BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada tiga hal yang menjadi alat bagi manusia untuk mencari kebenaran,
yaitu filsafat, ilmu dan agama. Walaupun tujuan ketiga aspek ini untuk mencari
kebenaran, namun ketiganya tidak dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang sama
(sinonim). Secara umum, filsafat dianggap sesuatu yang sangat bebas karena ia
Segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, dalam perspektif agama adalah
sebuah kebenaran yang tidak dapat ditolak. Sedangkan ilmu adalah sebuah
perangkat metode untuk mencari kebenaran. Antara filsafat dan Ilmu, sama-sama
Dengan kata lain, dapat dikatakan setiap masalah yang dihadapi manusia, maka
Sebagian ahli agama menjadikan filsafat dan ilmu sebagai alat untuk
1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996, hlm. 13.
semakin kuat.2 Sedangkan ahli filsafat melihat agama dengan pemikiran yang
karena ia dapat digunakan oleh semua orang dalam kapasitas dan kemampuan
masing-masing manusia. Pemahaman terhadap ketiga aspek ini, cukup urgen bagi
Manusia begitu ia dilahirkan tidak tahu dan tidak mengenal dengan apa-
apa yang ada disekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Ketika manusia mulai
sesuatu yang berpikir, maka ketika itu dia mulailah ia memikirkan dari mana asal
sesuatu, bagaimana sesuatu, untuk apa sesuatu, kemudian apa manfaatnya sesuatu
itu.
Sebenarnya pada ketika manusia telah mulai tahu dari mana asalnya,
bagaimana proses terjadinya, siapa dia, untuk apa dia, pada ketika itu ia telah
berfilsafat. Karena filsafat itu pada intinya adalah berusaha mencari kebenaran
tentang segala sesuatu, baik yang ada maupun yang mungkin ada, dari mana asal
sesuatu, bagiamana sesuatu itu muncul dan untuk apa sesuatu itu ada, dari
pemikiran seperti itu, maka muncullah beraneka macam pandangan, pendapat dan
2
Daniel Djuned, Konflik Keagamaan dan Solusinya dalam Syamsul Rijal et.al, Filsafat, Agama dan
Realitas Sosial,Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh 2004, hlm. 81.
pemikran serta tanggapan, yang akhirnya menjadi suatu kesepakatan
Kesepakatan tentang sesuatu itu dan berlaku untuk umum serta menjadi
kebiasaan pada komunitasnya secara turun temurun hal itulah yang dinamakan
tradisi, dari tradisi itulah berkembang menjadi suatu ilmu. Seperti kalau mau
menanam padi di sawah harus ada air, kemudian harus dipikirkan dari mana
ide untuk membuat kincir air atau membuat saluran air ke sawah (irigasi), halhal
adalah induk dari segala ilmu pengetahuan, maka oleh karena itu setiap metode,
objek, dan sistematika filsafat itu harus mempunyai arti fungsional bagi setiap
yang telah dikemukakan dan dipaparkan di atas, maka dengan jelas dapat
dipahami bahwa setiap ilmu pengetahuan yang lain yang bersifat terapan
disiplin filsafat.3
Kata ilmu adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari
ilmu itu di dalam bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan istilah science.
3
Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim, Sipress, Yogyakarta, 1993, hlm.22.
Science adalah kata yang berasal dari bahasa Latin: Scio, cire, yang berarti
pengetahuan.4
pengetahuan dikatakan ilmu tentu banyak yang bisa dikatakan ilmu, karena
pengetahuan itu sifatnya baru sebatas tahu, akan tetapi sebaliknya semua ilmu
adalah pengetahuan, akan tetapi yang dikatakan ilmu adalah pengetahuan yang di
susun secara sistematis, memiliki metode dan berdiri sendiri, tidak memihak
kepada sesuatu.
bidang pengetahuan itu, dan yang lebih awam lagi mengartikan ilmu itu dengan
pengetahuan dan kepandaian tentang sesuatu persoalan, baik itu persoalan sosial
sebagainya, seperti soal pergaulan, soal pertukangan, soal duniawi, soal akhirat,
soal lahir, soal batin, soal dagang, soal adat istiadat, soal pertanian, soal gali
diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang dilalui atau yang diterima, baik itu
4
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta, 1992, hlm. 39.
