Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperurisemia merupakan suatu kondisi ditandai dengan kadar asam urat di
dalam darah melebihi batas normalnya yaitu 6 mg/dL untuk wanita dan 7 mg/dL
untuk laki-laki. Deposisi kristal monosodium urat pada jaringan lunak dan
persendian disebabkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah melewati
batas kelarutannya sehingga dapat menimbulkan gejala asimptomatik maupun
patologis. Timbunan kristal monosodium urat akan membentuk tofi sehingga dapat
menyebabkan reaksi peradangan seperti athritis gout akut maupun kronik.
Hiperurisemia terjadi karena berbagai faktor seperti genetik, jenis kelamin, umur,
dan faktor lingkungan. Kondisi lain seperti dislipidemia, konsumsi alkohol,
hipertensi , obesitas, hiperglikemia, diabetes mellitus, litiasis, gagal ginjal, dan
penggunaan obat-obatan seperti diuretik, siklosporin, dan aspirin dosis rendah
berkaitan dengan hiperurisemia.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mc Adam - De Maro et al (2013),


dari 8.342 orang yang diteliti selama 9 tahun, insidensi kumulatifnya adalah 4%,
yakni 5% pada pria dan 3% pada pada wanita. Pada studi hiperurisemia di rumah
sakit akan ditemukan angka prevalensi yang lebih tinggi antara 17-28% karena
pengaruh penyakit dan obat-obatan yang diminum penderita (Hensen dan Putra,
2007).

Pengobatan athritis gout dapat berlangsung lama dan terus-menerus. Obat-


obat konvensional memiliki efektivitas yang tinggi tetapi dapat menimbulkan efek
samping yang fatal apabila digunakan terus-menerus tanpa diberikan informasi
terkait obat. Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan hiperurisemia diantara
lain yaitu allopurinol, kolkisin, probenecid, dan berbagai analgetik NSAID maupun
SAD. Obat-obatan tersebut termasuk dalam daftar obat wajib apotek (OWA) yaitu
obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker sehingga

1
memudahkan pasien untuk terus melanjutkan terapinya hingga mencapai kadar
asam urat normal.

B. Tujuan

- Mengetahui tentang hiperurisemia secara umum


- Memahami algoritma terapi hiperurisemia
- Menganalisis resep pasien hiperurisemia
- Memecahkan dan memberi solusi terhadap masalah dalam resep

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hiperurisemia merupakan merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai
akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan
metabolisme berupa hiperurisemia. Penyakit ini sering disebut sebagai penyakit
asam urat. Penyakit asam urat sangat berhubungan dengan hiperurisemia akibat
kelebihan produksi dari asam urat dan dipengaruhi oleh tingginya masukan
makanan yang kaya akan asam nukleat, seperti jeroan, kacang-kacangan, makanan
hasil laut, dan makanan hasil fermentasi.
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, suatu produk sisa
yang tidak mempunyai peran fisiologi. Manusia tidak memiliki urikase yang
dimiliki hewan, suatu enzim yang menguraikan asam urat menjadi alantoin yang
larut dalam air. Asam urat yang terbentuk setiap hari di buang melalui saluran
pencernaan atau ginjal.
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat
darah diatas normal. Secara biokomiawi akan terjadi hiper-saturasi yaitu kelarutan
asam urat di serum yang melewati ambang batasnya. Batasan hiperurisemia secara
ideal yaitu kadar asam urat diatas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi
normal. Namun secara pragmatis dapat digunakan patokan kadar asam urat >7 mg%
pada laki-laki, dan > 6 mg% pada perempuan, berdasarkan berbagai studi
epidemologi selama ini. Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya arthritis
gout, nefropati gout, atau batu ginjal.

B. Etiologi
Asam urat disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan
purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebabkan
hiperurisemia.

3
Secara garis besar hiperurisemia dapat disebabkan karena 3 faktor, yaitu:
1. Peningkatan Produksi
Peningkatan produksi asam urat terutama bersumber dari makanan tinggi
DNA (dalam hal ini purin). Makanan yang kandungan DNAnya tinggi antara lain
hati, timus, pankreas, ginjal. Kondisi lain penyebab hiperurisemia adalah
meningkatnya proses penghancuran DNA tubuh. Yang termasuk kondisi ini antara
lain: kanker darah (leukemia), pengobatan kanker (kemoterapi), kerusakan otot.
2. Penurunan pembuangan asam urat
Lebih dari 90% penderita hiperurisemia menetap mengalami gangguan pada
proses pembuangan asam urat di ginjal. Penurunan pengeluaran asam urat terutama
disebabkan oleh kondisi asam darah meningkat (Ketoasidosis DM, kelaparan,
keracuanan alkohol, keracunan obat aspirin dll). Selain itu, penggunaan beberapa
obat (contohnya Pirazinamid-salah satu obat dalam paket terapi TBC) dapat
bepengaruh dalam menghambat pembuangan asam urat.
3. Kombinasi Keduanya
Konsumsi alkohol mempermudah terjadinya hiperurisemia, karena alkohol
meningkatkan produksi serta menurunkan pembuangan asam urat. Minuman
beralkohol contohnya Bir, terkandung purin yang tinggi serta alkoholnya
merangsang produksi asam urat di hati. Pada proses pembuangan, hasil
metabolisme alkohol menghambat pembuangan asam urat di ginjal.

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi kliniknya meliputi ar-thritis gout, akumulasi kristal di jaringan
yang merusak tulang (to-fus), batu urat, dan nefropati gout. Biasanya ditandai
dengan gejala sebagai berikut :
1. Nyeri hebat pada malam hari
2. Sendi yang tererang tampak bengkak, merah, mengkilat dan teraba panas, sulit
digerakkan
3. Disertai pembentukan Kristal natrium urat yang dinamakan thopi
4. Terjadi deformitas (kerusakan) sendi secara kronis

4
5. Berdasarkan diagnosis dari American Rheumatism Association (ARA),
Seseorang dikatakan menderita asam urat jika memenuhi beberapa kriteria
berikut :
 Terdapat kristal MSO (Monosodium urat) di dalam cairan sendi.
 Terdapat Kristal MSO (Monosodium urat) di dalam thopi, ditentukan
berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar
terpolarisasi
 Didapatkan 6 dari kriteria dibawah ini :
 Terjadi serangan arthritis akut lebih dari satu kali.
 Terjadi peradangan secara maksimal pada hari pertama gejala atau
serangan datang.
 Merupakan arthritis monoartikuler (hanya terjadi di satu sisi
persendian).
 Sendi yang terserang berwarna kemerahan.
 Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa
sakit/membengkak
 Serangan nyeri unilateral (di salah satu sisi) pada sendi
metatarsophalangeal
 Serangan nyeri unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
 Adanya thopi (deposit besar dan tidak teratur yang berasal dari natrium
urat) di kartilago articular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi
 Terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah (lebih dari 7,5 mg/dl
 Pada gambaran radiologis tampak kista subkortikal tanpa erosi.
 Hasil kultur cairan sendi menunjukkan nilai negatif

D. Faktor Resiko dan Patofisiologi


Penyebab pasti asam urat masih belum diketahui. Asam urat mempengaruhi
laki-laki sekitar tujuh sampai sembilan kali lebih sering daripada wanita. Penyebab
hiperurisemia sebagai suatu proses metabolik yang bisa menimbulkan manifestasi
gout, dibedakan menjadi penyebab primer pada sebagian besar kasus, penyebab

5
sekunder dan idiopa-tik. Pada 99% kasus gout dan hiperurisemia dengan penyebab
primer, ditemukan kelainan molekuler yang tidak jelas (undefined) meskipun
diketahui adanya mekanisme undersecretion pada 80-90% kasus dan
overproduction pada 10-20% ka-sus. Sedangkan kelompok hiperurisemia dan gout
sekunder, bisa melalui mekanisme overproduction dan mekanisme undersecretion.
Faktor Risiko :
- Herediter (genetik) atau pun riwayat keluarga
Diturunkan secara herediter dalam keluarga.
- Sex (Jenis Kelamin)
Lebih umum pada pria. Pada wanita umumnya saat menopause.
- Usia
Sekitar usia 20-40 tahunan. Paling banyak menyerang pada usia 40 tahunan.
Sangat jarang menyerang anak-anak.
- Aktivitas korteks adrenal
Kortikosteroid berpengaruh terhadap timbulnya serangan gout. Ketika
korteks terstimulasi untuk melakukan produksi berlebih (misalnya oleh
ACTH, atau trauma surgical), steroid akan terkumpul akibat stimulasi
tersebut dan muncul serangan gout.
- Perubahan vaskular
Ekstremitas yang terserang gout menunjukkan kenaikan aliran dan
amplitudo darah dan menimbulkan nyeri hebat. Misalnya pada pasien
hipertensi.
- Penurunan urinary 17-ketosteroid
Terbentuk dari metabolisme adrenokortikal dan androgen testikular.
Penurunan di bawah 3 mg/24 jam dapat menimbulkan gout
- Obesitas
Penyakit gout diakibatkan karena adanya hiperurisemia dalam tubuh,
dimana pengaruh dari nutrisi dari pasien mempengaruhi terjadinya penyakit
ini jika pasien banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin dan
mengandung protein yang tinggi maka akan semakin rentan terkena
penyakit gout.

6
- Konsumsi alkohol
Bir bukan hanya berisi alkohol tetapi juga purin.Standard bir selain
mengandung alkohol, juga mengandung 8mg purin per 100ml.
- Fungsi ginjal menurun
Kadar asam urat menjadi sangat tinggi jika ginjal tidak dapat membuangnya
melalui air kemih.

Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan


berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolisme purin yang akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus
dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi
kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
Purin dalam tubuh yang menghasilkan asam urat, berasal dari tiga sumber:
purin dari makanan, konversi asam nukleat dari jaringan, pembentukan purin dari
dalam tubuh. Ketiga-tiganya masuk dalam lingkaran metabolisme menghasilkan
diantaranya asam urat.
Bila terjadi sistem regulasi yang abnormal maka terjadilah produksi asam urat
yang berlebihan. Produksi asam urat berlebihan ini dapat juga terjadi karena adanya
peningkatan penguraian asam nukleat dari jaringan, seperti pada myeloproliferative
dan lymphoproliferative disorder. Purin dari makanan tidak ada artinya dalam
hiperurisemia, selama semua sistem berjalan dengan normal.
Dua abnormalitas dari dua enzim yang menghasilkan produksi asam urat
berlebih: peningkatan aktivitas Phosphoribosylpyrophosphate (PRPP) synthetase
menyebabkan peningkatan konsentrasi PRPP. PRPP adalah kunci sintesa purin,
berarti juga asam urat. Yang kedua adalah defisiensi hypoxanthine guanine
phosphoribosyl transferase (HGPRT).
Defisiensi HGPRT meningkatkan metabolisme guanine dan hipoxantin
menjadi asam urat. Berkurangnya ekskresi asam urat ditemukan pada kurang lebih
90% penderita gout. Penyebab kurangnya ekskresi asam urat tidak diketahui, tetapi
faktor seperti obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, menurunnya fungsi ginjal,
konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu memegang peranan. Beberapa obat-

7
obatan dapat menyebabkan hiperurisemia dan gout. Diuretik loop dan tiazid, yang
menghalangi ekskresi asam urat pada distal tubular, adalah obat penyebab
hiperurisemia. Jarang menyebabkan gout akut, tetapi mendorong terbentuknya tofi
di sekitar sendi yang rusak, terutama pada jari. Salisilat dosis rendah memberi efek
yang sama. Obat sitoksik menyebabkan produksi asam nukleat berlebih pada
pengobatan leukemia, limfoma, karena mereka meningkatkan kecepatan sel mati.
Yang perlu diketahui juga berkaitan dengan patofisiologi GA (Gout
Arthritis) adalah kelarutan asam urat berkurang pada cuaca yang dingin dan pH
yang rendah. Kemungkinan penyebab mengapa pada cuaca dingin lebih terasa
nyeri. Selain itu estrogen cenderung mendorong ekskresi asam urat, kemungkinan
penyebab mengapa insidensi perempuan premenopause rendah.
Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan
metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek
enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin

Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar


asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya
sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat
paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat.
Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa
cara:
1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a.
Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan
(sendi dan membran sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu

8
pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B.
Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.
2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan
melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator
proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan
memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinovium dan
sel tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini akan menyebabkan
cedera jaringan.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan
terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang
rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi
peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf (kristal)
dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel raksasa benda asing.
Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi
tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di
tempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat
dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout.

E. Penatalaksanaan Terapi Hiperurisemia


Terapi hiperurisemia segera dilakukan jika sudah terdapat gejala yang
menyebabkan penyakit lain seperti Gout Athritis. Terapi yang diberikan harus
dipertimbangkan sesuai dengan berat ringannya arthritis gout (Neogi, 2011).
Tujuan terapi Gout Athritis sebagai berikut :

 Mengurangi rasa nyeri


 Mempertahankan fungsi sendi
 Mencegah terjadinya kelumpuhan
 Mengurangi kadar asam urat < 5-6 mg/dL

Penatalaksanaan utama pada penderita artritis gout meliputi edukasi pasien


tentang diet, lifestyle, medikamentosa berdasarkan kondisi obyektif penderita, dan
perawatan komorbiditas (Khanna et al, 2012).

9
1. Terapi Non-Farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan pilihan utama penyakit gout sebelum
pasien mengkonsumsi obat.

 Lifestyle

Beberapa lifestyle yang dianjurkan antara lain menurunkan berat badan,


mengkonsumsi makanan sehat, olahraga, menghindari merokok, dan konsumsi air
yang cukup. Untuk latihan fisik penderita artritis gout sebaiknya berupa latihan fisik
yang ringan, karena dikhawatirkan akan menimbulkan trauma pada sendi. (Jordan
et al, 2007)

 Diet

Modifikasi diet pada penderita obesitas diusahakan untuk mencapai indeks


masa tubuh yang ideal, namun diet yang terlalu ketat dan diet tinggi protein atau
rendah karbohidrat (diet atkins) sebaiknya dihindari. Pada penderita artritis gout
dengan riwayat batu saluran kemih disarankan untuk mengkonsumsi 2 liter air tiap
harinya dan menghindari kondisi kekurangan cairan (Jordan et al, 2007). Pasien
Gout Athritis disarankan untuk mengurangi makanan dan minuman yang
mengandung purin tinggi seperti kacang-kacangan.
Penanganan diet pada penderita artritis gout dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu avoid, limit, dan encourage. Pada penderita yang dietnya diatur
dengan baik mengalami penurunan kadar urat serum yang bermakna (Khanna et all,
2012).

2. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dilakukan apabila terapi non farmakologi tidak mampu
mengatasi tingginya kadar asam urat sehingga perlu diberikan obat-obatan yang
dapat mengatasi serangan akut maupun kronik. Tujuan terapi serangan artritis gout
akut adalah menghilangkan gejala, sendi yang sakit harus diistirahatkan dan terapi

10
obat dilaksanakan secepat mungkin untuk menjamin respon yang cepat dan
sempurna.
Ada tiga pilihan obat untuk artritis gout akut yaitu NSAID, kolkisin,
kortikosteroid dimana masing-masing golongan memiliki keuntungan dan
kerugian. Pemilihan untuk penderita tetentu tergantung pada beberapa faktor,
termasuk waktu onset dari serangan yang berhubungan dengan terapi awal,
kontraindikasi terhadap obat karena adanya penyakit lain, efikasi serta resiko
potensial. NSAID biasanya lebih dapat ditolerir dibanding kolkhisin dan lebih
mempunyai efek yang dapat diprediksi (Depkes, 2006).
Untuk penderita artritis gout yang mengalami peptic ulcers , perdarahan
atau perforasi sebaiknya mengikuti standar atau guideline penggunaan NSAID.
Kolkisin dapat menjadi alternatif namun memiliki efek kerja yang lebih lambat
dibandingkan dengan NSAID. Kortikosteroid baik secara oral, intraartikular,
intramuskular, ataupun intravena lebih efektif diberikan pada gout monoartritis,
penderita yang tidak toleran terhadap NSAID dan penderita yang mengalami
refrakter terhadap pengobatan lainnya (Jordan et al, 2007).
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebaiknya pengobatan serangan
artritis gout diobati dalam 24 jam pertama serangan, salah satu pertimbangan
pemilihan obat adalah berdasarkan tingkatan nyeri dan sendi yang terkena.Terapi
kombinasi dapat dilakukan pada kondisi akut yang berat dan serangan artritis gout
terjadi pada banyak sendi besar. Terapi kombinasi yang dilakukan adalah kolkisin
dengan NSAID, kolkisin dan kortikosteroid oral, steroid intraartikular dan obat
lainnya. Untuk kombinasi NSAID dengan kortikosteroid sistemik tidak disarankan
karena dikawatirkan menimbulkan toksik pada saluran cerna (Khanna
et al, 2012). Obat golongan NSAID yang direkomendasikan sebagai lini pertama
pada kondisi artritis gout akut adalah indometasin, naproxen, dan sulindak. Ketiga
obat tersebut dapat menimbulkan efek samping serius pada saluran cerna, ginjal,
dan perdarahan saluran cerna. Obat golongan cyclooxigenase 2 inhibitor (COX 2
inhibitor) seperti celecoxib merupakan pilihan pada penderita artritis gout dengan
masalah pada saluran cerna (Cronstein dan Terkeltaub, 2006).

11
Kolkisin oral merupakan salah satu obat pilihan utama ketika terjadi
serangan gout artritis akut, akan tetapi pemberian obat ini tidak dianjurkan pada
penderita yang onset serangannya telah lebih dari 36 jam. Pemberian kolkisin
dimulai dengan loading dosis sebesar 1,2 mg dan diikuti dengan 0,6 mg satu jam
kemudian sebagai profilaksis diberikan 12 jam kemudian dan dilanjutkan sampai
serangan artritis gout akut berhenti dan dosis maksimal kolkisin 2 mg per hari
(Khanna et al, 2012).
Pemilihan kortikosteroid sebagai terapi inisial serangan gout artritis akut
direkomendasikan untuk mempertimbangkan jumlah sendi yang terserang. Satu
atau dua sendi kecil yang terserang sebaiknya menggunakan kortikosteroid oral,
namun jika sendi yang terserang adalah sendi besar, disarankan pemberian
kortikosteroid intraartikular. Kortikosteroid oral dapat diberikan seperti prednison
0,5 mg/kg/hari dengan lama pemberian 5 sampai 10 hari atau2 sampai 5 hari dengan
dosis penuh kemudian ditappering off selama 7 sampai 10 hari (Khanna et al, 2012).
Didapatkannya peran NLRP3 inflamasom yang mana menghasilkan IL-1â
diasumsikan sitokin ini dapat menjadi target terapi untuk keadaan inflamasi artritis
gout. IL-1 inhibitor, rilonacept juga menunjukkan keefektifan dalam menekan
artritis gout akut dan kadar C reactive protein (Baker dan Schumacher, 2010).
Obat golongan xantin oksidase inhibitor seperti alopurinol dan febuxostat
direkomendasikan sebagai lini pertama untuk pengobatan atau urate lowering
therapy (ULT) pada penderita artritis gout (Terkeltaub, 2009). Dosis awal
alopurinol yang diberikan sebaiknya tidak lebih dari 100 mg perhari dan dosis ini
dikurangi apabila didapatkan CKD, namun dosis pemeliharaan dapat mencapai 300

