LP Stemi Pci
LP Stemi Pci
1.1.1 DEFINISI
2012).
kerusakan aliran darah koroner miokard (Carpenito, 2012). Infark miocard akut
(IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot
jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan
koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di
sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran
darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi
menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium,
yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG. Sedangkan NSTEMI
merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh
beberapa faktor presipitasi yang muncul sebelum terjadinya STEMI, antara lain
aktivitas fisik yang berlebihan, stress emosional, dan penyakit dalam lainnya.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
IMA pada individu.Faktor-faktor resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar,
yaitu faktor resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah.
1. Usia
usia menengah maupun usia lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40
dan 60 tahun, insiden infark miokard pada pria meningkat lima kali lipat
2. Ras
putih.
3. Jenis kelamin
4. Riwayat keluarga
1. Merokok
Merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi rokok mungkin
pada wanita (Kumar, et al., 2009). Efek rokok adalah menyebabkan beban
cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan
perokok.
2. Hiperlipidemia
resiko penyakit arteri koronaria, dan peningkatan resiko ini akan lebih
3. Hipertensi
Merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik tekanan darah systole
berakibat IHD:
ventrikel kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan
lamanya hipertensi.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
normal.
kolesterol berlebih
↓
Stimulasi
Nyeri Akut saraf Meningkatnya permeabilitas Plak halus
terhadap lipid ↓
Thrombus ↑
↓ Kelemahan
↑ Hipoksia
Supply O2 ke jaringan Penurunan CO2 Kematian jaringan Gagal pompa ventrikel kiri
berkurang ↓ ↓
Kebutuhan O2 tidak ↓
tercukupi Syok
↓ ↓ Reflux ke paru-paru
↓ ↓ ↓
Respon penyebab
penyakit salah
Salah terapi, salah persepsi Gang. Interaksi Hepatomegali
Sosial
↓ Ansietas
Ansietas ↓
Persepsi thdp
penyakit Mendesak diafragma
inadekuat Kurang Pengetahuan Gangguan Komunikasi
Verbal
↓
Sesak nafas
Ketidakefektifan
Ketidakefektifanpola
Pola Napas
nafas
Penimbunan asam ↓ ↓ ↓
Kelebihan
Volume Cairan
laktat dan ATP ↓ Retensi Na + Ronchi basah Hipertrovi ventrikel kanan
↓ H2O ↓ ↓
Intoleransi
Intoleransi Gangguan Citra
volume c Reflek batuk ↓
Aktivitas Tubuh
aktivitas ↓
Ketidakefektifan
Penumpukan secret Bersihan Jalan Napas
↓
Distresbiasa
Spiritual Perubahan ↓
↓ ↓
Ansietas
↓ ↓
↓ ↓ ↓
Disfungsi Seksual
ergitas kulit
Kerusakan Nutrisi kurang dari
Ketidakseimbangan Leukosit kurang ↓
Integritas Kulit nutrisi kurang dari
kebutuhantubuh
kebutuhan tubuh ↓ Tidak mau menerima
↓ Resiko Infeksi keadaan tubuh
Kesepian ↓
Albumin ↓ pengobatan
Stress Berlebihan
Perawatan intensif
↓ Invasi ↓
Bedrest
Kerusakan integritas
Kerusakan Integritas mikroorganisme
↓ Ketidakefektifan
Jaringan Pemeliharaan
Pembatasan immobilisasi jaringan (mudah masuk) Kesehatan
Hambatan Komunikasi
Verbal ↓
Infeksi
terjadi ketika thrombus pada arteri koroner berkembang secara cepat pada tempat
merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.Pada sebagian besar kasus, STEMI terjadi
darah) terbentuk pada tempat rupturnya plak, dan terjadi oklusi pada arteri
kuat) dilepas dan terjadi aktivasi platelet lebih lanjut (Price, 2005).
