terjemahan dari istilah zekerheid atau cautie, yaitu kemampuan debitur untuk
Tahun 1967 tentang Pokok Pokok Perbankan, yang ada istilah “agunan” yang ada
istilah “jaminan”. Semantara Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
pengertian yang tidak sama dengan istilah “jaminan” menurut Undang-Undang Nomor
14 tahun 1967.
dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, diberi arti lain, yaitu “keyakinan
atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi
Pasal 8 ayat (1) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,
diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit
dengan “barang”, tetapi berkaitan pula dengan character, capacity, capital dan
sangat collateral oriented. Hal ini disebabkan oleh ketentuan dalam Pasal 24
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 secara tandas menentukan bahwa Bank Umum
mengubah orientasi bank ini. Bahkan memberikan kelonggaran kepada nasabah dalam
Nomor 10 Tahun 1998 tidak lagi collateral oriented, namun praktik perbankan
quaranty. Secara yuridis, agunan (tambahan) merupakan sesuatu yang sudah pasti
dan meyakinkan, karena agunan (tambahan) berupa harta kekayaan milik pribadi debitur,
benda-benda tertentu.
Djuhaendah
collateral memang dapat membantu para pengusaha yang menjalankan usaha dengan
prospek usaha yang baik dan dalam kondisi perusahaannya yang sehat dan berjalan
Agunan
dibedakan atas 2 (dua) macam. Agunan pokok adalah barang, surat berharga, atau
garansi yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang
bersangkutan, seperti barang yang dibeli dengan kredit yang dijaminkan, proyek
sedangkan agunan tambahan adalah barang, surat berharga, atau garansi yang
tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang
JAMINAN
pemenuhan suatu kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. Realisasi penjaminan
ini juga selalu berupa menguangkan benda-benda jaminan dan mengambil dari hasil
penguangan benda jaminan itu apa yang menjadi hak pihak yang mengutangkan
(kreditor).
tugas melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, jaminan yang baik (ideal)
itu adalah:
yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu
dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untk dieksekusi.
Kebendaan
Adapun
syarat-syarat.
Pada
sasarannya Prinsip 5 C’s ini akan dapat memberikan informasi mengenai iktikad
Pembiayaan
penilaian watak,
penilaian kemampuan,
bersangkutan.
C. PEMBEDAAN
LEMBAGA JAMINAN
Lembaga jaminan,
bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka
piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alas
1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata, dapat diketahui pembedaan (lembaga hak)
Jaminan
yang bersifat umum ditujukan kepada seluruh kreditor dan mengenai segala kebendaan
debitur.
Hak
jaminan yang bersifat khusus ini timbul karena diperjanjikan secara khusus
antara debitur dan kreditor. Hak jaminan yang bersifat khusus dapat berupa atau
dibedakan atas:
1.
2.
seseorang tertentu atau badan hokum yang bersedia menjamin pelunasan utang
Hak
milik debitur;
b.
(semua orang);
c.
d.
D.
kreditor konkuren mempunyai hak yang sama (pari passu) untuk menuntut pemenuhan
piutang terhadap segala harta kekayaan kebendaan debitur, baik kebendaan yang
bergerak maupun kebendaan yang tidak bergerak, baik kebendaan yang sudah ada
diambil lebih dahulu dari hasil pendapatan penjualan benda tertentu dan
benda debitur pada umumnya (Pasal 1139 sub 1 dan Pasal 1149 sub 1 KUH
Perdata);
E. SIFAT
perjanjian jaminan ditentukan oleh ada dan hapusnya perjanjian pendahuluan atau
perjanjian pokoknya.
atau juga di Amerika dalam ketentuan mortgage, yaitu baha mortgage selalu
sehingga kreditor (pemberi pinjaman) akan meras aman dan memperoleh kepastian
hukum atas pelunasan pinjaman yang diberikan olehnya kepada debitur, karena
kreditornya.
