Anda di halaman 1dari 13

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA

KELAS VIII SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA 

TAHUN JARAN 2013/2014 

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Gunak Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Akuntansi

Oleh

RINA SRI HARTINI

A 210 100 154

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014
TINIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 - Pabelan Kartasura Telp (0271) 717417 ,Fax : 715448 Surakarta 57102
website: http://www.ums.ac.id Email: ums@ums.ac.id

Surat Persetuiuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir :

Nama : Drs. H. Djalal Fuadi, MM


NIK :216

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan
skripsiltugas akhir dari mahasiswa:
Nama Rina Sri Hartini
NIM A210100 154

Program Studi Pendidikan Akuntansi


Judul Skripsi UPAYA MENINGKATKAN AKTTVITAS BELAJAR IPS MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS
VIII SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA TAHLIN AJARAN
201312014.

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.


Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, Februai2014
Pembimbing
ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI


MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII
SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014

Rina Sri Hartini, A210100154, Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dengan penerapan model
pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran
IPS.
Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VIII SMP Prawira Marta
Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 34 siswa dan subyek
pelaksana adalah peneliti. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi, catatan dilapangan/pada waktu melaksanakan tidakan, lembar
pedoman wawancara, lembar penilaian individu setelah mengikuti pembelajaran,
dokumentasi. Prosedur dalam penelitian ini ada empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan dengan dua siklus
dimana tiap siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan yang bertujuan untuk
memperoleh data peningkatan aktivitas dalam pembelajaran IPS siswa.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebelum tindakan diperoleh rata-rata
tingkat aktivitas siswa sebesar 15%. Pada siklus I tingkat rata-rata aktivitas siswa
meningkat menjadi 51,17%. Pada siklus II tingkat rata-rata aktivitas meningkat
menjadi 84,72%. Hal ini berasrti peningkatan aktivitas siswa mencapai indikator
yakni 85%. Berdasarkan data hasil Penelitian Tindakan Kelas tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Make a Match dapat
meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP
Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini karena model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) mengandung
unsur permainan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara
kognitif maupun fisik.

Kata Kunci: Aktivitas belajar, Model pembelajaran Make a Mtach, dan Pembelajaran IPS
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi


pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan merupakan proses mengubah
tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri
dan berada. Pendidikan adalah menananmkan tingkah laku atau kebiasaan yang
baru. ( Soekidjo, 2003:68)

Pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan


kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek kognitif, apektif, dan psikomotor.
Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber yang berkualitas dengan
segala aspeknya. Dengan demikian perlu diciptakan sistem pembelajaran yang
berkualitas. Sejalan perkembangan masyarakat dewasa ini pendidikan banyak
menghadapi berbagai tantangan, salah satunya berkenaan dengan peningkatan
mutu pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan mengacu
pada tujuan pendidikan nasional Indonesia. Sebagaimana yang tercantum dalam
UU No. 11 tahun 2006 Pasal 4 merumuskan,

Tujuan pendidikan nasional yaitu Mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki
keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
cara memperbaiki proses belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan
suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan karena interaksi pembelajaran
adalah kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi sarana transfer keilmuan
dari guru dengan siswa yang terstruktur dan terencana, sehingga bisa menjadikan
siswa paham akan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Kenyataan dalam pendidikan sekarang ini terdapat banyak masalah yang


dihadapi pada saat proses pembelajaran. Salah satu masalah dari berbagai masalah
yang terdapat dalam proses pembelajaran adalah kurangnya aktivitas belajar siswa.


 
Begitu pula pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di SMP Prawira Marta
Kartasura belum berlangsung dengan sempurna, masih ada beberapa kekurangan
sehingga menyebabkan aktivitas belajar tidak maksimal, seperti pemanfaatan
fasilitas yang ada disetiap ruang kelas yang ada di SMP Prawira Marta belum
maksimal, penggunaan model pembelajaran yang tidak bervariasi, kurangnya
aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai atau kurang tepat


sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS sehingga
siswa tidak dapat dengan mudah memahami dan menguasai materi yang
disampaikan. Maka penggunaan model pembelajaran bagi guru merupakan hal
yang cukup penting dalam peningkatan aktivitas belajar siswa. Memperhatikan
tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggaraan pembelajaran IPS
mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan siswa yang
menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi
kehidupan di masyarakat.

Mengenai rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS


pada siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura, maka salah satu pemecahan
masalah yang dapat dilakukan oleh adalah merubah proses pembelajaran yang
digunakan kearah pembelajaran yang mampu memberi peluang dan mampu
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran yaitu salah
satunya penerapan model pembelajaran Make a Match. Hal ini karena model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) mengandung
unsur permainan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara
kognitif maupun fisik.

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model


pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam
mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura Tahun
Ajaran 2013/2014.


 
LANDASAN TEORI

1. Aktivitas belajar

Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar


adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena itu model pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas
siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi
juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya,
2011:132). Belajar memerlukan aktivitas. Tanpa aktivitas belajar tidak
mungkin berlangsung dengan baik. Menurut Mentessori yang dikutip oleh
Sardiman berpendapat bahwa siswa memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang
sendiri, membentuk sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengamat. Dengan
kata lain siswa yang lebih banyak melakukan aktivitas dalam pembentukan
diri. Sedangkan Roussen menjelaskan bahwa pengetahuan harus diperoleh
dengan pengamatan sendiri. Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri
(Sardiman, 2012:96).
2. Model Pembelajaran Make a Match
Model pembelajaran Make a Match merupakan salah satu jenis dari
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh
Curran (1994). Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suatu yang
menyenangkan (Rusman, 2010:223). Menurut Huda (2013:251), Tujuan dari
model pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut:
1) Pendalaman materi
2) Penggalian materi
3) Edutainment
Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh
mencari pasangan kartu yang meruapakan jawaban/ soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.  Penggunaan
model pembelajaran berpasangan memberikan pengalaman sosial kepada
siswa. Pengalaman belajar dengan model ini akan lebih bermanfaat dan


 
memberi peluang kepada siswa untuk berinteraksi satu sama lain dalam
kelompoknya masing-masing. Siswa dapat saling bertanya, menjawab,
berkomentar dan mendemonstrasikan konsep atau pengetahuan yang diperoleh
dengan siswa lainnya. ( Depdiknas , 2003:14)
Model pembelajaran Make a Match merupakan pembelajaran aktif
yang dapat menghilangkan kejemuan dan tidak menarik terhadap suatu mata
pelajaran serta dapat menimbulkan kegembiraan, menyenangkan, memotivasi
belajar siswa sehingga sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa.
3. Pembelajaran IPS

Menurut Depdiknas (2007:1) mata pelajaran IPS memiliki


karakteristik tertentu, antara lain: (1) IPS merupakan keterpaduan dari
berbagai disiplin ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi dan ekonomi,
(2) Materi bagian IPS terdiri dari sejumlah konsep, prinsip, dan tema yang
berkenaan dengan hakekat manusia sebagai mahkluk sosial (homo socius), (3)
kajian IPS dikembangkan melalui tiga pendekatan utama, yaitu functional
approach. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:

a. Manusia, tempat dan lingkungan.

b. Waktu, berkelanjutan dan perubahan.

c. Sistem social dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP / MTs


(Depdiknas 2006:6 ) antara lain;

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,


sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi , bahkan
bidang humaniora, pendidikan dan agama.


 
b. Kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang


dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

Standart kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut


peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab, akibat,
kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan
masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti
pemenuhan kebutuhan, kekeuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menurut model Stephen


Kemmis dan Robbin Mc.Taggrat dengan model yang diperkenalkan oleh Kurt
Lewin. Karena didalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen /
tahapan antara lain, (Zaenal Aqib, 2007:22 ): Perencanaan (planning), Tindakan/
aksi (acting), Oservasi (observing), Refleksi (reflecting).
Subyek penelitian dalam tindakan kelas ini adalah siswa di SMP Prawira
Marta Kartasura Kelas VIII semester genap Tahun Ajaran 2013/2014 dengan
jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 22 laki-laki dan 12 perempuan. Penelitian
ini direncanakan selama 3 bulan sejak bulan Desember 2013 sampai dengan
Februari 2014 yang terbagi atas 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas 2 kali
pertemuan (4x40 menit). Setiap akhir siklus diadakan refleksi untuk mengevaluasi
pelaksanaan siklus tersebut dan melakukan perencanaan ulang dengan perbaikan
tindakan untuk siklus berikutnya. Data penelitian diperoleh dari:
1.  Data prestasi siswa yaitu nilai ulangan evaluasi sebelum tindakan / nilai pra
siklus
2. Data tentang tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pada
siklus I, siklus II


