Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya, semua perusahaan berkewajiban
menyediakan semua keperluan peralatan/ perlengkapan perlindungan diri atau personal protective Equipment (PPE) untuk
semua karyawan yang bekerja sesuai dengan resiko pekerjaannya. Berikut ini adalah beberapa contoh Alat Pelindung Diri
Standart yang biasanya dipakai oleh para pekerja :
1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang
bisa melukai badan. Megingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka
selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di
kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan
sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran
dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
3. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin.
Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu
diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.
4. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi
tangan dari benda-benda keras dab tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung
tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti medorong gerobag cor secara terus-
meerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobag.
5. Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja
konstruksi untuk mengunakannya dengar benar sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang
berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita
lihat kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang
membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama talai penganman ini dalah menjaga seorang
pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang
cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup
telinga ini.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai
material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa
dari kegiatan memotong, mengampelas, mengerut kayu.
Bila mendengar kata Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja biasanya yang langsung
terbayang ialah alat lindung diri dalam proyek misalnya helm, sarung tangan, tali pengaman,
sepatu safety, atau pakaian tahan api. Tetapi nyatanya, Keamanan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja bukanlah sekedar hanya masalah keselamatan kerja, walau demikian juga
kesehatan kerja.
Prosedur keselamatan kerja sesungguhnya harus diaplikasikan pada semua perusahaan, tanpa
ada melihat type industri perusahaan terebut. Perusahaan yang berisiko rendah meskipun
harus turut standard Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja terutama office safety atau
Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja di kantor.
Terjadinya sebuah kecelakaan kerja sudah pasti akan jadi permasalahan yang besar untuk
keberlangsungan hidup sebuah perusahaan. Kerugian yang akan terkena bukan sekedar
berbentuk kerugian materi yang cukup besar namun kian lebih itu adalah munculnya korban
jiwa yg tidak sedikit. Kehilangan sumber daya manusia adalah kerugian yang sangat besar hal
semacam ini karena manusia adalah hanya satu sumber daya yg tidak dapat digantikan oleh
tehnologi apa pun.
Kerugian yang segera yang terlihat dari munculnya sebuah kecelakaan kerja adalah biaya
penyembuhan dan kompensasi kecelakaan. Sedang biaya tidak segera yg tidak terlihat yaitu
rusaknya alat-alat produksi, penghentian alat produksi, pengaturan manajemen keselamatan
yang lebih baik, dan hilangnya waktu kerja.
Pekerja kerapkali melakukan pembiaran lingkungan yg tidak aman terlebih karena sebab
pegawai itu merasa telah pakar di bagiannya dan belum pernah alami satu kalipun
kecelakaan, walau melakukan unsafe behavior. Ia memiliki pendapat kalau bila sampai kini
bekerja dengan langkah tersebut (unsafe) tidak terjadi apa-apa, mengapa harus beralih.
Lingkungan yg tidak aman sering juga dipicu oleh ada pengawas maupun manager yg tidak
mempedulikan safety. Beberapa manager itu dengan cara segera maupun tidak segera berikan
motivasi beberapa pekerja untuk mengambil jalan pintas, dan meremehkan kalau perilakunya
itu beresiko untuk kebutuhan produksi.
1. Usaha Yang Umum Dilakukan untuk Kurangi Lingkungan yang Tidak Aman atau
Berbahaya
Lingkungan yg tidak aman dapat diminimalisasi dengan melakukan dengan cara-cara, pada
lin yakni :
a) Menyingkirkan bahaya di tempat kerja lewat cara merekayasa aspek bahaya maupun
memperkenalkan kontrol fisik. Cara itu dilakukan untuk kurangi potensi terjadinya
lingkungan yg tidak aman, namun tidak selamanya sukses karena pegawai memiliki
kemampuan untuk berprilaku tidak aman dan menangani pengawasan yang ada.
b) Merubah sikap pegawai agar lebih perduli dengan keselamatan dianya. Cara itu didasarkan
atas asumsi kalau pergantian sikap akan merubah tingkah laku seorang. Beragam usaha yang
dapat dilakukan adalah melalui kampanye dan safety training (latihan keselamatan kerja).
