1. Rukmiasih, M.Si
2. Fitriani, S.Pt
Oleh :
Kelompok 1
Adhan
Dias
Sipli
Putri
Sifa
Gepi
Mas e Putri
Ojan
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
A. Persiapan kandang
o Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk persiapan kandang yaitu
sangkar, tempat pakan, tempat minum, tempat pakan, kawat, sapu,
ember, sikat, selang, detergen, air,
o Cara kerja
Pada saat proses persiapan kandang, pertama-tamayang
dilakukan yaitu membersihkan bagian kandang, maupun halaman
disekitar kandang.Pertama siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian keluarkan sangkar dari kandang. Kemudian
bersihkan kandang dengan cara pembersihan kering terlebih dahulu
dengan cara menggunakan sapu, kemudian bersihkan kawat yang
berada di kandang.Siapkan detergen, larutkan dengan air. Kemudian
lakukan pembersihan basah mulai dari kandang, kemudian bersihkan
sangkar yang tadi dikeluarkan, kemudian tunggu hingga kering,
setelah kering masukan kembali sangkar kedalam kandang.
Kemudian bersihkan tempat pakan dan tempat minum, keringkan di
tempat yag terkena sinar matahari, setelah kering simpan tempat
pakan dan tempat minum dan siap untuk digunkkan.
B. Seksing ternak puyuh
o Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada saat seksing yaitu 2
keranjang, dan beberapa ternak puyuh.
o Cara kerja
Pertama-tama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
kemudian keranjang yang kosong diisi dengan beberapa ternak
puyuh, kemudian lakukan seksing dengan cara melihat warna bulu
pada bagian dada, dan pada organ reproduksi, apabila puyuh tersebut
jantan, maka ternak tersebut memiliki foambol, kemudian setelah itu
pisahkan ternak jantan dan betina dalam keranjang yang berbeda.
Kemudian masukan kedalam masing masing rak pada kandang yang
berbeda.
C. Pemotongan paruh
o Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada saat pemotongan paruh
yaitu debeaker, keranjang, vitamin, tempat minum dan ternak puyuh,
o Cara kerja
Pemotongan paruh dilakukan dengan cara pertama, siapkan alat
dan bahan yang akan digunakan. Kemudian hidupkan debeaker atau
alat pemotong paruh.Hitung jumlah ternak puyuh yang ada di dalam
rak, kemudian ambil satu ekor puyuh dan handling dengan benar.
Setelah itu paruh di potong dengan menggunakan debeaker dengan
cara letakkan jempol pada bagian kepala puyuh dan jari telunjuk
pada bagian bawah kepala, agak tarik bagian kepala, lalu letakkan
paruhnya di debeaker, potong paruhnya, jangan ragu.Setelah selesai
puyuh diletakkan di dalam ranjang yang sudah disiapkan, tutup
keranjang tersebut dengan menggunakan triplek.Siapkan vitamin dan
berikan pada puyuh yang sudah dipotong paruh nya sama seperti
pada saat memberikan air minum. Kemudian simpan kembali ternak
puyuh kedalam rak, setelah itu ambil vitamin yang sudah dibuat dan
berikan pada puyuh.
D. Piket Puyuh
o Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakkan yaitu timbangan, baki kecil,
tempat pakan, air, karung, tempat minum, eag tray, dan pakan untuk
puyuh.
o Cara kerja
Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari,
dengan cara pagi diberikan 10 gr, siang 5gr dan sore 5gr, pertama
siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.Bersihkan tempat
minum, kemudian isi dengan air. Sisa pakan ditimbang kemudian
tambahkan dengan pakan yang baru sesuai dengan kebutuhan.
Kemudian masukkan pakan kedalam tempat pakan berikan kawat di
atas pakan. Setelah itu bersihkan kotoran puyuh dan buang kedalam
karung.Timbang dan hitung telur yang di produksi pada hari itu,
kemudian catat hasilnya.
