Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan

ekonomis (Kementrian Kesehatan RI, 2009)


Derajat kesehatan dipengaruhi 4 (empat) macam faktor yaitu,

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas. Faktor lingkungan

dan perilaku merupakan faktro terbesar yang berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya derajat kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007)


Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan

secara keseluruhan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan

yang bersifat promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegaha

penyakit), kuratif (pengobatan penyakit), dan rehabilitatif (pemulihan

kesehatan) serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan

dan tempat untuk penelitian. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya

pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik,

dan non medik menggunakan teknologi yang dapat mempengaruhi lingkungan

sekitarnya, sehingga wajib untuk memelihara dan meningkatkan upaya

kesehatan lingkungan (Adisasmito, 2007)

Rumah sakit juga dapat menjadi tempat penularan penyakit yang

disebut Infeksi Nosokomial atau Healthcare Associated Infection (HAIs).


2

Menurut WHO (2010), HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama

perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana

ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi

dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena

pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses

pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (Menteri Kesehatan RI,

2017)

(Peraturan Kesehatan Internasional, 2005) Vektor adalah serangga

atau hewan lain yang biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan

suatu resiko bagi kesehatan masyarakat. (Kemenkes RI, 2010) Vektor adalah

artropoda yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber

penyakit terhadap manusia.


Semut (Formicidae: Hymenoptera) merupakan kelompok hewan

invertebrata yang berdasarkan jumlah keanekaragaman jenis, sifat biologi dan

ekologinya sangat penting. Perilaku sosial semut sebagai predator, pengurai

dan herbivor dalam ekosistem telah menjadi objek yang menarik untuk diteliti

dalam segala aspeknya (Holldobler and Wilson, 1990 dalam Putri & Herwina,

2015)
Manusia secara tidak sengaja menyediaan sumber makanan, tempat

bersarang yang sesuai serta membantu penyebaran dari satu tempat ke tempat

lainnya (Gullan & Cranston 2010).


Semut sering berkeliaran di dapur dan tempat-temat pengolahan

makanan, tempat sampah dan kotoran sehingga peranan semut yang dalam

dunia kesehatan tidak bisa diabaikan. Semut juga dapat menjadi ancaman

apabila infestasinya tinggi di rumah (Belshaw dan Bolton 1993).


3

Sebagian besar spesies semut dapat beradaptasi dengan lingkungan

pemukiman, jenis tanah, dan karakteristik vegetasi lingkungan tertentu. Kunci

utamanya adalah perilaku makan dan bersarang. Anggapan semut sebagai

hama disebabkan karena distribusi dan perilaku mencari makan. Semut sering

dijumpai di luar ruangan saat kondisi cuaca cerah pada siang hari sehingga

menyebabkan keberadaan semut di dalam ruangan jarang terjadi kecuali jika

di tempat tersebut banyak terdapat makanan. Hal tersebut yang menyebabkan

adanya risiko kesehatan karena semut memiliki kemampuan meyebarkan jasad

renik yang berukuran kecil penyebab penyakit (Ronbinson 1996).


Berdasarkan suvei pendahuluan pada tanggal 21 Agustus 2017 kondisi

di lapangan di kontainer RSUP Dr. Sardjito ditemukan ribuan semut. Populasi

semut ini mencari makananya di sampah yang berada dalam container,

bergerak melalui pipa dan kabel listrik yang mana semut dapat menuju

kebangsal-bangsal, unit-unit atau instalasi lain dan sebaliknya. Seharusnya di

rumah sakit tidak boleh ada semut, karena dengan adanya semut dapat

menjadi vektor tular beberapa penyakit seperti disentri, Salmonella dan

bakteri patogen karena cara mencari makannya di tempat sampah (Kemenkes

RI, 2010).
Pengendalian semut dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti

aplikasi insektisida di sekitar rumah serta pembongkaran dan pemusnahan

sarang semut. Pengendalian semut dapat juga dilakukan dengan cara

pemasangan umpan beracun yang mengandung insektisida yang bersifat

sebagai senyawa mengatur tumbuh serangga (Insec growth regulator).