Pendekatan itu tidak selamanya sukses karena sebenarnya pergantian sikap tidak diikuti
dengan pergantian tingkah laku. Sikap sering yaitu apa yang semestinya dilakukan bukanlah
apa yang sesungguhnya dilakukan.
d) Dengan memberi reward (penghargaan) pada mereka yang dapat membuat safety behavior.
(lingkungan yang aman). Cara itu susah dikerjakan karena reward minimum harus setara
dengan apa yang didapat dari tingkah laku tidak aman.
Tak ada satupun organisasi yang dalam aktivitas meraih maksudnya tidak memakai
perlalatan-peralatan kantor. Dalam hubungannya dengan hal semacam ini perlalatan kantor
berperan untuk menolong proses pekerjaan kantor. Walau organisasi memiliki sumber daya
manusia yang berkwalitas tinggi namun tidak ada sumber daya yang lain, seperti alat ataupun
material yang lain, mustahil organisasi itu dapat meraih maksudnya dengan cara maksimal.
Biasanya perlalatan kantor yang ada dan dioperasikan dalam suatu organisasi, perusahaan
maupun kantor berbagai macam memiliki bentuk dapat itu berbentuk alat catat kantor,
perlengkapan kantor ataupun mesin-mesin kantor. Pemakaian tehnologi yang modern di
lingkungan perkantoran baik untuk perlakuan keuangan, administrasi, dan bagian pekerjaan
yang lain mempunyai tujuan untuk tingkatkan kemampuan perusahaan dan memberi daya
saing, dan memenangkan pertandingan atau persaingan pada perusahaan yang makin ketat.
Dalam memilih perlengkapan kantor yang untuk menolong proses pekerjaan tidak bisa hanya
terpaku pada penentuan alat yang berteknologi tinggi saja tetapi harus juga memerhatikan
keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja untuk beberapa pegawai yang memakai alat itu.
Bila saat mengetik seseorang karyawan harus mendongak untuk memandang monitor, itu
artinya perusahaan masihlah belum memerhatikan keamanan, kesehatan dan keselamatan
kerja. Jika karyawan sering mengeluh mengenai suhu hawa kantor yang terlalu dingin
maupun panas, atau bila di bawah meja karyawan banyak kabel listrik, internet, maupun
telepon, itu artinya perusahaan masihlah meremehkan keamanan, kesehatan dan keselamatan
kerja. Jika kantor tidak memiliki tangga darurat dan pemadam kebakaran, itu sama seperti
dengan perusahaan mempertaruhkan nyawa beberapa karyawannya.
Berikut “Musuh” yang banyak ditemuhakn di Kantor yang dapat mengakibatkan lingkungan
kerja tidak aman, yakni seperti berikut :
3. Melindungi Daerah Kerja Sesuai sama Etika Higienis, Keamanan dan Ketentuan
Tentang Lingkungan
Daerah kerja adalah ruang atau ruangan kantor tempat karyawan atau pegawai kantor
beraktivitas pekerjaan. Seperti kita kenali berbarengan kalau daerah perkantoran terutama di
daerah Jakarta berada di gedung bertingkat yang kadang-kadang luasnya terbatas seperti
kotak kecil. Belum lagi rasio maupun perbandingan luas ruang dengan jumlah karyawan yang
menempatinya jadi permasalahan sendiri.
Untuk lebih detilnya berikut ini bagaimana caranya pelihara dan pemakaian perlengkapan
dengan kriteria kesehatan dan keselamatan kerja.
a. Mesin Fotokopi
Banyak kantor perusahaan yang meletakkan mesin foto copy dalam ruangan berbarengan
dengan penghuni maupun pekerja yang lain. Walau sebenarnya, dalam aktivitas
perfotokopian itu, terpancar bahaya dari ultraviolet (UV) yang dapat menyebabkan
terbentuknya ozon dalam ruangan. Seperti di ketahui, ozon itu dapat menyebabkan iritasi
mata, tenggorokan, dan lebih jauh lagi jika terhirup oleh manusia, ozon adalah radikal bebas
yang disangka berhubungan dengan penyakit kanker.