12
mg perhari walaupun menderita CKD. Direkomendasikan untuk meningkatkan
dosis pemeliharaan alopurinol tiap 2 sampai 5 minggu untuk mendapatkan dosis
yang efektif bagi penderita artritis gout, untuk itu perlu dilakukan monitor kadar
asam urat tiap 2 sampai 5 minggu selama titrasi alopurinol (Khanna et al, 2012).
Febuxostat merupakan obat golongan xantin oksidase inhibitor yang
direkomendasikan sebagai terapi hiperurisemia pada penderita artritis gout yang
memiliki kontraindikasi ataupun intoleransi terhadap alopurinol (NICE, 2008).
Febuxostat memiliki struktur yang berbeda dengan alopurinol, bersifat lebih poten
terhadap xantin oksidase dan tidak memiliki efek terhadap enzim lain pada
metabolisme purin dan pirimidin. Dosis yang disarankan adalah 80 mg perhari, dan
dapat ditingkatkan 120 mg perhari bila target kadar asam urat tidak tercapai setelah
2 sampai 4 minggu (Edwards, 2009).
Obat lain yang diberikan pada artritis gout adalah probenesid, obat golongan
urikosurik ini diberikan sebagai alternatif lini pertama pengobatan apabila
didapatkan kontraindikasi terhadap obat golongan xantin oksidase inhibitor. Dosis
yang diberikan pada orang dewasa yakni 500 mg, diberikan 2 kali perhari dan dosis
maksimal 2 gram perhari. Namun obat ini tidak dapat diberikan pada penderita yang
mengalami penurunan fungsi ginjal dan riwayat batu saluran kemih (Khanna et al,
2012).

13
Skema Penatalaksanaan

14
15
1. Analgetik

 NSAID

- Diklofenak

Indikasi
 Mengurangi rasa nyeri

Dosis
 Kalium diklofenak : 50 mg tiap 8-12 jam
 Natrium diklofenak : 50 mg tiap 8 jam atau 75 mg tiap 12 jam
 Extended release : 100 mg/hari atau dapat ditnigkatkan 100 mg tiap 12
jam

Mekanisme Kerja
 Menghambat cyclooxygenase COX1 dan COX2 sehingga menghambat
sintesis prostaglandin

Efek Samping
 Distensi abdominal dan flatulen
 Konstipasi
 Diare
 Lemah
 Dispepsia
 Nyeri abdomen
 Udem
 Retensi cairan
 Pusing
 Mual dan muntah
 Pruritus

16
Interaksi Obat
 Captopril berinteraksi dengan diklofenak secara farmakodinamik
antagonis karena NSAID dapat mengurangi sintesis prostaglandin
vasodilatasi ginjal.
 Methotreksat berinteraksi dengan diklofenak karena dapat
meningkatkan level methotreksat dengan cara menurunkan klirens

Kontraindikasi
 Hipersensitif terhadap diklofenak
 Pasien riwayat pendarahan saluran pencernaan
 Pengobatan perioperatif nyeri pada operasi CABG

Perhatian dan Peringatan


 Pasien yang mengalami bronkospasma, penyakit jantung, hipertensi,
retensi cairan, gangguan ginjal berat dan merokok
 Penurunan agregasi platelet dan adhesi sehingga memperpanjang waktu
pendarahan
 Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipovolemia, gagal jantung dan disfungsi hati.
 Terapi dapat meningkatkan resiko hiperkalemia
 Dapat menyebabkan pandangan kabur

Kategori Kehamilan
 C, hindari penggunaan pada kehamilan terlambat (dapat menyebabkan
kelahiran prematur)
 D, jika > 30 minggu setelah gestasi

17
- Indometasin

Indikasi
 Mengurangi rasa nyeri

Dosis
 50 mg tiap 8 jam selama 3-5 hari, dosis dapat dikurangi saat nyeri sudah
dibawah kontrol

Mekanisme Kerja
 Menghambat sintesis prostaglandin pada jaringan tubuh dengan
menghambat COX1 dan COX2

Efek Samping
 Gangguan ginjal
 Jaundice
 Gangguan hati
 Pusing

Interaksi Obat
 Captopril berinteraksi dengan indometasin secara farmakodinamik
antagonis karena NSAID dapat mengurangi sintesis prostaglandin
vasodilatasi ginjal.
 Methotreksat berinteraksi dengan indometasin karena dapat
meningkatkan level methotreksat dengan cara menurunkan klirens

Kontraindikasi
 Hipersensitif terhadap indometasin
 Pasien riwayat pendarahan saluran pencernaan
 Pengobatan perioperatif nyeri pada operasi CABG

18
Perhatian dan Peringatan
 Pasien yang mengalami bronkospasma, penyakit jantung, hipertensi,
retensi cairan, gangguan ginjal berat dan merokok
 Penurunan agregasi platelet dan adhesi sehingga memperpanjang waktu
pendarahan
 Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipovolemia, gagal jantung dan disfungsi hati
 Terapi dapat meningkatkan resiko hiperkalemia
 Dapat menyebabkan pandangan kabur

Kategori Kehamilan
 C

- Celexocib

Indikasi
 Mengurangi rasa nyeri

Dosis
 100-200 mg tiap 12 jam

Mekanisme Kerja
 Menghambat COX2 saja sehingga menghambat sintesis prostaglandin

Efek Samping
 Pusing
 Meningkatkan tekanan darah
 Demam
 Dispepsia

19
Interaksi Obat
 Captopril berinteraksi dengan indometasin secara farmakodinamik
antagonis karena NSAID dapat mengurangi sintesis prostaglandin
vasodilatasi ginjal
 Methotreksat berinteraksi dengan indometasin karena dapat
meningkatkan level methotreksat dengan cara menurunkan klirens

Kontraindikasi
 Alergi pada aspirin
 Hepatitis kronik
 Perioperatif operasi bypass

Perhatian dan Peringatan


 CHF
 Hipertensi
 Asma bronkial
 Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan nekrosis papilari
ginjal

Kategori Kehamilan
 C
 D saat gestasi ≥ 30 minggu

- Naproxen

Indikasi
 Mengurangi rasa nyeri

Dosis
 750 mg sebagai dosis awal kemudian diturunkan menjadi 250 mg tiap 8
jam

20
 Extented release : 1000-1500 mg/hari, kemudian diturunkan menjadi
1000mg/hari

Mekanisme Kerja
 Menghambat sintesis prostaglandin pada jaringan tubuh dengan
menghambat COX1 dan COX2

Efek Samping
 Gangguan ginjal
 Jaundice
 Gangguan hati
 Pusing

Interaksi Obat
 Captopril berinteraksi dengan naproxen secara farmakodinamik
antagonis karena NSAID dapat mengurangi sintesis prostaglandin
vasodilatasi ginjal.
 Methotreksat berinteraksi dengan naproxen karena dapat meningkatkan
level methotreksat dengan cara menurunkan klirens

Kontraindikasi
 Hipersensitif terhadap naproxen
 Pasien riwayat pendarahan saluran pencernaan
 Pengobatan perioperatif nyeri pada operasi CABG

Perhatian dan Peringatan


 Pasien yang mengalami bronkospasma, penyakit jantung, hipertensi,
retensi cairan, gangguan ginjal berat dan merokok
 Penurunan agregasi platelet dan adhesi sehingga memperpanjang waktu
pendarahan

21
 Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipovolemia, gagal jantung dan disfungsi hati.
 Terapi dapat meningkatkan resiko hiperkalemia
 Dapat menyebabkan pandangan kabur

Kategori Kehamilan
 Tidak ketahui, naproxen dapat terdistribusi ke air susu ibu

 SAD

- Metil prednisolon

Indikasi
 Mengurangi rasa nyeri

Dosis
 4 mg tiap 8 jam

Mekanisme Kerja
 Mengontrol dan mencegah inflamasi dengan mengontrol laju sintesis
protein, migrasi supresi PMNs dan fibroblast

Efek Samping
 Supresi adrenal
 Amenorea
 Udem
 Glukosa intolaransi
 Pusing

22
Interaksi Obat
 Claritomisin dapat meningkatkan lebel kolkisin dengan mempengaruhi
enzim CYP34A dalam metabolisme obat di hati

Kontraindikasi
 Infeksi serius yang tidak diobati
 Hipersensitif
 Pemberian intratekal
 Infeksi jamur sistemik

Perhatian dan Peringatan


 Pasien sirosis, herpes simplex, hipertensi, hipotiroid
 Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan osteoporosis, miopati

Kategori Kehamilan
 C
 Obat terdistribusi ke air susu ibu

2. Allopurinol
Zyloric®
Puricemia®

Indikasi
 Mengurangi kadar asam urat di dalam darah

Dosis
 Gout
Ringan
Dosis awal 100 mg/hari tingkatkan dalam seminggu menjadi 200-300
mg/hari

23
Sedang-berat
Dosis awal 100 mg/hari tingkatkan dalam seminggu menjadi 400-600
mg/hari
 Dosis minimum 100-200 mg/hari dan dosis maksimum 800 mg/hari

Mekanisme Kerja
 Inhibitor xantin oksidase sehingga dapat menghambat konversi
hipoxhantin  xanthin  asam urat
 Menurunkan produksi asam urat tanpa menganggu sintesis purin vital

Efek Samping
 Ruam kulit
 Mual
 Muntah
 Gagal ginjal

Interaksi Obat
 Allopurinol meningkatkan level azathioprin, teofilin dan warfarin
dengan cara menurunkan metabolismenya

Kontraindikasi
 Hipersensitif terhadap allopurinol

Perhatian dan Peringatan


 Pemakaian dihentikan apabila terdapat gejala alergi seperti ruam,
vaskulitis atau sindrom steven johnson
 Pasien gangguan hati dan ginjal
 Tidak digunakan pada pasien gout asimptomatik
 Tidak digunakan bersamaan dengan obat yang menyebabkan
myleosupresi

24
 Resiko hipersensitif meningkat pada pasien dalam pengobatan ACE
inhibitor dan tiazid
 Menjaga kebutuhan asupan cairan untuk menghasilkan output urin
2L/hari
 Penggunaan bersamaan amoksisilin atau ampisilin dapat meningkatkan
resiko kulit ruam.

