Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI KESEHATAN MATRA

“ UPAYA KESEHATAN BAWAH TANAH ”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3

1. Fadila Majid
2. Hana Yesica Surbakti
3. Helna Ariani
4. Kenwari Hawa
5. Mega Dewi Widiyanti
6. Rodat
7. Theresya Sri Yanti

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DIPLOMA IV ALIH JENJANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 61 Tahun 2013 tentang
kesehatan matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan
yang serba berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara. Matra
adalah berpindahnya/perubahan dari satu tempat ke tempat lain yang tidak sama tempatnya
dan berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan manusia dalam lingkungan tersebut.
Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental
terhadap lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup
kesehatan matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan
kedirgantaraan. Kesehatan lapangan meliputi kesehatan haji, kesehatan transmigrasi,
kesehatan dalam penanggulangan korban bencana, kesehatan di bumi perkemahan,
kesehatan dalam situasi khusus, kesehatan lintas alam, kesehatan bawah tanah, kesehatan
dalam penanggulangan keamanan dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam operasi dan
latihan militer di darat. Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi kesehatan pelayaran
dan lepas pantai, kesehatan penyelaman dan hiperbarik, kesehatan dalam operasi dan
latihan militer di laut. Sedangkan kesehatan kedirgantaraan meliputi kesehatan
penerbangan dirgantara dan kesehatan dalam operasi dan latihan militer dirgantara. Salah
satu bagian dari kesehatan lapangan tersebut adalah kesehatan bawah tanah.
Kesehatan bawah tanah merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap
pekerja bawah tanah yang diselenggarakan pada saat persiapan sebelum kegiatan
dilaksanakan, kegiatan operasional dan setelah kegiatan operasional sampai dengan 24
(dua puluh empat) jam.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami tentang Kesehatan Matra Bawah Tanah.
2. Mahasiswa mengetahui berbagai macam upaya kesehatan yang dilakukan pada
kesehatan matra bawah tanah.

C. Manfaat
Menambah ilmu pengetahui tentang Upaya Kesehatan Matra Bawah Tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Kesehatan Bawah Tanah