Selain oleh mesin foto copy, cahaya ultraviolet (UV) dapat pula di produksi oleh monitor
computer. Limbah mesin foto copy yang lain selain ozon adalah toner tinta dan serbuk halus
dari kertasnya. Cermatilah apa yang dilakukan oleh operator mesin foto copy jika ada kertas
yang tersangkut di dalam mesin dan ketika ia bersihkan toner tintanya.
b. Komputer
Bekerja di depan computer kurun waktu yang lama sering bikin mata sakit, berair, sakit
kepala, bahkan juga sampai tubuh pegal-pegal. Ada banyak tips agar karyawan nyaman
bekerja di depan computer yakni lewat cara :
Memerhatikan jarak minimal pada mata dan layar computer idealnya 45 cm, tempatkan
keyboard pada posisi yang tepat, yg tidak bikin Kamu jadi membungkuk akibat terlalu lama
memakai computer. Layar monitor baiknya disejajarkan dengan mata. Janganlah memakai
lampu tidur maupun lampu baca untuk menyinari ruangan tempat kerja. Jika bekerja
manfaatkanlah lampu pijar yang bisa menerangi semua ruangan dengan cara rata.
Gunakanlah filter didepan layar monitor computer untuk menghindar efek radiasi. Sesekali,
alihkanlah pandangan Kamu dari layar monitor agar mata tidak capek. Bila Kamu telah
didepan computer selama lebih kurang satu jam, istirahatlah selama 15 menit. Ini akan
menghindar rasa pegal pada badan Kamu. Posisikan kaki Kamu dengan senyaman mungkin,
luruskan kaki agar tidak pegal. Sesekali berdiri untuk meluruskan punggung. Duduklah
dalam posisi yang tegak untuk hindari tulang punggung Kamu jadi membungkuk.
Dapat disebutkan kalau setiap kantor maupun setiap perusahaan yang mengadakan
penerimaan atau requitment pegawai prasyarat kesehatan jadi salah satu yang perlu dapat
dipenuhi oleh setiap calon pegawai atau pelamar. Bahkan juga untuk kantor-kantor ataupun
perusahaan-perusahaan yang cukup besar dan maju, pada saat-saat tertentu akan
diselenggarakan kontrol kesehatan pada beberapa pegawainya.
Kontrol kesehatan sekian dilakukan dengan cara continue misalnya sekali satu tahun.
Ditambah lagi dalam dunis business permasalahan kesehatan beberapa pegawai memegang
fungsi yang sangat penting pada produktivitas. Ada banyak pegawai yang sakit selain akan
memberi biaya penyembuhan, juga besar pengaruhnya pada produktivitas, baik kwalitas
maupun jumlah.
Keselamatan kerja merupakan prioritas penting bagi pelaut profesional saat bekerja di atas
kapal. Seluruh perusahaan pelayaran memastikan bahwa crew mereka mengikuti prosedur
keamanan pribadi dan aturan semua operasi yang dibawa diatas kapal
Untuk mencapai keamanan maksimal di kapal, langkah awal memastikan bahwa seluruh crew
kapal memakai peralatan pelindung pribadi mereka dibuat untuk berbagai macam jenis
pekerjaan yang dilakukan pada kapal.
Berikut ini adalah peralatan dasar pelindung diri yang harus ada disebuah
kapal untuk menjamin keselamatan pekerja.
1. Menggunakan Pelindung
Pakaian pelindung adalah coberall yang melindungi tubuh anggota awak dari bahan-bahan
berbahaya seperti minyak panas, air, percikan pengelasan dll hal ini dikenal ‘Dangri’ or
‘Boiler Suit’
2. Helm
Bagian paling penting bagi tubuh manusia adalah kepala. Perlu perlindungan terbaik yang
sediakan oleh helm plastik keras di atas kapal. Sebuah tali dagu juga di sediakan dengan helm
yang menjaga helm di tempat ketika perjalanan atau jatuh.