Kategori Kehamilan
 C dan terdistribusi pada air susu ibu

3. Probenesid
Probenid®

Indikasi
 Menurunkan kadar asam urat di dalam darah

Dosis
 Gout
250 mg 2xsehari selama 1 minggu, tingkatkan dosis menjadi 500 mg 2x
sehari
 Maksimum dosis 2 gram/hari
 500 mg tiap 4 minggu
 Jika serangan gout tidak terjadi dalam 4 bulan dan kadar asam urat
dalam rentang normal maka dosis diturunkan menjadi 500 mg tiap 6
bulan

Mekanisme Kerja
 Menghambat reabsorpsi urat di tubular sehingga meningkatkan eksresi
asam urat

25
Efek Samping
 Pusing
 Mual
 Muntah
 Ruam
 Nafsu makan menurun
 Lesu

Interaksi Obat
 Pemberian probenecid bersamaan dengan methotreksat dapat
meningkatkan konsentrasi obat methotreksat dalam serum
 Pemberian probenecid bersamaan dengan asam salisilat dapat
mengurangi efek probenecid

Kontraindikasi
 Anak dibawah 2 tahun
 Batu ginjal asam urat
 Gout atritis akut
 Hipersensitif
 Diskrasia darah
 Terapi bersamaan dengan aspirin

Perhatian dan Peringatan


 Pasien gangguan hati dan ginjal
 Tidak diberikan pada pasien gout serangan akut
 Alkalinisasi urin untuk mencegah calculi ginjal
 Penggunaan diperhatikan pada pasien defesiensi G6PD karena dapat
meningkatkan resiko anemia hemolitik
 Pasien ulkus peptik
 Dapat menyebabkan eksaserbasi gout serangan akut
 Monoterapi tidak efektif pada pasien dengan CrCl < 30 mL/menit

26
 Pemberian probenecid bersamaan dengan penisilin pada pasien gagal
ginjal tidak direkomendasikan

Kategori Kehamilan
 B dan belum diketahui obat ini terdistribusi ke air susu ibu atau tidak

4. Kolkisin

Indikasi
 Gout akut

Dosis
 1,2 mg pada gejala pertama, 0,6 mg setelah 1 jam kemudian, tidak lebih
dari 1,8 mg dalam 1 jam
 Profilaksis 0,6 mg tiap 12 jam tidak lebih dari 1,2 mg/hari

Mekanisme Kerja
 Menganggu fungsi cytoskeletal sehingga menghambat polimerisasi β
tubulin menuju mikrotubula akibatnya tidak terjadi aktivasi, degranulasi
dan migrasi neutrofil sebagai media beberapa gejala gout.

Efek Samping
 Gangguan pencernaan seperti diare, mual, muntah, dan nyeri abdomen

Interaksi Obat
 Claritomisin dapat meningkatkan lebel kolkisin dengan mempengaruhi
enzim CYP34A dalam metabolisme obat di hati

Kontraindikasi
 Obat yang dimetabolisme di hati dengan menghambat secara kuat enzim
CYP34A seperti claritomisin

27
 Hipersensitif terhadap kolkisin

Perhatian dan Peringatan


 Diskrasia darah seperti leukopenia, trombositopenia
 Efek rhabdomiolisis perlu diwaspadai

Kategori Kehamilan
 C
 Obat terdistribusi ke air susu ibu

28
BAB III
PEMBAHASAN

Resep 1

R/ Neumed Cap No. X


S 2dd caps I

R/ Blopress No. XXX

S 1dd I

R/ Zyloric 300 No. XX

S 1dd tab I Pagi

Pro : Fachurozi
Umur : 55 tahun

Skrining Resep
1. Skrining Administrasi
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter 
2 SIP dokter 
3 Alamat dokter 
4 Nomor telepon 
5 Tempat dan tanggal penulisan 
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan 
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat 
8 Kekuatan obat 

29
9 Jumlah obat 
Signatura
10 Nama pasien 
11 Jenis kelamin 
12 Umur pasien 
13 Berat badan 
14 Alamat pasien 
15 Aturan pakai obat 
16 Iter/tanda lain 
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter 
Kesimpulan:
Resep tidak lengkap karena tidak ada data berat badan, alamat pasien dan
tanda tangan dokter

Solusi
Data yang tidak lengkap ditanyakan langsung ke pasien

2. Pertimbangan Klinis
NAMA
NO KOMPOSISI INDIKASI
OBAT
1. Neumed Tiap 1 tablet mengandung Mengurangi rasa
50 mg natrium diklofenak, nyeri bagian
50 mg vitamin B1, 50 mg perifer
vitamin B6, dan 1 mg
vitamin B12

2. Blopress Tiap 1 tablet mengandung Menurunkan


8 mg candesartan tekanan darah

3 Zyloric Tiap 1 tablet mengandung Mengurangi kadar


300 mg allopurinol asam urat di dalam
darah

DOSIS OBAT

30
DOSIS MENURUT
NO NAMA OBAT DOSIS DI RESEP
LITERATUR
1 Neumed I kali pakai : 50 mg 50 mg tiap 8-12 jam tidak
1 hari : 2x50 mg = boleh lebih dr 3 tablet (150
100 mg mg/hari)----dosis sesuai

2 Blopress Kekuatan yang 8-32 mg/hari---------dosis


digunakan ; 8 mg sesuai
1 kali pakai : 8mg
1 hari : 8 mg

3 Zyloric 1 tabet 300 mg 100 – 800 mg/hari ----dosis


1 kali pakai : 300 mg sesuai
1 hari : 300 mg

KESIMPULAN :
Dosis neumed, blopress dan zyloric sudah sesuai

ATURAN PAKAI
ATURAN PAKAI
ATURAN PAKAI DI
NO NAMA OBAT MENURUT
RESEP
LITERATUR
1. Neumed 2 kali sehari 1 tablet 2-3 kali sehari tidak lebih
dari 150 mg/harii -----
sesuai

2. Blopress 1 kali sehari 1 tablet 1 kali sehari ----sesuai

3. Zyloric 1 kali sehari 1 tablet 1 kali sehari ----sesuai


Pagi

KESIMPULAN ATURAN PAKAI:

31
Aturan pakai neumed, blopress dan zyloric sudah sesuai

PEMILIHAN OBAT:
Pada Resep
No Kategori
sesuai Tidak sesuai
1. Bentuk sediaan 
2. Pemilihan Obat sesuai Umur 
pasien

Solusi
Pemilihan obat sudah sesuai baik bentuk sediaannya maupun umur pasien

INTERAKSI OBAT
Jenis
NO Nama Obat 1 Nama Obat 2 Mekanisme Interaksi
Interaksi

1. Neumed® Blopress Antagonis NSAID mengurangi


(Na (Candesartan) (Tingkat efek antihipertensi
Diklofenak, 3) karena dapat
vitamin B1, menurunkan sintesis
B6, B12) prostaglandin
akibatnya efek
vasodilatasi ginjal
berkurang dan
mempengaruhi
homeostatis cairan

SOLUSI :

Pemberian secara bersamaan dapat diberikan namun harus dibawah pengawasan


dokter dan apoteker terhadap efektifitas saat obat ini digunakan bersamaan.

32
3. Karakteristik Obat

1) Neumed®

Komposisi:
Natrium diklofenak 50 mg
Vitamin B1 50 mg
Vitamin B6 50 mg
Vitamin B12 1 mg

Indikasi:
Mengurangi rasa nyeri bagian perifer

Dosis:
50 mg tiap 8-12 jam tidak boleh lebih dr 3 tablet (150 mg/hari)

Pemberian Obat:
Setelah makan

Mekanisme Kerja:
Menghambat enzim cyclooxygenase COX1 dan COX2 sehingga menghambat
sistesis prostaglandin sebagai mediator nyeri

Kontra Indikasi:
- Hipersensitif terhadap diklofenak
- Pengobatan nyeri perioperatif yang berhubungan dengan CABG(operasi bypass)
- Pendarahan pada saluran pencernaan

Peringatan:
- Hati-hati penggunaannya pada pasien bronkospasma
- Hati-hati penggunaannya pada pasien jantung dan CHF, hipertensi, retensi
cairan, gangguan ginjal berat, pasien yang merokok dan SLE, Penggunaan
jangka panjang dapat menyebabkan nekrosis papilaris ginjal
- Dapat menyebabkan pandangan kabur dan reaksi kulit serius

Efek Samping:
- Nyeri abdomen
- Konstipasi

33
- Flatulen
- Diare
- Lemah
- Udem
- Dispepsia
- Mual
- Muntah
- Pusing

Interaksi Obat:
- Captopril berinteraksi dengan diklofenak secara farmakodinamik antagonis
karena NSAID dapat mengurangi sintesis prostaglandin vasodilatasi ginjal.
- Methotreksat berinteraksi dengan diklofenak karena dapat meningkatkan level
methotreksat dengan cara menurunkan klirens.
- NSAID menurunkan sintesis prostaglandin vasodilatasi ginjal sehingga
mempengaruhi homeostatis cairan dan mengurangi efek antihipertensi
candesartan