Upaya kesehatan matra untuk meningkatkan fisik dan mental pekerja bawah tanah
agar mampu bertahan dalam lingkungan yang berubah secara bermakna. Kesehatan bawah
tanah diselenggarakan mulai dari persiapan sebelum melakukan kegiatan dan selama
kegiatan berlangsung dibawah tanah.
1) Perencanaan
Untuk memperoleh perencanaan yang baik diperlukan data atau informasi,
dengan melakukan persiapan-persiapan sumber daya tenaga, sarana, prasarana,
logistik, pendanaannya. Perencanaan meliputi persiapan perencanaan, penyusunan
rencana, kebutuhan fasilitas kesehatan, penyusunan kebutuhan perbekalan kesehatan,
penyusunan rencana pembiayaan.
1) Persiapan perencanaan
Untuk melaksanakan kegiatan persiapan perencanaan perlu tersedia :
a) Data umum pekerja
(1) Umur
(2) Jenis kelamin
(3) Pendidikan
(4) Daerah asal
(5) Agama
b) Data kesehatan pekerja
(1) Kondisi fisik
(2) Penyakit yang pernah atau sedang diderita
(3) Hasil pemeriksaan ulang
(4) Jenis resiko kesehatan matra dilokasi kegiatan
(5) Lama bekerja
2) Penyusunan rencana kebutuhan tenaga
a) Jenis tenaga
(1) Dokter
(2) Perawat
(3) Ahli kesehatan dan keselamatan kerja
(4) Ahli gizi
b) Jumlah
Jumlah untuk masing-masing jenis tenaga yang diperlukan disesuaikan
dengan kebutuhan.
3) Penyusunan rencana kebutuhan fasilitas kesehatan
a) Sarana pelayanan kesehatan antara lain RS, poliklinik
b) Ambulance/evakuasi
4) Penyusunan rencana kebutuhan perbekalan kesehatan
a) Obat-obatan
b) Peralatan medik
c) Peralatan non medik
(1) Pengukuran temperatur
(2) Pengukuran tekanan udara
(3) Pengukuran konsentrasi debu
(4) Pengukuran kondisi ventilasi
(5) Pengukuran kecepatan aliran udara
(6) Pengukuran pencahayaan
(7) Pengukuran kelembaban
(8) Pakaian dan perlindungan kesehatan kerja
5) Rencana pembiayaan
Rencana pembiayaan meliputi :
a) Peralatan medik dan obat-obatran
b) Rujukan/ evakuasi
c) Biaya oprasional petugas
d) Peningkatan sumber daya tenaga kesehatan dan pekerja
e) Biaya peralatan non medik
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian meliputi struktur organisasi, mekanisme kerja dan koordinasi.
1) Struktur organisasi
Organisasi kesehatan bawah tanah dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan penanganan kesehatan bawah tanah. Pemilik dan pengelola kegiatan
bawah tanah menjadi penaggung jawab dari organisasi yang ada.
2) Mekanisme kerja
a) Penanggung jawab
Penanggung jawab upaya kesehatan bawah tanah adalah dinas kesehatan
setempat, dengan pelaksana adalah unit kesehatan pengelola kegiatan bawah
tanah.
b) Peran dan tugas
Penyelenggara kegiatan bawah tanah bertanggung jawab menyiapakan sarana
kesehatan dilokasi, penyediaan tenaga, termasuk penyediaan pelatihan tenaga
kesehatan dan para pekerja.
3) Koordinasi
Penanggung jawab dan pelaksana upaya kesehatan bawah tanah secara rutin
mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
3) Kegiatan operasional
1) Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan dalam kesehatan bawah tanah meliputi :
a) Pemeriksaan kesehatan awal
b) Pemeriksaan kesehatan periodik
c) Penyuluhan
d) Pelatihan
e) Penatalaksanaan pelayanan medik dan keperawatan
f) Higiene dan sanitasi
g) Pengamatan penyakit
4) Pelaksanaan kegiatan
1) Persiapan
Persiapan yang dimaksud adalah penyiapan tenaga kerja bawah tanah dan penyiapan
perbekalan kesehatan :
a) Penyiapan tenaga pekerja bawah tanah
b) Melakukan pemeriksaan awal terhadap setiap tenaga pekerja baru
c) Memberikan pelatihan mengenai cara pencegahan penyakit dan kalau terjadi
secara tiba-tiba kondisi matra yang berubah secara bermakna.
2) Penyiapan pembekalan kesehatan
Pengelola usaha kegiatan bawah tanah harus menyiapkan perbekalan logistik,
terutama untuk menghadapi kondisi matra meliputi :
a) Peralatan medik
b) Obat-obatan sesuai kebutuhan
c) Peralatan untuk perlindungan kalau terjadi kondisi matra seperti tanah longsor,
kecelakaan, semburan gas dan sebagainya.
d) Pelayanan kesehatan bawah tanah
1) Tenaga kerja baru :
a) Pemeriksaan kesehatan, dilakukan terhadap para pekerja yang baru.
Pemeriksaan dilakukan terhadap fisik dan penyakit tertentu yang pernah
diderita pekerja dan atau sedang dideritapekerja yang dapat mengganggu
kegiatan bekerja selama dibawah tanah.
b) Penyuluhan kesehatan
c) Pelatihan gladi penaggulangan matra bawah tanah.
2) Tenaga kerja lama :
a) Pemeriksaan ulang secara priodik
b) Pengobatan penderita
c) Sanitasi
3) Evakuasi kesehatan bawah tanah dilakukan melalui kegiatan :
a) Pengukuran temperatur udara
b) Kondisi ventilasi
c) Kecepatan aliran udara
d) Ukuran jalan udara
e) Jumlah dan mutu udara
f) Lokasi pengukuran aliran udara
g) Laporan pengukuran udara
h) Pengukuran konsentrai debu
i) Perubahan arah atau penyebaran aliran udara
e. Pencatatan dan pelaporan
Seluruh kegiatan kesehatan bawah tanah secara periodik dicatat dan dilaporkan
kepada kepada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat.
1) Pencatatan
a) Kegiatan pelayanan dan rujukan
b) Kejadian penyakit dan kematian
c) Kegiatan pengamatan penyakit
d) Evaluasi kesehatan bawah tanah (seperti ventilasi, udara dan debu)
2) Pelaporan
Hasil kegiatan secara periodik dilaporkan keinstansi kesehatan setempat
(Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota)
f. Pembinaan dan pengawasan
Pembinaan dan pengawasan terhadap kesehatan bawah tanah dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten / kota setempat
1) Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk :
a) Meningkatkan kemampuan dan kemandirian secara teknis dan operasional
pelaksanaan kegiatan kesehatan bawah tanah
b)Terpenuhinya kebutuhan dan meminimalkan kesenjangan kebutuhan
pelayanan kesehatan bawah tanah bagi para pekerja
c) Mekanisme dan tatalaksana kerja dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien sehingga operasionalisasinys berjalan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan
d) Tercapainya keterpaduan seluruh jajaran kerja yang terkait
e) Terselenggaranya koordinasi antara unit yang terkait
2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui :
a) Supervisi dan bimbingan teknis secara terpadu
b) Pemantauan hasil kegiatan secara rutin dan periodik
c) Pembinaan oleh unit tterpadu baik instalasi kesehatan maupun pengelola
usaha kegiatan bawah tanah
d) Pelatihan tenaga kesehatan dalam menangani masalah kesehatan bawah
tanah.
g. Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi mulai tahap persiapan dan pelakasanaan
kegiatan selama dibawah tanah. Hasil pemantauan dan evaluasi digunakan oleh
unit terkait untuk perbaikan program baik kuantitas maupun kualitas pelaporan.
Evaluasi kesehatan bawah tanah dilakukan melalui kegiatan pengukuran udara,
kondisi ventilasi, kecepatan aliran udara, ukuran jalan udara, jumlah dan mutu
udara, lokasi pengukuran aliran udara, laporan pengukuran, pengukuran
konsentrasi debu, perubahan arah, atau penyebaran aliran udara. Pengukuran
temperatur udara dilakukan secara berkala pada tempat bekerja tertentu sesuai
ketentuan yang berlaku, yang pertama 50 meter dari masuknya udara dan tempat
kerja yang terakhir 50 meter dari ujung keluarnya udara. Hasil pengukuran
temperatur udara dimaksud dipertahankan antara 18 – 24 derajat celcius dengan
kelembaban relatif maksimum 85%. Apabila temperatur efektif melebihi 24
derajat celcius maka tempat tersebut harus diperiksa setiap minggu. Kondisi
ventilasi harus diukur sekurang-kurangnya setiap 8 jam selama minimal 15
menit. Pengukuran kondisi ventilasi untuk rata-rata 8 jam harus mengahasilkan
carbonmonoksida volumenya tidak loebih dari 0,0005%, methan (CH4)
0,025%, hidrogen sulfida (H2S) 0,001%, dan oksida nitrat (NO2) 0,0003%.
Pengukuran kondisi ventilasi dalam tenggang waktu 15 menit harus
menghasilkan karbondioksida (CO) tidak boleh lebih dari 0,004% dan Oksida
Nitrat (NO2) tidak boleh lebih dari 0,0005%. Apabila hasil pengukuran kondisi
ventilasi menyimpang dari ketentuan yang dimaksud harus segera dilakukan
perbaikan. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ketempat kerja harus
sekurangkurangnya 0,5 m per detik dan 0,3 m perdetik ditempet lain. Ukuran
jalan harus mempunyai ukuran tertentu. Jalan dan mutu udara yang mengalir
pada masing-masing lokasi atau tempat kerja atau sistem ventilasi harus
ditentukan dengan tenggang waktu yang tidak melebihi satu bulan. Lokasi
penyaluran aliran udara meliputi setiap jalan masuk udara, tempat terbaginya
udara ditempat kerja dan lokasi udara keluar.