perubahan konformasi pada reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Ketika reseptor ini dikonversi
menjadi bentuk fungsionalnya, reseptor ini akan membentuk protein adhesive seperti
fibrinogen. Fibrinogen adalah molekul multivalent yang dapat berikatan dengan dua
koagulasi mengalami aktivasi karena paparan faktor jaringan pada sel endotel yang
rusak, tepatnya pada area rupturnya plak.Aktivasi faktor VII dan X menyebabkan
menjadi fibrin.Arteri koroner seringkali mengalami oklusi karena thrombus yang terdiri
pada :
d. kuantitas darah yang disuplai oleh pembuluh darah kolateral pada jaringan yang
terkena
e. kebutuhan oksigen pada miokardium yang suplai darahnya menurun secara tiba-tiba
f. faktor lain yang dapat melisiskan thrombus secara dini dan spontan
g. keadekuatan perfusi miokard pada zona infark ketika aliran pada arteri koroner
a. Volume dan denyut nadi cepat, namun pada kasus infark miokard berat nadi
menjadi kecil dan lambat. Bradikardi dan aritmia juga sering dijumpai. Tekanan
darah menurun atau normal selama beberapa jam atau hari. Dalam waktu
b. Nyeri
Nyeri merupakan manifestasi yang paling umum ditemukan pada pasien dengan
STEMI.Karakteristik nyeri yang dirasakan yaitu dalam dan visceral, yang biasa
dideskripsikan dengan nyeri terasa berat dan seperti diremas, seperti ditusuk, atau
seperti terbakar. Karakteristik nyeri pada STEMI hampir sama dengan pada
angina pectoris, namun biasanya terjadi pada saat istirahat, lebih berat, dan
berlangsung lebih lama. Nyeri biasa dirasakan pada bagian tengah dada dan/atau
pada abdomen, punggung, rahang bawah, dan leher.Nyeri sering disertai dengan
Pulsasinya juga sulit dipalpasi. Pada infark daerah anterior, terdengar pulsasi
suara jantung tambahan (S3 dan S4), penurunan intensitas suara jantung dan
jantung.
2. Temuan fisik
keluarnya keringat dan dingin pada ekstremitas juga sering ditemukan pada pasien
dengan STEMI.Nyeri dada substernal yang berlangsung selama >30 menit dan
menunjukkan tekanan darah dan frekuensi nadi yang normal selama satu jam
pertama STEMI, sekitar 25% pasien dengan infark anterior memiliki manifestasi
dan/atau hipotensi).
Impuls apical pada pasien dengan STEMI mungkin sulit untuk dipalpasi.
Tanda fisik dari disfungsi ventrikel lain antara adanya S3 dan S4, penurunan
intensitas bunyi jantung pertama, dan paradoxical splitting dari S2. Selain itu juga
dibagi menjadi 4, yaitu: ECG, serum cardiac biomarker, cardiac imaging, dan indeks
a. Electrocardiograf (ECG)
Beberapa protein tertentu, yang disebut biomarker kardiak, dilepas dari otot jantung
berbeda-beda, tergantung pada lokasi intraseluler, berat molekul, dan aliran darah
dan limfatik local.Biomarker kardiak dapat dideteksi pada darah perifer ketika
kapasitas limfatik kardiak untuk membersihkan bagian interstisium dari zona infark
memiliki sekuens asam amino yang berbeda dari protein ini yang ada dalam
assay untuk cTnT dan cTnI dengan antibody monoclonal yang sangat
spesifik.Karena cTnT dan cTnI secara normal tidak terdeteksi dalam darah
individu normal tetapi meningkat setelah STEMI menjadi >20 kali lebih tinggi
dari nilai normal, pengukuran cTnT dan cTnI dapat dijadikan sebagai
3
4
0
2
10
CK 4–8 12 – 24 72 – 96 jam
Klasifikasi Killip
Terdapat beberapa sistem dalam menentukan prognosis pasca IMA. Prognosis IMA
dengan melihat derajat disfungsi ventrikel kiri secara klinis dinilai menggunakan klasifikasi
Killip:
Mortalitas
Kelas Definisi Proporsi pasien
(%)
pulmonal
1) Echocardiography (ECG)
hampir selalu ditemukan pada pasien STEMI. Walaupun STEMI akut tidak
dapat dibedakan dari scar miokardial sebelumnya atau dari iskemia berat akut
Ketika tidak terdapat ECG untuk metode diagnostic STEMI, deteksi awal maka
STEMI.
