Seorang wanita berusia 64 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan utama nyeri
seluruh perut sejak dua hari yang lalu. Nyeri dimulai dari ulu hati, kemudian nyeri bertambah dan
menyebar ke seluruh perut. Pasien tampak berkeringat dan lemah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perut kembung dan bising usus menurun. Batas paru hepar
menghilang. Tekanan darah 100/60, frekuensi nadi 110 kali/menit, suhu 38 derajat Celcius.
Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa pasien sering mengeluh nyeri ulu hati sejak satu tahun yang
lalu. Pasien rutin mengkonsumsi Ibuprofen untuk mengurangi nyeri otot dan sendi yang sering
diderita.
Peritonitis adalah kasus bedah yang disebabkan oleh radang pada peritoneum, sebuah mebran serosa
yang "membungkus" rongga perut (cavum abdomen) dan organ-organ penting di dalamnya.
Peritoneum adalah lingkungan steril yang memberikan respon inflamasi terhadap rangsangan
patologis.
Peritonitis infeksi lebih umum didapatkan dalam praktek sehari-hari bila dibandingkan
dengan peritonitis steril. Penyebab peritonitis infeksi dapat dibagi menjadi dua
yaitu peritonitis karena perforasi organ berongga, atau karena "benda lain" yang mengiritasi. "Benda
lain" yang mengiritasi contohnya adalah benda asing, empedu dari kantung empedu yang mengalami
laserasi, atau asam lambung dari lambung yang mengalami perforasi.
Wanita juga mengalami peritonitis terlokalisir yang disebabkan oleh infeksi tuba fallopi atau kista
ovarium yang pecah. Pasien sering menunjukkan gejala akut abdomen, rengan hingga sedang, atau
bahkan dapat mengalami gejala penyakit yang berat dan sistemik disertai syok sepsis.
Peritonitis tersier adalah peritonitis yang tidak secara langsung berkaitan dengan proses patologis
organ dalam. Contoh peritonitis tersier adalah pasien peritonitis primer atau sekunder post-
operative yang sudah dirawat beberapa hari dan tidak menunjukkan tanda-tanda resolusi klinis
(proses pengurangan gejala dan penyembuhan). Biasanya pada peritonitis tersier, terapi antibiotik
dan operasi sudah tidak memberikan respon. Angka resistensi antibiotik sangat tinggi pada peritonitis
tersier.
Peritonitis adalah kegawatdaruratan akut abdomen yang bila mendapat penatalaksanaan yang tepat
sering memiliki outcome klinis yang baik tanpa sequele. Namun, bila dokter tidak mendapat
penatalaksanaan yang appropriate dan adekuat, peritonitis primer atau sekunder dapat berkembang
menjadi peritonitis tersier yang memiliki angka kematian yang tinggi.