Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena limpahan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya, kami dapat membuat makalah ini yang berjudul “Emulsi” kami
dapat menyelesaikan dengan baik sesuai dan dengan waktu yang telah ditentukan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan makalah
seperti ini. Makalah ini dibuat dengan sedemikiaan rupa agar kalian dengan mudah
mempelajari dan memahami pelajaran yang ada dalam makalah ini.
Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang
Maha Kuasa. Kami menyadari, bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi pembuatan dan
penyempurnaan selanjutnya. Selain itu, ucapan terima kasih kami hanturkan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bengkulu, 20 Januari 2016

(seluruh anggota kelompok )

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
C. Tujuan.......................................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Pengertian Emulsi ....................................................................................................................... 5
C. Tipe Emulsi ................................................................................................................................. 6
D. Tujuan pemakaian emulsi ........................................................................................................... 6
E. Bahan Pengemulsi (Emulgator) .................................................................................................. 7
F. Cara Pembuatan Emulsi .............................................................................................................. 9
G. Cara Membedakan Tipe Emulsi ................................................................................................ 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari
segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu
emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam
susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.Bebera contoh
emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi
gelatin.

Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi
karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk
mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu
juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain
faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi. Sistem emulsi
termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun dalam makalah
ini kita hanya akan membahas mengenai emulsi yang menyangkut sediaan obat dalam ruang
ringkup farmasetika.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi emulsi ?
2. Apa saja komponen- komponen emulsi?
3. Apa saja tipe emulsi?
4. Apa tujuan pemakaian emulsi ?
5. Apa saja teori terjadinya emulsi?
6. Apa saja bahan-bahan pengemulsi?
7. Bagaimana cara pembuatan emulsi ?
8. Bagaimana cara membedakan tipe emulsi?
9. Bagaimana emulsi dikatakan stabil ?

C. Tujuan
siswa dapat :
1. Mengetahui definisi emulsi.
2. Mengetahui komponen- komponen emulsi.

3
3. Mengetahui tipe emulsi.
4. Mengetahui tujuan pemakaian emulsi.
5. Mengetahui teori terjadinya emulsi.
6. Mengetahui bahan-bahan pengemulsi.
7. Mengetahui cara pembuatan emulsi.
8. Mengetahui cara membedakan tipe emulsi.
9. Mengetahui kestabilan emulsi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emulsi
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat
dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator
(emulsifying agent).

Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah
putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein
dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai
protein yang terdapat dalam biji tersebut.

Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan pembuatan


emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan
gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator
dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.

Kelebihan dan Kekurangan Emulsi

Kelebihan :

a. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu menjadi
sediaan yang homogen dan bersatu.

b. Mudah ditelan.

c. Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat

Kekurangan :

a. Kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet.

b. Takaran dosis kurang teliti.

B. Komponen Emulsi

Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas :

Fase dispers / fase internal / fase diskontinue

5
Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.

Fase kontinue / fase external / fase luar

Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi
tersebut.

Emulgator.

Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan

Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam
sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas dan lain –
lain. Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam sitrat, propil
gallat , asam gallat.

C. Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external,
maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :

1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai
fase internal dan air sebagai fase external.

2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase
internal dan minyak sebagai fase external.

D. Tujuan pemakaian emulsi


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua
cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :

1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w

2. Dipergunakan sebagai obat luar.

6
Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek
terapi yang dikehendaki.

E. Bahan Pengemulsi (Emulgator)


Emulgator alam

Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan
menjadi tiga golongan yaitu :

1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.

Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w, sangat peka
terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri. Oleh sebab itu pada
pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah bahan pengawet.

a. Gom Arab

Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk sangat
stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2
faktor yaitu

kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)

terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil
sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi)

Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom arab sebanyak ½
dari jumlah minyaknya. Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom,
diaduk keras dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya.

b. Tragacanth

Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan
viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator ini
hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6. Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan
menambahkan sekaligus air 20 x berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai
pengental tidak dapat membentuk koloid pelindung.

c. Agar-agar

Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini ditambahkan
untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab. Sebelum dipakai agar-
agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai

7
suhu tidak kurang dari 45oC (bila suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan
berbentuk gel). Biasanya digunakan 1-2 %.

d. Chondrus

Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa dari minyak
tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

e. Emulgator lain

Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan

a. Kuning telur

Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan kolesterol yang
kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w.
Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur
merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali
beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya.

b. AdepsLanae

Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o dan banyak
dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan
minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 X beratnya.

3. Emulgator alam dari tanah mineral.

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum

Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam magnesium dan aluminium.
Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian
yang lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.

b. Bentonit

Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat mengabsorbsikan sejumlah
besar air sehingga membentuk massa sepert gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai
sebanyak 5 %.

4. Emulgator buatan

1. Sabun.

8
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat dipergunakan
sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila sabun tersebut
bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun
dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator tipe w/o.

2. Tween 20 : 40 : 60 : 80

3. Span 20 : 40 : 80

Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :

Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat

Kationik : senyawa ammmonium kuartener

Non Ionik : tween dan span.

Amfoter : protein, lesitin.

F. Cara Pembuatan Emulsi


Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat dijelaskan :

1. Metode gom kering atau metode kontinental.

Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak terlebih
dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan
dengan sisa air yang tersedia.

2. Metode gom basah atau metode Inggris.

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar membentuk
suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk mem-bentuk emulsi,
setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.

3. Metode botol atau metode botol forbes.

Digunakan untuk minyak menguap dan zat –zat yang bersifat minyak dan mempunyai
viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian
ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat.
Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.

Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi

Untuk membuat emulsi biasa digunakan :

1. Botol

9
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus menerus, hal
tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya.

2. Mixer, blender

Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang didalamnya
terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat putaran pisau tersebut, partikel akan
berbentuk kecil-kecil.

3. Homogenizer

Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa melalui
saluran lubang kecil dengan tekanan besar.

4. ColloidMill

Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur. Coloidmill
digunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi cairan dalam cairan

G. Cara Membedakan Tipe Emulsi


Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :

1. Dengan pengenceran fase.

Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe
o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.

2. Dengan pengecatan/pemberian warna.

Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari
emulsi tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop)

3. Dengan kertas saring.

Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah maka tipe emulsi o/w,
dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.

4. Dengan konduktivitas listrik

Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt lampu neon ¼ watt
semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam
cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi tipe w/o.

H. Kesetabilan Emulsi

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

10
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung
fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible artinya
bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya irreversible (
tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :

3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w
atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat pengemulsi
atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan
pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah.Biasanya terdiri dari
dua komponen: komponen dasar yang terdiri dari fase dispersi, terdispersi dan emulgator
serta komponen tambahan.

Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau
bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk butir-
butir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator. Emulgator sendiri
bisa berasal dari alam maupun buatan.

Emulsi dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe emulsi o/w atau a/m dan tipe emulsi w/o atau m/a.
Sedangkan macamnya bibagi menjadi 3, yaitu : oral, topikal dan injeksi.

Emulsi akan dikatakan stabil jika didiamkan tidak membentuk agregat, jika memisah antara
minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi serta jika terbentukagregat, jika
dikocok akan homogen kembali.

B. Saran
Diharapkan siswa dapat lebih memahami tentang sediaan emulsi.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuni.2006. Ilmu Resep. ECG : Jakarta

2. http://id.wikipedia.org/wiki/emulsi

3. Anief, Moh. (2005). ”Ilmu Meracik Obat”, cetakan XII. Gadjah Mada
UniversityPress: Yogyakarta.

4. Ditjen POM. (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 474, 509.

5. http://ladytulipe.wordpress.com/emulsi

13

Anda mungkin juga menyukai