Anda di halaman 1dari 8

RESUME

A 62 years old male with a past medical history of traumatic amputation and who was wearing a
below –the-knee prostheasis on the right limb, presented with a 2-month history of severely
pruitic lichenified plaque. The problem begine on the right knee and then spread to the right
thigh. On the physical examination, the patient presented with patchy hyperpigmented
lichenified plaques on the dorsal and ventral aspects of the right knee and thigh. No past history
uf urticaria and asthma. Differential diagnosis were: allergic contact dermatitis, irritant contact
dermatitis, circumscipt neurodermatitis, and he was treated with topical clobetasol propionate
0.05% ointment on the affected areas, oral antihistamines, with only partial resolution of the
eruption.

I. STATUS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : -----

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama
pruritis lichenified plaque sejak 2 bulan yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pruritus lichenified plaque menyebar dari lutut kanan ke paha kanan.

Riwayat Penyakit Dahulu


traumatic amputation dengan prosthesis dibawah lutut kaki kanan.
Tidak memiliki riwayat urtikaria dan asma.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat keluarga

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang pedagang

Riwayat Pengobatan
Topical clobetasol propionate 0.05%
Oral antihistamin
III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 76 Kg
Tinggi badan : 167 cm

Keadaan spesifik
Kepala
Kulit kepala : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva palpebra anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Hidung : tidak ada kelainan
Telinga : tidak ada kelainan
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada kelainan.
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening (KGB)

Dada : simetris, retraksi tidak ada


Jantung : bunyi jantung I-II reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Paru : suara napas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Perut : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal

Ekstremitas Superior : tidak ada kelainan


Ekstremitas Inferior : terdapat plak likhenifikasi pada kaki kanan

Status Dermatologikus

Regio Capitis pars Ocipitalis: normal

Regio Trunkus anterior et posterior : normal

Regio extremitas superior : normal

Regio extremitas inferior : Adanya plak likhenfikasi dan hiperpigmentasi pada tungkai kanan
Tn.A
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG DERMATOLOGI
Pemeriksaan Manual Tes

Uji tempel/test transformasi limfoit


bahan yang di uji tempel, substansi yang dicurigai sebagai penyebab DKA didapat dari riwayat
klinis dan pemeriksaan fisik
alat : unit uji tempel (finn chamber, IQ chamber) plester hipoalergik
waktu uji tempel : setelah DKA diatasi dan pasien tidak mengonsumsi obat yang dapat
mempengaruhi uji tempel (steroid, iradiasi, imunosuppresant, serta wanita
hamil)
lokasi uji tempel : punggung yang bebas dermatitis
waktu pembacaan : 24, 48, dan 72 jam

kriteria pembacaan
(-) : negatif
(?+) : meragukan (eritema ringan)
(+) : eritema, infiltrat ringan, nonvesikuler (positif lemah)
(++) : eritem, edema, infiltrasi, vesikel (positif kuat)
(+++) : bula, ulkus (reaksi ekstrim), IR : reaksi iritasi

interpretasi hasil uji tempel


hasil uji tempel positif harus mempunyai relevansi klinis

Test DMG (dimetilglioksim)


Test DMG (percobaan bercorak dimetilglioksim) di-temukan oleh Fleigl. Cara test ini
adalah: beberapa tetes dan 1% larutan alkohol dan DMG ditambah dengan beberapa tetes larutan
amonia. Larutan ini diteteskan pada logam dan kulit akan menghasilkan warna strawberry
red dan garam yang tidak larut jika ada logam nikel. Test ini berguna khusus untuk mengetahui
apakah penyebab dermatitis itu logam yang mengandung nikel.

V. DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Kontak alergi
2. Dermatitis Kontak Iritan
3. Dermatitis Atopik

VI. DIAGNOSIS KERJA


Dermatitis Kontak Alergi
VII.PENATALAKSANAAN
Umum
Mengganti bahan kaki prostesis dengan yang tidak menyebabkan alergi.
Khusus
Topikal : Kortikosteroid (prednison 30mg/hari)
Sistemik : Antihistamin

VIII. PROGNOSIS
- Dubia ad bonam
- Umumnya baik sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan
menjadi kronis bila bersamaan dengan dermatitis oleh factor endogen (dermatitis atopic,
dermatitis numularis atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin
dihindari.
PEMBAHASAN

Sintesis

Plak likenifikasi dan gatal


- Plaque biasa terbentuk akibat dari gabungan papul-papul.
- Likenifikasi adalah plaque yang lebih besar, kurang berbatas tegas yang akan terlihat
sebagai kulit yang menebal dan gambaran kulit makin jelas.

- Plak likenifikasi hiperpigmentasi


Hiperpigmentasi dapat terjadi karena beberapa hal seperti obat, bahan kimia, inflamasi, dan
infeksi.
Pigmen melanin yang mewarnai kulit manusia terdapat sebagian besar pada stratum basale.
Post-inflammatory reaction pada dermatitis kontak akan meningkatkan aktivitas
melanosit sehingga memproduksi lebih banyak melanin dan menimbulkan warna yang lebih jelas
pada kulit.
Beberapa faktor yang diketahui berperan dalam proses ini adalah Leukotriene ( LTC4 dan
LTD4 ), Tromboxane B2, PGD2 dan PGE2.

