Anda di halaman 1dari 39

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kualitas Pelayanan

2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna karena orang yang

berbeda akan mengartikannya secara berlainan, seperti kesesuaian dengan persyaratan

atau tuntutan, kecocokan untuk pemakaian perbaikan berkelanjutan, bebas dari

kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan, melakukan segala sesuatu

yang membahagiakan. Dalam perspektif TQM (Total Quality Management) kualitas

dipandang secara luas, yaitu tidak hanya aspek hasil yang ditekankan, tetapi juga

meliputi proses, lingkungan dan manusia. Hal ini jelas tampak dalam defenisi yang

dirumuskan oleh Goeth dan Davis yang dikutip Tjiptono (2012:51) bahwa kualitas

merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.Sebaliknya, definisi

kualitas yang bervariasi dari yang kontroversional hingga kepada yang lebih strategik.

Menurut Garvin yang dikutip Tjiptono (2012:143) menyatakan bahwa terdapat

lima perspektif mengenai kualitas, salah satunya yaitu bahwa kualitas dilihat

tergantung pada orang yang menilainya, sehingga produk yang paling memuaskan

preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

Pelayanan dapat didefinisikan sebagai segala bentuk kegiatan/aktifitas yang

diberikan oleh satu pihak atau lebih kepada pihak lain yang memiliki hubungan

dengan tujuan untuk dapat memberikan kepuasan kepada pihak kedua yang

bersangkutan atas barang dan jasa yang diberikan. Pelayanan memiliki pengertian

yaitu terdapatnya dua unsur atau kelompok orang dimana masing-masing saling

membutuhkan dan memiliki keterkaitan, oleh karena itu peranan dan fungsi yang

8
9

melekat pada masing-masing unsur tersebut berbeda. Hal-hal yang menyangkut

tentang pelayanan yaitu faktor manusia yang melayani, alat atau fasilitas yang

digunakan untuk memberikan pelayanan, mekanisme kerja yang digunakan dan

bahkan sikap masing-masing orang yang memberi pelayanan dan yang dilayani.

Pada prinsipnya konsep pelayanan memiliki berbagai macam definisi yang

berbeda menurut penjelasan para ahli, namun pada intinya tetap merujuk pada

konsepsi dasar yang sama. Menurut Sutedja (2007:5) pelayanan atau servis dapat

diartikan sebagai sebuah kegiatan atau keuntungan yang dapat ditawarkan oleh satu

pihak kepada pihak lain. Pelayanan tersebut meliputi kecepatan melayani,

kenyamanan yang diberikan, kemudahan lokasi, harga wajar dan bersaing (Sunarto,

2007:105). Menurut Jusuf Suit dan Almasdi (2012:88) untuk melayani pelanggan

secara prima kita diwajibkan untuk memberikan layanan yang pasti handal, cepat serta

lengkap dengan tambahan empati dan penampilan menarik. Sedangkan menurut

Gronroos (dalam Ratminto, 2005:2) pelayanan adalah suatu aktifitas atau serangkaian

aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat

adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan

oleh perusahaan pemberi layanan yang dimaksudkan untuk memecahkan

permasalahan konsumen/pelanggan.

Ciri-ciri pelayanan yang baik menurut Kasmir (2005:39) dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan/pengunjung sejak awal hingga


selesai.
2. Mampu melayani secara cepat dan tepat.
3. Mampu berkomunikas.
4. Mampu memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.
5. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.
6. Berusaha memahami kebutuhan pelanggan/pengunjung.
7. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan/pengunjung.
10

Pengertian kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan

kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya untuk

mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Lewis & Booms (dalam Tjiptono,

2012:157) mendefinisikan kualitas pelayanan secara sederhana, yaitu ukuran seberapa

bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan.

Artinya kualitas pelayanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau lembaga

tertentu untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau

diinginkan berdasarkan kebutuhan pelanggan/pengunjung. Dengan kata lain, faktor

utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diharapkan

pelanggan/pengunjung dan persepsi masyarakat terhadap pelayanan tersebut. Nilai

kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan perusahaan dan stafnya dalam

memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.

Kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan kepada pelanggan atau dalam

hal ini pengunjung untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan lembaga atau

instansi pemberi pelayanan jasa. Ikatan hubungan yang baik ini akan memungkinkan

lembaga pelayanan jasa untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan/

pengunjung serta kebutuhan mereka. Dengan demikian penyedia layanan jasa dapat

meningkatkan kepuasan pengunjung dengan memaksimalkan pengalaman pengunjung

yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pengunjung yang kurang

menyenangkan. Apabila layanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan

pelanggan, maka kualitas yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan

pelanggan, maka kualitas layanan dipersepsikan sebagai kualitas ideal, tetapi

sebaliknya jika layanan yang diterima atau dirasakan lebih rendah dari yang

diharapkan maka kualitas layanan dipersepsikan rendah.


11

2.1.2 Dimensi Kualitas Pelayanan

Ada beberapa pendapat mengenai dimensi kualitas pelayanan, antara lain

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Saleh (2010:103) yang melakukan penelitian

khusus terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasi sepuluh faktor

utama yang menentukan kualitas jasa. Kesepuluh faktor tersebut adalah:

1) Reliability, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance)

dan kemampuan untuk dipercaya (dependbility). Hal ini berarti perusahaan

memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama. Selain itu juga berarti

bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya

menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati.

2) Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk

memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.

3) Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki

keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa

tertentu.

4) Accessibility, meliputi kemudahan untuk menghubungi dan ditemui. Hal ini

berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang tidak

terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi, dan lain-lain.

5) Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian, dan keramahan yang

dimiliki para kontak personal.

6) Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan pada bahasa

yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan

pelanggan.
12

7) Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mecakup nama

perusahaan, reputasi perusahaan, karakterisktik pribadi kontak personal, dan

interaksi dengan pelanggan.

8) Security, yaitu aman dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan. Aspek ini

meliputi keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial (financial

security), dan kerahasiaan (confidentiality).

9) Understanding/Knowing the Customer, yaitu usaha untuk memahami

kebutuhan pelanggan.

10) Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang

dipergunakan, atau penampilan dari personil.

Perkembangan selanjutnya, Zheithalm et al dalam Ariani (2009:180)

menyederhanakan sepuluh dimensi di atas menjadi lima dimensi pokok yang dikenal

dengan SERQUAL (service quality) yang terdiri dari:

1) Bukti fisik (tangibles) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan

eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan serta keadaan lingkungan

sekitarnya merupakan salah satu cara perusahaan jasa dalam menyajikan

kualitas layanan terhadap pelanggan. Diantaranya meliputi fasilitas fisik

(gedung, buku, rak buku, meja dan kursi, dan sebagainya), teknologi (peralatan

dan perlengkapan yang dipergunakan), serta penampilan pegawai.

2) Keandalan (reliability) adalah kemampuan perusahaan memberikan pelayanan

sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus

sesuai dengan harapan pelanggan yang tercermin dari ketepatan waktu,

pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik

dan akurasi yang tinggi.


13

3) Daya tanggap (responsiveness) adalah kemauan untuk membantu pelanggan

dan memberikan jasa dengan cepat dan tepat dengan penyampaian informasi

yang jelas. Mengabaikan dan membiarkan pelanggan menunggu tanpa alasan

yang jelas menyebabkan persepsi yang negative dalam kualitas pelayanan.

4) Jaminan (assurance) adalah pengetahuan, kesopan-santunan dan kemampuan

para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan

kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen, antara lain:

a. Komunikasi (communication), yaitu secara terus menerus memberikan

informasi kepada pelanggan dalam bahasa dan penggunaan kata yang jelas

sehingga para pelanggan dapat dengan mudah mengerti apa yang

diinformasikan pegawai serta dengan cepat dan tanggap menyikapi keluhan

dan komplain dari para pelanggan.

b. Kredibilitas (credibility), perlunya jaminan atas suatu kepercayaan yang

diberikan kepada pelanggan, believability atau sifat kejujuran,

menanamkan kepercayaan, memberikan kredibilitas yang baik bagi

perusahaan pada masa yang akan datang.

c. Keamanan (security), adanya suatu kepercayaan yang tinggi dari pelanggan

akan pelayanan yang diterima. Tentunya pelayanan yang diberikan mampu

memberikan suatu jaminan kepercayaan.

d. Kompetensi (competence) yaitu keterampilan yang dimiliki dan dibutuhkan

agar dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dapat dilaksanakan

dengan optimal.

e. Sopan santun (courtesy), dalam pelayanan adanya suatu nilai moral yang

dimiliki oleh perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.


14

Jaminan akan kesopan-santunan yang ditawarkan kepada pelanggan sesuai

dengan kondisi dan situasi yang ada.

5) Empati (empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan konsumen dimana suatu perusahaan diharapkan

memiliki suatu pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami

kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang

nyaman bagi pelanggan.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Kualitas Pelayanan

Dalam rangka menciptakan gaya manajemen dan lingkungan yang kondusif

bagi organisasi untuk menyempurnakan kualitas, organisasi bersangkutan harus

mampu mengimplementasikan enam prinsip utama yang berlaku bagi perusahaan.

Keenam prinsip ini sangat bermanfaat dalam membentuk mempertahankan lingkungan

yang tepat untuk melaksanakan penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan

dengan didukung oleh para pemasok, karyawan, dan pelanggan. Menurut Wolkins,

dikutip dalam Saleh (2010:105) keenam prinsip tersebut terdiri atas:

1. Kepemimpinan

Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari

manajemen puncak.Manajemen puncak harus memimpin dan mengarahkan

organisasinya dalam upaya peningkatan kinerja kualitas. Tanpa adanya

kepemimpinan dari manajemen puncak, usaha peningkatan kualitas hanya akan

berdampak kecil.
15

2. Pendidikan

Semua karyawan perusahaan, mulai dari manajer puncak sampai karyawan

operasional, wajib mendapatkan penekanan dalam pendidikan tersebut antara

lain konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat, teknik implementasi strategi

kualitas, dan peranan eksekutif dalam implementasi strategi kualitas

3. Perencanaan Strategik

Proses perencanaan strategi harus mencakup pengukuran dan tujuan kualitas

yang digunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai visi dan

misinya.

4. Review

Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektif bagi manjemen

untuk mengubah perilaku organisasi. Proses ini menggambarkan mekanisme

yang menjamin adanya perhatian terusmenerus terhadap upaya mewujudkan

sasaran-sasaran kualitas.

5. Komunikasi

Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses

komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan, maupun dengan

stakeholder lainnya.

6. Total Human Reward

Reward dan recognition merupakan aspek krusial dalam implementasi strategi

kualitas. Setiap karywan berprestasi perlu diberi imbalan dan prestasinya harus

diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi, semangat kerja, rasa bangga dan rasa

memiliki (sense of belonging) setiap anggota organisasi dapat meningkat, yang

pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan produktifitas dan profitabilitas

bagi perusahaan, serta kepuasan dan loyalitas pelanggan.


16

2.1.4 Unsur-Unsur Kualitas Pelayanan

Unsur-unsur kualitas pelayanan yang dikutip dalam Saleh (2010:106) antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Penampilan. Personal dan fisik sebagaimana layanan kantor depan (resepsionis)

memerlukan persyaratan seperti berpenampilan menarik, badan harus tegap/tidak

cacat, tutur bahasa menarik, familiar dalam berperilaku, penampilan penuh

percaya diri.

2. Tepat Waktu dan Janji. Secara utuh dan prima petugas pelayanan dalam

menyampaikan perlu diperhitungkan janji yang disampaikan kepada pelanggan

bukan sebaliknya selalu ingkar janji. Demikian juga waktu jika mengutarakan 2

hari selesai harus betul-betul dapat memenuhinya.

3. Kesediaan Melayani. Sebagiamana fungsi dan wewenang harus melayani kepada

para pelanggan, konsekuensi logis petugas harus benar-benar bersedia melayani

kepada para pelanggan.

4. Pengetahuan dan Keahlian. Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas

harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Di sini petugas pelayanan harus

memiliki tingkat pendidikan tertentu dan pelatihan tertentu yang diisyaratkan

dalam jabatan serta memiliki pengalaman yang luas dibidangnya.

5. Kesopanan dan Ramah Tamah. Masyarakat pengguna jasa pelayanan itu sendiri

dan lapisan masyarakat baik tingkat status ekonomi dan sosial rendah maupun

tinggi terdapat perbedaan karakternya maka petugas pelayanan masyarakat

dituntut adanya keramahtamahan yang standar dalam melayani, sabar, tidak egois

dan santun dalam bertutur kepada pelanggan.

6. Kejujuran dan Kepercayaan. Pelayanan ini oleh pengguna jasa dapat

dipergunakan berbagai aspek, maka dalam penyelenggaraannya harus transparan


17

dari aspek kejujuran, jujur dalam bentuk aturan, jujur dalam pembiayaan dan jujur

dalam penyelesaian waktunya. Dari aspek kejujuran ini petugas pelayanan

tersebut dapat dikategorikan sebagai pelayan yang dipercaya dari segi sikapnya,

dapat dipercaya dari tutur katanya, dapat dipercayakan dalam menyelesaikan akhir

pelayanan sehingga otomatis pelanggan merasa puas. Unsur pelayanan prima

dapat ditambah unsur yang lain.