F. BENTUK
PERJANJIAN JAMINAN
dilakukan dalam bentuk lisan dan tertulis. Perjanjian pembebanan dalam bentuk
tinggi. Biasanya pinjaman itu cukup dilakukan secara lisan. Seseorang yang
ingin mendapatkan pinjaman cukup menyerahkan surat tanahnya. Setelah surat tanah diserahkan, maka
uang pinjaman
jaminan dilakukan dalam bentuk tertulis, maka bias dilakukan dengan menggunakan
akta di bawah tangan dan akta autentik. Berdasarkan kepada ketentuan di atas,
Adapun
pembebanan perjanjian lembaga hak jaminan lainnya yang diwajibkan atau diharuskan
jaminan hipotek atas kapal, yang dibuat oleh Pejabat Pendaftar dan
Ketentuan
kedudukan, fungsi dan kewenangan Notaris itu sebagaimana ketentuan dalam Pasal
Di Indonesia setelah Tahun 1996, yakni sejak lahirnya UU. No. 4 Tahun 1996 tentang tanggungan atas
tanah dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah, pengikatan jaminan (anggunan) kredit atau
pembiayaan di bank melalui lembaga jaminan dapat dilakukan melalui gadai, hipotik, hak tanggungan,
dan fidusia. Adapun uraian singkat mengenai masing-masing bentuk lembaga jaminan adalah sebagai
berikut:
1. Gadai
Lembaga jaminan yang disebut Gadai diatur oleh ketentuan pasal 1150 sampai dengna pasal 1160 KUH
Perdata. Gadai merupakan lembaga jaminan yang digunakan untuk mengikat jaminan utang yang
berupa barang-barang bergerak antara lain berupa barang-barang perhiasan (misalnya kalung emas dan
gelang emas), surat berharga dan surat yang mempunyai harga (misalnya saham dan sertifikat
deposito), mesin-mesin yang tidak terpasang secara tetap di tanah atau bangunan (misalnya genset),
dan sebagainya.
Pengikatan jaminan melalui Gadai memberikan jaminan kebendaan kepada krediturnya sebagai
pemegang Gadai, artinya kreditur mempunyai hak menagih pelunasan piutangnya atas benda yang
diikat dengan Gadai tersebut.
Pengikatan jaminan melalui Gadai memberikan hak didahulukan atau hak preferen kepada kreditur
sebagai pemegang Gadai, artinya kreditur tersebut akan memperoleh pembayaran didahulukan atas
piutangnya dari hasil pencairan (penjualan) benda yang diikat dengna Gadai dibandingkan dengan
kreditur-kreditur lainnya.
2. Hipotik
Lembaga Hipotik pada saat ini hanya digunakan untuk mengikat jaminan utang yang berupa kapal laut
berukuran bobot 20 m3 atau lebih sesuai dengan ketentuan pasal 314 KUH Dagang dan UU No.21 tahun
1992 tentang Pelayaran, dengan mengacu antara lain kepada ketentuan Hipotik yang tercantum dalam
KUH Perdata.
Pengikatan kapal laut melalui Hipotik memberikan kepastian hukum bagi kreditur sesuai dengan
dibuatnya akta dan sertifikat Hipotik yang dalam praktek pelaksanaannya adalah berupa Akta Hipotik
berdasarkan perjanjian pinjaman dan Akta Kuasa Memasang Hipotik.
3. Hak Tanggungan
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau
tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan
hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap
kreditur-kreditur lain. Pemberiannya merupakan ikutan dari perjanjian pokok yaitu perjanjian yang
menimbulkan hubungan hukum hutang piutang yang dijamin pelunasannya.
4. Fidusia
Semula bentuk jaminan ini tidaklah diatur dalam perundang-undangan melainkan berkembang atas
dasar yurisprudensi, di Indonesia baru diatur dalam undang-undang pada tahun 1999 dengan lahirnya
Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia.
Fidusia merupakan pengembangan dari lembaga Gadai, oleh karena itu yang menjadi objek jaminannya
yaitu barang bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Berdasarkan ketentuan umum dalam
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tersebut, Fidusia adalah pengalihan hak
kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
jaminan hipotek atas kapal yang dibuat oleh pejabat pendaftar dan pencatat
Surat kuasa membebankan hipotek (SKMH) yang dibuat oleh atau dihadapan notaries.
notaris.