Tahap Design Terowongan
Tahap Design Terowongan
29 Pada tahap 3, terowongan sudah mulai selesai di “mucking” dan steel set sudah dipasang dekat
dengan permukaan kerja. Pada tahap ini, penyangga belum terbebani seperti ditunjukkan oleh titik D
pada Gambar 9.2, karena tidak ada deformasi yang terjadi pada terowongan. Jika batuan
mempunyai sifat deformasi yang tidak tergantung pada waktu, maka deformasi radial terowongan
masih ditunjukkan oleh titik B dan C.Pada tahap 4, permukaan kerja terowongan maju kira-kira 1,5 x
diameter dari potongan x- x dan pengendalian deformasi didekat permukaan kerja sudah berkurang
sekali. Oleh karena itu regangan radial selanjutnya dari dinding dan atap dinyatakan oleh kurva C E
G dan B B H pada Gambar 9.2. Deformasi radial atau konvergen dari terowongan menyebabkan
penyangga terbebani. Tekanan penyangga P1 yang tersedia dari steel set bertambah dengan
deformasi radial terowongan seperti digambarkan oleh garis D E F.
30 Pada tahap 5, permukaan kerja terowongan maju jauh dari potongan x – x sehingga tidak ada
lagi pengendalian untuk massa batuan pada potongan x – x. jika tidak ada penyangga – penyangga
yang dipasang maka deformasi radial pada terowongan bertambah seperti digambarkan oleh kurva
E G dan F H tekanan yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi turun menjadi 0 pada titik D dan
dalam hal ini dinding akan stabil jika tidak ada lagi gaya yang dapat menyebabkan regangan.Di
pihak lain, penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi pada atap turun sampai
minimum dan akan mulai lagi bergerak naik. Ini karena perpindahan kebawah atap dari daerah
batuan lepas ini diatap terowongan menyebabkan tambahan batuan yang menajdi tidak stabil dan
berat dari tambahan batuan yang tidak stabil, ini ditambahkan untuk tekanan penyangga yang
dibutuhkan. Pada contoh diatas, atap akan runtuh jika tidak ada penyangga yang dipasang dalam
terowongan
33 4) Sifat massa batuan ; massa batuan diasumsikan mempunyai perilaku elastis linier dan
dikaraterisasikan oleh Modulus Young (E) dan niisbah Poisson . 5) Sifat massa batuan hancuran ;
massa batuan hancuran disekeliling terowongan diasumsikan mempunyai perilaku plastik sempurna
dan memenuhi kriteria failure 6) Regangan volumetrik ; pada daerah elastis, regangan volumetrik
dikendalikan oleh konstanta Modulus Young dan nisbah Poisson. Pada saat failure batuan akan
mengembang dan volume akan bertambah dan regangan dihitung dengan menggunakan teori
plastisitas
35 TAHAPAN ANALISIS Input data yang dibutuhkan : σc = kuat tekan uniaksial dari batuan contoh
batuan intact. M,s = konstanta material untuk massa batuan (Tabel 9.1). E, v = Modulus elastisitas
dan nisbah poisson massa batuan mr, sr = konstanta material untuk massa batuan hancuran (Tabel
9.1) γr = berat persatuan volume dari massa batuan hancuran Po = besarnya tegangan in-situ ri =
jari-jari terowonagan
37 JENIS-JENIS PENYANGGAAN
Secara mekanik dalam pembuatan terowongan dan pembukaan tambang bawah tanah, jenis-jenis
penyangga dapat dikelompokkan kedalam dua bagian :1. Penyangga Alamiah (Natural
Support)Natural Support dapat digolongkan kedalam penyangga sementara dikarenakan dalam
penyanggaan, penyangga yang dipakai berupa ore, low grade ore, atau barren rock yang
ditinggalkan dalam bentuk pillar.Sistem penyangga sementara yang direncanakan dapat menahan
seluruh massa batuan sampai penyangga permanen dipasang, atau pillar-pillar (ore) yang
digunakan sebagai penyangga itu sendiri akan ditambang dan tidak perlu dipasang penyangga
permanen.