Kategori kehamilan:
C
D, Jika lebih dari ≥30 minggu gestasi

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

2) Blopress
Komposisi:
Candesartan 8 mg

Indikasi:
Menurunkan tekanan darah

Dosis:
8-32 mg/hari

34
Pemberian Obat:
Sebelum makan

Mekanisme Kerja:
Memblok reseptor angiotensin II dimana obat ini mencegah angiotensin II berikatan
dengan reseptornya sehingga tidak terjadi vasokontriksi dan efek aldosteron

Kontra Indikasi:
- Hipersensitif terhadap candesartan
- Gangguan hati berat

Peringatan:
- Hati-hati penggunaannya pada pasien riwayat angioedema
- Hati-hati penggunaannya pada pasien riwayat hipovolemia
- Resiko hipotensi
- Pasien riwayat CHF perlu dilakukan penyesuaian dosis

Efek Samping:
- Edema perifer
- Lemah
- Hipertrigliserida
- Hiperurisemia
- Nyeri abdomen
- Diare
- Mual
- Nyeri dada
- Angina

Interaksi Obat:
- NSAID menurunkan sintesis prostaglandin vasodilatasi ginjal sehingga
mempengaruhi homeostatis cairan dan mengurangi efek antihipertensi
candesartan

Kategori kehamilan:
D, hentikan penggunaan saat kehamilan sudah diketahui pada trimester 2 dan 3 obat
bekerja langsung terhadap angiotensin-renin yang berhubungan dengan luka pada
fetus termasuk hipotensi, hipoplasia, anuria, gangguan ginjal dan kematian

35
Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

3) Zyloric
Komposisi:
Allopurinol 300 mg

Indikasi:
Menurunkan kadar asam urat di dalam darah

Dosis:
100-800 mg/hari

Pemberian Obat:
Sebelum atau sesudah makan

Mekanisme Kerja:
- Menghambat enzim xanthin oksidase sehingga menghambat hipoxantin 
xanthin  asam urat
- Menurunkan produksi asam urat tanpa mengganggu sintesis utama purin

Kontra Indikasi:
- Hipersensitif terhadap allopurinol

Efek Samping :
- Ruam kulit
- Mual
- Muntah
- Gagal ginjal

Interaksi Obat :
- Allopurinol meningkatkan level azathioprin, teofilin dan warfarin dengan
cara menurunkan metabolismenya

36
Kontraindikasi :
- Hipersensitif terhadap allopurinol

Perhatian dan Peringatan:


- Pemakaian dihentikan apabila terdapat gejala alergi seperti ruam,
vaskulitis atau sindrom steven johnson
- Pasien gangguan hati dan ginjal
- Tidak digunakan pada pasien gout asimptomatik
- Tidak digunakan bersamaan dengan obat yang menyebabkan
myleosupresi
- Resiko hipersensitif meningkat pada pasien dalam pengobatan ACE
inhibitor dan tiazid
- Menjaga kebutuhan asupan cairan untuk menghasilkan output urin
2L/hari
- Penggunaan bersamaan amoksisilin atau ampisilin dapat meningkatkan
resiko kulit ruam.

Kategori Kehamilan :
- C dan terdistribusi pada air susu ibu

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

37
4. Identifikasi Masalah yang Berkaitan dengan Obat (DRP)
Keterangan dan
Jenis DRP Keterangan
rekomendasi

Indikasi tidak diterapi Tidak ada


Terapi tanpa indikasi Tidak ada
Dosis kurang Tidak ada
Dosis berlebih Tidak ada
Gagal mendapatkan Obat Tidak ada
Pilihan obat tidak tepat Tidak ada
Candesartan dapat
meningkatkan kadar
asam urat pada pasien,
Potensi ESO Ada
penggunaan harus
dibawah pengawasan
dokter dan apoteker.
Level 3, penggunaan
harus dibawah
pengawasan dokter
Interaksi obat Ada
dan apoteker terhadap
efektifitas penggunaan
obat bersamaan
Duplikasi terapi Tidak ada

5. Informasi Obat

- Neumed diminum dua kali sehari 1 kapsul segera setelah makan


- Blopress diminum satu kali sehari 1 tablet pada malam hari saat akan
tidur
- Zyloric diminum satu kali sehari 1 tablet setelah makan malam

6. Informasi lain dan saran

- Pasien dianjurkan minum cukup (8-10 gelas atau 2,5 Liter/hari) agar
membantu eksresi asam urat dan melarutkan kristal yang terbentuk dalam
sendi

38
- Menjaga berat badan sesuai BMI normal (< 25)
- Mengurangi konsumsi alkohol (jika pasien meminum alkohol)
- Rajin berolahraga
- Mengatur pola diet

Resep 2

R/ Atofar 20 No. XV
Ganti hari (malam)

R/ Profibrat 300 No. XV

Ganti hari (malam)

R/ Alluric 100 No. XXX

malam

R/ Recolfar No. X

S 1dd tab I (siang)

Pro : Lasidi Pribadi


Umur : -

Skrining Resep
1. Administrasi
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter 
2 SIP dokter 
3 Alamat dokter 
4 Nomor telepon 

39
5 Tempat dan tanggal penulisan 
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan 
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat 
8 Kekuatan obat 
9 Jumlah obat 
Signatura
10 Nama pasien 
11 Jenis kelamin 
12 Umur pasien 
13 Berat badan 
14 Alamat pasien 
15 Aturan pakai obat 
16 Iter/tanda lain 
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter 
Kesimpulan:
Resep tidak lengkap karena tidak ada data umur, berat badan, tanggal
penulisan resep dan tanda tangan dokter

Solusi
Data yang tidak lengkap ditanyakan langsung ke pasien

2. Pertimbangan Klinis
NAMA
NO KOMPOSISI INDIKASI
OBAT
1. Atofar Tiap 1 tablet mengandung Mengurangi kadar
20 mg Artovastatin kolesterol di dalam
Kalsium darah

2. Profibrat Tiap 1 tablet mengandung Mengurangi kadar


300 mg fenofibrat kolesterol di dalam
darah

3. Alluric Tiap 1 tablet mengandung Mengurangi kadar


100 mg allopurinol asam urat di dalam
darah

4. Recolfar

40
Tiap 1 tablet mengandung Mengurangi
0,5 mg kolkisin inflamasi akibat
serangan gout
athiritis akut

DOSIS OBAT
DOSIS MENURUT
NO NAMA OBAT DOSIS DI RESEP
LITERATUR
1. Atofar I kali pakai : 20 mg 10 – 80 mg/hari)----dosis
Atorvastatin sesuai

2. Profibrat Kekuatan yang 40-160 mg/hari---------


Fenofibrat digunakan ; 300 mg dosis tidak sesuai
1 kali pakai : 300 mg

3. Alluric 1 kali pakai : 100 mg 100 – 800 mg/hari ----dosis


Allopurinol sesuai

4. Recolfar 1 kali pakai : 0,5 mg 0,5 – 1,2 mg/hari tidak


Kolkisin melebihi 1,8/hari -----dosis
sesuai

=
KESIMPULAN :
Dosis atofar, alluric dan recolfar sudah sesuai, namun dosis profibrat melebihi
dari dosis lazim sehingga perlu konfirmaai ke dokter dan berikan rokemdasi
pengguaan dosis 40-160 mg/hari.

41
ATURAN PAKAI
ATURAN PAKAI
ATURAN PAKAI DI
NO NAMA OBAT MENURUT
RESEP
LITERATUR
1. Atofar malam 1 kali sehari ----- sesuai
Atorvastatin ganti hari

2. Profibrat malam 1 kali sehari ----sesuai


Fenofibrat ganti hari

3. Alluric 1 kali sehari ----sesuai


Allopurinol malam

4. Recolfar siang 1-2 kali sehari----sesuai


Kolkisin

KESIMPULAN ATURAN PAKAI:


Aturan pakai kurang yang jelas dalam resep sehingga dapat menyebabkan
prescribing error.

PEMILIHAN OBAT:
Pada Resep
No Kategori
sesuai Tidak sesuai
1. Bentuk sediaan 
2. Pemilihan Obat sesuai Umur 
pasien

42
INTERAKSI OBAT
Jenis
NO Nama Obat 1 Nama Obat 2 Mekanisme Interaksi
Interaksi

1. Atorvastatin Fenofibrat Sinergis Kedua obat ini


(level 1) memiliki indikasi
yang sama sehingga
dapat meningkatkan
resiko terjadi
rhabdomiolisis

2. Atovarstatin Kolkisin Sinergis Meningkatkan resiko


(Level 3) terjadi rhabdomiolisis
karena atorvastatin
meningkatkan efek
kolkisin melalui
sekresi transpoter P-
glikoprotein (MDR1)

3. Fenofibrat Kolkisin Sinergis Meningkatkan resiko


( Level 2) terjadi rhabdomiolisis
karena fenofibrat
meningkatkan efek
kolkisin melalui
sekresi transpoter P-
glikoprotein (MDR1)

SOLUSI :

Penggunaan obat harus di atur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi penggunaan
obat yang beinteraksi secara bersamaan. Penggunaan harus dibawah pengawasan
dokter dan apoteker karena berresiko menyebkan rhadbomiolisis.