4

Pengendalian dengan cara ini dapat memusnahkan koloni semut (Lee & Tan

2004).
Insektisida tiametaksam adalah salah satu bahan kimia insektisida

yang digunaka untuk mengendalikan semut. Optigard Ant umpan semut

berbahan aktif tiametoksam dari golongan neonikotinoid. Insektisida golongan

neonikotinoid bekerja secara sistemik, yakni mengganggu sistem kerja saraf

pusat dari serangga hama, efek yang ditimbulkan bisa menyebabkan

kerusakan saraf akut, kelumpuhan bahkan kematian (Vermont Agency of

Agricukture, 2015)
Upaya pengendalian yang telah di lakukan oleh pihak rumah sakit

dalam pengendalian serangga dan binatang penggangu seperti pembunuhan

secara mekanik, pemasangan umpan dan insect proofing. Namun hal demikian

masih di jumpai masalah gangguan semut di kontainer rumah sakit RSUP. Dr.

Sardjito masalah tersebut masih saja terjadi meskipun telah di lakukan dengan

menjaga kebersihan lingkungan, pembunuhan secara mekanik, pasangan

umpan dan edukasi tentang cara pencegahan dan pengendalian semut kepada

petugas.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap semut yang ada

di kontainer rumah sakit RSUP. Dr. Sardjito, salah satu cara yang dapat di

tempuh dengan menggunakan kadar tiametaksam sebagai umpan siap saji

yang disukai oleh semut, semut terangsang untuk datang dan makan hingga

mati, dapat membunuh secara masal, tidak berbau, mudah dipasang, lekat

pada tempat pemasangan tetapi tidak meninggalkan bekas, ekonomis dan

dapat mengendalikan selama 1 bulan.

B. Rumusan Masalah
5

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :


1. Apakah ada pengaruh kadar insektisida tiametaksam terhadap kematian

semut di kontainer RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.


2. Berapakah kadar insektisida tiametaksam yang paling efektif dan efisien

terhadap kematian semut di kontainer RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh penggunaan insektisida Tiametaksam terhadap

kematian semut di kontainer RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.


2. Tujuan Khusus
a) Diketahuinya pengaruh penggunaan insektisida Tiametaksam kadar

80% terhadap kematian semut di kontainer RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.
b) Diketahuinya pengaruh penggunaan insektisida Tiametaksam kadar

90% terhadap kematian semut di kontainer RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.
c) Diketahuinya kadar yang paling efektif dan efisien penggunaan

Tiametaksam terhadap kematian semut di kontainer RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.

D. Ruang Lingkup
1. Materi Penelitian
Bidang kesehatan lingkungan dengan cakupan materi Pengendalian Vektor

Terpadu.
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah semut yang berada di kontainer sampah

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP). Dr. Sardjito Yogyakarta.


3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di kontainer sampah Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP). Dr. Sardjito Yogyakarta.


4. Waktu Penelitian
6

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2018 sampai dengan Februari

2018.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan di bidang

Pengendalian Vektor Terpadu dengan menggunakan insektisida

Tiametaksam terhadap kematian semut di kontainer RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.
2. Bagi Instalasi Pengelola RSUP Sardjito Yogyakarta
Bahan masukan bagi pengelola rumah sakit sehingga dapat menurunkan

populasi semut yang berada di kontainer RSUP Sardjito Yogyakarta.


3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan serta menerapkan

ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dalam pengendalian vektor untuk

menurunkan populasi semut yang berada di kontainer RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.

F. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai “Pengaruh Penggunaan Insektisida Tiametaksam

Terhadap Kematian Semut Di Kontainer Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Dr. Sardjito Yogyakarta“ belum pernah dilakukan dan berbeda dengan

penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini mengacu

pada penelitian sebelumnya, yaitu:


1. (Hidayah, 1999) meneliti tentang “Efikasi Dua Macam Formula

Termitisida Lentrek 400 EC Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes

curvignathus Holmgren)”. Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor Tahun 1999. Penelitian ini menguji

insektisida Lentrek 400 EC terhadap rayap tanah (Coptotermes


7

curvignathusHolmgren). Hasil penelitian menunjukkan insektisida Lentrek

400 EC mempunyai keampuhan (efikasi) dalam mencegah serangan rayap

tanah pada kayu gergajian. Berbeda dengan penelitian yang akan

dilakukan menguji pengaruh penggunaan insektisida tiametaksam terhadap

kematian semut di kontainer rumah sakit umum pusat (RSUP). Dr. Sardjito

Yogyakarta
2. (Zulkarnain, 2006) meneliti tentang, “Preferensi Semut Pemukiman

Terhadap Berbagai Umpan”. Fakultas Pertanian Institusi Pertanian Bogor

Tahun 2006. Penelitian ini menguji preferensi semut pemukiman terhadap

berbagai umpan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa madu, telur dan

tuna adalah tiga jenis umpan yang lebih dipilih oleh semut. Sedangkan

penelitian yang akan dilakukan menguji pengaruh penggunaan insektisida

tiametaksam terhadap kematian semut di kontainer rumah sakit umum

pusat (RSUP). Dr. Sardjito Yogyakarta.


3. (Sodiq & Dwi Martiningsia, 2009) meneliti tentang “Pengaruh Beauverita

Bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina

(F.) Hymenoptera : Formicidae)”. Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional Tahun 2009. Penelitian ini menguji pengaruh

Pengaruh Beauverita Bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 108 spora/ml jamur Beauverita

Bassiana mampu mematikan stadium larva dan pupa predator semut

rangrang. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan menguji pengaruh

penggunaan insektisida tiametaksam terhadap kematian semut di kontainer

rumah sakit umum pusat (RSUP). Dr. Sardjito Yogyakarta.


8

4. (Susanti & Boesri, 2011) meneliti tentang “Aplikasi Insektisida Portafog

3,8 PL (Allethrin 3,8%) Terhadap Serangga Pengganggu Rumah Tangga

dan Vektor Penyakit”. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor

dan Reservoir Penyakit Salatiga Tahun 2011. Penelitian ini menguji

insektisida Portafog 3,8 PL (Allethrin 3,8%) Terhadap Serangga

Pengganggu Rumah Tangga dan Vektor Penyakit. Hasil penelitian

menunjukkan insektisida Portafog 3,8 PL (dosis : 25; 50; 70; dan 100 m 3

ruangan/kaleng) efektif membunuh nyamuk (An. Aegypti, An. Aconitus,

Cx. Quinquefasciatus dan lalat rumah M. Domestica) sedangkan penelitian

yang akan dilakukan menguji pengaruh penggunaan insektisida

tiametaksam terhadap kematian semut di kontainer rumah sakit umum

pusat (RSUP). Dr. Sardjito Yogyakarta.


5. (Subagiya, 2013) meneliti tentang “Kajian Efektifitas Pengendalian Hama

Padi Secara Alami Dengan Semut Predator Yang Bersarang Di Tanah

(Solenopsis geminata (F) )”. Program Studi Agroteknologi, Fakultas UNS

Surakarta Tahun 2013. Penelitian ini menguji efektifitas pengendalian

hama padi secara alami dengan semut predator. Hasil penelitian ini

menunjukkan hama-hama yang berupa larva dari lepidoptera cenderung

rentan terhadap serangan semut predator, dibandingkan hama-hama yang

fase pendewasaannya berupa nimfa sedangkan penelitian yang akan

dilakukan menguji pengaruh penggunaan insektisida tiametaksam terhadap

kematian semut di kontainer rumah sakit umum pusat (RSUP). Dr. Sardjito

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai