Anda di halaman 1dari 3

1.

4 TAHAP- TAHAP MENDESAIN SUATU TEROWONGAN

25 Pengumpulan Data Awal

26 1.4 teknik penyanggaan terowongan

27 KURVA BEBAN – DEFORMASI


Tujuan utama merancang penyangga pada lubang bukaan di bawa tanah adalah untuk membantu
massa batuan menyangga dirinya sendiri. Gambar 9.2. adalah contoh suatu terowongan yang digali
dengan seluruh permukaan kerja (full face) dengan pemboran dan peledakan, menggunakan
penangga besi baja (stell set support) yang dipasang sesudah pembersihan dan pengeluaran asap
(mucking) dari terowongan. Tegangan in-situ horizontal dan vertikal dianggap sama = Po.

28 Pada tahap I, permukaan kerja terowongan belum mencapai potongan x – x


Pada tahap I, permukaan kerja terowongan belum mencapai potongan x – x. Massa batuan yang
berada pada bagian dimana terowongan akan dibuat dalam keadaan seimbang dengan massa
batuan disekelilingnya. Tekanan yang diberikan oleh penyangga P1 pada profil yang akan digali
sama dengan tegangan in-situ Po (titik A Gambar 9.2) Pada tahap 2, permukaan kerja terowongan
sudah melewati potongan x-x dan tekanan penyangga P1 , yang sebelumnya diberikan oleh batuan
yang berada didalam terowongan turun menjadi 0. Bagaimanapun juga, terowongan tidak akan
runtuh karena reformasi radial u dibatasi oleh ujung permukaan kerja terowongan dengan
pengendalian yang cukup baik. Jika pengendalian u oleh permukaan kerja tidak ada, tekanan
penyangga P1 yang diberikan oleh titik B dan C pada Gambar 9.2. yang dibutuhkan untuk
membatasi u adalah sama. Tekanan penyangga P1 yang dibutuhkan untuk membatasi u pada atap
(roof) adalah lebi besar dari yang dibutuhkan untuk membatasi u pada dinding (side wall) karena
berat dari daerah yang tidak stabil (zone of loosened rock) diatas atap terowongan harus
ditambahkan untuk penghitung tekanan penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi tegangan
yang menyebabkan perpindahan (displacement) pada atap

29 Pada tahap 3, terowongan sudah mulai selesai di “mucking” dan steel set sudah dipasang dekat
dengan permukaan kerja. Pada tahap ini, penyangga belum terbebani seperti ditunjukkan oleh titik D
pada Gambar 9.2, karena tidak ada deformasi yang terjadi pada terowongan. Jika batuan
mempunyai sifat deformasi yang tidak tergantung pada waktu, maka deformasi radial terowongan
masih ditunjukkan oleh titik B dan C.Pada tahap 4, permukaan kerja terowongan maju kira-kira 1,5 x
diameter dari potongan x- x dan pengendalian deformasi didekat permukaan kerja sudah berkurang
sekali. Oleh karena itu regangan radial selanjutnya dari dinding dan atap dinyatakan oleh kurva C E
G dan B B H pada Gambar 9.2. Deformasi radial atau konvergen dari terowongan menyebabkan
penyangga terbebani. Tekanan penyangga P1 yang tersedia dari steel set bertambah dengan
deformasi radial terowongan seperti digambarkan oleh garis D E F.

30 Pada tahap 5, permukaan kerja terowongan maju jauh dari potongan x – x sehingga tidak ada
lagi pengendalian untuk massa batuan pada potongan x – x. jika tidak ada penyangga – penyangga
yang dipasang maka deformasi radial pada terowongan bertambah seperti digambarkan oleh kurva
E G dan F H tekanan yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi turun menjadi 0 pada titik D dan
dalam hal ini dinding akan stabil jika tidak ada lagi gaya yang dapat menyebabkan regangan.Di
pihak lain, penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi pada atap turun sampai
minimum dan akan mulai lagi bergerak naik. Ini karena perpindahan kebawah atap dari daerah
batuan lepas ini diatap terowongan menyebabkan tambahan batuan yang menajdi tidak stabil dan
berat dari tambahan batuan yang tidak stabil, ini ditambahkan untuk tekanan penyangga yang
dibutuhkan. Pada contoh diatas, atap akan runtuh jika tidak ada penyangga yang dipasang dalam
terowongan

31 1.5 Analisis intaneraksi penyangga batu


Analisis interaksi antara penyangga – batuan dengan menggunakan kurva beban – deformasi
merupakan problem yang harus dibahas secara teroritis dengan baik, karena banyak faktor yang
dimasukkan kedalamnya untuk dapat memecahkan masalah.

32 ASUMSI DASAR ANALISISUntuk menyederhanakan perhitungan agar dapat dipecahkan


secara matematis, maka dilakukan beberapa asumsi sebagai berikut ;1)Geometri terowongan ;
dalam menganalisis penampang terowongan diasumsikan berbentuk lingkaran dengan jari-jari
ri (Gambar 9.3). Panjang terowongan sedemikian rupa sehingga masalah dapat dipecahkan dalam
dua dimensi atau dengan kondisi plane strain.2)Tegangan In-situ ; Tegangan in-situ horisontal dan
vertikal diasumsikan sama, yang besarnya sama dengan Po.3)Tekanan Penyangga ; Penyangga
yang dipasang diasumsikan menimbulkan tekanan radial yang uniform sebesar Pi di dinding
terowongan.

33 4) Sifat massa batuan ; massa batuan diasumsikan mempunyai perilaku elastis linier dan
dikaraterisasikan oleh Modulus Young (E) dan niisbah Poisson . 5) Sifat massa batuan hancuran ;
massa batuan hancuran disekeliling terowongan diasumsikan mempunyai perilaku plastik sempurna
dan memenuhi kriteria failure 6) Regangan volumetrik ; pada daerah elastis, regangan volumetrik
dikendalikan oleh konstanta Modulus Young dan nisbah Poisson. Pada saat failure batuan akan
mengembang dan volume akan bertambah dan regangan dihitung dengan menggunakan teori
plastisitas

34 7) Perilaku “time-dependent” ; diasumsikan bahwa massa batuan dan hancuran tidak


memperlihatkan perilaku time- dependent. 8) Perluasan daerah plastis ; diasumsikan bahwa daerah
plastis bertambah besar sampai mencapai jari-jari re yang tergantung pada tegangan in-situ Po,
tekanan penyangga Pi dan karkteristik material baik elastis maupun massa batuan hancuran. 9)
Simetris radial ; masalah dianalisis secara rinci dalam simetris disekitar terowongan. Jika berat
batuan didalam daerah hancuran diperhitungkan didalam analisis, penyederhanaan simetris akan
hilang. Jika berat batuan hancuran sangat penting didalam rancangan penyangga, kelonggaran
untuk berat ini ditambahkan sesudah dasar analisis selesai.

35 TAHAPAN ANALISIS Input data yang dibutuhkan : σc = kuat tekan uniaksial dari batuan contoh
batuan intact. M,s = konstanta material untuk massa batuan (Tabel 9.1). E, v = Modulus elastisitas
dan nisbah poisson massa batuan mr, sr = konstanta material untuk massa batuan hancuran (Tabel
9.1) γr = berat persatuan volume dari massa batuan hancuran Po = besarnya tegangan in-situ ri =
jari-jari terowonagan

36 PENENTUAN TINGGI DAN MUATAN BEBAN


Suatu alternatif pada pendekatan teoritik untuk penyanggaan batuan adalah memanfaatkan
pengalaman sebelumnya, sebagai suatu dasar untuk memperkirakan penyanggaan yang diperlukan
untuk penggalian bawah tanah. Pendekatan ini terus berkembang tanpa arah yang jelas sebelum
munculnya penggunaan klasifikasi batuan.

37 JENIS-JENIS PENYANGGAAN
Secara mekanik dalam pembuatan terowongan dan pembukaan tambang bawah tanah, jenis-jenis
penyangga dapat dikelompokkan kedalam dua bagian :1. Penyangga Alamiah (Natural
Support)Natural Support dapat digolongkan kedalam penyangga sementara dikarenakan dalam
penyanggaan, penyangga yang dipakai berupa ore, low grade ore, atau barren rock yang
ditinggalkan dalam bentuk pillar.Sistem penyangga sementara yang direncanakan dapat menahan
seluruh massa batuan sampai penyangga permanen dipasang, atau pillar-pillar (ore) yang
digunakan sebagai penyangga itu sendiri akan ditambang dan tidak perlu dipasang penyangga
permanen.

38 2. Penyangga Buatan (Artificial Support) Artificial Support merupakan penyangga buatan


dimana material untuk penyangga dibuat sesuai dengan bentuk, susunan dan cara pemasangan
tergantung dari kebutuhan. Beberapa jenis artificial support yang sering dijumpai didalam suatu
sistem penyanggaan, yaitu : 1. Penyangga kayu 2. Baut batuan (rock bolt) 3. Penyangga beton 4.
Penyangga baja 5. Penyangga khusus

Anda mungkin juga menyukai