Angiografi
Tes diagnostik invasif dengan memasukan katerterisasi jantung yang
Jika dinilai secara angiografi, aliran di dalam arteri koroner yang terlibat
terkena infark.
normal.
1.1.6 PENATALAKSANAAN
1. Pre Hospital
terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala. Dan lebih dari separuhnya terjadi pada
jam pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana pra-RS pada pasien yang
dicurigai STEMI :
resusitasi
4. Terapi REPERFUSI
pasien yang merupakan kandidat terapi reperfusi segera, triase pasien risiko
2. Hospital
Aktivitas
dapat meningkatkan ukuran infark. Oleh karena itu, pasien dengan STEMI
harus tetap berada pada tempat tidur selama 12 jam pertama. Kemudian, jika
postur tegak dengan menggantung kaki mereka ke sisi tempat tidur dan duduk
di kursi dalam 24 jam pertama. Latihan ini bermanfaat secara psikologis dan
biasanya menurunkan tekanan kapiler paru. Jika tidak terdapat hipotensi dan
hari ketiga, pasien harus sudah dapat berjalan 185 m minimal tiga kali sehari.
Diet
Karena adanya risiko emesis dan aspirasi segera setelah STEMI, pasien hanya
diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun pada 4-12 jam
yang diberikan harus tinggi kalium, magnesium, dan serat tetapi rendah
natrium.
Bowel
mengalami konstipasI
3. Farmakoterapi
a. Nitrogliserin (NTG)
dengan cara dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena infark atau
pembuluh darah kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung, dapat diberikan
dan edema paru.Terapi nitrat harus dihindarkan pada pasien dengan tensi
sistolik <90 mmHg atau pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel
kanan.
b. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4
mg dan dapat diulangi dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg.
Efek samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi
vena dan arteriolar melalui penurunan, sehingga terjadi pooling vena yang
akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Morfin juga dapat
menyebabkan efek vagotonik yang menyebabkan bradikardia atau blok
jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark posterior. Efek ini
c. Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan
d. Beta-adrenoreceptor blocker
4. Terapi reperfusi
lancar. Reperfusi ada 2 macam yaitu berupa tindakan kateterisasi (PCI) yang
berupa tindakan invasive (semi-bedah) dan terapi dengan obat melalui jalur infuse
(agen fibrinolitik).
dalam 30 menit atau door-to-ballon) time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit.
direkomendasikan untuk dilakukan dengan cara yang tepat waktu oleh tenaga ahli
berpengalaman. Dilakukan pada klien dengan STEMI dan gejala iskemik pada
waktu kurang dari 12 jam. PCI dilakukan untuk membuka hambatan pada arteri
koroner dan menunjang reperfusi pada area yang kekurangan oksigen. Biasanya
Beberapa hal baru dipertimbangkan dalam seleksi jenis terapi reperfusi antara lain:
menjadi paten, kurang banyak tergantung pada lama gejala pasien yang
waktu 90 menit.
2. Risiko STEMI
fibrinolisis sangat tinggi, seperti pada pasien renjatan kardiogenik, bukti klinis
3. Risiko Perdarahan
Jika terapii reperfusi bersama-sama tersedia PCI dan fibrinolisis, semakin tinggi
memilih PCI. Jika PCI tidak tersedia, manfaat terapi reperfusi farmakologis
a. Disfungsi ventrikel
Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami perubahan bentuk, ukuran, dan ketebalan
baik pada segmen yang infark maupun non infark. Proses ini dinamakan
remodeling ventricular.Secara akut, hal ini terjadi karena ekspansi infark, disrupsi
nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan
mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya.Tanda klinis yang
sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4
c. Aritmia
ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti vena pulmonalis,
Diakibatkan oleh disfungsi ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang massif,
biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri.Timbul lingkaran setan akibat
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga
paru tingkat lanjut, di mana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler,
terjadi jika dasar vascular paru menerima darah yang berlebihan dari ventrikel
kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri.Oleh karena
adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang serta
Disfungsi iskemik atau ruptur nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi
katup mitralis, sehingga memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama
dalam atrium kiri dengan dua akibat yaitu pengurangan aliran ke aorta dan
i. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan infark
nekrotik yang tipis pecah, sehingga terjadi peradarahan massif ke dalam kantong
jantung. Tamponade jantung ini akan mengurangi aliran balik vena dan curah
jantung.
j. Aneurisma ventrikel
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan anterior atau apeks jantung.
Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setiap sistolik dan
k. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar yang
l. Perikarditis
peradangan.
2.1 PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION (PCI)/INTERVENSI
2.1.1 DEFINISI
pembuluh darah koroner yang menyempit dengan memakai kateter balon dan
penyumbatan dengan segera, sehingga aliran darah dapat menjadi normal kembali,
2.1.2 PROSEDUR
Persiapan pasien yang akan dilakukan pemasangan cincin atau balon jantung.
b. Pemeriksaan EKG.
c. Apabila tindakan dari lengan, 4 jam setelah tindakan tangan tidak boleh
e. Bila tidak ada komplikasi atau kelainan lainnya, pada keesokan harinya
pertama masuk dan cek laborat lengkap, hari kedua tindakan dan hari
koroner dan memilih ukuran balon kateter serta guide wire coronary yang
sesuai. Guiding wire coronary adalah sebuah selang yang sangat tipis
menekan arteri sehingga mengembang. Jika stent ada pada balon, maka
(Grossman,2008).
stent bersalut obat atau sering disebut Drug-Eluting Stent (DES). Pada
prinsipnya DES merupakan stent bersalut obat. Obat yang dipakai harus
yang potensial toksik bila diberikan secara sistemik dapat diberi secara
lokal dalam konsentrasi yang amat kecil, tetapi efektif dan lebih aman.
berfungsi sebagai pengangkut obat dan setelah stent dipasang obat akan
2009).
polimer dan obat dan juga terhadap stent itu sendiri. Penyelidikan-
stent, aktinomisin, dan batimastat, ternyata gagal karena DES ini lebih
longitudinal dan diharapkan akan terjadi redistribusi plak yang lebih baik
(Sudoyo, 2009)
gagal ginjal
diabetes mellitus
kelompok lesi risiko tinggi yakni, penyakit cabang utama kiri (left
SKEMA IKP
sebagai berikut :
a. Kelas I : kondisi dimana terdapat bukti dan atau kesepakatan yang mengatakan
c. Kelas IIa: bukti atau pendapat mengatakan bahwa penelitian ini bermanfaat
d. Kelas IIb: manfaat tersebut kurang didukung oleh bukti ataupun pendapat.
e. Kelas III: kondisi dimana terdapat bukti dan atau kesepakatan yang mengatakan
bahwa prosedur tersebut tidak bermanfaat dan tidak efektif, serta pada beberapa
Diagnosis Non STEMI ditegakkan jika terdapat angina dan tidak disertai
dengan elevasi segmen ST yang persisten. Gambaran EKG pasien Non STEMI
yang datar atau pseudo-normalization, atau tanpa perubahan EKG saat presentasi.
dijumpai elevasi segmen ST tidak persisten (<20 menit), dengan amplitudo lebih
rendah dari elevasi segmen ST pada STEMI. Inversi gelombang T yang simetris
NSTEMI dan angina pectoris stabil tindakan PCI bertujuan untuk mengurangi
Diabetes mellitus
yang lebih besar bila dilakukan IKP daripada kelompok risiko rendah. (Hassan,
2009)
Pada infark miokard dengan elevasi segmen ST, lokasi infark dapat
EKG. Diagnosis STEMI ditegakkan jika ditemukan angina akut disertai elevasi
segmen ST. Nilai elevasi segmen ST bervariasi, tergantung kepada usia, jenis
kelamin, dan lokasi miokard yang terkena. Bagi pria usi a≥40 tahun, STEMI
bagi pasien berusia < 40 tahun (Tedjasukmana, 2010). ST elevasi terjadi dalam
terampil. Stategi reperfusi IKP telah menjadi modalitas pengobatan yang sangat
penting dari STEMI dengan banyak mengalami pada tahun-tahun terakhir ini.