B. Tujuan Kesehatan Bawah Tanah


Untuk megantisipasi kemungkinan bahaya kesehatan bagi pekerja dan petugas bawah
tanah (pertambangan) selama melaksanakan kegiatan di bawah tanah.

C. Sasaran
Pekerja Bawah Tanah (Pekerja Tambang)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Upaya kesehatan matra untuk meningkatkan fisik dan mental pekerja bawah tanah
agar mampu bertahan dalam lingkungan yang berubah secara bermakna. Kesehatan
bawah tanah diselenggarakan mulai dari persiapan sebelum melakukan kegiatan dan
selama kegiatan berlangsung dibawah tanah.
2. Upaya-upaya Kesehatan Matra :
 Pemeriksaan kesehatan awal
 Pemeriksaan kesehatan ulang secara periodik
 Penyuluhan kesehatan
 Pelatihan gladi penanggulangan matra bawah tanah
 Pengobatan penderita
 Sanitasi (lingkungan dan personal hygiene)
 Evakuasi

B. Saran
Dalam mengetahui berbagai upaya kesehatan matra bawah tanah maka diharapkan
dapat mengetahui upaya-upaya pencegahan yang akan di hadapi oleh para pekerja bawah
tanah sekaligus dapat menanggulangi kecelakaan dengan upaya – upaya pencegahan dan
pertolongan, sehingga dapat meminimalisirkan korban dalam suatu kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 61 Tahun 2013 Tentang Kesehatan Matra. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal PP-PL Direktorat Sepim-Kesma Subdit


Kesehatan Matra. Jakarta-2006.

Anda mungkin juga menyukai