7. Kepastian Hukum. Secara sadar bahwa hasil pelayanan terhadap masyarakat yang

berupa surat keputusan, harus mempunyai legitimasi atau mempunyai kepastian

hukum. Bila setiap hasil yang tidak mempunyai kepastian hukum jelas akan

mempengaruhi sikap masyarakat, misalnya pengurusan KTP, KK dan lain-lain

bila ditemukan cacat hukum akan mempengaruhi kredibilitas instansi yang

mengeluarkan surat legitimasi tersebut.

8. Keterbukaan. Secara pasti bahwa setiap urusan/kegiatan yang memperlakukan

ijin, maka ketentuan keterbukaan perlu ditegakkan keterbukaan itu akan

mempengaruhi unsur-unsur kesederhanaan, kejelasan informasi kepada

masyarakat.

9. Efisien. Dari setiap pelayanan dalam berbagai urusan, tuntutan masyarakat adalah

efisiensi dan efektifitas dari berbagai aspek sumber daya sehingga menghasilkan

biaya yang murah, waktu yang singkat dan tepat serta kualitas yang tinggi.

Dengan demikian efisiensi dan efektifitas merupakan tuntutan yang harus

diwujudkan dan perlu diperhatikan secara serius.

10. Biaya. Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diperlukan kewajaran dalam

penentuan pembiayaan, pembiayaan harus disesuaikan dengan daya beli

masyarakat dan pengeluaran biaya harus transparan dan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.
18

11. Tidak Rasial. Pengurusan pelayanan dilarang membeda-bedakan kesukuan,

agama, aliran dan politik dengan demikian segala urusan harus memenuhi

jangkauan yang luas dan merata.

12. Kesederhanaan. Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat untuk

diperhatikan kemudahan, tidak berbelit-belit dalam pelaksanaan.

2.1.5 Model Kualitas Pelayanan

Berdasarkan hasil sintesis terhadap berbagai riset yang telah dilakukan,

Grongoos yang dikutip dalam Tjiptono (2005:261) mengemukakan enam kriteria

kualitas pelayanan yang dipersepsikan baik, yakni sebagai berikut:

1. Professionalism and Skills. Pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa, karyawan,

sistem operasional, dan sumber daya fisik memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah mereka secara professional

(outcomerelated criteria).

2. Attitudes and Behavior. Pelanggan merasa bahwa karyawan jasa (customer

contact personel) menaruh perhatian besar pada mereka dan berusaha membantu

memecahkan masalah mereka secara spontan dan ramah.

3. Accessibility and Flexibility. Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam

operasi, karyawan dan sistem operasionalnya, dirancang dan dioperasikan

sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengakses jasa tersebut dengan

mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar dapat menyesuaikan

permintaan dan keinginan pelanggan secara luwes.

4. Reliability and Trustworthiness. Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi

atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia jasa beserta karyawan
19

dan sistemnya dalam menentukan janji dan melakukan segala sesatu dengan

mengutamakan kepentingan pelanggan.

5. Recovery. Pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau sesuatu yang

tidak diharapkan dan tidak diprediksi, maka penyedia jasa akan segera mengambil

tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari solusi yang tepat.

6. Reputation and Credibility. Pelanggan meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa

dapat dipercaya dan memberikan nilai/imbalan yang sepadan dengan biaya yang

dikeluarkan.

Kualitas layanan pada prinsipnya adalah untuk menjaga janji pelanggan agar

pihak yang dilayani merasa puas dang diungkapkan. Kualitas memiliki hubungan yang

sangat erat dengan kepuasan pelanggan, yaitu kualitas memberikan suatu dorongan

kepada pelanggan untuk menjalani ikatan hubungan yang kuat dengan organisasi

pemberi layanan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan organisasi

pemberi layanan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta

kebutuhan mereka. Dengan demikian, organisasi pemberi layanan dapat meningkatkan

kepuasan pelanggan, yang pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan

kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada organisasi pemberi layanan yang

memberikan kualitas memuaskan.

2.2 Nilai Pelanggan

2.2.1 Pengertian Nilai Pelanggan

Menurut Kotler dan Armstrong (2001:9), nilai bagi pelanggan merupakan

perbedaan antara nilai yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan

suatu produk dan biaya untuk memiliki produk tersebut. Hasan (2013:12) mengatakan

bahwa konsep pemasaran modern adalah konsep yang menganut paham bahwa
20

kegiatan pemasaran secara keseluruhan dijalankan berdasarkan orientasi pada nilai

pelanggan, sering juga dikenal dengan konsep orientasi konsumen. konsep ini sangat

populer karena dibangun berdasarkan asumsi dan aplikasi pemikiran sebagai berikut:

a. Pelanggan mengerti apa yang mereka butuhkan dan inginkan.

b. Perusahaan harus fokus pada kebutuhan pelanggan sebelum mengembangkan

produk.

c. Perusahaan harus menyelaraskan semua fungsi perusahaan untuk fokus pada

kebutuhan pelanggan.

d. Orientasi pada kebutuhan dan keinginan pelanggan sebagai sasaran utama bagi

keberhasilan kegiatan pemasaran

e. Riset pemasaran membantu dalam menentukan kebutuhan dan keinginan

pelanggan dengan tepat.

f. Pelanggan yang puas akan menghargai produsen dengan melakukan pembelian

yang berulang-ulang.

g. Perbedaan penawaran yang kompetitif sangat penting bagi pelanggan dalam

mengenali produk yang diinginkannya.

h. Perusahaan harus menyadari bahwa keuntungan dari pelanggan akan berhasil

jika mampu memuaskan kebutuhan jangka panjang pelanggan.

Menurut Woodruff dalam (Hurriyati, 2005:299) mendefinisikan nilai

pelanggan sebagai preferensi perseptual dan evaluasi pelanggan terhadap atribut

produk, dan konsekuensi yang didapatkan dari pemakaian produk atau jasa yang

memfasilitasi pencapaian tujuan dan sasaran konsumen dalam situasi pemakaian.

Dalam pemasaran ada tiga jenis nilai yang harus diperhatikan yaitu nilai prediktif

(predictive value), nilai yang dapat dipercaya (perceived value), dan komponen nilai.
21

Menurut Hasan (2013:308) nilai bukan sesuatu yang riil, nilai sangat abstrak,

nilai berasal dari persepsi konsumen mengenai berapa jumlah sebenarnya yang wajar

jika dihargai dengan uang mengenai suatu produk yang dilihat dari mutunya.

