Anda di halaman 1dari 16

laporan kasus "ILEUS OBSTRUKTIF"

BAB I

PENDAHULUAN

Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive yang sering


dilaporkan.Gangguan saluran cerna ini menduduki20% dari seluruh kasus nyeri akut abdomen
yang tidak tergolong appendicitis akuta. Sekitar 60% penyebab obstruksi ileus disebabkan oleh
adhesi yang terjadi pasca operasi regio abdominal dan operasi di bidang obstetri ginekologik.
Isidensi dari ileus obstruksi pada tahun 2011 diketahui mencapai 16% dari populasi dunia yang
diketahui melalui studi besar pada banyak populasi.1

Gangguan yang terjadi pada ileus obstruktifbisa meliputi sumbatan sebagian (partial) atau
keseluruhan(complete) dari lumen usus, sehingga mengakibatkan isi usus tak dapat melewati
lumen itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, paling sering
dikarenakan oleh adhesi, hernia, bahkan tumor.2

Ileus obstruktif tidak hanya dapat menghasilkan perasaan yang tidak nyaman, seperti : keram
perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tidak diobati dengan benar, ileus obstruktif
dapat menyebabkan sumbatan dan menyebabkan kematian jaringan usus. Kematian jaringan ini
dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi ringan, hingga kondisi shock.2

Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ dalam atau jaringan
tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit dan menarik organ dari tempatnya dan
merupakan penyebab utama dari obstruksi usus, infertilitas (bidang ginekologik), dan nyeri kronis
pelvis.2

BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. MP
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Halong
tanggal MRS 11/12/:2014 pukul: 11.10 WIB
Pengantar : Tn. BP
Agama : Kristen Protestan
Status pernikahan : Sudah menikah

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri perut
nyakit sekarang: keluhan dialami sejak ± 1 minggu lalu. Nyeri dirasakan terus menerus pada seluruh perut dan
seperti melilit.Keluhan disertai perut membesar yang dialami sejak 2 minggu yang lalu. Muntah
juga dialami sejak 3 hari lalu sampai saat ini sebanyak 3 x.Muntah setelah diberi makan. Pasien
juga mengeluh susah BAB walau sudah makan makanan berserat. Keluhan ini dialami sudah 1
tahun namun 6 bulan terakhir buang air besarnya sedikit-sedikit, keras, dan berwarna hitam seperti
kotoran kambing. Pasien juga mengaku susah kentut sejak perut mulai membesar mudah lelah bila
bekerja, nafsu makan berkurang, dan lemas,BAK biasa.
nyakit dahulu :Bulan Agustus 2014 pasien di rawat dengan sakit gastroenteritis akut 1 minggu berikutnya dirawat
lagi dengan keluhan perut membesar.
Tahun 2010 pasien menjalani operasi kista ovarium dan appendektomi.
Riwayat keluarga : kakak kandung menderitakista ovarium
Riwayat pengobatan : mengkonsumsi obat tradisional dan obat-obatan dari dokter.
Riwayat kebiasaan/sosial : merokok (-), alkohol (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tekanan darah : 140/90 mmHg Nadi : 78x/m Pernapasan : 18x/m Suhu : 36,70C
Kepala :normocephal
Mata : konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
Telinga : otore -/-
Hidung : rinore -/-
Tenggorokan: hiperemis (-)
Mulut : bibir kering (+), sianosis (-), pucat (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Dada :normochest, simetris kiri dan kanan
Bunyi jantung I/II murni reguler
Bunyi napas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : cembung (+),bising usus (+) meningkat
Genitalia : tidak ditemukan kelainan
Eskteremitas: edema

RT : Tonus Sphincter Ani normal


Mukosa rektum licin
Nyeri tekan tidak ada
Handschoen : feses (-), darah (-)
IV. STATUS LOKALIS
Regio Abdomen : Inspeksi : Cembung, Ditensi (+), darm kontur (+), darm steifung (+)
Auskultasi : bising usus (+) meningkat, borborygmi (+)
Palpasi : nyeri tekan (+) di seluruh regio abdomen
Perkusi : hipertimpani (+) di seluruh kuadran abdomen