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛
Menghitung FCR Bobot = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛
Menghitung FCR Butir = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛
Menghitung BEP Harga = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛
Menghitung BEP Produk= 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟
Ciri-ciri Umum :
Ciri umum :
B. Pakan
Pakan Cihateup
Rata-rata
Pakan Kering
Konsumsi
Minggu ke- ∑ Cihateup yang
Pakan
diberikan
Kering
1 234 35100 92,15
2 270 40500 89,07
3 271 40650 108,88
4 190 28500 118,93
Total 965 35850
Rata-rata 241,25 8962,5 102,26
Pakan Alabio
Rata-rata
Hari/ Pakan yang
∑ Alabio Konsumsi
Tanggal diberikan
Pakan
Pakan yang kami berikan adalah pakan ayam petelur atau layer dengan
pemberian kering 150 g/e/hari dan diencerkan dengan air sampai berbentuk
pasta dengan KA 50-60%. Akan tetapi dalam data diatas dapat dilihat rata-
rata konsumsi pakan kering dalam 4 minggu yang rata-rata nya 102,26
g/e/hari pada itik cihateup dengan jumlah koloni >30 ekor. Hal ini bisa
dikarenakan pemberian air yang terlalu banyak sehingga membuat pakan
lebih basah dan itik memakan nya lebih cepat kenyang. Dan mengingat sifat
makan itik yang bergerombol sehingga jika beberapa itik berhenti makan
maka yang lainnya akan berhenti makan, sehingga itik tidak makan dengan
maksimal.
Akan tetapi pada itik alabio konsumsi rata rata hampir mendekati 150
g/e/hari yaitu 143,77 g/e/hari. Hampir dalam pemberian setiap hari tidak ada
sisa. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah koloni itik alabio lebih banyak
yaitu >55 ekor sehingga banyak persaingan makan dan mengingat sifat
makan itik yang rakus dan bergerombol.
Dari tabel diatas, kita mengetahui bahwa pemberian pakan yang kita
berikan adalah benar atau pas dengan takaran. Dalam pemberian pakan itik
harus diberi dengan takaran, tidak boleh berlebih sehingga bisa membuang-
buang pakan dan tidak boleh kurang agar mencukupi kebutuhan gizi bagi itik
tersebut.
C. Produksi Telur
Produksi Cihateup
Produksi Telur
Minggu ke- ∑ Cihateup
bobot telur
Butir HD %
Jumlah rataan
1 234 0 0% 0 0
2 270 114 42,22% 0 0
3 271 146 53,87% 0 69,33
4 190 96 50,53% 0 71,22
Total 965 356 0
Rata-rata 241,25 89,00 36,89% 0 70,28
Grafik HD
HD
60%
53.87%
50% 50.53%
42.22%
40%
30%
HD
20%
10%
0% 0%
1 2 3 4
Produksi Alabio
Produksi Telur
Hari/
∑ Alabio
Tanggal bobot telur
Butir HD %
jumlah rataan
05/05/2015 58 0 0 0 0
06/05/2015 58 0 0 0 0
07/05/2015 58 0 0 0 0
08/05/2015 58 8 13,79 0 0
09/05/2015 58 0 0 0 0
10/05/2015 58 5 8,62 0 0
11/05/2015 58 10 17,24 0 0
12/05/2015 58 19 32,76 0 0
13/05/2015 58 0 0 0 0
14/05/2015 58 20 34,48 1300 65
15/05/2015 58 21 36,21 0 0
16/05/2015 58 20 34,48 0 0
17/05/2015 58 22 37,93 0 0
18/05/2015 58 20 34,48 0 0
19/05/2015 58 21 36,21 1500 71,43
Total 870 166 2800 68,21
Rata-rata 58 11,07 19,08 350
Grafik HD
HD
40
37.93
35 36.21 36.21
34.48 34.48 34.48
32.76
30
25
20
17.24
15 13.79 HD
10
8.62
5
0 0 0 0 0 0
Menurut Susanti & Prasetyo (1997) itik Cihateup dapat memproduksi telur
sampai 200 butir/ekor/tahun, sedangkan itik Alabio dan Mojosari masing-
masing dapat mencapai 248,8 dan 238 butir/ekor/tahun. Hal ini dikarenakan
pengembangan dan perbaikan genetik melalui seleksi terhadap itik Alabio dan
Mojosari sudah lebih maju dibandingkan dengan itik Cihateup yang sampai
sekarang belum ada sentuhan seleksi untuk perbaikan genetik ke arah yang
baik.
D.FCR
FCR Cihateup
FCR PAKAN
Produksi Telur KERING
Minggu ∑ JANTAN +BETINA
ke- Cihateup
bobot telur FCR FCR
Butir HD %
jumlah rataan Butir BOBOT
1 234 0 0% 0 0 0 0
2 270 114 42,22% 0 0 210,96 0
3 271 146 53,87% 0 69,33 202,10 1,80
4 190 96 50,53% 0 71,22 235,38 2,54
Total 965 356 0
Rata-rata 241,25 89,00 36,89% 0 70,28 277,19 2,17
FCR Alabio
FCR PAKAN
KERING
Hari/ JANTAN
∑ Alabio
Tanggal +BETINA
FCR FCR
Butir BOBOT
05/05/2015 58 0 0
06/05/2015 58 0 0
07/05/2015 58 0 0
08/05/2015 58 1059,88 0
09/05/2015 58 0 0
10/05/2015 58 1430,63 0
11/05/2015 58 870 0
12/05/2015 58 457,895 0
13/05/2015 58 0 0
14/05/2015 58 369,75 5,69
15/05/2015 58 414,286 0
16/05/2015 58 414,468 0
17/05/2015 58 395,455 0
18/05/2015 58 391,5 0
19/05/2015 58 414,286 5,80
Total 870
Rata-rata 58 753,51 5,74
FCR adalah penentu dari keberhasilan suatu usaha peternakan. FCR adalah
banyaknya nilai atau jumlah pakan yang dikonsumsi untuk dirubah dalam
satu-satuan produksi. Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata FCR butir
277,19 yang artinya untuk membentuk 1 butir telur diperlukan pakan
sebanyak 277,19 gram pakan. Dan rata-rata fcr bobot 2,17 yang artinya
membutuhkan 2,17 gr pakan untuk membentuk 1 gram telur. Nilai rataan fcr
bobot 2,17 dengan rataan bobot telur 70,28 gram ini sangat bagus tentunya
dibandingkan dengan fcr bobot itik laiinnya.
Dan rataan FCR butir itik alabio 753,51 yang artinya untuk membentuk 1
butir telur diperlukan pakan sebanyak 753,51 gram pakan. Dan rata-rata fcr
bobot 5,74 yang artinya membutuhkan 5,74 gr pakan untuk membentuk 1
gram telur. Hal ini termasuk buruk dikarenakan kita akan mengalami
kerugian jika nilai FCR kita semakin besar. Berbeda dengan FCR itik
cihateup yang relatif jauh lebih kecil yang dikarenakan konsumsi yang sedikit
akan tetapi menghasilkan produk yang dengan jumlah yang lebih banyak dan
bobot telur lebih tinggi.
Produksi telur itik silang Mojosari dan Alabio yang dikenal dengan itik
MA mencapai 69,4% atau 253 butir selama 365 hari dengan mutu pakan yang
baik. Itik tersebut menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan pakan yang
diukur dengan Feed Conversion Ratio (FCR) 4,10 dengan rataan bobot telur
69,7 g/butir (KETAREN dan PRASETYO, 2000). KETAREN dan
PRASETYO (2002) melaporkan bahwa efisiensi penggunaan pakan itik
petelur selama empat bulan produksi pertama dapat diperbaiki dari 5,67
(KETAREN dan PRASETYO, 2000) menjadi 2,88 dengan memberi pakan
bentuk pelet pada tingkat konsumsi pakan sebanyak 154 g/ekor/hari.