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),Balai Pustaka, Jakarta 2001,
hlm. 423.
pengalaman spritual, lewat pengalaman bekerja dan lain-lain sebagainya,
kemudian harus bersifat atau berlaku untuk umum dan tidak boleh memihak
discreptions of the facts of experience in the simples possible term (Ilmu adalah
fakta-fakta yang diambil atau diterima dari suatu pengalaman dalam pengertian
Barangkali tidak ada yang paling sulit dan yang paling susah diberi
pengertian atau definisi dan mencari arti selain dari pada kata agama. Karena hal
itu cukup beralasan, paling tidak ada tiga alasan untuk masalah itu, yaitu:
pertama, karena pengalaman agama itu adalah masalah bathini yang berhubungan
dengan spritual dan yang bersifat subjektif, disamping itu juga sangat
individualistik. Kedua, barang kali tidak ada orang yang berbicara begitu
bersemangat dan emosional dari pada membicarakan agama, maka oleh karena itu
apabila membahas arti agama pasti ada emosi yang sangat kuat sekali sehingga
sulit untuk memberikan arti kalimat agama itu. Ketiga, bahwa konsepsi tentang
agama akan sangat dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan
6
George Thomas White Patrick, Introduction to Philosophy, T.p, London 1968, hlm.20.
pengertian agama itu sendiri.7 Di dalam membahas masalah pengertian agama
agaknya ketika membicarakan tentang agama akan berhadapan dengan apa yang
disebut Problem of Ultimate Concern: adalah suatu masalah atau problem yang
membicarakan soal agamanya, maka orang tersebut tentu akan involved (berbelit-
belit) dalam sikap subjektifitas dan sulit mempunyai sikap yang objektif.8
Ada tiga istilah yang hampir sama di dalam masalah agama ini, yaitu
religion adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, din kata yang berasal dari
Bahasa Arab dan agama kata yang berasal dari bahasa Sanskerta, yang mana
sendiri, akan tetapi di dalam arti teknis terminologi ketiga istilah tersebut
mempunyai inti makna yang sama, yaitu sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah
lingkungannya.9
sempurna dan lengkap, tentang religi, din dan agama, maka di dalam makalah ini
penulis akan mencoba untuk merumuskan sebuah definisi tentang hal tersebut.
Agama, religi dan din pada umumnya dipahami oleh masyarakat adalah salah satu
manusia kepada sesuatu yang dianggapnya yang mutlak yang memiliki kekuasaan
luar biasa itu, serta suatu sistem norma-norma (tata kaidah) yang mengatur tata
hubungan antara manusia dengan sang pencipta (di dalam Islam: Allah Swt, Azza
dengan alam lain disekitar/lingkungannya, sesuai dan sejalan dengan tata cara
jelaskan diatas, maka penulis tertarik akan membahas mengenai hubungan hukum
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana hubungan hukum dengan ilmu pengetahuan dan agama?
2. Bagaiaman peran agama dalam ilmu merumuskan dan penegakan hukum yang
adil?