 
3. Data tentang hasil evaluasi setelah pembelajaran selesai baik pada siklus I dan
siklus II
4. Data tentang sikap siswa terhadap penggunanaan model pembelajaran Make a
Match
Sumber –sumber penelitian antara lain Nara sumber yaitu siswa, guru
dan kolabolator, Peristiwa-peristiwa yang terjadi selama tindakan, Foto / gambar
pada saat terjadinya pembelajaran. Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Lembar observasi, Catatan di lapangan / pada waktu melakukan tindakan,
Lembar pedoman wawancara, Lembar penilaian individu setelah mengikuti
pembelajaran. Untuk mendapatkan data yang valid maka data yang terkumpul
harus dianalisa, yang dikembangkan selama proses refleksi sampai proses
penyusunan laporan. Tehnik analisa data yang digunakan adalah model alur,
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Milles & Huberman
1989 dalam Aqib, 2007).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan sejak tahun 2002, dibawah
yayasan pendidikan Oxford Course Indonesia ini memiliki lingkungan fisik cukup
baik, hal ini diamati dari cara mengatur dan memelihara ruang kelas, ruang-ruang
kerja, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang lain seperti toilet, mushola, dan
kantin. Kerapian dan kebersihan ruang kelas selalu diperhatikan setiap hari.
Ditinjau dari kuantitas dan kualitas guru, SMP Prawira Marta Kartasura
mempunyai 15 orang guru dan karyawan, dengan 9 orang berstatus pegawai tetap,
5 orang berstatus guru tidak tetap dan 1 orang tenaga administrasi. Sebagian besar
guru telah mempunyai pengalaman mengajar selama kurang lebih 6 tahun.
Keadaan ruang kelas di SMP Prawira Marta Kartasura ini secara
kuantitas ada 3 kelas yang terdiri kelas VII sebanyak 1 kelas, kelas VIII sebanyak
1 kelas sedangkan kelas IX sebanyak 1 kelas. Rata-rata banyak siswa setiap kelas
ada 25-35 orang anak. Dan ruangan-ruangan lainnya antara lain: kantor kepala
sekolah, kantor guru, tata usaha yang menjadi satu ruang, perpustakaan yang
menjadi bagian dari SMA dan SMK, masjid, gudang, kamar mandi, dan tempat


 
parkir sepeda / motor. SMP Prawira Marta Kartasura memiliki Visi dan Misi.
Visi, “Lebih Tangguh dan Religius”. Misi, 1) Bertakwa kepada Allah SWT, 2)
Mengoptimalkan dalam KBM, 3) Meningkatkan pengembangan diri, 3) Layanan
bimbingan konseling, 4) Tanggap dan Cerdas dalam menerima perubahan. SMP
Prawira Marta Kartasura juga memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler
diantaranya: Pramuka, Seni Tari, BTA, Band, Teater, Olahraga, Musik,
Conversation, Mading, Pengembangan diri.
Dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler tersebut diharapkan siswa bisa
berprestasi di bidangnya masing-masing dan untuk meningkatkan prestasi siswa
di SMP Prawira Marta Kartasura. Dalam observasi peneliti memperoleh catatan
mengenai kondisi kelas dan belajar IPS siswa kelas VIII. Proses pembelajaran
serta cara mengajar guru masih menggunakan model ceramah dan tanya jawab.
Data dan hasil observasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, data
kondisi awal aktivitas belajar menunjukkan presentasi 15,28%. Data yang
diperoleh dapat dijelaskan bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah yaitu
15,28%. Dari kondisi itu maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengatasi
kondisi tersebut. Data hasil dari observasi yang diperoleh, peneliti mengamati cara
mengajar guru sebelum pelaksanaan tindakan, didapatkan kesimpulan bahwa guru
menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu dengan ceramah
dilanjutkan tanya jawab. Penggunaan model pembelajaran satu arah dan
pembelajaran hanya terpusat pada guru mengakibatkan siswa kurang mandiri
dalam belajar, sehingga mengakibatkan aktivitas belajar siswa yang rendah.