V. DIAGNOSIS KERJA
Ileus obstruktif e/c susp. keganasan

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Lab DL tanggal 12/12/2014

WBC 3,8 x 103 µL L


LYM 1,1 x 103 µL N
MON O,6 x 103 µL N
GRA 2,2 x 103 µL N
RBC 4,20 x 106 µL N
HGB 10,3 g/Dl L
HCT 36,4% N
MCV 36,7 N
MCHC 28,3 g/dL N
PLT 35,2 x 103 µL H
LED 55 mm/jam
Gol. darah A
Masa 2’, 11”
perdarahan
Masa 12’,09”
pembekuan
GDS 101 N
Ureum 23 N
Creatinin 0,9 N
Bilirubin T 1,5 H
Direk 0,8 H
Albumin 1,0 L
SGOT 23 N
SGPT 1 N

15/12/2014
RBC 4,77 x 106/mm3 N
HGB 11,9 g/dL N
HCT 36,6 % N
MCV 81µm3 N
PLT 329 x 103/mm3 N
WBC 15,2 x 103/mm3 H

VII.PLANING
Puasa
Dekompresi: Pasang NGT
IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1, 28 TPM
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp /iv
Persiapan operasi laparotomy

Laporan Operasi
 Diagnosis pre operasi : ileus obstruksi ec susp. Keganasan
 Diagnosis post op : Ileus obstruksi ec tumor ginekologis
 Tindakan : laparotomi explorasi dan sigmoidektomi ke rektum

FOLLOW UP

Tanggal S: Subject, O: Obejective, A: Assesment Planing


12/12/2014 S : Nyeri perut Pro laparotomy explorasi cito
O: Abd : cembung (+), distensi (+), Nyeri tekan (+) pada Edukasi keluarga untuk operasi
seluruh perut, bising usus (+) meningkat IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
A: Ileus obstruksi e.c. keganasan tpm
Drips Cetapain 3 x 2 gr
Drips metronidazole 3 x 500 mg
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp /iv

13/12/2014 S : persiapan operasi, nyeri (+) Laparotomy eksplorasi


O: TD: 130/70, N : 103 x/m, RR: 23x/m IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
A: Ileus obstruksi e.c.susp. keganasan tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr/iv
Drips Metronidazole 3 x 500 mg Drips
Drips Cetapain 3 x 1000 gr
Inj. Tramadol 3 x1 amp/iv
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv

14/12/2014 S: nyeri tempat operasi, nyeri uluhati, lemas IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
O : TD : 120/80 mmHg tpm
Mata : konj. Anemis +/+ Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr/iv
Abdomen : bising usus (+) normal Drips Metronidazole 3 x 500 mg Drips
Luka bersih, nanah (-) Drips Cetapain 3 x 1000 gr
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi Inj. Tramadol 3 x1 amp/iv
explorasi + sigmoidestomi post op. H+1 Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
15/12/2014 S: nyeri tempat operasi, nyeri uluhati, lemas IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
O : TD : 120/80 mmHg tpm
Mata : konj. Anemis +/+ Inj. Novalgin 3x 1 amp
Abdomen : bising usus (+) normal Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
Luka bersih, nanah (-) Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi Inj. Ondancentron 2 x 1 amp
explorasi + sigmoidestomi post op. H+2 Inj. Tramadol 3 x1 amp
Drips Metronidazole 2 x 1000 mg
16/12/2014 S: nyeri tempat operasi, nyeri uluhati, lemas. Puasa
O : TD : 120/80 mmHg NGT Terpasang
Mata : konj. Anemis +/+ IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
Abdomen : bising usus (+) normal tpm
Luka bersih, nanah (-) Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
explorasi + sigmoidestomi post op. H+3 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
Drips Cetapain 2 x 1 gr
Drips Metronidazole 2 x 1000 mg
17/12/2014 S : nyeri tempat operasi, kembung, mual, sulit tidur, Diet lunak (NGT Terpasang)
lemas. IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
O : TD : 120/80 mmHg tpm
Mata : konj. Anemis -/- Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
Abdomen : bising usus (+) normal Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Luka bersih, nanah (-) Inj. Ondancentron 2 x 1 amp
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
explorasi + sigmoidestomi post op. H+4 Drips Cetapain 2 x 1 gr
Drips Metronidazole 2 x 1000 mg
18/12/2014 S : nyeri tempat operasi, lemas, lapar, sulit tidur, lemas. Diet lunak (NGT Terpasang)
O : TD : 120/80 mmHg IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
Mata : konj. Anemis -/- tpm
Abdomen : bising usus (+) normal Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
Luka kering, bersih, nanah (-) Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
explorasi + sigmoidestomi post op. H+5
19/12/2014 S : nyeri tempat operasi, lemas, lapar, lemas. Diet lunak (NGT Terpasang)
O : TD : 120/80 mmHg IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
Mata : konj. Anemis -/- tpm
Abdomen : bising usus (+) normal Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
Luka mongering, bersih, nanah (-) Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
explorasi + sigmoidestomi post op. H+6
20/12/2014 S : nyeri tempat operasi, lemas, lapar, lemas. Diet lunak (NGT Terpasang)
O : TD : 120/80 mmHg IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
Mata : konj. Anemis -/- tpm
Abdomen : bising usus (+) normal Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
Luka kering, bersih, nanah (-) Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
explorasi + sigmoidestomi post op. H+7

*Laporan operasi
1. Dalam stadium anastesi, antisepsis lapangan operasi
2. Insisi median perdalam lapis demi lapis sampai peritoneum
3. Explorasi lanjut semua usus distended
4. Lakukan ilriotomi dekompresi
5. Tajuk tumor mengarah infeksi secum proximal
6. Lakukan sigmoidektomi
7. Control perdarahan cuci
8. luka operasi tutup lapis demi lapis
9. operasi selesai

BAB III
DISKUSI

Pada teori gejala klinis yang ditemukan akibat obstruksi usus dapat bersifat sistemik dan

serangan yang bersifat kolik. Gejala yang dialami juga menentukan tipe ileus obstruksi seperti

sederhana atau strangulasi. Gambaran klinik yang bersifat sistemik meliputi dehidrasi berat,

hipovolemia, syok, oliguria, gangguan keseimbangan elektrolit, perut gembung, kelebihan cairan

usus, kelebihan gas dalam usus. Gambaran klinik serangan kolik meliputi nyeri perut berkala,

distensi berat, mual / muntah, gelisah / menggeliat, bunyi usus nada tinggi, obstipasi, tidak ada

flatus.3

Pada pasien ditemukan keluhan yang serupa dengan keluhan diatas yaitu berupa keluhan

nyeri perut terus menerusselama ± 1 minggu dirasakan pada seluruh perut, perut membesar.

Muntah, susah BAB, mudah lelah bila bekerja, nafsu makan berkurang, mudah haus, lemas dan

juga jarang kentut.Pada kasus ini tanda-tanda strangulasi jelas ditemukan sehingga pasien segera

dilakukan operasi cito.

Perbedaan antara obstruksi sederhana dan strangulasi tidak dapat diketahui secara pasti.

Namun ada pendapat yang mengatakan strangulasi memiliki nyeri yang terus menerus

dibandingkan obstruksi sederhana yaitunyeri intermiten.4Selain itu dikatakan pula pada

strangulasi keadaan akan memburuk dalam waktu singkat beupa syok, oliguria dan gangguan

elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorisme dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala
berupa kolik yang disertai mual muntah. Kolik terlihat sebagai gerakan usus atau kejang usus dan

pada waktu auskultasi hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Strangulasi

akibat adanya gannguan peredaran darah sehingga dapat terjadi iskemia, nekrosis atau ganggren,

sehingga perlu segera dilakukan operasi.3

Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan ileus obstruksi antara lain3,4 :

1. Adhesi

Ileus karena adesi umumnya tidak disertai dengan strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari

rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum, atau pasca operasi. Adesi dalam

bentuk perlengketan mungkin tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas. Sering

juga ditemukan bentuk pita. Pada operasi perlengketan dilepas dan pita dipotong agar pasase usus

pulih kembali

2. Hernia inkarserata

Obstruksi pada hernia inkarserata pada anak dapat dikelola secara konservatif dengan posisi tidur

trendelenburg.

3. Askariasis

Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian Yeyenum. Obstruksi bisa terjadi dimana-

mana di ileum terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing menyebabkan kontraksi lokal di

dinding usus yang disertai dengan reaksi radang setempat yang tampak dipermukaan peritoneum.

4. Invaginasi

Invaginasi biasanya pada anak-anak umur 2-12 bulan dan lebih banyak pada anak laki-laki. Sering

terdapat rhinitis atau infeksi saluran pernapasan mendahului serangan invaginasi. Invaginasi

berupa intususepsi ileosekal naik ke kolon asendens dan mungkin keluar hingga ke rectum.
Invaginasi dapat menyebabkan nekrosis iskemik pada bagianusus yang masuk dengan komplikasi

perforasi dan peritonitis.

5. Volvulus

Volvulus di usus halus jarang ditemtaukan. Pita kongenital atau adhesi biasanya dikambing

hitamkan. Tetapi operasi sering tidak ditemukan.

6. Keganasan

Sebagian dari tumor jinak ditemukan di ileum sisanya di duodenum dan yeyenum. Polip

adenomatosa menduduki tempat nomor satu. Disusul oleh lipoma, leioma dan hemangioma.

Tumor jinak yang sering memberi gejala yaitu leioma.

Gejala pada tumor usus jarang terlihat kecuali bila disertai penyulit. Tumor usus halus dapat

menimbulkan komplikasi perdarahan dan obstruksi. Perdarahan massif jarang terjadi. Obstruksi

dapat disebabkan oleh tumornya sendiri atau secara tidak langsung oleh invaginasi. Biasanya

tumor pada ujung invaginatum.

Pada tumor ganas gambaran klinis serupa dengan tumor jinak. keluhan samar dapat berupa nyyeri

perut dan penurunan berat badan. Agak jarang terdapat obstruksi dan perdarahan atau perforasi.

Jenis yang sering ditemukan ialah limfoma ganas, karsinoid dan adenokarsinoma.

Sindrom klinis yang luar biasa seperti sindrom Peutz-Jeghers ditandai polip multiple dan kelaianan

pigmen kulit, dan sindrom Gardner yaitu sindrom Peutz-Jeghers disertasi osteoma, jarang

ditemukan. diagnosis ditegakan setelah laparotomy.

Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada bagan 1. Lumen usus

yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan)

akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen
ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak

adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan

penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan

elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang

mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan

asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorpsi

cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia

akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin

bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.

Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi timbul

tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan

obstruksi dalam usaha mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram

dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering timbul setiap

3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas peristaltik

mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan gambaran auskultasi khas

terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi

lebih jarang dan akhirnya tidak ada.3,4,6

Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul muntah dan mulainya

tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih dini

dengan distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan

asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik.

Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila timbul,

biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan
penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak

diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung,

hipotensi dan syok. 3,4,6

Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi pada usus

mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas yang mendistensi

lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke

dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam

cavitas peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai sawar (penghambat) bagi

penyerapan bakteri dan produk toksiknya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif

terhadap perubahan dalam aliran darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul iskemik

dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding

usus ke dalam cavitas peritonealis.3,4,6

Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus cepat

menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat menyebabkan kematian.

Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar suatu gelung usus

tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya dibandingkan ileus obstruksi yang lainnya, karena

ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda klinis dan gejala ileus obstruktif.

Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu gelung usus,

volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat

menyebabkan peningkatan cepat tekanan intalumen, yang menyebabkan obstruksi aliran keluar ke

vena. 3,4,6

Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus) dibandingkan ileus

obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ pensekresi cairan dan hanya menerima sekitar 500
ml cairan tiap hari melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang cepat.

Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan dengan ileus obstruksi

kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu karena distensi. Jika valva ileocaecalis

inkompeten maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini

kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu menyebabkan

ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal didasarkan atas hukum Laplace,

yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ tubular pada tekanan tertentu apapun

berhubungan langsung dengan diameter tabung itu. Sehingga karena diameter kolon melebar di

dalam sekum, maka area ini yang biasanya pecah pertama.3,4,6

Bagan 1. Patofisiologi ileus obstruksi

Selain itu untuk menegakan diagnosis ileus obstruksi juga dilakukan pemeriksaan fisik

berupa inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Sesuai teori ditemukan kelaianan yang ditemukan

berupa:

1. Inspeksi

Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada regio inguinal,

femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa

abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi

sebelumnya.5,6

Gambar 1. darm kontur

2. Perkusi ditemukanHipertimpani3,4

3. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan

peristaltik melemah sampai hilang.5,6

4. Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor (pada colok dubur teraba massa di rektum atau terdapat

darah dan lendir), invaginasi atau hernia. Adanya darah pada pemeriksaan colok dubur dapat

menyokong strangulasi atau neoplasma. Pada volvulus teraba massa yang nyeri dan bertambah

besar. Bila didapatkan feses yang mengeras kemungkinan adanya skibala, bila feses negatif maka

obstruksi usus diduga letaknya lebih tinggi. Ampula rekti yang kolaps juga harusdicurigai adanya

obstruksi. Bila ditemukan nyeri tekan lokal atau general pada pemeriksaan palpasi dinding

abdomen maka pikirkan adanya peritonitis.5,6

Pada pasien ini ditemukan kelainan pada regio abdomen. Pada inspeksi ditemukan darm kontur

dan darm steifung,Ditensi (+). Auskultasi : bising usus (+) meningkat, borborigmy (+) dan palpasi,

nyeri tekan (+) di seluruh regio abdomen. Perkusi : hipertimpani (+) di seluruh kuadran abdomen.

Untuk mengetahui secara pasti letak obstruksi dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu foto

polos abdomen atau CT scan abdomen.

Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak terjadi dilatasi dari usus bagian

proksimal sampai ke tempat obstruksi dalam 3–5 jam Usus yang diameternya lebih dari 3 cm

sering dikaitkan dengan obstruksi.Usus bagian proksimal yang terdistensi oleh gas dan cairan,

akan tampak berdilatasi oleh timbunan udara intraluminer. Sebaliknya, pada usus bagian distal

dari obstruksi tidak tampak bayangan gas, atau bila sumbatannya terjadi belum lama maka tampak

bayangan gas yang sangat sedikit di bagian distal obstruksi. Pada daerah rektum tidak tampak

bayangan gas atau udara.1,6


Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak dibeberapa tempat

(multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi dalam susunan tangga (step ladder appearance),

sedangkan usus sebelah distal dari obstruksi akan tampak kosong. Jumlah loop dari usus halus

yang berdilatasi secara umum menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah loop sedikit berarti

obstruksi usus halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih banyak maka obstruksi usus

halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi, jumlah air fluid level akan semakin banyak,

dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga berbentuk step ladder appearance.1,6

Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 1–4 mm. Jarak ini akan melebar pada

keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus halus, maka valvula conniventes agak teregang

dan bersama-sama dengan valvula conniventes dari loop yang bertetangga, akan tampak di foto

sebagai gambaran sirip ikan yang disebut herringbone appearance.6

Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan biasanya berbentuk huruf

“U” terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi proksimal kolon sampai ke tempat

obstruksi, dengan dekompresi dari kolon bagian distal. Kolon bagian proksimal sampai letak

obstruksi akan lebih banyak berisi cairan daripada feses. Usus halus bagian proksimal mungkin

berdilatasi, mungkin juga tidak.5

Gambar 2. Gambaran radiografi ileus obstruksi

Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapagambaran klinik dapat membantu:

Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lamamakin hebat, pada pemeriksaan

abdomendidapatkan ascites, terdapatnya abdominal tenderness, adanya tanda-tanda yang bersifat

umum, demam, dehidrasiberat, takikardia, hipotensi ataushock.5

Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman Essential of Diagnosis yaitu:6
1. Complete Proximal Obstruction:
Vomiting
Abdominal discomfort
Abnormal oral contrast x-rays

2. Complete Mid or Distal Obstruction:


Nyeri kolik abdomen
Vomiting
Abdominal distention
Constipation-obstipation
Peristaltic rushes
Usus yang berdilatasi pada pemeriksaan rontgen.
Tabel 1. Perbedaan obstruksi pada usus halus dan pada usus besar

Pada CT scan dapat membantu menunjang suatu strangulasi atau bukan. Pada strangulasi

telihat biasanya penebalan dinding usus, edema mesenterika, gambaran asimetris pada kontras,

pneumatosis atau gas vena portal.4

Gambar 3. Gambaran CT scan abdominal pada ileus obstruksi dengan strangulasi

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila

ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali

normal.5

Pada pasien ini diterapi dengan pemberian RL, dekstrosa 10 % dan renosan sebagai terapi

pengganti elektrolit dan pengganti kalori dan protein karena pasien dengan ileus obstruksi

mengalami malnutrisi. Untuk menghilangkan peregangan dan muntah dipasang naso gastric tube
(NGT), dan obat antibiotic dengan spectrum luas untuk mencegah infeksi seperti peritonitis.

Antibiotic yang diberikan berupa metronidazole 3 x 500 mg

Pada pasien ini dilakukan tindakan laparotomy untuk mencari penyebab obstruksi usus.

Intervensi pembedahan diindikasikan pada pasien dengan obstruksi usus lengkap dengan gejala

dan tanda adanya strangulasi, atau pasien dengan obstruksi sederhana namun tidak membaik

dengan pengobatan non-operatif. Banyak ahli yang setuju untuk dilakukan laparotomy darurat

pada pasien dengan nyeri menetap, demam atau gejala peritonitis.

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera

dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau

komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.3 Prognosisnya

baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.5

Pasien ini memiliki prognosis cenderung baik karena telah dilakukan tindakan operasi dan

pengobatan namun perlu dilakukan tindakan pembedahan lanjut untuk mengangkat tumor pada

system reproduksi yang dilakukan oleh dokter spesialis obgin untuk mencegah obstruksi lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2012 March26];[7 screens]. Available from:

URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm

2. Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition, W.B.Saunders,

Philadelphia, 2001, hal 887-888

3. Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.p. 623-631

4. Norton J.A, Barie P.S, Bollinger R, Chang A.E, Lowry S.F, Mulvihill S. J, Thompson R.W.

Surgery Basic Science and Clinical Evidence 2Ed.USA: Springer.2008.p.968-972


5. Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th edition, McGraw-Hill,

New York, 2005, hal 1031-1032

6. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 2012March 26];[6 screens].

Available from: URL:http://www.emedicine.com

7. Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke-9. Jakarta : EGC

8. Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus . Cermin Dunia Kedokteran

o.29.http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf .

9. Middlemiss, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstructionby Means of

DirectRadiography. Volume XXII No. 253.

1 Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi7. London :Churchill

Livingstone.

Anda mungkin juga menyukai