3. Sepatu Safety
Max dari ruang internal kapal digunakan oleh kargo dan mesin, terbuat dari logam keras yang
sangat berbahaya bagi pekerja. Manfaat Sepatu Safety disini untuk memastikan bahwa tidak
ada luka yang terjadi di kaki para pekerja atau crew di atas kapal.
4. Sarung Tangan
Berbagai jenis sarung tangan disediakan di kapal, sarung tangan ini digunakan dalam operasi
dimana hal ini menjadi keharusan untuk lindungi tangan orang-orang. Beberapa sarung
tangan yang diberikan adalah sarung tangan tahan panas, untuk bekerja di permukaan yang
panas, sarung tangan kapas, untuk operasi pekerjaan yang normal, sarung tangan las, sarung
tangan kimia, dll.
5. Googles
Mata adalah bagian paling sensitif dari tubuh manusia dan pada oprasi sehari-hari memiliki
kemungkinan besar untuk cedera mata, kaca pelindung atau kacamata digunakan untuk
perlindungan mata, sedangkan kacamata las digunakan untuk operasi pengelasan yang
melindungi mata dari percikan intensitas tinggi.
6. Plug
Di ruang mesin kapal menghasilkan suara 110 – 120db ini merupakan frekuensi suara yang
sangat tinggi untuk telinga manusia, bahkan dalam beberapa menit dapat menyebabkan sakit
kepala, iritasi dan gangguan pendengaran. Sebuah penutup telinga atau stiker telinga
digunakan pada kapal untuk mengimbangi suara yang di dengar oleh manusia dengan aman.
7. Safety Harness
Operasi kapal rutin mencakup perbaikan dan pengecetan permukaan yang tinggi memerlukan
anggota crew untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak mudah di akses. Safety harness di
gunakan oleh operator di suatu ujung dan di ikat pada titik kuat pada ujung talinya.
8. Masker
Kan karbon yang melibatkan partikel berbahaya dan menor yang berbahaya bagi tubuh
manusia jika terhirup secara langsung, untuk menghindari masker wajah digunakan sebagai
perisai dari partikel berbahaya.
9. Chemikcl Suit
Bahan kiami di atas kapal sangat sering digunakan dan beberapa bahan kimia sangat
berbahaya bila berkontak langsung dengan kulit manusia, Chemical suit digunakan untuk
menghindari situasi seperti itu.
Welding adalah kegiatan yang umum di atas kapal untuk perbaikan struktural dll. Juru las
yang dilengkapi dengan perisai las atau topeng yang melindungi mata dari kontak langsung
dengan sinar ultraviolet dari percikan las. Hal ini harus diperhatikan dan sebaiknya
pemakaian Welding sheeld sangat diharuskan untuk keselamatan pekerja
PENDAHULUAN
Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin
menurun, angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian masih berjumlah 42 juta orang atau
sekitar 40% dari angkatan kerja. Banyak wilayah kabupaten Indonesia yang mengandalkan
pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan daerah.
Dalam perspektif kesehatan dan keselamatan kerja penerapan teknologi pertanian adalah
health risk. Oleh karena itu ketika terjadi sebuah pemilihan sebuah teknologi, secara implicit
akan terjadi perubahan factor resiko kesehatan. Teknologi mencangkul kini digantikan
dengan traktor, hal ini jelas mengubah factor resiko kesehatan dan keselamatan kerja yang
dihadapi oleh petani.
Sudah dapat diduga bahwa pekerja-pekerja pertanian dan perkebunan penyakit-penyakit oleh
sanitasi buruk adalah hal yang terpenting. Dari itu kesehatan dan kebersihan lingkungan serta
sangatlah perlu.
PEMBAHASAN
Kualitas petani, langsung maupun tidak, berhubungan dengan indeks perkembangan manusia
(IPM) . dalam IPM kesehatan petani harus dilihat dalam dua aspek. Yakni, kesehatan sebagai
modal kerja dan aspek penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, khususnya factor risiko
akibat penggunaan teknologi baru dan agrokimia.