43
4. Karakteristik Obat

1) Atofar®

Komposisi:
Atorvastatin 20 mg

Indikasi:
Mengurangi kadar kolesterol di dalam darah

Dosis:
10 - 80 mg/ hari

Pemberian Obat:
Sebelum makan pada malam hari

Mekanisme Kerja:
Menghambat enzim HMG-CoA reduktase sehingga menghambat rate limiting step
biosintesis kolesterol secara kompetitif menghambat HMG-CoA reduktase

Kontra Indikasi:
- Hipersensitif terhadap atorvastatin
- Ibu hamil dan menyusui
- Gangguan fungsi hati

Peringatan:
- Obat ini dapat meningkatkan kadar gula dan HbA1c
- Hati-hati penggunaannya pada pasien lansia karena beresiko terjadi miopati
- Resiko rhabdomiolisis

Efek Samping:
- Diare

44
- Nasofaringitis
- Arthalgia
- Insomnia
- Mual
- Dispepsia

Interaksi Obat:
- Atovarstatin dengan fenofibrat, kedua obat ini memiliki indikasi yang sama
sehingga dapat meningkatkan resiko terjadi rhabdomiolisis

Kategori kehamilan:
X, tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan menyusui

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

2) Profibrat®
Komposisi:
Fenofibrat 300 mg

Indikasi:
Mengurangi kadar kolesterol di dalam darah

Dosis:
40 - 160 mg/ hari

Pemberian Obat:
Bersamaan dengan makanan pada malam hari

Mekanisme Kerja:
Meningkatkan katabolisme VLDL, oksidasi asam lemak dan
mengeliminasi partikel trigliserida dengan meningkatkan sintesis
lipoprotein lipase akibatnya 30-60% dapat menurunkan trigliserida total
plasma, HDL meningkat pada beberapa pasien.

Kontra Indikasi:
- Hipersensitif terhadap fenofibrat
- Penyakit batu empedu

45
- Gangguan fungsi hati dan ginjal berat

Peringatan:
- Hentikan penggunaan jika telah diketahui pasien didiagnosa memiliki
penyakit batu empedu
- Hati-hati penggunaannya pada pasien lansia karena beresiko terjadi
miopati
- Resiko rhabdomiolisis
- Fenofibrat meningkatkan eksresi kolesterol ke kantong empedu

Efek Samping:
- Meningkatkan LFT’s
- Gangguan pernapasan
- Nyeri abdomen
- Nyeri punggung
- Pusing
- Mual
- Konstipasi

Interaksi Obat:
Fenofibrat dengan kolkisin dapat meningkatkan resiko terjadi
rhabdomiolisis karena fenofibrat meningkatkan efek kolkisin melalui
sekresi transpoter P-glikoprotein (MDR1).

Kategori kehamilan:
C , tidak boleh direkomendasikan pada ibu menyusui

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

3) Alluric®
Komposisi:
Allopurinol 300 mg

Indikasi:
Menurunkan kadar asam urat di dalam darah

46
Dosis:
100-800 mg/hari

Pemberian Obat:
Sebelum atau sesudah makan

Mekanisme Kerja:
- Menghambat enzim xanthin oksidase sehingga menghambat hipoxantin
 xanthin  asam urat
- Menurunkan produksi asam urat tanpa mengganggu sintesis utama
purin

Kontra Indikasi:
- Hipersensitif terhadap allopurinol

Efek Samping :
- Ruam kulit
- Mual
- Muntah
- Gagal ginjal

Interaksi Obat :
- Allopurinol meningkatkan level azathioprin, teofilin dan warfarin
dengan cara menurunkan metabolismenya

Perhatian dan Peringatan:


- Pemakaian dihentikan apabila terdapat gejala alergi seperti ruam,
vaskulitis atau sindrom steven johnson
- Pasien gangguan hati dan ginjal
- Tidak digunakan pada pasien gout asimptomatik
- Tidak digunakan bersamaan dengan obat yang menyebabkan
myleosupresi
- Resiko hipersensitif meningkat pada pasien dalam pengobatan ACE
inhibitor dan tiazid

47
- Menjaga kebutuhan asupan cairan untuk menghasilkan output urin
2L/hari
- Penggunaan bersamaan amoksisilin atau ampisilin dapat meningkatkan
resiko kulit ruam.

Kategori Kehamilan :
- C dan terdistribusi pada air susu ibu

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

4) Recolfar®
Komposisi:
Kolkisin 0,5 mg

Indikasi:
Mengurangi inflamsi saat serangan akut gout athritis < 36 jam

Dosis:
0,5 – 1,2 mg/hari tidak lebih dari 1,8 mg/hari

Pemberian Obat:
Setelah makan

Mekanisme Kerja:
- Menganggu fungsi cytoskeletal sehingga menghambat polimerisasi β
tubulin menuju mikrotubula akibatnya tidak terjadi aktivasi, degranulasi
dan migrasi neutrofil sebagai media beberapa gejala gout.

Efek Samping
- Gangguan pencernaan seperti diare, mual, muntah, dan nyeri abdomen

Interaksi Obat

48
- Claritomisin dapat meningkatkan lebel kolkisin dengan mempengaruhi
enzim CYP34A dalam metabolisme obat di hati

Kontraindikasi
- Obat yang dimetabolisme di hati dengan menghambat secara kuat enzim
CYP34A seperti claritomisin
- Hipersensitif terhadap kolkisin

Perhatian dan Peringatan


- Diskrasia darah seperti leukopenia, trombositopenia
- Efek rhabdomiolisis perlu diwaspadai

Kategori Kehamilan
- C
- Obat terdistribusi ke air susu ibu

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

1. Identifikasi Masalah yang Berkaitan dengan Obat (DRP)


Keterangan dan
Jenis DRP Keterangan
rekomendasi

Indikasi tidak diterapi Tidak ada


Terapi tanpa indikasi Tidak ada
Dosis kurang Tidak ada
Dosis fenofibrat
Dosis berlebih Tidak ada
melebihi dosis lazim
Gagal mendapatkan Obat Tidak ada
Pilihan obat tidak tepat Tidak ada

49
Penggunaan
atovarstatin, fenofibrat
dan kolkisin secara
Potensi ESO Ada
bersamaan dapat
meningkatkan resiko
rhabdomiolisis
Penggunaan
atovarstatin dengan
fenofibrat memiliki
Interaksi obat Ada
efek sinergis sehingga
penggunaan diberikan
bergantian hari
Duplikasi terapi Tidak ada

2. Informasi Obat
- Atofar dengan profibrat diminum bergantian hari satu kali sehari pada
malam hari
- Alluric diminum satu kali sehari pada malam hari
- Recolfar diminum satu kali sehari setelah makan pada siang hari
- Pasien dianjurkan minum cukup (8-10 gelas atau 2,5 Liter/hari) agar
membantu eksresi asam urat dan melarutkan kristal yang terbentuk
dalam sendi
- Menjaga berat badan sesuai BMI normal (< 25)
- Mengurangi konsumsi alkohol (jika pasien meminum alkohol)
- Rajin berolahraga
- Mengatur pola diet terutama mengurangi konsumsi lemak yang
berlebih dan purin yang tinggi

50
Resep 3

R/ Recolfar 0,5mg No. XXX


S 2dd tab I

R/ Celebrex 100mg No. XX


S 1dd I Pc

Pro : Yulianto
Umur : -

Skrining Resep
1. Administrasi
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter 
2 SIP dokter 
3 Alamat dokter 
4 Nomor telepon 
5 Tempat dan tanggal penulisan 
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan 
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat 
8 Kekuatan obat 
9 Jumlah obat 
Signatura
10 Nama pasien 
11 Jenis kelamin 
12 Umur pasien 
13 Berat badan 
14 Alamat pasien 
15 Aturan pakai obat 
16 Iter/tanda lain 
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter 

51
Kesimpulan:
Resep tidak lengkap karena tidak ada data umur, berat badan, alamat
pasien dan tanda tangan dokter

Solusi
Data yang tidak lengkap ditanyakan langsung ke pasien

2. Pertimbangan Klinis

NAMA
NO KOMPOSISI INDIKASI
OBAT
1. Recolfar Tiap 1 tablet mengandung Gout arthritis akut,
0,5mg colchicine pencegahan gout
(prophylaxis gout)

2. Celebrex Tiap tablet mengandung pengobatan nyeri,


100mg celecoxib peradangan dan
meredakan dari
gejala rematik
(RA),
osteoarthritis (OA)

DOSIS OBAT

52
DOSIS MENURUT
NO NAMA OBAT DOSIS DI RESEP
LITERATUR
1 Recolfar 1 kali pakai : 0,5 mg 0,5mg sampai 1mg,
1 hari : 2 x 0,5 mg = maksimal dosis 4mg/24 jam
1 mg ----dosis sesuai

2 Celebrex 100mg sampai 200mg/hari.


Kekuatan yang Maksimal dosis 400mg
digunakan ; 100mg ---------dosis sesuai
1 kali pakai : 100mg
1 hari : 1 x 100mg =
100mg

KESIMPULAN :
Dosis Recolfar dan Celebrex sudah sesuai

ATURAN PAKAI
ATURAN PAKAI
ATURAN PAKAI DI
NO NAMA OBAT MENURUT
RESEP
LITERATUR
1 Recolfar 2 kali sehari 1 tablet 1-2 kali sehari tidak lebih
dari 4mg/hari
-----dosis sesuai

2 Celebrex 1 kali sehari 1 tablet 1-2 kali sehari tidak lebih


dari 400mg/hari----dosis
sesuai
KESIMPULAN ATURAN PAKAI:
Aturan pakai Recolfar, dan Celebrex sudah sesuai

PEMILIHAN OBAT:
Pada Resep
No Kategori
sesuai Tidak sesuai
1. Bentuk sediaan 
2. Pemilihan Obat sesuai Umur 
pasien

53
INTERAKSI OBAT
Jenis
NO Nama Obat 1 Nama Obat 2 Mekanisme Interaksi
Interaksi

1. Recolfar Celebrex - -
(colchicine) (Celecoxib)

SOLUSI :
Pemberian secara bersamaan dapat diberikan namun harus dibawah pengawasan
dokter dan apoteker ini digunakan.