Pemahaman nilai pada pelanggan dengan baik akan membantu pemasar dalam hal:

1. Menjelaskan nilai yang dipersepsikan dalam produk

2. Dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan produk

3. Dapat menjadi inspirasi bagi usaha-usaha segmentasi

4. Dapat menjadi inspirasi bagi komunikasi pasar.

2.2.2 Unsur Nilai Pelanggan

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:329), unsur nilai yang dirasakan

konsumen terdiri dari lima unsur yaitu:

1. Kualitas Produk

Utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kinerja yang diharapkan dari produk

tersebut. Kualitas produk terdiri dari enam elemen yaitu:

a. Kinerja, merupakan elemen kualitas produk yang berkaitan langsung dengan

bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya untuk memenuhi

kebutuhan konsumen.

b. Reliabilitas, merupakan daya tahan produk selama dikonsumsi.

c. Fitur, merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada suatu produk.

d. Keawetan, menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara

teknis maupun waktu.

e. Konsistensi, merupakan elemen yang menunjukkan seberapa jauh suatu produk

bisa memenuhi standar ata spesifikasi tertentu.


22

f. Desain, merupakan aspek emosional untuk mempengaruhi kepuasan konsumen

sehingga desain kemasan ataupun bentuk produk akan turut mempengaruhi

persepsi kualitas produk.

2. Harga

Unsur harga memberikan pengaruh yang relatif. Ada sebagian konsumen yang

sensitif terhadap harga, akan tetapi ada juga yang tidak begitu mempertimbangkan

harga dalam pengambilan keputusan pembelian produk.

3. Kualitas

Layanan kualitas layanan terdiri atas wujud fisik, reliabelitas, daya tanggap,

kepastian dan empati

4. Faktor Emosional Dimensi emosional dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Estetika, berkaitan dengan bentuk dan warna dari produk

b. Nilai ekspresi diri, merupakan bentuk kepuasan yang terjadi karena lingkungan

sosial disekitarnya.

c. Kepribadian, aspek kepribadian berkaitan dengan karakter personal

5. Kemudahan

Konsumen cenderung merasa lebih puas jika bisa mendapatkan produk atau

pelayanan secara relatif lebih mudah, nyaman, dan efisien.

2.2.3 Indikator Nilai Pelanggan

Hasil penelitian Sweeney dan Soutar (2001:211) yang berjudul “Consumer

perceived value: The development of a multiple item scale”, yang mengembangkan

beberapa skala yang digunakan untuk mengukur nilai pelanggan. Pengukuran yang

digunakan dalam penelitian tersebut menggambarkan bagaimana konsumen menilai

suatu produk dalam aspek fungsional atas suatu performa (quality / performance
23

value), nilai terhadap biaya (price/value for money), kesenangan ataupun kegembiraan

yang timbul setelah mengkonsumsi suatu produk (emotional value) dan juga

konsekuensi sosial atas apa yang dicerminkan produk tersebut kepada pihak konsumen

(social value). Menurut Sweeney dan Soutar (2001:216) nilai dari setiap merek produk

ataupun jasa merupakan asset yang bernilai bagi produsen untuk meningkatkan

kepuasan konsumen dan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dalam penelitian

tersebut ditemukan empat indikator yang digunakan dalam pengukuran nilai

pelanggan, diantaranya:

1. Nilai Emosional (Emotional value)

Nilai emosional merupakan nilai yang berasal dari kemampuan produk untuk

menimbulkan perasaan positif pada diri konsumen. Atribut-atribut dari nilai emosional

meliputi kemampuan sebuah produk untuk menimbulkan rasa ingin mengkonsumsi

produk tersebut dan kemampuan sebuah produk untuk menciptakan rasa senang atau

puas pada konsumen. Nilai emosional akan mempengaruhi kepuasan konsumen karena

berkaitan dengan kemampuan produk menciptakan rasa senang bagi penggunanya.

Semakin tinggi nilai emosional yang terbentuk maka akan semakin tinggi pula

kepuasan konsumen.

2. Nilai Sosial (Social value)

Nilai sosial merupakan nilai yang didapatkan dari kemampuan produk untuk

meningkatkan konsep diri-sosial konsumen. Atribut-atribut dari nilai sosial tersebut

meliputi kemampuan sebuah produk untuk menimbulkan rasa bangga kepada

konsumen dan kemampuan sebuah produk untuk menimbulkan kesan yang baik

kepada konsumen. Nilai sosial mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan

konsumen karena berkaitan dengan kemampuan sebuah produk atau jasa untuk

meningkatkan konsep diri-sosial konsumen. Semakin tinggi penilaian konsumen dari


24

segi sosial terhadap sebuah produk atau jasa maka akan semakin tinggi pula kepuasan

yang terbentuk.

3. Nilai Kualitas / Performa Jasa (Quality / performance value)

Nilai kualitas / performa jasa merupakan nilai yang diperoleh dari persepsi

pelanggan terhadap kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk atau jasa.

Atribut-atribut dari nilai kualitas meliputi manfaat yang diperoleh konsumen setelah

mengkonsumsi produk tersebut dan konsistensi pelayanan oleh karyawan perusahaan.

Nilai kualitas/performa jasa memberikan kontribusi yang besar terhadap terbentuknya

kepuasan konsumen. Semakin tinggi penilaian konsumen terhadap kualitas dan kinerja

atas sebuah produk atau jasa maka akan semakin tinggi pula tingkaat kepuasan

konsumen.

4. Nilai Terhadap Biaya (Price/value for money)

Nilai terhadap biaya merupakan nilai yang didapatkan dari produk karena

reduksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Atribut-atribut dari nilai

terhadap biaya meliputi perbandingan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang

diperolehdari produk tersebutdan perbandingan biaya yang dikeluarkan untuk produk

tersebut dengan produk serupa dari perushaan lain. Nilai ini akan sangat berpengaruh

terhadap kepuasan konsumen karena konsumen akan membandingkan harga dengan

manfaat yang diperoleh dari produk tersebut. Harga yang tidak terlalu tinggi dan

masuk akal dengan manfaat lebih yang diperoleh dari sebuah produk maka akan

terbentuk kepuasan konsumen, begitu juga sebaliknya.

2.3.5. Faktor Lingkungan Sekolah

Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup

tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala
25

unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah

unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh

seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. Dalam hal ini lingkungan

sekolah terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan pembina. Makin jelas

sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula

pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah laku yang sesuai.