Bekerja sebagai petani memerlukan modal awal. Selain stamina, kondisi fisik harus
mendukung pekerjaan tersebut. Seorang petani jangan sampai sakit-sakitan. Kemudian
tingkat pendidikan dan kesehatan awal. Kesehatan petani diperlukan utnuk mendukung
produktivitas
Secara teoretis apabila seseorang bekerja, ada tiga variable pokok yang saling berinteraksi.
Yakni, kualitas tenaga kerja, jenis atau beban pekerjaan dan lingkungan pekerjaannya. Akibat
hubungan interaktif berbagai factor risiko kesehatan tersebut, apabila tidak memenuhi
persyaratan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Gangguan kesehatan akibat atau berhubungan dengan pekerjaan dapat bersifat akut dan
mendadak, kita kenal sebagai kecelakaan, dapat pula bersifat menahun.berbagai gangguan
kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan misalnya para petani mengalami keracunan
pestisida dari dari tingkat sedang hingga tingkat tinggi.
Penyakit yang berhubingan dengan pekerjaan petani yang diderita oleh petani seperti sakit
pinggang (karena alat cangkul yang tidak ergonomis), gangguan kulit akibat sinar ultraviolet
dan gangguan agrokimia. Penggunaan agrokimia khususnya pestisida merupaka factor risiko
penyakit yang paling sering dibicarakan. Kondisi kesehatan awal petani berpengaruh
terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Seperti, penderita anemia
karena kekurangan gizi disebabkan kecacingan di sawah atau perkebunan maupun kurang
pasokan makanan, kemudian dapat diperburuk dengan keracunan organofospat.
Beberapa penyakit yang dihubungkan dengan pekerjaan, termasuk penyakit infeksi yang
diakibatkan bakteri, virus, maupun parasit. Misalnya penyakit malaria, selain dianggap
sebagai penyakit yang merupakan bagian dari kapasitas kerja atau modal awal untuk bekerja,
juga dapat dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
1. Malaria
Petani Indonesia umumnya bekerja di daerah endemic malaria , habitat utama di persawahan
dan perkebunan. Parasit malaria akan menyerang dan berkembang biak dalam butir darah
merah sehingga seseorang yang terkena malaria akan menderita demam dan anemia sedang
hingga berat. Anemia dan kekurangan hemoglobin dapat mengganggu kesehatan tubuh serta
stamina petani. Seseorang yang menderita anemia akan memiliki stamina yang rendah, loyo,
cepat lelah, dan tentu saja tidak produktif.
2. Tubekulosis
Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia termasuk petani adalah
tuberculosis (TBC). Kelompok yang terkena resiko penyakit TBC adalah golongan ekonomi
lemah khususnya petani dengan kondisi ekonomi lemah tersebut. TBC diperburuk dengan
kondisi perumahan yang buruk, rumah tanpa ventilasi dengan lantai tanah akan menyebabkan
kondisi lembab, pengap, yang akan memperpanjang masa viabilitas atau daya tahan kuman
TBC dalam lingkungan.
Penderita TBC akan mengalami penurunan penghasilan 20-30%, kinerja dan produktivitas
rendah, dan akan membebani keluarga.
Untuk melakukan aktivitas kerja membutuhkan tenaga yang diperoleh dari pasokan makanan.
Namun makanan yang diperoleh dengan susah payah dan seringkali tidak mencukupi masih
digerogoti oleh berbagai penyakit menular dan kecacingan. Masalah lain yang dihadapi
ankgatan kerja petani adalah kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat berupa kekurangan
kalori untuk tenaga maupun zat mikronutrien lainnya, akibat dari tingkat pengetahuan yang
rendah dan kemiskinan.
4. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar merupakan salah satu factor risiko utama timbulnya penyakit-penyakit infeksi
baik yang akut seperti kolera, hepatitis A, disentri, Infeksi Bakteri Coli maupun penyakit
kronik lainnya.
Tidak mungkin petani bekerja dengan baik kalau sedang menderita malaria kronik atau diare
kronik. apalagi TBC. Untuk meningkatkan produktivitas, seorang petani harus senantiasa
mengikuti pengembangan diri. Lalu tidak mungkin mengikuti pelatihan dengan baik kalau
tidak sehat. Untuk itu diperlukan khusus kesehatan dan keselamatan kerja petani sebagai
modal awal seseorang atau kelompok tani agar bisa bekerja dengan baik dan lebih produktif.
Gabungan konsep kualitas kesehatan tenaga kerja sebagai modal awal untuk bekerja dengan
resiko bahaya lingkungan pekerjaannya.
Petani Indonesia pada umumnya tidak memerlukan transportasi menuju tempat pekerjaannya,
namun bagi petani perkebunan apalagi yang tinggal diperkotaan yang memerlukan waktu
lama menuju tempat kerjanya maka kualitas dan kapasitas kerjanya akan berkurang. Terlebih
lagi bagi petani yang menggunakan sepeda motor yang harus exposed terhadap pencemaran
udara dan kebisingan jalan raya. Tentu akan menimbulkan beban yang lebih berat.
Mengacu pada teori kesehatan kerja maka resiko kesehatan petani yang ditemui di tempat
kerjanya adalah sebagai berikut :
Agrokimia merupakan salah satu masalah utama kesehatan petani berkenaan dengan
pekerjaannya. Agrokimia meliputi semua bahan kimia sintetik yang digunakan untuk
kepentingan dan keperluan luas produksi pertanian. Bahan tersebut meliputi hormone pemacu
pertumbuhan, pupuk, pestisida, antibiotika, dan lain-lain.
Pengaruh atau dampak penggunaan agrokimia terhadap kesehatan kerja adalah sebagai
berikut :
Dalam melakukan penilaian terhadap aspek kesehatan kerja dengan pestisida, ada dua hal
yang harus diperhatikan :
Tiap jenis pestisida memiliki sifat, karakteristik, dan toksisitas yang berbeda. Oleh sebab iti
harus dipelajari. Disamping itu, pestisida yang ada di pasaran dalam bentuk kemasan ada tiga
komponen bahan kimia yaitu :
Dampak patofisiologi keracunan pestisida tergantung jenis dan sifat pestisida tersebut.
Misalnya golongan organochlorine dapa mengganggu fungsi susunan syaraf pusat. Golongan
karbamat dan organofospat menimbulkan gangguan susunan syaraf pusat dan perifer melalui
ikatan cholinesterase.
b. Aspek Penggunaan
Semua aspek yang berhubungan dengan penggunaan serta aspek manusia pekerja itu sendiri
seperti, pendidikan, keterampilan, perilaku, umur, tinggi tanaman, pakaian pelindung, dan
lain-lain.
Satu hal yang sering dilupakan oleh petani pada penggunaan pestisida adalah contact poison.
Oleh karena itu route of entry melalui kulit sangat efektif. Apalagi kalau ada defect kelainan
kulit atau bersama keringat, penyerapan oleh efektif akan lebih efektif. Petani umumnya
kurang mengetahui hal ini, mereka umumnya suka menggunakan masker dan telanjang dada,
ketimbang menutupi dirinya dengan pakaian pelindung.
Apabila seseorang bekerja menyemprot pestisida dilapangan maka jumlah pestisida yang
kontak dengan badan akan dipengaruhi oleh :
Tinggi tanaman
Umur
Pengalaman
Pendidika dan Keterampilan
Arah dan kecepatan angin
Pencampuran
Penyemprotan/penggunaan
Pasca penyemprotan
Berikut terdapat beberapa cara strategis yang menyangkut pembangunan kesehatan dan
keselamatan kerja petani yang merupakan tugas pemerintah, apalagi yang mengandalkan
pertanian dan perkebunan sebagai sumber pendapatan asli daerahnya.
Pemerintah harus meiliki komitmen yang cukup terhadap permasalahan kesehatan dan
keselamatan kerja petani serta penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan petani.
Perencanaan
Penerapan K3
Masalah kesehatan dan keselamatan kerja petani bukan hanya memperhatikan factor risiko
yang ada dalam pekerjaannya, namun juga harus menjangkau tingkat kesehatan sebagai
modal awal untuk bekerja. Untuk itu program penyediaan air bersih, perumahan sehat juga
mendukung tingkat kesehatan dan kesejahteraan petani.
Untuk membangun kualitas kesehatan dan produktivitas petani diperlukan kemampuan atau
kapasitas pengelolaan program. Kemampuan pemerintah dalam mengelolah tenaga kerja
khususnya petani perlu melibatkan kemampuan profesionalisme tenaga ahli seperi dokter,
perawat, dan petugas kesehatan masyarakat.
Untuk itu, pelatiha dan pemahaman terhadap masalah kesehatan sebagai modal awal maupun
kesehatan yang berkenaan dengan pekerjaan harus dikelola secara tepat
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan
kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan
nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang
bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak
mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan
dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan
kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku
pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian
rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam
makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja
serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan
fisik dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.
Lalu Husni secara lebih jauh mengklasifikasikan ada empat faktor penyebab kecelakaan
kerja yaitu:
a. Faktor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau pengetahuan tentang industri dan
kesalahan penempatan tenaga kerja.
b. Faktor material atau peralatannya, misalnya bahan yang seharusnya dibuat dari besi dibuat
dengan bahan lain yang lebih murah sehingga menyebabkan kecelakaan kerja.
c. Faktor sumber bahaya, meliputi:
Perbuatan bahaya, misalnya metode kerja yang salah, sikap kerja yang teledor serta tidak
memakai alat pelindung diri.
Kondisi/keadaan bahaya, misalnya lingkungan kerja yang tidak aman serta pekerjaan yang
membahayakan.
d. Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya kurangnya cahaya, ventilasi, pergantian
udara yang tidak lancar dan suasana yang sumpek.
Dari beberapa faktor tersebut, Suma’mur menyederhanakan faktor penyebab kecelakaan
kerja menjadi dua yaitu:
a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human act atau human
error).
b. Keadaan lingkungan yang tidak aman. (Suma’mur, 1981: 9).
Diantara penyederhanaan tersebut, faktor manusia adalah penyebab kecelakaan kerja di
Indonesia yang paling dominan. Para ahli belum dapat menemukan cara yang benar-benar
jitu untuk menghilangkan tidakan karyawan yang tidak aman tersebut. Tindakan-tindakan
tersebut diantaranya membuat peralatan keselamatan dan keamanan tidak beroperasi dengan
cara memindahkan, mengubah setting, atau memasangi kembali, memakai peralatan yang
tidak aman atau menggunakannya secara tidak aman, menggunakan prosedur yang tidak
aman saat mengisi, menempatkan, mencampur, dan mengkombinasikan material, berada pada
posisi tidak aman di bawah muatan yang tergantung, menaikkan lift dengan cara yang tidak
benar, pikiran kacau, tidak memperhatikan tanda bahaya dan lain-lain.
Kecelakaan kerja tentunya akan membawa suatu akibat yang berupa kerugian. Kerugian
yang bersifat ekonomis misalnya kerusakan mesin, biaya perawatan dan pengobatan korban,
tunjangan kecelakaan, hilangnya waktu kerja, serta menurunnya mutu produksi. Sedangkan
kerugian yang bersifat non ekonomis adalah penderitaan korban yang dapat berupa kematian,
luka atau cidera dan cacat fisik.
Suma’mur (1981: 5) secara lebih rinci menyebut akibat dari kecelakan kerja dengan 5K
yaitu:
a. Kerusakan
b. Kekacauan organisasi
c. Keluhan dan kesedihan
d. Kelainan dan cacat
e. Kematian
Analisis Kasus
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja
adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi
kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran
bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula
krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan
kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga
mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen
dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem
manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat
ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan
manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat
tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak
ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka
pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki
masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang
mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.
Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan,
inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk
meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan
tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada
kecelakaan tersebut. Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi
kejadian kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut.
Perusahaan tidak akan dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti
kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali
terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan sejenisnya.
Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif
pencegahan selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:
a. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi
yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung
diri, monitoring perlatan dan sebagainya.
b. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
c. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya,
pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan
beracun atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang aman.
d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.
e. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. (Sutrisno
dan Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).
2. Penegakan Hukum
Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan peraturan hukum terkait K3 kemudian
membentuk lembaga-lembaga penunjang diantaranya :
a. Direktorat Pengawasan Norma K3 di DEPNAKERTRANS
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pengawasan/ inspeksi keselamatan kerja telah
didesentralisasikan dan tanggung jawab untuk pengawasan tersebut telah dialihkan ke
pemerintah provinsi sejak tahun 1984. Di Direktorat Jenderal Pengawasan Ketenagakerjaan
DEPNAKERTRANS, sekitar 1,400 pengawas dilibatkan dalam pengawasan ketenagakerjaan
secara nasional. Sekitar 400 pengawas ketenagakerjaan memenuhi kualifikasi untuk
melakukan pengawasan K3 di bawah yurisdiksi Direktorat Pengawasan Norma K3 (PNKK).
b. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan
Pelayanan kesehatan kerja adalah tanggung jawab Pusat Kesehatan Kerja di bawah
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Pusat ini dibagi menjadi (i) Seksi Pelayanan
Kesehatan Kerja, (ii) Seksi Kesehatan dan Lingkungan Kerja, dan (iii) Unit Administrasi.
Pusat ini sudah menyusun Rencana Strategis Program Kesehatan Kerja untuk melaksanakan
upaya nasional. K3 merupakan salah satu program dalam mencapai Visi Indonesia Sehat
2010, yang merupakan kebijakan Departemen Kesehatan saat ini. Visi Indonesia Sehat 2010
dibentuk untuk mendorong pembangunan kesehatan nasional, meningkatkan pelayanan
kesehatan yang merata dan terjangkau untuk perorangan, keluarga, dan masyarakat .
c. Dewan Tripartit National Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DK3N)
Dewan K3 Nasional (DK3N) dibentuk oleh DEPNAKERTRANS pada tahun 1982 sebagai
badan tripartit untuk memberikan rekomendasi dan nasihat kepada Pemerintah di tingkat
nasional. Anggota Dewan ini terdiri dari semua instansi pemerintah yang terkait dengan K3,
wakil-wakil pengusaha dan pekerja dan organisasi profesi. Tugasnya adalah mengumpulkan
dan menganalisa data K3 di tingkat nasional dan provinsi, membantu DEPNAKERTRANS
dalam membimbing dan mengawasi dewan-dewan K3 provinsi, melakukan kegiatan-kegiatan
penelitian, dan menyelenggarakan program-program pelatihan dan pendidikan. Selama
periode 1998-2002, DK3N telah menyelenggarakan sekurangkurangnya 27 lokakarya dan
seminar mengenai berbagai subyek di sektor-sektor industri terkait. DK3N juga telah
menerbitkan sejumlah buku dan majalah triwulan.
Pada hakikatnya kita memang tidak akan menemukan konsep dan realita yang berjalan
bersamaan, begitu pula dengan implementasi dari K3 yang belum bisa berjalan maksimal
apabila belum ada komitmen yang tegas dari berbagai pihak baik pmerintah, pengusaha dan
lembaga terkait lainnya dalam melaksanakan K3.
BAB III
PENUTUP
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja,
tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai
peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta : Internasional
Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila Philippines
Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.
Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan Kerja.
Sukabumi: Yudhistira.
Sumber Internet:
http://sarisolo.multiply.com/journal/item/35/kecelakaan_kerja_di_perusahaan.
http://saintek.uin-suka.ac.id/file_kuliah/manajemen%20lab%20kimia.doc.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html
http://araralututu.wordpress.com/2009/12/19/my-k3ll-project/
http://solehpunya.wordpress.com/2009/02/03/implementasi-k3-di-indonesia/