3. Karakteristik Obat

1) Recolfar®

Komposisi:
Colchicine 0,5mg

Indikasi:
Gout arthritis akut, pencegahan gout (prophylaxis gout)

Dosis:
0,5mg sampai 1mg, maksimal dosis 4mg/24 jam

Pemberian Obat:
Setelah makan

Mekanisme Kerja:
Colchicine meningkatkan kondisi pasien dengan menggangu aktivasi
interleukin 1 beta dengan mencegah aktivasi, degranulasi dan menghambat
migrasi granulosit ke daerah yang terkena radang sehingga terjadi
penghambatan produksi atau pelepasan glikoprotein.

Kontra Indikasi:

54
1. Colchicine dikontraindikasikan pada pasien-pasien dengan penyakit
saluran pencernaan, saluran kemih dan jantung yang berat.
Pemberian harus dilakukan dengan hati-hati pada psien yang
memperlihatkan tanda-tanda awal adanya penyakit.
2. Riwayat hipersensitifitas terhadap colchicine sekaligus merupakan
kontraindikasi penggunaan obat.
3. Karena ada potensi penekanan sum-sum tulang, maka pasien dengan
dyscrasias darah harus menghindari pemakaian colchicine.
4. Wanita Hamil.

Peringatan:
Colchicine harus diberikan dengan sangat hati-hati terhadap pasien usia
lanjut dan pasien uzur yang mungkin akan sangat rentan terhadap toksisitas.
Obat ini juga harus digunakan dengan hati-hati padapasien hyang menderita
penyakit jantung, hati, ginjal, saluran pencernaan, dan wanita hamil karena
colchicine bersifat teratogenis pada hewan dan telah ada pula tanda-tanda
bahwa teratogenis atau resiko kerusakan kromosom janin pada manusia.
Colchicine tidak dianjurkan untuk diberikan secara injeksi sub kutan
atau intramuscular karena menyebabkan iritasi local yang berat.

Efek Samping:
1. Kelemahan otot
2. Mual, muntah, nyeri perut, diare
3. Peptic ulcer
4. Anemia aplastic
5. Dermatitis
6. Pada dosis tocix dapat menyebabkan diare berat, kerusakan
pembuluh darah, dan kerusakan ginjal.

Interaksi Obat:

55
1. Interaksi antara colchicine dengan atorvastatin, simvastatin, paravastatin,
fluvastatin, simvastatin, gemfibrozil, fenofibrat, siklosporin, digoksin.
Keduanya akan meningkatkan toksisitas satu sama lain, dapat
meningkatkan resiko rhabdomiolisis
2. Cholchicine dapat merusak atau menghambat penyerapan vitamin B12

Kategori kehamilan:
Termasuk dalam kategori C

Cara Penyimpanan:
Simpan pada suhu dibawah 300 C, terlindung dari cahaya

2. Celebrex
Komposisi:
Celecoxib 100mg

Indikasi:
Pengobatan nyeri, peradangan dan meredakan dari gejala rematik (RA),
osteoarthritis (OA)

Dosis:
100mg sampai 200mg/hari. Maksimal dosis 400mg

Pemberian Obat:
Sebelum makan

Mekanisme Kerja:
Mekanisme kerja celecoxib adalah dengan menghambat sintesis
prostaglandin, celecoxib menghambat enzim COX-2 enzim ini bertugas sebagai
katalis yang mengonversikan asam arakidonat menjadi prostaglandin.

Kontra Indikasi:
1. Hipersensitif atau alergi
2. Penderita asma, urtikaria
3. Pendarahan pada saluran pencernaan
4. Ibu hamil pada trisemester ketiga kehamilannya

56
Peringatan:
1. Hindari penggunaan jika pernah mengalami reaksi alergi.
2. Gunakan dosis ringan terlebih dahulu untuk meminimalisir efek samping.
3. Hindari penggunaan obat jenis NSAID lain bersamaan dengan obat ini
4. Hindari penggunaan obat ini jika terjadi pendarahan pada saluran cerna
5. Memiliki riwayat penyakit ginjal dan jantung

Efek Samping:
1. Pendarahan, luka dan perforasi saluran pencernaan.
2. Kardiovaskular trombotik
3. Hepatoksisitas
4. Hipertensi
5. Gagal jantung dan edema
6. Gagal ginjal dan hiperkalemia
7. Reaksi anfilaksis
8. Reaksi kulit serius

Interaksi Obat:
1. Dapat meningkatkan risiko efek samping jika digunakan dengan obat
NSAID lainnya.
2. Interaksi dengan antikoagulan dapat memperparah kondisi jika terjadi
pendarahan
3. Penggunaan bersamaan dengan diuretic dapat memperburuk kondisi ginjal
4. Digoksin dan lithium
5. Penggunaan bersamaan dengan obat kortikosteroid meningkatkan resiko
pendarahan

Kategori kehamilan:
Kategori C untuk kehamilan trisemester 1 dan 2 pada ibu hamil, namun
menjadi kategori D untuk kehamilan trisemester ke 3, hal ini berarti obat ini
terbukti menimbulkan resiko terhadap janin manusia.

57
Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering pada suhu dibawah 300 C dan terhindar dari sinar
matahari langsung.

3. Informasi Obat
1. Recolfar diminum 2 kali sehari 1 tablet
2. Celebrex diminum 1 kali sehari 1 tablet sesudah makan

4. Identifikasi Masalah yang Berkaitan dengan Obat (DRP)


Jenis DRP Keterangan Keterangan dan
rekomendasi
Indikasi tidak diterapi Tidak ada
Terapi tanpa indikasi Tidak ada
Dosis kurang Tidak ada
Dosis berlebih Tidak ada
Gagal mendapatkan Tidak ada
Obat
Pilihan obat tidak Tidak ada
tepat
Potensi ESO Ada Celexocib termasuk
obat golongan
NSAID yang dapat
meningkatkan resiko
iritasi pada lambung
pasien, penggunaan
harus diminum
sesudah makan.
Interaksi obat Tidak Ada
Duplikasi terapi Tidak ada

Resep 4

58
R/ Puricemia 300mg No. X
S 1dd tab I

R/ Gluvan 5mg No. XX


S 1dd tab I

R/ Noros Caps No. XX


S 1dd caps I

Pro : Jusnam
Umur : -

Skrining Resep
1. Administrasi
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter 
2 SIP dokter 
3 Alamat dokter 
4 Nomor telepon 
5 Tempat dan tanggal penulisan 
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan 
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat 
8 Kekuatan obat 
9 Jumlah obat 
Signatura
10 Nama pasien 
11 Jenis kelamin 
12 Umur pasien 
13 Berat badan 
14 Alamat pasien 
15 Aturan pakai obat 
16 Iter/tanda lain 
Subscriptio

59
17 Tanda tangan/paraf dokter 
Kesimpulan:
Resep tidak lengkap karena tidak ada data umur, berat badan, alamat
pasien dan tanda tangan dokter

Solusi
Data yang tidak lengkap ditanyakan langsung ke pasien

2. Pertimbangan Klinis

NAMA
NO KOMPOSISI INDIKASI
OBAT
1. Puricemia Tiap 1 tabet mengandung Mengurangi kadar
asam urat di dalam
allopurinol 300 mg
darah

2. Glucovan Untuk memperbaiki


Tiap tablet mengandung kontrol gula darah
pada pasien diabetes
Glibenclamide 5mg,
tipe 2
3 Noros metformin HCL 500mg
Sebagai antioksidan
dan membantu
Tiap tablet mengandung
memenuhi kebutuhan
grape seed extract 50mg,
vitamin serta mineral
lycopene 10% 5mg,
vitamin E 30IU, vitamin
C 100mg, vitamin
B115mg, vitamin B2
15mg, vitamin B6 25mg,
vitamin B12 15mcg,
folic acid 0,4mg,
niacinamide 100mg, zinc
25mg, biotin 150mcg,
pantothenic acid 20mg,
selenium 60mcg

DOSIS OBAT

60
NAMA DOSIS MENURUT
NO DOSIS DI RESEP
OBAT LITERATUR
1 Puricemia 1 tabet 300 mg
1 kali pakai : 300 mg 100 – 800 mg/hari ----dosis
1 hari : 300 mg sesuai

2 Glucovan
1 tablet 5mg 5mg/500mg atau
glibenclamide/500mg 2,5mg/500mg
metformin 2 x/hari. Dosis maksimal
1 kali pakai : harian 20mg
3 Noros 5mg/500mg glibenclamide/2000mg
1 hari pakai : metformin ---------dosis
5mg/500mg sesuai

1 x sehari 1 capsul/hari
Tidak ada dosis ---- sesuai

KESIMPULAN :
Dosis Puricemia, Glucovan dan Noros sudah sesuai

ATURAN PAKAI

61
ATURAN PAKAI
ATURAN PAKAI DI
NO NAMA OBAT MENURUT
RESEP
LITERATUR
1. Puricemia 1 kali sehari 1 tablet 1 kali sehari ----dosis
sesuai

2. Glucovan 1 kali sehari 1 tablet


1 kali sehari ---- dosis
sesuai

3. Noros 1 kali sehari 1 capsul

1 kali sehari ----dosis


sesuai

KESIMPULAN ATURAN PAKAI:


Aturan pakai Puricemia, Glucovan dan Noros sudah sesuai

PEMILIHAN OBAT:
Pada Resep
No Kategori
sesuai Tidak sesuai
1. Bentuk sediaan 
2. Pemilihan Obat sesuai Umur 
pasien

INTERAKSI OBAT

62
Jenis
NO Nama Obat 1 Nama Obat 2 Mekanisme Interaksi
Interaksi

1. Puricemia® Glucovan Antagonis Obat Antidiabetik


(Allopurinol) (glibenclamide, dengan allopurinol
metformin) efek obat antidiabetes
akan bertambah
sehingga kadar gula
darah turun terlalu
rendah.