Menurut Tulus (2004:18) faktor lingkungan sekolah sebagai berikut:


a. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
kepada anak didik. Dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki, guru dapat
menjadikan siswa menjadi individu yang cerdas dan disiplin.

b. Sarana dan prasarana


Prasarana dan sarana pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang
tertata rapi, ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas kelas
dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/alat bantu belajar
merupakan komponen yang penting untuk mendukung kegiatan-kegiatan
belajar.

c. Kondisi gedung
Diantaranya ventilasi udara yang baik, sinar matahari dapat masuk, penerangan
lampu yang cukup, ruang kelas yang luas, kondisi gedung yang kokoh. Apabila
suasana ruang gelap, ruangan sempit, tidak ada ventilasi dan gedung rusak
akan menjadikan proses belajar yang kurang baik sehingga memungkunkan
proses belajar menjadi terhambat. Menurut Aunurrahman (2009: 195)
menyebut bahwa “Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak
terhadap terciptanya iklim pembelajaran yang lebih kondusif, terjadinya
kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang
pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai
hasil belajar yang lebih baik”.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan

sekolah merupakan suatu sarana belajar yang penting dan perlu ada dalam sebuah

sekolah. Karena tanpa lingkungan sekolah semua proses belajar mengajar tidak dapat

dilaksanakan dengan baik dan berlangsung tepat. Perlu diketahui bahwa semua proses

belajar mengajar memerlukan lingkungan sekitar sebagai wujud kecintaan siswa dan

pengalaman yang lebih luas terhadap lingkungan. Lingkungan yang ada saat ini juga
26

perlu dikembangkan dengan baik, oleh karena itu, keaktifan siwa dan sikap peduli

lingkungan di perlukan untuk mewujudkan lingkungan yang indah dan tentunya

berguna bagi semua warga sekolah.

2.3.6. Indikator Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan

belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti

lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber

belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan

siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan

sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan

kegiatan belajar -mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya.

Menurut Rukmana (2006:69) menyebutkan bahwa “lingkungan fisik tempat

belajar memberikan pengaruh terhadap hasil belajar anak. Guru harus dapat

menciptakan lingkungan yang membantu perkembangan pendidikan peserta didik.

Lingkungan fisik meliputi ruang tempat berlangsungnya pembelajaran, ruang kelas,

ruang laboratorium, ruang serbaguna/aula”. Pengaturan tempat duduk meliputi pola

berderet atau berbaris belajar, pola susun berkelompok, pola formasi tapal kuda, damn

pola lingkaran atau persegi. Ventilasi dan pengaturan cahaya dan pengaturan

penyimpanan barang-barang.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa indikator lingkungan sekolah

dalam penelitian ini adalah hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan

siswa, ruang dan tempat belajar siswa, fasilitas kelas, alat pembelajaran , perpustakaan

sekolah sebagai penunjang pembelajaran, ventilasi kelas dan penerangan kelas.

2.4. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran


27

Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan.

Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya

individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat

terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Pengaruh lain

yang akan terjadi adalah individu menyebabkan terjadinya perubahan pada

lingkungan, baik yang positif atau bersifat negatif. Hal ini menunjukkan, bahwa fungsi

lingkungan merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar (Hamalik,

2010:194).

Tokoh-tokoh pendidikan masa lampau berpandangan bahwa faktor lingkungan

sangat bermakna dan dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan konsep

pendidikan dan pengajaran. Misalnya Rousseau dengan teorinya “Kembali ke Alam”

menunjukkan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan anak didik.

Karena itu pendidikan anak harus dilaksakan di lingkungan alam yang bersih, tenang,

suasana menyenangkan, dan segar sehingga sang anak tumbuh sebagai manusia yang

baik. Jan Ligthart terkenal dengan “Pengajaran Alam Sekitar”. Menurut tokoh ini

pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan alam sekitar (Hamalik, 2010:195).

Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional

yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting

(Hamalik, 2010:195). Lingkungan yang ada disekitar kita dapat dijadikan sebagai

sumber belajar. Lingkungan tersebut meliputi: (1) masyarakat disekeliling sekolah (2)

lingkungan fisik di sekitar sekolah bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai dan

bahan-bahan bekas dan bila di olah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantu

dalam belajar, dan (3) peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat

(Arsyad, 2009:107).
28

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data,

orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik

secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik

dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Dalam

pemanfaatan sumber belajar, guru mempunyai tanggung jawab membantu peserta

didik belajar agar belajar lebih mudah, lebih lancar, lebih terarah. Oleh sebab itu guru

dituntut untuk memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan pemanfaatan

sumber belajar antara lain guru harus mampu: (a) menggunakan sumber belajar dalam

kegiatan pembelajaran sehari-hari (b) mengenalkan dan menyajikan sumber belajar (c)

menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) menyusun

tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) mencari sendiri

bahan dari berbagai sumber (f) memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar

(g) menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan

pembelajarannya dan (h) merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara

efektif (Dikti, 2012:38-39).

Kegiatan belajar yang memanfaatkan lingkungan dimungkinkan akan lebih

menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat

beragam dan banyak pilihan. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih

dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema

kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya

kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar (Eko, 2009:1-2).

Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan

yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini

lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas,
29

nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru

mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak hanya terjadi di

ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai

sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan

sosial, budaya, perkembangan emosional serta intelektual. Anak-anak belajar melalui

interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide ( Eko, 2009:1-2).

Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali

konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan lingkungan

pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna

yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila

guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada

lingkungan sekitar.

2.5. Media Pembelajaran

2.5.1. Pengertian Media

Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan, media juga

merupakan penyalur informasi. Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan

bentuk jamak dari medium. Istilah media digunakan juga dalam bidang pembelajaran

atau lebih dikenal dengan media pembelajaran. Sanjaya (2012:204) menyatakan

“Media adalah alat untuk memberi perangsang bagi siswa supaya terjadi proses

belajar”. Rusman, dkk (2012:170) mengemukakan “Media pembelajaran merupakan

suatu teknologi pembawa pesan yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran

dan media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan materi

pelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak

maupun pandang dengar yang termasuk teknologi perangkat keras”.


30

Sedangkan menurut Indriana (2011:15) menjelaskan “Media pembelajaran

merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran. Menurut Wayan

(2007:3) “Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi yaitu: guru

(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa, dan tujuan

pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi, dan proses pembelajaran

sebagai proses komunikasi juga tidak akan berlangsung secara optimal. Media

pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran”.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan yang memudahkan proses belajar bagi siswa dan pendidik atau guru dan

merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar.

Media pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun

pandang dengar yang termasuk teknologi perangkat keras.

Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan pembelajaran

kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu dengan cara guru berperan

sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan

berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar

mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar.

2.5.2. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Jenis media pembelajaran sangat beragam. Mulai dari media yang sederhana

dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang sudah

tersedia di lingkungan yang langsung dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, ada


31

pula media yang sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran. Berbagai jenis

media tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari

sudut mana melihatnya.

