positif, negatif, atau nol, bergantung kepada
sifat-sifat orbital orbital yang terlibat.
Tumpang tindih bertanda positif bila pertindihan kedua orbital mempunyai tanda sama,
keduanya +, -. Tumpang tindih bertanda Negatif bila daerah pertindihan kedua orbital
mempunyai tanda berlawanan. Tumpang tindih yang tepat nol terjadi bila terdapat daerah
pertindihan yang tepat sama dengan tanda berlawanan.
Bila tumpang tindih netto adalah nol, tidak terjadi kenaikan ataupun penurunan rapatan
electron bersama, karena itu tidak terjadi interaksi-interaksi ataupun tarikan. Keadaan ini
diperikan sebagai interaksi non-ikatan.
b. Teori orbital molekul kompleks logam Transisi

Karakteristik ikatan logam transisi–ligan menjadi jelas dengan analisis orbital molekul dari
logam 3d yang dikoordinasi oleh enam ligan yang identik, dalam kompleks [ML6]. Akibat
interaksi antara logam dan ligan terbentuk orbital molekul ikatan, non-ikatan dan anti-ikatan.
Umumnya, tingkat energi orbital ligans lebih rendah dari tingkat energi orbital logam, orbital
ikatan memiliki karakter ligan lebih besar dan orbital non-ikatan dan anti-ikatan lebih memiliki
karakter logam. Proses pembentukan orbital molekul σ dan π dideskripsikan tahap demi tahap
berikut ini.

 Orbital σ
Pertama perhatikan ikatan M-L dan interaksi orbital s, p, d atom pusat dan orbital
ligan dengan mengasumsikan logamnya di pusat koordinat dan ligan di sumbu-sumbu
koordinat. Karena ikatan σ tidak memiliki simpul sepanjang sumbu ikatannya, orbital s
logam (a1g, tidak terdegenerasi) orbital px, py, pz (t1u, terdegenerasi rangkap tiga) dan
orbital dx2-y2, dz2 (eg, terdegenerasi rangkap dua) akan cocok dengan simetri (tanda +,-) dan
bentuk orbital σ ligan.
Bila orbitals ligan adalah σ1 dan σ2 di sumbu x, σ3 dan σ4 di sumbu y, dan σ5 dan σ6
di sumbu z. Gambar 6.5, enam orbital atomik ligan dikelompokkan dengan
mengkombinasikan linear sesuai dengan simetri orbital logamnya. Maka orbital yang
cocok dengan orbital logam a1g adalah a1g ligan (σ1+σ2+σ3+σ4+σ5+σ6), yang cocok dengan
orbital logam t1u adalah orbital ligan t1u(σ1−σ2, σ3−σ4, σ5−σ6) dan yang cocok dengan orbital
logam eg adalah orbital ligan eg (σ1+σ2−σ3−σ4,2σ5+2σ6−σ1−σ2−σ3−σ4). Antara orbital logam
eg dan kelompok orbital ligan dan orbital molekular ikatan dan anti-ikatan akan
terbentuk. Hubungan ini ditunjukkan di Gambar 6.10.

Urutan tingkat orbital molekul dari tingkat energi terendah adalah ikatan
(a1g<t1u<eg) < non-ikatan (t2g) < anti-ikatan (eg*<a1g*<t1u*). Misalnya, kompleks seperti
[Co(NH3)6]3+, 18 elektron valensi, 6 dari kobal dan 12 dari amonia, menempati 9 orbital
dari bawah ke atas, dan t2g adalah HOMO dan eg* adalah LUMO. Perbedaan energi antara
kedua tingkat tersebut berkaitan dengan pembelahan medan ligan splitting. Jadi set eg (dx2-
y2, dz2) dan ligan di sudut oktahedral dari membentuk orbital σ tetapi set t2g (dxy, dyz, dxz)
tetap non-ikatan sebab orbitalnya tidak terarahkan ke orbital σ.

 Ikatan π
Bila orbital atomik ligan memiliki simetri π (yakni dengan simpul di sepanjang
sumbu ikatan), orbital eg (dx2-y2) bersifat non-ikatan dan orbital t2g (dxy, dyz, dxz) memiliki
interaksi ikatan dengannya (Gambar 6.11). Dalam ion halida, X-, atau ligand aqua, H2O,
orbital p bersimetri π memiliki energi lebih rendah daripada orbital logam t2g dan orbital
molekul, yang lebih rendah dari orbital t2g dan orbital molekul, yang lebih tinggi dari orbital
t2g, terbentuk. Akibatnya, perbedaan energi ∆o antara orbital eg dan anti-ikatan menjadi
lebih kecil. Di pihak lain, bila ligan memiliki orbital π anti ikatan dalam molekul, seperti
karbon monoksida atau etilena, orbital π* cocok dengan bentuk dan simetri orbital t2g dan
orbital molekul ditunjukkan di Gambar 6.12 (b) terbentuk. Akibatnya, tingkat energi orbital
ikatan menurun dan ∆o menjadi lebih besar.
Dengan menggunakan pertimbangan orbital molekul sederhana ini, pengaruh interaksi σ
dan π antara logam dan ligan pada orbital molekul secara kualitatif dapat dipahami.

c. Mengapa Molekul H2 Stabil sedangkan He2 Tidak Stabil


Sekali tanda dan besarnya pertindihan antara pasangan orbital tertentu diketahui, hasilnya
dinyatakan dalam energi interaksi secara diagram, disebut diagram tingkat energy. Hal ini
diterangkan dengan baik dengan mengambil contoh molekul hidrogen H2. Setiap atom hanya
memiliki satu orbital, yakni orbital 1s, yang cukup stabil untuk digunakan dalam pengikatan.
Jadi akan diperiksa cara cara yang mungkin di mana kedua orbital 1s, ɸ1 dan ɸ2 dapat tumpang
tindih apabila dua atom H saling mendekati.
Hanya terdapat dua kemungkinan. Bila kedua orbital 1s digabung dengan pertindihan positif,
terjadilah interaksi ikatan. Kombinasi pertindihan positif, ɸ1 + ɸ2 dapat dipandng sebagai
orbital itu sendiri, yang disebut orbital molekul (OM), dan ditandai Ψb. Indeks b berarti ikatan.
Serupa pula kombinasi pertindihan negatif ɸ1 - ɸ2 , membnetuk orbital molekul Ψa, dalam
mana indeks a menyatakan anti-ikatan.
Maka jika dibayangkan dua atom hidrogen saling mendekat sehingga terbentuk orbital
molekul, OM, Ψb. Orbital molekul, seperti halnya orbital atom, mengikuti prinsip eksklusi,
yang berarti ia dapat ditempati oleh tidak lebih dari dua elektron, dan juga bila kedua elektron
tersebut memiliki spin berlawanan. Dimisalkan saja 1 atom dari H, spinnya berpasangan dan
menempati Ψb, terbentuklah suatu ikatan. Energi sistem akan turun apabila r, yakni jarak antar
inti berkurang. Pada nilai tertentu dari jarak antar inti, re, energi akan mencapai minimum, dan
mulai naik lagi dengan tajam. Pada minimum tersebut gaya tarik akibat penggunaan bersama
elektron tepat mengimbangi gaya-gaya akibat tolakan antara partikel-partikel yang sama
muatannya. Pada jarak yang lebih pendek, gaya tolakan naik dengan cepat. Kenaikannya yang
cepat dalam gaya tolakan pada jarak dekat inilah yang menyebabkan molekul H2 memiliki
energy minimum pada jarak antar-inti tertentu, dan mencegah atom-atom saling menyatu.
Energi minimum ini, relative terhadap energi atm-atom yang terpisah sempurna (r = ∞) disebut
energi ikatan.
Apabila dua atom H saling mendekat sehingga terbentuk orbital anti-ikatan Ψa dengan elektron
menempati orbital tersebut, energi sistem akan berubah. Energy akan terus menerus naik,
karena nilai r interaksinya berupa tolakan.
Sekarang perhatikan kemungkinan membentuk molekul He2 dengan menggunakan tinjauan
dasar sama. Lagi-lagi hanya orbital-orbital 1s yang cukup stabil yang bermanfaat pada
pengikatan. Atom He berbeda dari atom H karena memiliki 2 elektron, dan ini rumit
dikarenakan dalam molekul He2 terdapat empat elektron. Ini berarti bahwa Ψb dan Ψa masing-
masing harus diduduki oleh sepasang elektron. Karenanya, apapun kestabilan yang diperoleh
dari penghuni Ψb, akan dilawan oleh efek anti-tarikan elektron – elektron dalam Ψa. Hasilnya
adalah tidak adanya ikatan netto yang berarti, dan atom atom He lebih stabil secara terpisah
daripada terikat bersama.

d. Teori Orbital Molekul Bagi Diatomik Mononuklir pada Umumnya


Tumpang tindih yang baru disebut secara lebih terinci, dan menunjukkan bagaimana hasil
Orbital Molekul dilambangkan. Empat jenis pertindihan pertama, baik positif (memberikan
OM ikatan) ataupun negatif (memberikan OM anti-ikatan) menimbulkan OM yang ditandai
oleh σ. Pertindihan px ± p’x dan py ± p’y menimbulkan OM bertanda π. Dua yang terakhir, s ±
p’z juga memberikan OM σ.
Notasi σ, π, δ. Bila dipandang OM dua atom sepanjang arah ikutan, yaitu bila dilihat dari
ujung-ujungnya:
(a) Akan tampak fungsi gelombang yang bertanda sama, baik + atau -, ke segala arah. Dengan
perkataan lain bila dibuat lingkaran mengelilingi sumbu ikatan, tidak terjadi perubahan tanda
diseluruh lingkaran. OM ini disebut OM σ (sigma). OM semaca itu hanya dapat dibentuk oleh
pertindihan (baik + atau -) dari dua orbital atom yang juga mempuyai sifat sama terhadap
sumbu yang dipersoalkan .
(b) Dapat dilihat suatu fungsi gelombang yang dipisahkan ke dalam dua daerah tanda berlawanan
terhadap OM seluruhnya, terdapat bidang simpul. Tepat pada bidang ini fungsi gelombang
memiliki amplitudo nol, sepanjang ikatan. Lambang π , abjad Yunani dari p digunakan karena
jenis OM ini analog dengan orbital p. OM ini dapat terbentuk oleh pertindihan dua orbital p
yang arahnya sesuai. Studi kasus pada molekul diatom, atau molekul linear lainnya, orbital π
selalu terdapat berpasangan, karena selalu ada dua orbital p yang serupa, px dan py pada setiap
atom. Semua setara dan oleh sebab itu terbentuk dua OM ikatan π yang setara, dan dua OM
anti-ikatan π yang setara.
(c) Walaupun tidak akan ditemui kemungkinan ini sampai nanti bila dibahas senyawa logam
transisi, terdapat OM yang memiliki dua bidang simpul. Ini disebut orbital-orbital δ (d-
Yunani). OM π tidak dapat dibentuk oleh orbital s atau p, namun dengan pertindihan orbital
atom d, misalnya dua orbital dxy atau dua orbital dx2 – y2 akan membentuk OM δ .

Pembentukan orbital molekul.


Orbit molekul σ
orbit molekul π

d. Molekul-molekul diatom Heteronuklir


Molekul diatomik heteronuklir/hetero-diatomik adalah molekul diatomik yang terbentuk
dari atom dua unsur yang berbeda. Molekul diatomik heteronuklir periode ke-2 seperti CO
dan NO. Diagram korelasi untuk molekul hetero-diatomik sangat berbeda dengan diagram
korelasi molekul homo-diatomik. pada diagram molekul hetero-diatomik tingkat energi
masing-masing atom berbeda, hal ini disebabkan adanya keelektronegatifan. atom yang
lebih elektronegatif bergeser kearah bawah, karena elektron ini menarik elektron-elektron
valensi lebih kuat dari pada atom yang kurang elektronegatif.
Orde ikatan adalah ukuran pada molekul diatomik, dimana orde ikatan merupakan selisih
jumlah elektron di orbital ikatan dengan jumlah ikatan elektron di orbital non ikatan yang
kemudian dikalikan setengah.
Diambil contoh yaitu CO dan NO, hal yang terpenting dalam pembandingan ini adalah (1)
sekalian orbital atom oksigen terletak pada energi yang lebih rendah daripada orbital-
orbital atom C yang sesuai karena oksigen memiliki muatan inti dua satuan lebih tinggi.
Dapat dilihat hasil perbedaan energi orbital atom dari OM CO dengan OM N2. Dimisalkan
orbital tertinggi yang penuh dari N2 adalah orbital σ dari sifat ikatan sedang. Oleh karena
itu kehilangan satu elektron dari N2 melemahkan ikatan N-N. Dalam CO orbital tertinggi
yang penuh adalah orbital σ yang bersifat anti-ikatan. Oleh karena itu, ion CO+ memiliki
ikatan yang sedikit lebih kuat daripada CO.
Molekul diatom yang berlainan inti lainnya adalah Natrium Monoksida, NO. Karena N dan
O hanya beredar satu nomor atom, diagram tingkat energy nya agak mirip dengan N2..
Elektron tambahan menempati π2 anti-ikatan yang relatif lebih mudah dihilangkan untuk
membentuk ion NO+ yang memiliki ikatan lebih kuat daripada NO netral. Struktur electron
NO dspat lebih mudah dijabarkan secara kualitatif dengan memindahkan satu electron dari
konfigurasi molekul O2.

Teori Orbital Molekul Bagi molekul Poliatom


Metode orbital molekul dapat berlaku secara umum terhadap molekul-molekul yang lebih besar.
Diambil contoh yaitu molekul triatom linear yang paling sederhana BeH2. Akan dipilih sumbu z
sebagai sumbu molekul. Pertama kali perhatikan bahwa dapat terbentuk OM σ, karena atom
hidrogen hanya memiliki orbital 1s yang digunakan dalam pengikatan. Orbital tersebut bersifat σ
terhadap sumbu manapun yang melewati inti, dan karenanya hanya dapat menyumbang kepada
OM σ. Kemudian pada atom Be, hanyalah terdapat atom 2s dan 2pz yang dapat ikut dalam
pengikatan. Orbital yang memiliki sifat π dan pertindihan nol dengan orbital σ manapun, tidak
akan mengambil peran dalam pengikatan BeH2.
Orbital 2s dari berrilium dapat bergabung dengan dua orbital 1s. Dalam hal ini tanda kedua orbital
1s berada dalam “fase sama” satu sama lain, dan berada dalam “fase sama” atau “fase berbeda”
dengan orbital 2s berillium.
Butir-butir penting untuk selalu ingat mengenai keempat OM σ adalah sebagai berikut:
1. Dalam setiap OM ikatan, rapatan electron besar dan bersinambungan antara atom-atom yang
berdekatan, sedangkan dalam OM anti-ikatan terdapat simpul antara sepasang inti yang
berdekatan.
2. Dalam setiap OM tersebut, fungsi gelombang menunjukkan bahwa sepasang elektron yang
menempatinya “terbesar” keseluruh molekul, dan digunakan oleh sekalian bersama atom, bukan
saja oleh pasangan tertentu yang berdekatan. Dengan perkataan lain, elektron-elektron dalam OM
terdelokalisasi ke seluruhan jangkaun OM.

Penerapan teori OM yang lebih umum dan sangat penting dalam molekul-molekul poliato,
meliputi ikatan π dalam deret planar. Satu golongan penting yang secara kualitatif serupa walaupun
secara terinci berbeda berbeda adalah spesies simetris dengan rumus umum AB3 yang planar.
Contoh-contoh yang penting adlah BF3, CO3-2, NO3-.

Pendekatan Ikatan Terlokalisasi; keadaan Valensi dan Hibridisasi

Untuk mengetahui sifat kelinearan dapat menggunakan konsep baru yakni


1. keadaan valensi
2. hibridisasi.

Suatu atom yang hanya memiliki orbital-orbital s dan p dalam valensi dapat membentuk tiga jenis
orbital hibrida, bergantung kepada banyaknya elektron yang tersedia untuk membuat ikatan:
Hibrida sp memberikan molekul linear
Hibrida sp2 memberika molekul segitiga planar
Hibrida sp3 memberikan molekul tetrahedral

Bila tersedia orbital-orbital d beserta orbital s dan p, set hibrida penting yang berikut ini:
1. Hibridisasi oktahedral, d2sp3.
2. Hibridisasi segiempat planar, dsp2.
3. Hibridisasi tetrahedral, sd3.
4. Hibridisasi bipiramidal-trigonal, dsp3.
5. Hibridisasi piramidal-segiempat, dsp3.
Penggunaan orbital hibrida untuk menerangkan dan mengaitkan struktur tidak begitu lazim lagi
pada tahun-tahun ini, untuk memberikan jalan bagi penggunaan yang umum dari teori OM. Alasan
utamanya adalah bahwa pendekatan OM lebih mudah diterapkan untuk perhitungan kuantitatif
yang menggunakan komputer digital, dan karena dengan perhitungan semacam itu dimungkinkan
untuk menerangkan spektra molekul secara lebih mudah. Bagaimanapun konsep orbital hibrida
tetap memiliki kelebihan tertentu karena kesederhananya, dan dalam banyak hal memberikan cara
yang sangat mudah untuk mengaitkan dan “menerangkan” struktur molekul

Anda mungkin juga menyukai