Sedangkan terapi trombolitik dimana dapat digunakan secara luas, mudah
diberikan, dan tidak mahal tetap merupakan pilihan alernatif. IKP telah terbukti
komplit), iskemik berlang sistemik, mortalitas 30 hari lebih baik dan insiden
Banyak pasien dengan angina stable yng moderate dan severe atau unstable
angina tidak memberi respon yang adekuat terhadap pemberian terapi obat-
yang efektif untuk memperbaiki perfusi coroner dan cocok dilakukan untuk
bypass surgery
Indikasi primer PCI dilakukan pada pasien dengan STEMI kurang dari 12
jam, dengan Left Bundle Branch Block (LBBB), dan juga STEMI dengan
Pasien dengan penyakit arteri koroner yang luas dengan fungsi ventrikel
kiri yang lebih buruk mempunyai survival yang lebih lama setelah operasi
pintas koroner meskipun pasien asimptomatis. Pada pasien PJK stabil tindakan
penelitian awal dijumpai manfaat yang lebih kecil terhadap survival pasien
yang dilakukan IKP tanpa stent dibandingkan dengan operasi pintas koroner.
Tetapi dengan adanya stent dan stent bersalut obat dan tersedianya obat-obat
ajuvan, tindakan IKP ini menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan
dibagi menjadi dua kategori yaitu yang secara umum berkaitan dengan kateterisasi
arteri dan yang berhubungan dengan teknologi yang spesifik yang digunakan untuk
Trombolisis stent
Walaupun angka kejadian hanya 1-2%, kejadian trombolisis stent masih berisiko
sehingga stent harus itu dilapisi oleh endothelium dan hal tersebut biasanya
sering sewaktu bulan pertama pemasangan, tapi bisa muncul berbulan dan
Stenosis stent
Hal ini berhubungan dengan proses „penyembuhan‟ yang berlebihan dari dinding
pembuluh darah yang bertimbun pada lumen stent. Stenosis biasanya terbentuk
dalam 3-6 bulan dan tidak jarang angina muncul kembali, tetapi jarang
a. Komplikasi mayor
jantung (0,5%) dan perdarahan sistemik (0,5%). Kematian terjadi saat proses
di rumah sakit. Stroke terjadi saat otak kehilangan fungsi neurologis yang
b. Komplikasi minor
mg/dl.(Butman, 2005).
a. Faktor anatomi
keberhasilan IKP.
b. Faktor klinis
komplikasi 15,4% pada pasien dengan diabetes mellitus dan hanya 5,8%
meliputi usia, jenis kelamin, angina yang tidak stabil, gagal jantung
c. Risiko kematian
hiperkolestrolemia.
e. Usia lanjut
f. Diebetes mellitus
CABG berulang.
i. Faktor hemodinamik
Dalam tindakan IKP ini harus diketahui anatomi dari pembuluh darah yang
untuk melebarkan daerah yang menyempit pada pembuluh darah. Selain itu, faktor
mild, moderate dan severe. Perbedaan tingkatan ini dibedakan berdasarkan ada
a. Anatomi kasar
Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak
diantara kedua paru-paru di bagian tengah toraks. Dua per tiga jantung terletak
atas yang lebar mengarah bahu kanan dan ujung bawah yang mengerucut
mengarah panggul kiri. Pelapis terdiri dari perikardium dan rongga perikardial.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu epikardium di bagian luar yang
terdiri atas lapisan mesotelium yang berada di atas jaringan ikat. Miokardium di
bagian tengah terdiri atas otot jantung yang berkontraksi untuk memompa darah.
Yang terakhir adalah endothelial yang terletak di atas jaringan ikat (Slonane,
2009).
b. Ruang Jantung
Jantung terdiri atas empat ruang yaitu atrium kanan dan atrium kiri yang
dipisahkan oleh septum intratial, ventrikel kanan dan ventrikel kiri yang
dipisahkan oleh septum interventrikular. Dinding atrium relatif tipis. Atrium
membawa darah dari vena yang membawa darah kembali ke jantung. Atrium
kanan terletak di bagian superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh
tubuh kecuali paru-paru. Vena kave superior dan inferior membawa darah yang
Arteri koroner terdiri atas Left Coronary Artery (LCA), Left Marginal Artery
(LMA), Right Coronary Artery (RCA), Left Anterior Descending (LAD), Right
Arteri koroner kanan dan kiri merupakan cabang aorta tepat di atas katup
semilunar aorta. Arteri ini terletak di atas sulkus koroner. Cabang utama dari
kanan.