BAB II
dengan hal-hal yang sama, yaitu kebenaran dan bertindak atas dasar rumusan
kebenaran dengan jalan menggunakan akal, pikiran dan logika, ilmu pengetahuan
itu melalui wahyu dari Tuhan. Jadi ketiganya sasaran adalah sama, yaitu
kandungan yang ada di dalam al-Quran itu sifatnya kamunikasi, akan tetapi
kebenaran asal usul sumber hukum. Di dalam filsafat hukum ada beberapa aliran
atau mazhab yang membahas mengenai sumber hukum. Sedangkan dalam agama
khusus agama islam, sumber hukumnya itu melalui wahyu dari Tuhan terdiri atas
dalam filsfat hukum yang berdasarkan melalui tuhan dikenal dengan aliran hukum
alam. Ide pertama paradigma hukum alam ini yang dijelaskan oleh Prof Lili,
adalah diambil dari bukunya A.P dEntereves, Hukum Alam: Pengantar Filsafat
Hukum. Selama dari dua ribuan tahun yang telah silam gagasan ide hukum alam
ini telah memainkan peranan penting dalam alam pikiran manusia dan sejarah
manusia. Hukum alam dipandang sebagai norma yang mamstikan benar atau
salah, sebagai pola hidup yang baik adalah hidup yang selaras dengan alam dan
ini memberikan dorongan yang kuat terhadap reflekssi patokan lembaga. Yang
ada pembenaran dari konservatisme dan revolusi, akan tetapi bernaung di bawah
alam itu dianggap cukup jelas. Dalam setengah abad terakhir ini hukum alam
mendapat serangan hebat dari berbagai pihak sebagai suatu hal yang sangat tidak
baik dan historis merugikan, pada waktu kritis seperti ini hukum alam sudah
dinyatakan ia tak bisa bangkit lagi. Walaupun dengan demikian, hukum alam
tetap bertahan dalam konstelasi teori dan praktek. Karena hukum alam ini tidak
hanya sekedar historis akan tetapi juga bersifat Universal. Maka dari itulah Prof
Lili mengatakan bahwa hukum alam adalah hukum yang berlaku secara univesal
serta abadi.
Menurut Friedman sejarah tentang hukum alam merupakan sejarah umat
manusia dalam usahanya menemukan apa yang dinamakan keadilan yang mutlak
Peran hukum alam ini sepanjang sejarah manusia dapat diketahui dalam berbagai
10
Sutikno, Filsafat Hukum, Jilid II, Pradinya-Paramitha, Jakarta, 1976. hlm. 5.
11
Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan teori Hukum, Citra Adity Bakti, Bandung,
2007, hlm 47
1. Hukum alam digunakan untuk mengubah hukum perdata romawi yang
lama menjadi suatu sistem hukum umum yang berlaku diseluruh dunia
2. Digunakan sebagai senjata oleh kedua belah pihak, adalah gereja dan
ekonomi
5. Dipergunakan unutuk mempertahankan pemerintahan yang berkuasa,
yang nyata
6. Dipergunakan untuk mempertahankan segala bentuk ideologi
7. Sebagai dasar bagia ketertiban internasional, hukum alam terus
menerus meberikan ilham kepada kaum stoa, ilmu dan filsafat hukum
lainnya.
Ada terdapat perbedaan antara hukum alam sebagai metode dan hukum
alam sebagai substansi, hukum alam sebagai metode adalah hukum yang tertuang
atau hukum yang dapat dikenali sejak zaman kuno sekali sampai kepada abad
bisa dipakai untuk menghadapi keadaan yang berlainan. Ia tidak memilki norma-
norma sendiri, melainkan hanya memberi tahu tentang bagaimana membuat
peraturan yang baik. Dan hukum alam sebagai subtansi adalah hukum berisi nilai-
Hukum alam ini dianut oleh kaum Scolastik abad pertengahan seperti Thomas
van Aquino, Gratiunus atau Decretum, John Salisbury, Dante algeire, Pieree
dua asas pertama: Principia prima adalah prinsip-prinsip yang berkaitan dengan
prinsip hak dasar manusia yang sigatnya umum serta universal dan berlaku tanpa
batas atau ruang waktu. prinsip ini bersifat mutlak, dalam arti melekat pada setiap
manusia. Kedua: principia secundaria, adalah prinsip khusus yang dijabarkan dari
prinsip yang pertama ini. Penjabarannya dapat dilakukan dengan pikiran manusia,
dan karenanyya dapat menyimpang dari hukum alam yang sesungguhnya. Prinsip
pada abad ke 17-18. hukum inilah yang memperoleh kritik tajam dan mengalami
12
Ibid, hlm. 48
secara baik, tetapi ia gagal dikala terjadi kegoncangan pada separoh abad ke 19
positivisme itu maka bangkit kembali hukum alam dengan sebutan kebangkitan
sebagai kebangkitan oleh karena berbeda sekali dari hukum alam sebelumnya, ia
menganut konsep relativitas yang berbeda dengan kosep hukum alam sebelumnya
di mana ia sangat statis dan absolut itu, satu-satunya titik untuk menghubungkan
dengan hukum alam yang lama adalah untuk menyatukan idealisme moral.