SOLUSI :
Pemberian Puricemia dengan glucovan tidak boleh dalam waktu yang
bersamaan karena efek obat antidiabetik akan meingkat sehingga kadar gula darah
turun terlalu rendah, interval penggunaan glucovan diminum 1 kali sehari pada pagi
hari dan Puricemia diminum 1 kali sehari pada siang hari. Obat anti diabetic ini
harus diminum sebelum makan

3. Karakteristik Obat
1) Puricemia
Komposisi:
Allopurinol 300 mg

Indikasi:
Menurunkan kadar asam urat di dalam darah

Dosis:
100-800 mg/hari

Pemberian Obat:

63
Sebelum atau sesudah makan

Mekanisme Kerja:
1. Menghambat enzim xanthin oksidase sehingga menghambat hipoxantin 
xanthin  asam urat
2. Menurunkan produksi asam urat tanpa mengganggu sintesis utama purin

Kontra Indikasi:
1. Hipersensitif terhadap allopurinol
2. Penyakit hati dan depresi sumsum tulang

Efek Samping :
- Ruam kulit
- Mual
- Muntah
- Gagal ginjal
- Diare
- Sakit kepala

Interaksi Obat :
1. Allopurinol meningkatkan level azathioprin, teofilin dan warfarin dengan
cara menurunkan metabolismenya
2. Resiko hipersensirtifitas meningkat jika puricemia (allopurinol) digunakan
bersamaan dengan tiazid dan diuretic lainnya terutama bagi pasien yang
fungsi ginjal yang buruk.
3. Resiko toksisitas captopril meningkat jika digunakan bersamaan dengan
puricemia
4. Peningkatan frekuensi ruam kulit bisa terjadi saat digunakan bersamaan
dengan ampicillin atau amoxicillin.

Perhatian dan Peringatan:

64
1. Pemakaian dihentikan apabila terdapat gejala alergi seperti ruam,
vaskulitis atau sindrom steven johnson
2. Pasien gangguan hati dan ginjal
3. Tidak digunakan pada pasien gout asimptomatik
4. Tidak digunakan bersamaan dengan obat yang menyebabkan
myleosupresi
5. Resiko hipersensitif meningkat pada pasien dalam pengobatan ACE
inhibitor dan tiazid
6. Menjaga kebutuhan asupan cairan untuk menghasilkan output urin
2L/hari
7. Penggunaan bersamaan amoksisilin atau ampisilin dapat meningkatkan
resiko kulit ruam.

Kategori Kehamilan :
- C dan terdistribusi pada air susu ibu

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

2) Glucovan
Komposisi:
Glibenclamide 5mg/metformin 500mg

Indikasi:
Untuk memperbaiki kontrol gula darah pada pasien diabetes tipe 2

Dosis:
5mg/500mg atau 2,5mg/500mg 2 x/hari. Dosis maksimal harian 20mg
glibenclamide/2000mg metformin.

Pemberian Obat:
Setelah makan atau dengan makanan

Mekanisme Kerja:

65
 Bekerja dengan merangsang produksi insulin pada sel ß pankreas untuk
mempertinggi sekresi insulinnya.
 Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe II yang sel-sel ß
pulau Langerhansnya masih dapat berfungsi

Kontra Indikasi:
1. Penyakit ginjal atau ganguan fungsi ginjal
2. Gagal jantung kongestif
3. Penyakit paru-paru, hati
4. Hipersensitif terhadap glibenclaminde dan metformin.
5. Penderita infark miokardial
6. Ganguan hati, hipoksia

Efek Samping :
1. Iritasi pada saluran pencernaan
2. Mual
3. Muntah
4. Perut kembung
5. Diare
6. Asidosis laktat
7. Pada penggunaan jangka panjang waspadai terjadinya malabsorpsi vitamin
B12

Interaksi Obat :
1. Cimetidine, antibiotic mengurangi clearance metformin oleh ginjal sehingga
menyebabkan peningkatan konsentrasinya di dalam plasma.
2. Obat kationik misalnya amilorid,digoksin, morfin, ranitidine secara teoritik
juga dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma metformin.
3. Alkohol,siklosfosfamid, amtikoagulan kumarin, inhibitor MAO,
fenilbutazon, dapat meningkatkan efek hipoglikemia glibenclamide
4. Obat kortikosteroid, diuretic, tiazid, dan adrenalin dapat menurunkan efek
hipoglikemia glibenclamide.

66
Perhatian dan Peringatan:
1. Tidak digunakan sebagai obat antidiabetes tipe 1 atau ketoasidosis
diabetic
2. Orang yang memiliki ganguan pada ginjal, hati, kelenjar adrenal atau
kelenjar pituitary.
3. Pada ibu menyusiu sebaiknya tidak menggunakan obat ini karena
meningat efek hipoglikemik yang mungkin terjadi pada bayi.
4. Karena resiko terjadinya hipoglikemik yang ditandai dengan tubuh
lemah dan pusing sebaiknya tidak dalam keadaan berkendara.

Kategori Kehamilan :
B dan terdistribusi pada air susu ibu

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari
langsung

3) Noros

Komposisi:
Tiap tablet mengandung grape seed extract 50mg, lycopene 10% 5mg,
vitamin E 30IU, vitamin C 100mg, vitamin B115mg, vitamin B2 15mg,
vitamin B6 25mg, vitamin B12 15mcg, folic acid 0,4mg, niacinamide
100mg, zinc 25mg, biotin 150mcg, pantothenic acid 20mg, selenium
60mcg.

Indikasi:
Sebagai antioksidan dan membantu memenuhi kebutuhan vitamin serta
mineral

Dosis:
1 x 1 capsul/hari
Pemberian Obat:
Setelah makan atau dengan makanan

67
Efek Samping :
Dosis tinggi : hiperkarotenemia, mual, muntah, kelemahan, malaise, sakit
kepala, diare.

Perhatian dan Peringatan:


1. Jangan diberikan pada anak <12 tahun, wanita hamil dan menyusui
2. Jangan melebihi dosis anjuran
3. Dapat menimbulkan reaksi alergi

Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari langsung

3. Informasi Obat
1. Puricemia diminum 1kali sehari 1 tablet
2. Glucovan diminum 1 kali sehari 1 tablet
3. Noros diminum 1 kali sehari 1 capsul

4. Identifikasi Masalah yang Berkaitan dengan Obat (DRP)


Jenis DRP Keterangan Keterangan dan
rekomendasi
Indikasi tidak diterapi Tidak ada
Terapi tanpa indikasi Tidak ada
Dosis kurang Tidak ada
Dosis berlebih Tidak ada
Gagal mendapatkan Tidak ada
Obat
Pilihan obat tidak Tidak ada
tepat
Potensi ESO Tidak Ada .
Interaksi obat Ada Obat Antidiabetik
dengan allopurinol
efek obat
antidiabetes akan
bertambah sehingga
kadar gula darah
turun terlalu rendah.
Duplikasi terapi Tidak ada

68
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
- Hiperurisemia merupakan suatu kondisi ditandai dengan kadar asam
urat di dalam darah melebihi batas normalnya yaitu 6 mg/dL untuk
wanita dan 7 mg/dL untuk laki-laki.
- Tujuan terapi hiperurisemia untuk mengurangi rasa nyeri,
mempertahankan fungsi sendi, mencegah terjadinya kelumpuhan dan
mengurangi kadar asam urat < 6 mg/dL
- Penatalaksanaan hiperurisemia terdiri dari terapi non farmakologi
seperti mengantur lifestyle dan asupan diet, sedangkan terapi
farmakologi seperti obat-obatan mengurangi rasa nyeri golongan
NSAID atau SAD, obat-obatan untuk menurunkan kadar kolesterol
yaitu allopurinol dan probenecid.
- Kondisi hiperurisemia dapat memicu reaksi inflamasi yang dapat
menyebakan penyakit lain seperti athritis gout dimana pengobatannya
sudah tepat namun perlu perhatian jika penggunaan jangka panjang akan
menimbulkan efek samping.

B. Saran
- Apoteker dituntut untuk mengikuti setiap perkembangan penyakit
pasien
- Apoteker sebaiknya lebih memperhatikan penggunaan obat terhadap
pasien hiperurisemia terutama untuk penggunaan jangka panjang untuk
menghindari efek samping yang fatal

69
DAFTAR PUSTAKA

American Society of Health-System Pharmacists. (2011). AHFS Drug Information.


Bethesda: American Society of Health-System Pharmacists. Diunduh dari
www.ahfsdruginformation.com

Martindale. (2009). Martindale: The Complite Drug Reference. (Sean C Sweetman,


Ed.) (36th ed.). London: Pharmaceutical Press.

Khanna et al. 2012. Guidelines for Management of Gout. Part 1: Systematic


Nonpharmacologic and Pharmacologic Therapeutic Approaches to
Hyperuricemia, American College of Rheumatology, Vol. 64, No. 10, pp.
1431-1446

Khanna et al. 2012. Guidelines for Management of Gout. Part 2: Therapy and
Antiinflammatory Prophylaxis of Acute Gouty Arthritis, American College of
Rheumatology, Vol. 64, No. 10, pp. 1447-1461

Neogi, T 2011, Clinical Practice of Gout, The New England Journal of Medicine,
pp. 443-447

70

Anda mungkin juga menyukai