Arteri marginalis kanan yang mensuplai darah untuk atrium kanan dan
ventrikel kanan.
koroner yang kemudian bermuara di atrium kanan. Darah mengalir melalui arteri
koroner terutama saat otoo-otot jantung berelaksasi karena arteri koroner juga
Ada beragam anatomi sirkulasi pada manusia. Sebagian besar orang memiliki
sirkulasi koroner yang seimbang, tetapi ada orang tertentu yang memiliki dominan
Pada pengklasifikasian lesi dikenal istilah deskripsi lesi risiko tinggi atau lesi C
Oklusi total lebih dari 3 bulan dan atau adanya bridging collateral
Oklusi total lebih dari 3 bulan dan atau adanya bridging collateral dan vena
yang terdegenerasi adalah untuk kegagalan teknik dan peningkatan restenosis dan
Adapun klasifikasi lesi berdasarkan SCAI, lesi dibagi menjadi 4 tipe lesi
Sebagai berikut :
Patent
Tipe II
Patent
Tipe III
Oklusi
Tipe IV
Derajat penyempitan pembuluh darah coroner dapat dilihat secara visual oleh
Gani Manurung tahun 2008 dikatakan bahwa derajat penyempitan dibagi menjadi :
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, no.telepon, status pernikahan, agama, suku,
pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat yang bias dihubungi, status,
istirahat.
Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
0-5 dan klien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan.
Biasanya pada saat angina skala nyeri berkisar antara 4-5 skala (0-5).
Time: sifat mulanya muncul (onset), gejala timbul mendadak. Lama
timbulnya (durasi) nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh
infark miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, biasanya lebih parah
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
lalu yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
e. Riwayat keluarga
Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko
f. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, riwayat pola hidup menetap,
g. Sirkulasi
Tanda:
TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk/berdiri
Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
jantung/ventrikel.
h. Integritas ego
Gejala: menyangkal gejala penting, takut mati, perasaan ajal sudah dekat,
j. Makanan/cairan
berat badan
l. Neurosensori
(duduk/istirahat)
m. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:
dilihat.
Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM,
Tanda:
n. Pernapasan
o. Interaksi social
Gejala: stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) dan kesulitan koping dengan
Tanda: kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat, dan menarik
p. Penyuluhan/pembelajaran
q. Pengkajian fisik
Tingkat kesadaran
Status volume cairan: Amati haluaran urine, periksa adanya edema, adanya
r. Pemeriksaan Diagnostik
EKG
Echocardiogram
1) Nyeri akut b.d iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi arteri koroner
1) Diagnosa 1: Nyeri akut b.d iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi arteri
koroner
Kriteria hasil: Skala nyei berkurang (0-1), wajah tampak rileks, TTV
Intervensi
presipitasi)
jantung adekuat
Kriteria Hasil:
Intervensi
Intervensi
jantung yangberat
CRT, warna,
1. TTV normal
Intervensi :
Observasi TTV
membaik
1. TTV normal
Intervensi :
Observasi TTV
Intervensi
TTV normal
Lakukan BHSP
Observasi TTV
membaik
Kebersihan terjaga
Intervensi
Lakukan BHSP
tidakterjadi
Intervensi
Lakukan BHSP
Monitor kadar Hb
R/ memonitor pendarahan yang terjadi
Observasi TTV
R/ Menghentikan pendarahan
DAFTAR PUSTAKA
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. 2009. Harrison’s Principles
Hall, Jhon E. 2009. Buku Saku Fisiologi Kedokteran, Guyton & Hall. Editor Bahasa
Kumar, Abbas, Fausto, Mitchel. 2009. Robbin’s Basic Pathology, The Kidney And Is
Mansjoer, A dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2010.Keperawatan Medikal Bedah. Volume 9.Edisi 8.Jakarta
: EGC.
Thaler. 2009. Satu-Satunya Buku EKG Yang Anda Perlukan, edisi 2. Jakarta: Hipokrates
Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Zainul Abidin and Roberth Corner .2009. ECG Interpretation The Self-Assesment
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2009. Buku AjarIlmu Penyakit Dalam. Ed 4.