Sebagaimana terurai di muka, hukum alam ini selalu dikenal sepanjang
zaman kehidupan manusia. Oleh karena itu hukum alam ini merupakan usaha
manusia untuk menemukan hukum dan keadilan yang ideal. Dengan cara
demikian Gentilis menggambarkan hukum alam sebagai hukum yang lebih tinggi
yang secara stuktural merupakan sumber dan menjadi dasar dari tindakan kaisar
(the law giver), dan hukum positif yang dibentuk oleh kaisar tidak lain dari
penjelmaan hukum alam dalam bentuknya sebagai hukum positif atau hukum
alam yang diberi kekuatan atau kekuasaan oleh manusia. Maka dengan demikian
hukum alam dapat berbentu hukum formal, umum, prinsif-prinsif serta dalam
hukum alam, maka kita akan mengkaji sejarah manusia yang berjuang untuk
Pada suatu saat hukum alam muncul dengan kuatnya, pada saat yang lain ia
Maha Esa, dari alam semesta dan dari akal budi manusia, karenanya ia di
gambarkan sebagai hukum yang berlaku abadi. Hukum alam dimaknai dalam
berbagai arti oleh beberapa kalangan pada masa yang berbeda. Berikut ini akan di
paparkan pandangan hukum alam dari Aristoteles, Thomas Aquinas, dan Hugo
Grotius.
B. Peran Agama Dalam Ilmu Merumuskan Dan Penegakan Hukum Yang Adil
Apabila membicarakan peran agama dalam perumusan dan penegakan
hukum yang adil, dapa diambil contoh agama Islam. Keadilan dalam konsep
ajaran agama Isalam mempunyai makna yang spesifik bila dibandingkan sudut
pandang lainnya. Perumusan hukum yang adil dalam ajaran agama Islam
Quran dan terimplementasi dalam Hadits mengenai hukum konsep hukum yang
yaitu adl. Kamus-kamus yang berbahasa arab menginformasikan bahwa kata ini
pada mulanya berarti sama. Persamaan dimkasud, sering dikaitkan dengan hal-hal
yang bersifat materi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata adil
diartikan sebagai tidak berta sebalh atau tidak memihak, berpihak kepana
pelakunya tidak berpihak, dan pada dasarnya pula orang yang adil berpihak
kepada yang benar. Namun pengertian keberpihakan kepada uang benar dan yang
wewenang.
Keadilan diungkapakan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran antara lain
pengertian keadilan tidak selalu menjadi kebalikan dari kezaliman. Adil yang
berarti sama, memberi kesan adnya dua pihak atau lebih yang membutuhkan
keadilan. Sebab jika hanya satu pihak tidak akan menjadi persamaan. Lain halnya
kata qisth yang (berarti yang wajar dan patut) hal itu, tidak harus mengantarkan
adanya persamaan. Bukankah bagian dapat saja diperoleh oleh satu pihak. Sebab,
kata qisth lebih umum dari kata adl yang berarti sama. Hal itu, berarti Al-Quran
menuntut seseorang untuk berlaku adil terhadap dirinya sendiri. Hal ini
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
Sedangkan teori keadilan menurut John Rawls. John Rawls yang hidup
pada awal abad 21 lebih menekankan pada keadilan sosial.13 Teori John Rawls
ketidak samaan di bidang social ekonomi harus diatur sedemikian rupa agar
golongan yang paling lemah merupakan pihak yang paling diuntungkan, dan
utama (priority rule) yang terdiri dari yang mengatur kebebasan dan keadilan
kesejahteraan.
Menurutnya, ketentuan yang mengatur kebebasan haruslah sedemikian
rupa agar kebebasan hanya dapat dibatasi demi kebebasan itu sendiri. 16 Tidak
yang lemah harus dijamin agar lebih baik.17 Ketentuan yang berkaitan dengan
kurang mendapatkan kesempatan yang lebih tinggi, dan pihak yang mendapat
struktur dasar masyarakat yang asli dimana hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan,
sosial sehingga perlu diperiksa kembali mana prinsip-prinsip keadilan yang dapat
masyarakat pada posisi asli (people on original position). Dalam posisi dasar
17
Ibid. hlm. 244
18
Ibid. hlm. 303
Ada tiga syarat supaya manusia dapat sampai pada posisi asli, yaitu:19
a. Diandaikan bahwa tidak diketahui, manakah posisi yang akan diraih seorang
dan baru kemudian kepentingan umum. Ini adalah kecenderungan alami manusia
adalah:
a. Kebebasan yang sama sebesar-besarnya, asalkan tetap menguntungkan semua
pihak;
b. Prinsip ketidaksamaan yang digunakan untuk keuntungan bagi yang paling
lemah.
Keadilan dari pencipta manusia hanya dapat diketahui dan dipahami bila
dihayati ide-ide dari Al-Quran dan Alhadits. Islam sebagai agama atau risalah
yang mengandung unsur-unsur hukum Tuhan tidak hanya mengatur alam semesta,
pada dirinya yang dapat digunakan untuk menciptakan kehidupannya yang lebih
baik. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik pendidikan di dalam Islam adalah
sesuatu yang inhern dengan agama dan sifat-sifat, kekuatan atau hukum tuhan
19
Darji Darmodiharjo dan Shidarta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1995, hlm. 146.
yang meleka pada manusia. Selain itu, juga menunjukkan bahwa agama disebut
dihayati oleh manusia sehingga menjadi pola perilaku di dalam kehidupan sehari-
harinya.20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Filsafat hukum ilmu pengetahuan dan agama adalah bertujuan setidaktidaknya
berurusan dengan hal-hal yang sama, yaitu kebenaran dan bertindak atas dasar
mencari kebenaran dengan jalan menggunakan akal, pikiran dan logika, ilmu
menjelaskan kebenaran itu melalui wahyu dari Tuhan. Jadi ketiganya sasaran
adalah sama, yaitu kebenaran. Jadi filsafat berupaya mencari kebenaran, ilmu
sifatnya kamunikasi, akan tetapi banyak juga yang sifatnya konfirmasi, yaitu
dalam filsafat hukum ada beberapa aliran atau mazhab yang membahas
sumber hukumnya itu melalui wahyu dari Tuhan terdiri atas al-Quran dan as-
Sunanah.
2. Dalam menciptakan keadilan, prinsip utama yang digunakan adalah
pihak dan prinsip ketidaksamaan yang digunakan untuk keuntungan bagi yang
paling lemah. Keadilan dari pencipta manusia hanya dapat diketahui dan
dipahami bila dihayati ide-ide dari Al-Quran dan Alhadits. Islam sebagai
agama atau risalah yang mengandung unsur-unsur hukum Tuhan tidak hanya
manusia akan adanya hukum tuhan pada dirinya yang dapat digunakan untuk
kebenaran.
2. Keadilan itu mengerahkan kekuatan manusia kepada tujuan besar, yaitu
Daftar Pustaka