Dengan kondisi yang seperti ini, maka peneliti menawarkan untuk


menggunakan model pembelajaran Make a Match guna untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penerapan model pembelajaran
Make a Match diharapkan mampu mengatasi kondisi ini dan mampu
meningkatkan aktivitas belajar IPS. Alasan dipilihnya model pembelajaran Make
a Match karena teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik, dalam suatu yang menyenangkan. Dengan demikian
aktiviats belajar siswa juga akan lebih meningkat.


 
Pada awal pelaksanaan siklus I peneliti menemukan banyak hambatan
dalam penerapan model pembelajaran Make a Match. Suasana pembelajaran tidak
dapat dikendalikan karena sebagian siswa membuat gaduh saat proses belajar dan
sebagian siswa masih bingung dengan langkah-langkah dalam model
pembelajaran Make a Match, namun hambatan tersebut mendorong peneliti untuk
terus berusaha membuat siswa paham dengan apa yang diterapkan oleh peneliti.
Hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan tindakan menyatakan bahwa aktivitas
siswa dalam pembelajaran IPS masih belum mencapai indikator >85%. Pada
siklus I ini diperoleh rata-rata aktivitas siswa adalah sebesar 51,17 % dari 34
siswa, maka tindakan siklus II perlu dilakukan.
Uji Validitas, hasil tanggapan siswa terhadap penerapan model
pembelajaran Make a Match. Data yang diperoleh pada siklus I berupa data
aktivitas belajar siswa serta data observasi terhadap guru hasilnya dilakukan cros
chek untuk mengetahui kevalidan data yang diperoleh. Cros chek dilakukan antara
pelaksana tindakan sebagai observer dan siswa. Cros chek dengan observasi
dilaksanakan dengan lembar berupa lembar aktivitas belajar siswa siklus I.
Sedangkan cros chek yang dilakukan terhadap siswa yang dilaksanakan dengan
menggunakan lembar tanggapan siswa siklus I dan dari hasil cros chek didapatkan
hasil yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh pada
siklus I valid.
Tindakan kelas siklus II dilaksanakan setelah siklus I selesai
dilaksanakan. Pada tahap ini kemungkinan ada perubahan yang merupakan
perbaikan hasil evaluasi dari pelaksanaan siklus I.  Dalam pelaksanaan siklus II
siswa terlihat antusias dalam melaksanakan model pembelajaran Make a Match,
hal ini terlihat dalam kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Dalam
pelaksanaan siklus II aktivitas siswa lebih meningkat dibandingkan siklus I.
Perubahan demikian bisa dilihat dengan adanya peningkatan aktivitas dalam
proses pembelajaran. Sebagian besar siswa aktif mengajukan pertanyaan,
mengemukakan pendapat, dan menjawab pertanyaan. Hasil siklus II yang
diperoleh setelah dilaksanakan tindakan menyatakan bahwa aktivitas siswa


 
mengalami peningkatan daripada siklus I, ini diperoleh rata-rata aktivitas siswa
sebesar 85,30% dari 34 siswa, maka siklus III tidaklah perlu dilakukan.

Pada proses pembelajaran siklus II tersebut mengalami peningkatan


dikarenakan peneliti sebelumnya menjelaskan lebih rinci dan belajar dari
pengalaman mengajar pada siklus I mengenai langkah-langkah penggunaan model
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti melakukan perbaikan langkah-
langkah pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II ini tidak
menemui hambatan yang berarti. Hal tersebut terbukti pada saat penggunaan
model pembelajran Make a Match siswa cenderung lebih aktif jika dibandingkan
dengan pelaksanaan siklus I.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan dengan dua siklus dimana tiap siklus
dilakukan dalam dua kali pertemuan yang bertujuan untuk memperoleh data
peningkatan aktivitas dalam pembelajaran IPS siswa. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa sebelum tindakan diperoleh rata-rata tingkat aktivitas siswa
sebesar 15%. Pada siklus I tingkat rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi
51,17%. Rata-rata aktivitas meningkat 36,17%. Pada siklus II tingkat rata-rata
aktivitas meningkat menjadi 85,30%. Rata-rata aktivitas siswa dari siklus I ke
siklus II meningkat menjadi 34,13%. Hal ini berarti peningkatan aktivitas siswa
mencapai indikator pencapaian yakni 85%.
Berdasarkan data hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Make a Match
dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP
Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini karena model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) mengandung
unsur permainan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara
kognitif maupun fisik.


 
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


SMP/Mts. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina.. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai