Anda di halaman 1dari 3

Hari/Tanggal : Selasa/ 14 November 2017

Kegiatan : Rakor Internal


Lapas : Narkotika Klas IIA Jakarta

NOTULENSI

Rapat Koordinasi dimulai jam 09.30 WIB , dihadiri oleh hampir seluruh anggota tim kolaborasi
TB HIV. Rakor dimulai dengan kata sambutan dari Pak Adrian Nova selaku Kasi Binadik yang
baru bertugas sekaligus membuka rapat koordinasi di LapasNarkotika Jakarta.

Bapak Adrian Nova : Beliau memperkenalkan diri sebagai Kasi Binadik yang baru di Lapas
Narkotika Jakarta. Beliau sangat mendukung program-program kesehatan yang sudah berjalan
dengan baik selama ini di Lapas Narkotika Jakarta dan berharap kedepannya bisa ditingkatkan
lagi. Beliau juga mengharapkan kerjasama dan komunikasi yang baik dengan seluruh petugas
kesehatan, baik medis/paramedis maupun non medis. Beliau siap membantu setiap kendala dan
memfasilitasi berbagai permasalahan di klinik dengan seksi-seksi lain.

Dr. Yusman : Beliau menjelaskan sedikit tentang program-program kesehatan apa saja yang ada
di Lapas Narkotika. Secara umum program-program kesehatan sudah berjalan dengan baik.
Termasuk baru-baru ini tim klinik melakukan skrining IMS. Dari 100 orang WBP yang beresiko
terinfeksi IMS, ada sekitar 10 orang yang terinfeksi syphilis. Dan saat ini sebagiannya sudah
dalam pengobatan. Kendala saat ini adalah kurangnya stok obat-obatan, padahal pasien yang
berobat cukup banyak sehingga pengobatan dari dokter kurang maksimal. Selain itu juga
masalah rujukan, dimana semua pasien yang dirujuk harus ke RS pengayoman. Sedangkan
fasilitas di sana belum banyak perubahan dimana tidak semua dokter spesialis ada dan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang masih terbatas. Sebenarnya boleh ke RS Polri atau RS
lainnya tapi tetap harus melalui rujukan RS Pengayoman. Dan hal inilah pada kasus-kasus gawat
darurat dapat memperlama waktu dan berakibat penanganan jadi terlambat.

Bapak Rangga : Beliau sebagai Kasubsie Bimkemaswat menanggapi apa yang disampaikan dr.
Yusman. Untuk obat-obatan bisa diajukan lagi permintaan obat ke bagian TU. Mudah-mudahan
menjelang akhir tahun bisa turun. Untuk masalah rujukan sebaiknya diikuti saja prosedur yang
sudah ditetapkan oleh pimpinan karena hal ini menyangkut keamanan.

Dr. Finnahari : Beliau menjelaskan program HIV-AIDS yang sudah berjalan dari VCT sampai
terapi ARV. Dari sekitar 100 orang WBP ODHA, 90 orang sudah menggunakan ARV. Kendala
saat ini memang masih berkisar masalah kepatuhan minum obat. Banyak dari mereka yang tidak
teratur minum ARV karena terkendala pengawasan minum obat di dalam blok. Untuk program
KDS saat ini cukup terbantu dengan adanya tim peneliti dari FKM UI, dimana mereka
melakukan intervensi kelompok ODHA setiap 2 minggu sekali. Selain itu kendala saat ini adalah
tidak ada lagi bantuan pemeriksaan CD4 gratis dari RS pengayoman. Banyak dari ODHA yang
ingin mengetahui CD4 mereka tetapi terkendala biaya. Selain pemeriksaan CD4 mereka juga
membutuhkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan fungsi ginjal dan fungsi hati.
Untuk tahun ini semua pemeriksaan tersebut tidak dapat dilakukan karena dana tidak tesedia dan
tidak ada juga bantuan Cuma-Cuma dari pihak lain. Tapi untuk saat ini ada program pengobatan
Hepatitius C yang ditawarkan RS pengayoman kepada ODHA yang sudah minum ARV dan
terinfeksi Hepatitis C. Dimana pemeriksaan anti HCV dan VLC RNA didapatkan secara gratis,
sedangkan pemeriksaan SGOT/SGPT, Ureum/Kreatinin dan DL dibiayai oleh pasien sendiri.
Inilah yang juga jadi kendala, dimana WBP kebanyakan tidak mampu untuk membayar biaya
pemeriksaan.

Dr. Birindra : Untuk program TB tahun ini sudah berjalan dengan baik, dari pemeriksaan TB
sampai pengobatan OAT. Pemeriksaan MTB di RS Pengayoman cukup lancar walaupun pernah
terkendala kekurangan catridge. Begitupun dengan ketersediaan OAT sampai saat ini tidak ada
kendala. Kerjasama dengan LSM Red Institute dalam membantu program TB-HIV berjalan
dengan baik, baik KIE maupun rujukan pasien TB.

Rinah (Red Institute) : Untuk Red Institute, programnya sudah akan berakhir tahun ini. Beliau
tidak tahu apakah kerjasama ini masih akan berlangsung tahun depan. Tapi beliau mengharapkan
kerjasama dengan lapas rutan masih dapat dilanjutkan. Beliau sendiri juga belum tahu apakah
masih akan tetap di Red Institute atau tidak dilanjutkan lagi. Semuanya bukan beliau yang
memutuskan. Beliau mengatakan senang bisa bekerjasama dengan Lapas Narkotika selama ini.

Sri Rahayu : Untuk Laporan SIHA cukup baik, tidak ada masalah. Tapi untuk pengiriman
laporan akhir-akhir ini sering terlambat karena beliau sedang sibuk sekolah nurse dan juga saat
ini beliau sedang hamil. Walaupun demikian tetap diusahakan untuk tepat waktu mengirimkan
laporan.

Rangga : Beliau mengaharapkan ada petugas lain yang memback up pekerjaan ibu Sri Rahayu.
Karena ini menyangkut masalah laporan yang harus diselesaikan tepat waktu.

Setio : Untuk pemeriksaan Rapid Tes HIV masih terkendala alat centrifudge yang tidak berfunsi
maksimal. Tapi masih bisa dijalankan asalkan kita cukup sabar.

Gita ( konselor) : Beliau meminta maaf akhir-akhir ini pembukaan hasil tes HIV sering terlambat
karena beliau sering mendapat Dinas Luar.

Adrian Nova : Beliau berharap selanjutnya semua dapat menjalankan tugas dengan baik sesuai
tupoksi masing-masing. Apapun kendala di lapangan, asalkan kita bisa saling membantu
semuanya mudah-mudahan bisa diatasi. Terkait laporan beliau menekankan lagi pentingnya
menyelesaikan laporan tepat waktu karena ini juga menyangkut kredibilitas Lapas Narkotika
yang harus terus ditingkatkan.

Setelah diskusi yang cukup seru, dan berhubung waktu istirahat yang sudah dekat, rakor
akhirnya ditutup oleh Pak Adrian Nova selaku Kasie Binadik pada pukul 11.30 WIB

Petugas Monev

Sri Rahayu, S.Kep


NIP : 19810706 200604 2 001

Anda mungkin juga menyukai