Klasifikasi media pembelajaran menurut Indriana (2011:54-56) sebagai

berikut:

1. Menurut bentuk informasi yang digunakan dalam media pembelajaran, media


pembelajaran dikategorikan sebagai berikut:
a) media visual diam
b) media visual gerak
c) media audio
d) media audio visual diam
e) media audio visual gerak

2. Menurut bentuk dan cara penyajiannya, media pembelajaran dikategorikan


sebagai berikut:
a) Media grafis, bahan cetak, dan gambar diam
b) Media proyeksi diam
c) Media audio
d) Media gambar/ film
e) Media televisi
f) Multimedia

Menurut Arsyad (2002:29) “Media pembelajaran dapat dikelompokkan ke

dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil

teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4)

media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Menurut Sanjaya (2009:213-

218), media pembelajaran dapat dikelompokkan dalam empat kelompok, yaitu:

1) Media grafis (visual diam), media ini termasuk kategori media visual
nonproyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke
penerima pesan. Media grafis adalah media yang mengandung pesan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar, dan simbol-
simbol yang mengandung arti.
2) Media proyeksi adalah media yang dapat digunakan dengan bantuan proyektor.
Berbeda dengan media grafis, media ini harus menggunakan alat elektronik
untuk menampilkan informasi atau pesan.
3) Media audio, media atau bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif.
4) Media komputer, merupakan kelompok media yang secara virtual dapat
menyediakan respons yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh
siswa. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan
32

memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan.

Produk yang dikembangkan termasuk dalam kelompok media komputer,

dimana media komputer yang secara virtual dapat menyediakan respons yang segera

terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Media komputer juga memiliki

kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Sajian

media berbasis komputer merupakan media yang mengoptimalkan peran komputer

sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, gambar, grafik, dan suara

dalam sebuah tampilan terintegrasi. Media berbasis komputer dapat dirancang dan

digunakan sebagai media yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi

pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi.

2.5.3. Langkah-langkah Pengembangan Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang dikembangkan termasuk jenis media komputer.

Penyajian media pembelajaran dapat dikategorikan menjadi beberapa model. Menurut

Sanjaya (2012:200) mengemukakan enam model penyajian media pembelajaran yang

dapat dihasilkan melalui komputer, yakni: (1) praktik dan latihan; (2) tutorial; (3)

permainan; (4) simulasi; (5) penemuan; dan (6) pemecahan masalah.

Menurut Indriana (2011:116-119), model media pembelajaran menggunakan

komputer, yaitu:

1) Model Drill, merupakan program komputer yang digunakan untuk melatih


ketrampilan siswa, bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih
konkret dalam bentuk latihan soal.
2) Model Tutorial, merupakan program komputer berupa materi pembelajaran
yang disajikan dalam unit-unit kecil, kemudian disusul dengan pertanyaan.
Respon siswa dianalisis oleh komputer, dan umpan balik terhadap respon
diberikan secara langsung.
3) Model Simulasi, merupakan program pembelajaran menggunakan komputer
yang didesain melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang
mendekati suasana yang sebenarnya.
33

4) Model Games, dikembangkan berdasarkan atas pembelajaran menyenangkan.


Siswa dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan.

Media pembelajaran komputer yang dikembangkan termasuk dalam model

tutorial. Menurut Rusman, dkk (2012:149) langkah-langkah pembuatan media

pembelajaran menggunakan penyajian tutorial yaitu melakukan perencanaan proses

produksi program tutorial dan proses produksi program tutorial. Penjelasan masing-

masing akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Perencanaan proses produksi program tutorial, meliputi: pendahuluan, tujuan

(indikator), pertanyaan dan respons, penilaian respons, pemberian balikan

respons, pengulangan, segmen pengaturan pelajaran, storyboard dan flowchart.

2) Proses produksi program tutorial harus memperhatikan beberapa tahapan,

yaitu:

a) Pendahuluan meliputi: (1) judul program dengan tampilan yang dapat

menarik perhatian siswa, (2) tujuan penyajian berisi kompetensi inti,

kompetensi dasar, dan indikator yang akan dicapai, (3) petunjuk berisi

pemberian informasi cara menggunakan program, (4) stimulasi prioritas

pengetahuan berupa sinopsis dari materi yang terdapat dalam program, atau

penampilan garis besar konten atau materi yang akan dipelajari siswa,

(5) inisial kontrol siswa berisi pilihan-pilihan berkondisi yang harus dilalui

oleh siswa untuk memulai dan melaksanakan program pembelajaran.

b) Penyajian informasi, meliputi: (1) mode penyajian informasi biasanya

menggunakan informasi visual seperti: teks, gambar, grafik, foto, dan image

yang dianimasikan; (2) panjang teks penyajian; (3) grafik dan animasi; (4)

warna dan penggunaannya.

c) Pertanyaan dan jawaban. Adanya pertanyaan dalam program tutorial


34

dimaksudkan agar siswa selalu memperhatikan materi yang dipelajari.

d) Penilaian respon, merupakan proses mengevaluasi respons agar feedback

dapat diberikan siswa.

e) Pemberian balikan respons, umpan balik diberikan sebagai reaksi terhadap

respon yang diberikan siswa.

f) Pengulangan berupa penyajian materi kembali bagi siswa yang belum

memahami materi yang dipelajarinya.

g) Segmen pengaturan pelajaran berupa pencabangan diatur sebelumnya dan

dibuat dengan menu yang banyak pilihan.

h) Penutup.

2.5.4. Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum manfaat praktis media dalam proses pembelajaran disampaikan

oleh Arsyad (2011:24-25) adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat


menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap
jam pelajaran.
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Sementara itu menurut Daryanto (2010:40) mengungkapkan bahwa media

pembelajaran bermanfaat sebagai berikut.

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.


2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.
3) Menimbulkan gairah belajar.
4) Memungkinkan anak dapat belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori,dan kinestetiknya.
35

5) Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan


menimbulkan persepsi yang sama.
6) Dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat praktis dari

penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar akan lebih menarik.

Selain itu manfaat media pembelajaran yang dikembangkan dapat memperjelas pesan

dan informasi, dan dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga

dapat menimbulkan motivasi belajar. Penggunaan media pembelajaran dapat

mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, serta dapat memberikan kesamaan

pengalaman kepada siswa mengenai peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka.

2.5.5. Prinsip dan Kriteria Pemilihan Media

Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap

kegiatan belajar mengajar adalah media digunakan dan diarahkan untuk

mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Penggunaan

media harus dipandang dari sudut kepentingan guru supaya pembelajaran lebih

menarik. Sanjaya (2012:226) memaparkan sejumlah prinsip yang harus diperhatikan

dalam pemilihan media, diantaranya:

1) Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi
siswa.
4) Media yang akan digunakan harus memerhatikan efektivitas dan efisien.
5) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya.

Menurut Bambang (2013:80) mengemukakan beberapa kriteria yang patut

diperhatikan dalam memilih media, yaitu sebagai berikut:

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.


2) Tepat untuk medukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
36

atau generalisasi.
3) Praktis, luwes, dan bertahan.
4) Guru terampil menggunakannya.
5) Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk kelompok besar belum
tentu efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu.

Prinsip dan kriteria pemilihan media pembelajaran yang akan dikembangkan

harus memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, sesuai dengan minat,

kebutuhan, dan kondisi siswa, memerhatikan efektivitas dan efisien, serta sesuai

dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Karena media pembelajaran

yang menarik tidak dapat berfungsi dengan baik jika guru tidak mampu

mengoperasikan media tersebut.

2.6. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran

Menurut Eko (2009:6) Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran

memiliki banyak keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain:

1) Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di


lingkungan
2) Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih
konkrit, tidak verbalistik.
3) Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-
benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini
juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).
4) Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui media
lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena
siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam
kehidupannya sehari-hari.
5) Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan
media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda,
lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
6) Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa
biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang
dikemas (didesain).

Menurut Sabdulloh (2010:196) bahwa sekolah merupakan lingkungan

pendidikan yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan


37

yang ketat seperti harus berjenjang dan berkesinambungan, sehingga disebut

pendidikan formal dan sekolah adalah lembaga khusus, suatu wahana, suatu tempat

untuk menyelenggarakan pendidikan, yang di dalamnya terdapat suatu proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat tergugah

untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar kita untuk

menunjang kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan kita menyimpan berbagai jenis

sumber dan media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat kita manfaatkan

sebagai sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran. Kita tinggal memilihnya

berdasarkan prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan menyesuaikannya

dengan tujuan, karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan kita ajarkan.

2.7. Hasil Belajar

2.7.1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu

merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau

kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia

menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang

sesuatu. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar

merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan atau tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dilakukan siswa

sebagai anak didik. Menurut Mudjiono (2013:7) “Belajar merupakan tindakan dan

perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar”.
38

Menurut Sardiman (2014:23) “Belajar adalah perubahan tingkah laku, dan

terjadi karena hasil pengalaman”. Sejalan dengan itu, Iskandar (2012:102) mengatakan

“Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan

lingkungannya untuk merubah perilakunya”. Kurniawan (2014:4) mengatakan

“Belajar itu sebagai proses aktif internal individu dimana melalui pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahn tingkah laku yang

relatif permanen”.

Sedangkan, menurut Djamarah (2011:13) “Belajar adalah serangkaian kegiatan

jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, afektif, dan psikomotor”. Menurut Slameto (2010:3) “Belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-

ulang dalam suatu situasi.

2.7.2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh

suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
39

pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah

hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat

memahami serta mengerti materi tersebut.

Menurut Hamalik (2010:31) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-

nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikapsikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan”.

Menurut Dimyati (2013:3) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal

dan puncak proses belajar”. Menurut Hamalik (2010:49) “mendefinisikan hasil belajar

sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. Sedangkan, Winkel

(2009:128) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang

telah dicapai oleh seseorang”.

Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses

belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil

yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Menurut “Susanto (2013: 5)

perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor sebagai hasil dari belajar”. Pengertian tentang hasil belajar dipertegas

oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) yang menyatakan bahwa “hasil belajar dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah

materi pelajaran tertentu”.

Menurut Sudjana (2009:3) “mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”. Hasil belajar dipengaruhi oleh
40

beberapa faktor, baik yang bersifat internal mapun eksternal. Menurut Rusman

(2013:124) “faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor

psikologis. Sementara faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan faktor

instrumental”.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan

kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh

seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang

dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.

2.7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di

kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang

mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari dalam peserta didik

yang belajar (faktor internal) dan ada pula yang berasal dari luar peserta didik yang

belajar (faktor eksternal). Slameto (2010:54) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:

1. Faktor intern
Yaitu faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern
terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh).
b) Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan
dan kesiapan).
c) Faktor kelelahan.
2. Faktor ekstern
Yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:
a) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, penegrtian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan).
41

b) Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,


relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah).
c) Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat,mass media, teman
bergaul, dan betuk kehidupan masyarakat).

Menurut Sabri (2010:59) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa secara garis besar terbagi dua bagian, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal siswa


a) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta
kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
b) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan
kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan,
berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki.
2. Faktor-faktor eksternal siswa
a) Faktor lingkungan siswa
Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama, faktor lingkungan alam atau non sosial
seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore, malam),
letak madrasah, dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial seperti
manusia dan budayanya.
b) Faktor instrumental
Yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung atau sarana fisik
kelas, sarana atau alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan
kurikulum atau materi pelajaran serta strategi pembelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya

hasil belajar peserta didik dipengaruhi banyak factor-faktor yang ada, baik yang

bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi upaya

pencapaian hasil belajar siswa dan dapat mendukung terselenggaranya kegiatan proses

pembelajaran, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran.

2.8. Sub Tema 3 PB 1 Gaya dan Gerak

Dalam kehidupan sehari hari, kita banyak melakukan gerak dan mengeluarkan

gaya. Misalnya, seorang tukang bakso yang mendorong gerobak hingga bergerak dan

berpindah tempat, atau pada saat bermain ketapel untuk melontarkan batu, bahkan saat

kita menjatuhkan benda, pasti benda tersebut akan jatuh ke bawah.


42

Menurut Afriki dkk (2014: 70) “Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan gaya. Pada saat kita membuka
atau menutup pintu kita telah melakukan gaya yang berupa dorongan dan
tarikan.Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak
disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi
benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan bendayang
semula diam menjadi bergerak, menyebabkan benda yang semula bergerak
menjadi berhenti atau berubah arah, atau merubah bentuk benda”.

Sebagai contoh, pada saat kamu menendang bola maka bola akan bergerak dan

berubah arahnya. Sedangkan contoh perubahan bentuk benda karena pengaruh gaya

adalah ketika kamu bermain dengan plastisin. Kamu dapat membuat berbagai macam

bentuk. Gaya tangan menyebabkan bentuk plastisin berubah sesuai dengan bentuk

yang diinginkan. Besar kecilnya gaya dapat diukur menggunakan alat yang

bernama neraca pegas atau dinamometer. Sedangkan satuan gaya dinyatakan

dalam satuanNewton yang biasa ditulis dengan huruf N. Kata Newton diambil dari

nama Sir Isaac Newton, seorang ahli matematika dan ilmuwan besar. Besarnya gaya

yang diperlukan untuk menarik benda akan ditunjukkan oleh jarum pada skala

dinamometer.

2.8.1. Jenis Gaya

Aktifitas sehari-hari kita memang sering melibatkan gaya. Gaya yang

dihasilkan kerja otot manusia, seperti tarikan dan dorongan yang kita lakukan saat

membuka dan menutup pintu disebut gaya otot. Tetapi sebenarnya tidak hanya otot

manusia yang dapat menghasilkan gaya. Afriki (2014:71) membagikan jenis-jenis gaya

sebagai berikut ini:

1. Gaya magnet:
Gaya magnet adalah gaya yang dihasilkan oleh magnet. Magnet alam adalah
sejenis logam yang pertama kali ditemukan di kota magnesia. Magnet
memiliki kekuatan yang menarik jarum, paku, atau benda lainnya terbuat
dari besi atau baja. Kekuatan ini disebut gaya magnet.
2. Gaya listrik statis:
Gaya listrik statis adalah kekuatan yang dimiliki benda yang bermuatan
listrik untuk menarik benda-benda disekitarnya. Kita dapat melakukan
43

percobaan untuk membuktikan adanya gaya listrik statis. Coba kalian


gosok-gosokkan penggaris plastik pada rambut kalian. Siapkan juga kertas
yang disobek-sobek halus. Setelah digosokkan berulang kali pada rambut ,
dekatkan penggaris pada potongan-potongan kertas. KAlian akan melihat
potongan tertas tertarik ke arah penggaris. Penggaris bisa menarik potongan
kertas dengan gaya listrik statis.
3. Gaya otot :
Kekuatan yang dihasilkan oleh otot manusia disebut gaya otot . Gaya ini
sering dilakukan pada saat kita mengangkat beban atau sedang senam di
sekolah. Apabila kita sering melakukan olahraga maka otomu akan
bertambah besar dan kuat.
4. Gaya gravitasi bumi :
Gaya grafitasi adalah kekuatan bumi untuk menarik benda lain ke bawah.
Bila kita melempar benda ke atas, baik dari kertas, pensil atau benda lain
maka semua benda itu akan jatuh ke bawah. Berbeda bila di luar angkasa
para astronot tidak merasakan gaya gravitasi, akibatnya mereka akan
melayang-layang bila berada di luar angkasa.
5. Gaya Pegas :
Kekuatan yang ditimbulkan oleh karet atau pegas yang diregangkan.
Misalnya saat kamu bermain panahan, karet mampu mendorong anak panah
terlontar dengan cepat dan jauh.
6. Gaya Gesekan:
Bila kedua benda saling bergesekkan, maka antara keduanya akan muncul
gaya gesek. Gaya gesek bisa menguntungkan dan merugikan. Bila kita
berjalan di jalan yang kering, antara sepatu dan jalan akan muncul gaya
gesek. Gaya gesek ini membantu kita untuk bisa berjalan. Bayangkan bila
jalanan licin, maka gaya geseknya akan kecil dan kita akan kesulitan untuk
berjalan.

Berdasarkan jenisnya Jadi dapat dikatakan bahwa gaya merupakan dorongan

atau tarikan yang diberikan pada suatu benda. Untuk melakukan dorongan atau tarikan

diperlukan yang namanya tenaga jadi dapat dikatakan bahwa untuk melakukan suatu

gaya diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga memiliki arti yang berbeda akan tetapi,

keduanya saling berhubungan satu sama lain. Gaya ada yang kuat dan adapula yang

lemah. Semakin kuat gaya semakin besar pula tenaga yang dibutuhkan, begitupun

sebaliknya.

2.8.2. Definisi Gerak

Cobalah kita berlari. Pada saat berlari maka terjadi perpindahan, dimana kita

berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Menurut Afriki dkk (2014:75) Jadi yang
44

dimaksud dengan “gerak adalah perpindahan posisi benda dari tempat asalnya karena

adanya gaya”.

Contoh Gerak Gaya dapat mempengaruhi gerak sebuah benda. Hal ini dapat dilihat

dari beberapa kegiatan seperti:

1. Gerak karena gaya otot:


 pada saat mengayuh sepeda,
 saat berolaraga,
 saat bermain tarik tambang, atau
 mendorong lemari menggunakan kekuatan dua tangan dll.
2. Gerak karena gaya pegas :
 Pada saat kamu bermain ketapel, atau
 Bermain panahan, kita memanfaatkan karet yang diregangkan untuk
memudahkan anak panah terlontar jauh dan cepat.

3. Gerak karena gaya mesin:


Gaya mesin, yang dimanfaatkan untuk melakukan pekerjaan berat seperti:
 mobil pengeruk,
 buldoser, dan
 berbagai mesin yang digunakan dalam bidang industri.
Beni sedang bersepeda. Dalam perjalanannya, ia melihat seorang

tukang bakso yang mendorong gerobak hingga bergerak dan berpindah

tempat. Beni bertemu dengan Udin yang sedang bermain ketapel untuk

melontarkan batu sampai batu tersebut jatuh. Beni bertanya-tanya, apa

yang menyebabkan benda-benda tersebut bergerak sehingga berpindah

tempat? Ayo kita bantu Beni untuk menemukan jawabannya Lakukan

kegiatan di bawah ini agar kita bisa menemukan jawaban kenapa benda

bergerak!
45

Gambar 2.1. Gerak karena gaya


Sumber: Afriki dkk. (2013:71)

Untuk menambah pengetahuanmu tentang gaya, ayo amati benda-benda


di bawah ini!

Gambar 2.2. gaya dalam aktivitas siswa


Sumber: Afriki dkk. (2013:72)

a) Penyebab benda-benda tersebut bergerak pada gambar di atas


adalah karena ada gaya.
b) Sekarang, coba gerakkan benda-benda yang ada di sekitarmu!
c) Kamu boleh menarik, mendorong, menjatuhkan, atau
menggelindingkan benda- benda yang kamu temukan.
d) Tulis pengalamanmu dengan benda-benda tersebut. Tulisanmu harus
memuat jenis benda yang kamu pilih, bagaimana kamu
menggerakkannya, serta jenis gaya yang diberikan.

Edo dan Dayu sering bermain lompat kelinci. Mereka terkadang

melakukannya di sekolah atau di halaman rumah pada sore hari. Kali ini

mereka bermain di halaman rumah Edo. Saat melakukan lompat kelinci,

Edo dan Dayu baru menyadari kalau ternyata gaya dorong dan gaya tarik

juga terjadi pada permainan ini.


46

Coba kamu amati gambar di bawah. Dapatkah kamu menemukan

kedua gaya tersebut?

Gambar 2.3. gaya dalam aktivitas siswa


bermain lompat kelinci
Sumber: Afriki dkk. (2013:73)

Edo dan Dayu sedang bermain lompat kelinci. Edo melompat 2-2,

sedangkan Dayu melompat 3-3 pada garis bilangan.

1. Jika mereka melompat dimulai bilangan 0, bilangan manakah


yang sama-sama mereka lompati?
2. Jika mereka melompat dengan mulai angka 2, bilangan manakah
yang sama-sama mereka lewati?
3. Siapa yang paling cepat sampai di ujung?
4. Jika Beni melompat 2-2 dari titik 0 dan Udin melompat 3-3 dari titik
18, di titik manakah mereka akan bertemu?

Anda mungkin juga menyukai