Hubungan pemakaian kaki prostetik dengan timbulnya gatal dan plak likhenifikasi pada
tungkai kanan Tn.A
Prostetik adalah ilmu teknik dalam bidang medis yang mempelajari tentang pengukuran,
pembuatan, dan pemasangan alat pengganti anggota gerak tubuh yang hilang. Alatnya disebut
“prostesis”.

Riwayat pengobatan dengan clobetasol propionate topikal 0,05% salep dan antihistamin
oral
- Topical clobetasol propionat adalah salah satu contoh obat kortikosteroidtopikal tipe
superpoten.
Cara kerja : sebagai anti peradangan yang poten dengan cara mengahambat
pelepasanphospoliphase A2; menghambat faktor-faktor transkripsi seperti protein aktivator 1 dan
faktor nukleus kB, yang diperlukan dalam aktivasi dari pro-inflammatory genes; menurunkan
pelepasan interleukin 1α (IL-1 α), sitokin pro-inflammatory yang penting dari
keratinosit;menghambat perpindahan leukosit ke tempat inflamasi; menghambat aktivitas
fibroblast dan pembentukan kolagen; menyebabkan konstiksi dari kapiler-kapiler pada dermis
superfisial sehingga mengurangi eritema.
- H1-blockers (‘antihistaminika’) : memblokir reseptor H1 dengan menyaingi histamin
pada reseptornya di otot licin di pembuluh darah dan dengan demikian menghindarkan
timbulnya reaksi alergi. Selain itu juga menciutkan bronchi, saluran cerna, kandung kemih, dan
rahim, terhadap ujung-ujung saraf (gatal-gatal, flare reaction) serta terhadap efek histamin pada
kapiler.

Topical clobetasol propionate 0,05% ointment dan oral antihistamines yang diberikan sebagai
anti inflamasi dan untuk menghilangkan gatal sudah baik(sesuai) namun penyembuhan erupsinya
hanya sebagian karena ia masih menggunakan protesis yang akan terus memicu terjadinya reaksi
alergi sehingga pengobatan tidak akan maksimal apabila masih menggunakan protesis tersebut.
Sebaiknya bahan pembuat protesisnya diganti dengan yang lainnya, yang tidak menimbulkan
reksi alergi pada Tn.A (62th) ini sehingga pengobatan dapat maksimal.

Hubungan urtikaria dan asma dengan Dermatitis Kontak Alergi


Tidak ada hubungan antara urtikaria dan asma dengan dermatitis kontak alergi,sebab urtikaria
dan asma diperlukan untuk nenyingkirkan kasus dermatitis atopic.Karena pada kasus dermatitis
atopic ditemukan gejala berupa asm bronkila, dan cenderung timbul urtikaria seangkan pada
dermatitis kontak alergi tidak ditemukan.

DKA
Epidermodermitis akibat terpajan / kontak oleh substansi yang berasal dari luar tubuh.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV yang dipicu oleh pajanan sensitizer.
Stadium akut dermatitis
Kelainan di epidermis berupa spongiosis (inflamasi dengan edema interselular
intraepidermal), vesikel atau bula, edema intrasel, dan eksositosis terutama sel mononuklear.
Dermis sembab, pembuluh darah melebar.
Sebukan sel radang terutama sel mononuklear, kadang eosinofil juga ditemukan.
Stadium Sub Akut
Hampir sama dengan stadium akut, spongiosis, jumlah vesikel berkurang;
Epidermis mulai menebal (akantosis ringan), tertutup krusta, stratum korneum
mengalami parakeratosis setempat;
Eksositosis berkurang. Vasodilatasi masih jelas, sebukan sel radang masih jelas, jumlah
fibroblas mulai meningkat.
Stadium Kronis
Epidermis menebal (akantosis)
Stratum korneum menebal (hiperkeratosis dan parakeratosis setempat)
reteridges memanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan, tidak lagi terlihat vesikel,
eksositosis sedikit
Pigmen melanin terutama di sel basal bertambah (hiperpigmentasi)
Papila dermis memanjang (papilomatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis
bagian atas terutama di sekitar pembuluh darah bersebukan sel radang mononuklear, jumlah
fibroblas bertambah, kolagen menebal.

Etiologi
Kulit dapat mengalami suatu dermatitis bila terpapar oleh bahan-bahan tertentu, misalnya
alergen, yang diperlukan untuk timbulnya suatu reaksi alergi. Hapten merupakan alergen yang
tidak lengkap (antigen), contohnya formaldehid, ion nikel dll.

Epidemiologi
Lebih sering timbul pada usia dewasa dibandingkan anak-anak. Wanita punya resiko dua kali
lebih besar dari pria, sering mengenai bangsa kaukasian dari ras bangsa lain.
Komplikasi
Durasi dari DKA pada tiap individu beda-beda, kebanyakan membaik dalam jangka
waktu satu sampai dua minggu. DKA berlanjut menjadi lebih buruk apabila alergen terus
mengalami kontak dengan kulit.
Pada fase akut dapat terjadi perburukan berupa timbulnya eritema papul, vesikel, erosi,
krusta, serta skuama.
Pada fase kronik dapat berakibat pada timbulnya kulit yang menebal, fisura, skuama, dan
krusta.
Psoriasis, exfoliatif dermatitis, pioderma
DAFTAR PUSTAKA

Hetharia, rospa. 2009. Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. Jakarta:trans info
median

Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6thed. Jakarta:
badan penerbit FKUI; 2013.

http://medicastore.com/penyakit/74/dermatitis_kontak.html

Anda mungkin juga menyukai