E. BEP
BEP Itik Cihateup
BEP
Produksi Telur
Minggu
∑ Cihateup
ke- bobot telur Harga Produksi
Butir HD %
jumlah rataan
Rp
1 234 0 0% 0 0 22
-
Rp
2 270 114 42,22% 0 0 2.132 23
Rp
3 271 146 53,87% 0 69,33 1.671 24
Rp
4 190 96 50,53% 0 71,22 1.781 23
Rp
965 356 0 337
Total 927
Rp
241,25 89,00 0 23
Rata-rata 36,89% 70,28 927
BEP
Produksi Telur
Hari/
∑ Alabio
Tanggal bobot telur Harga Produksi
Butir HD %
jumlah rataan
05/05/2015 58 0 0 0 0 Rp - 22
06/05/2015 58 0 0 0 0 Rp - 23
07/05/2015 58 0 0 0 0 Rp - 24
08/05/2015 58 8 13,79 0 0 Rp 6.525 23
09/05/2015 58 0 0 0 0 Rp - 23
10/05/2015 58 5 8,62 0 0 Rp 10.440 23
11/05/2015 58 10 17,24 0 0 Rp 5.220 24
12/05/2015 58 19 32,76 0 0 Rp 2.747 22
13/05/2015 58 0 0 0 0 Rp - 23
14/05/2015 58 20 34,48 1300 65 Rp 2.610 23
15/05/2015 58 21 36,21 0 0 Rp 2.486 23
16/05/2015 58 20 34,48 0 0 Rp 2.610 23
17/05/2015 58 22 37,93 0 0 Rp 2.373 23
18/05/2015 58 20 34,48 0 0 Rp 2.610 23
19/05/2015 58 21 36,21 1500 71,43 Rp 2.486 23
Total 870 166 2800 68,21 Rp 4717 337
Rata-rata 58 11,07 19,08 350 23
BEP atau biasa kita sebut titik impas adalah acuan dalam berwirausaha dalam
penentuan harga dan menentukan target produksi.di atas terdapat 2 jenis BEP,
yaitu BEP Harga dan BEP Produk. BEP Harga didapat dari hasil membagikan
Biaya Pakan dengan Produksi Telur dan BEP Produk didapat dari membagikan
Biaya Pakan dengan Harga Telur Itik. Dari data diatas dapat dilihat rataan BEP
Harga itik Cihateup berkisar Rp 927,- dan rataan BEP Harga Itik Alabio adalah
Rp 4717,- yang artinya jika kita ingin mendapatkan balik modal dari biaya pakan
yang kita keluarkan, minimal kita harus menjual telur itik alabio dan cihateup
dengan harga segitu, dan jika menginginkan keuntungan maka kita harus menjual
lebih dari nilai tersebut. Dan dari data diatas dapat dilihat juga rataan BEP Produk
itik Cihateup berkisar 23 dan rataan BEP Harga Itik Alabio adalah 23. Artinya
jika mengingkan balik modal atau tidak rugi maka kita harus memproduksi
minimal 23 butir telur setiap harinya mengingat produk yang kita jual adalah
telur. Dan jika produksi lebih dari itu maka kita akan mendapat keuntungan.
F. IOFC
IOFC Itik Cihateup
Produksi Telur
Pakan Kering
∑ Cihateup IOFC Biaya Pakan pendapatan
yang diberikan bobot telur
Butir HD %
jumlah rataan
Rp Rp
234 35100 0 0% 0 0 -Rp210.600
210.600 -
Rp Rp
270 40500 114 42,22% 0 0 Rp30.600
243.000 273.600
Rp Rp
271 40650 146 53,87% 0 69,33 Rp106.500
243.900 350.400
Rp Rp
190 28500 96 50,53% 0 71,22 Rp59.400
171.000 230.400
Rp Rp
965 35850 356 0 -Rp14.100
215.100 854.400
Rp Rp
241,25 8962,5 89,00 0 -Rp3.525
36,89% 70,28 53.775 4.800
IOFC adalah pendapatan yang kita dapat tanpa biaya pakan. IOFC dapat
dicari dari pendapatan penjualan produk kuta dikurangi dengan biaya pakan yang
sudah dikeluarkan. Dari data diatas dapat dilihat IOFC yang didapat dari
pemeliharaan itik cihateup selama ini adalah –Rp 14.100,- dan pada pemeliharaan
Itik Alabio mendapat –Rp 384.600,-. Hal ini tentunya sangat buruk jika memulai
usaha sebagai peternak, walaupun nilai minus nya sedikit pada pemeliharaan itik
cihateup tetapi tetap saja kita akan mendapat rugi, dan jika suatu usaha tersebut
diteruskan maka akan tinggal menunggu bangkrut saja.
3.2. Pemeliharaan Entok
A. Profil Entok
Entok atau Mentok atau nama lainn ya Itik Manila / Itik Serati adalah
ternak yang berasal dari benua Amerika tropis yaitu Meksiko, Amerika Tengah
dan Amerika Selatan. Nama latin entok adalah Cairina moschata.. Di luar negeri
entok biasa disebut Muscovy Duck. Entok pertama kali datang ke Indonesia
dibawa oleh bangsa Portugis. Sebelum sampai ke Indonesia dibawa terlebih
dahulu ke Manila Filipina sehingga entok terkenal dengan nama Itik Manila.Pada
dasarnya entog merupakan hewan daerah tropis, namun entok dapat beradaptasi
dan hidup disuhu sampai 12 º C.Biasanya entok diternakkan untuk pengambilan
dagingnya.
Ciri-Ciri Entok :
• Kepala besar, pada kepala sebelah kiri dan kanan terdapat gumpalan
• kulit atau kutil berwarnamerah terang.
• Paruh pendek, sempit dan mendatar berwarna kekuningan
• Leher pendek dan besar
• Dada lebar dan besar
• Kaki pendek, kuat berwarna jingga kekuningan
• Sayap panjang dan kuat
• Bulu-
bulu, umumnya berwarna hitam bercampur biru, ada juga yangdominan p
utih
• Di alam liar, mereka dapat terbang jauh.
• Ekor lebar dan pendek
• Badan besar dan mendatar ,Kuku panjang dan tajam ,Kulit tubuh kuning
• Pada pangkal paruh bagian atas terdapat daging tumbuh
Di Indonesia entok banyak disilangkan dengan itik dengan tujuan adaptasi serta
memperbaiki kualitas perdagingan itik-itik lokal Indonesia.Silangan entok di
Indonesia :
Untuk mencegah entok dewas kabur dari kandang satu ke kandang lain maka
perlu dilakukan potong syap primer untuk mencegah hal tersebut dan untuk
mempermudah dalam penanganan juga.
B. Pakan
Pemberian Pakan Kering : 100 gr/ekor/hari
Dicampur air sampai pasta, rata-rata KA : 53,03 %
Rata-rata konsumsi pakan :
Kandang 3 : 93,52 gr/ekor/hari
Kandang 1 : 97,32 gr/ekor/hari
Dari data diatas dapat dilihat bahwa konsumsi pakan entok berkisar ±95
g/e/hari dengan pemberian 100 gr/e/ hari dengan campuran pakan 50% dedak dan
50% ayam penampungan. Pada pemeliharaan entok, pemberian pakan tidak
memiliki syarat tertentu karena tujuan pemeliharaan untuk memperoleh
perdagingan yang baik.Pemberian pakan pada entok secara umum diberikan
secara adlibitum. Pemberian air minum pada entok juga diberikan secara
adlibitum.
C. BEP Produk
BEP produk diperoleh dari hasil bagi antara biaya pakan dan harga telur.
BEP Produk diatas dapat menunjukkan kita target minimum produksi telur kita
jika ingin mendapat balik modal atau tidak rugi. Dari data diatas didapat BEP
Produk total sebanyak 47 butir / mg untuk kandang 1 dan kandang 3. Maksudnya
kita harus minumum memproduksi sebanyak 47 butir telur entok per minggu
untuk menutupi biaya pakan yang sudah diberikan. Jika produksi lebih dari itu
maka kita akan mendapatkan untung.
Yang dimaksud dengan periode starter yaitu itik yang berumur 1 hari yang
dikenal dengan sebutan DOD (day old duck) hingga itik umur 2 bulan. Dalam
pemeliharaan DOD hal hal yang harus diperhatikan adalah menjaga indukan
supaya bisa menghangatkan DOD dan jangan sampai telat memberikan pakan.
Dan yang perlu diperhatikan lagi pada saat peralihan pemberian ransum.
Penyesuaian ransum harus di lakukan agar suapaya DOD tidak kaget akan
perubahan ransum, karena sistem pencernaan DOD masih belum stabil.
B. Pakan DOD
Pakan DOD yang diberikan adalah pakan komersil BR511 dan dedak
dengan formula :
C. Pertumbuhan DOD
1200
146
1000 147
149
800
151
600 152
400 153
157
200
168
0 1
1 2 3 4 5 6
2
minggu
Pada pemeliharaan entog muda, pakan yang diberikan selalu habis tanpa
tersisa. Hal ini merupakan faktor yang menyebabkan grafik pertumbuhan entog
selalu naik. Dengan pertumbuhan bobot badan yang tinggi dalam perharinya,
entog digunakan sebagai ternak yang di manfaatkan dagingnya. Pada entog nomor
157 mengalami penurunan bobot badan yang sangat drastis, kemungkinan
terjadinya sistem herarki dalam mengonsumsi pakan bersama kelompoknya pada
saat itu sehingga ternak tersebut tidak kebagian pakan dengan sesuai
kebutuhannya.
3.4 Pemeliharaan Puyuh
A. Profil Puyuh
Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi,
ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Burung puyuh merupakan
burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.
Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail,
Colinus Virgianus sedangkan di China disebut dengan Blue Breasted Quail,
Coturnix Chinensis (Tetty, 2002). Masyarakat Jepang, China, Amerika dan
beberapa negara Eropa telah mengkonsumsi telur dan da gingnya karena burung
puyuh bersifat dwiguna. Burung puyuh terus dikembangkan keseluruh penjuru
dunia, sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak
tahun 1979 (Progressio, 2003).
Menurut Pappas (2002), klasifikasi zoologi burung puyuh adalah sebagai berikut
:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianidae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix coturnix japonica
B. Pakan
Pakan yang diberikan adalah pakan ayam petelur atau layer dengan
pemberian 20gr/ekor/hari dikarenakan puyuh yang kami pelihara memasuki fase
prelayer. Dari data diatas dapat dapat dilihat konsumsi pakan perhari berkisar
antara 15-20 gr/ ekor/ hari. Pemberian pakan puyuh masa produksi harus benar-
benar diperhatikan dengan teliti. Sebab pemberian pakan yang berlebihan tidak
akan meningkatkan produksi justru merupakan suatu pemborosan. Burung puyuh
membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang berbeda pada tiap periode.
Pada periode starter minimal kandungan protein kasar 24 % dan energi
termetabolis 2900 Kkal/kg. Pada periode grower minimal kandungan protein
kasar 20 % dan energi termetabolis 2700 Kkal/kg. Pada periode layer minimal
kandungan protein kasar 22 % dan energi termetabolis 2900 Kkal/kg (SNI, 1995).
Pada masa pertumbuhan, protein digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yaitu
membentuk otot, kuku, sel darah dan tulang te tapi pada masa bertelur protein
tidak lagi digunakan untuk menyusun jaringan tubuh tetapi lebih digunakan untuk
materi penyusun telur dan sperma (NRC, 1994).
C. Produksi Telur
Dari data diatas dapat dilihat produksi puyuh meningkat dari minggu
pertama-sampai minggu ke 4 selanjutnya mengalami naik turun sampai minggu ke
11 dan mengalami puncak produksi pada minggu ke 7. Burung puyuh merupakan
salah satu jenis unggas yang cukup produktif (Sunarno, 2004), dapat bertelur
sebanyak 300 butir/tahun (Helinna dan Mulyantono, 2002). Produksi telur yang
optimum dapat ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu breeding, feeding dan
management
D. FCR
FCR Bobot
Dari data di atas dapat dilihat FCR bobot puyuh pada minggu pertama
sangat tinggi >70 dan pada minggu berikunya turun sehingga berkisar antara 5-10
pada minggu ke 3 sampai minggu ke 11. Pada minggu pertama FCR Bobot tinggi
diakibatkan oleh puyuh kelompok kami masih sedikit yang sudah masuk fase
bertelur, sehingga telur yang di produksi oleh puyuh kelompok kami masih
sedikit. Pada minggu ke 7 FCR bobot sangat kecil dikarenakan pada saat itu
terjadi puncak produksi dari puyuh kami.
Dari data di atas dapat dilihat FCR butir puyuh pada minggu pertama
sangat tinggi >700 dan pada minggu berikunya turun sehingga berkisar antara 50-
100 pada minggu ke 3 sampai minggu ke 11. Pada minggu pertama FCR Bobot
tinggi diakibatkan oleh puyuh kelompok kami masih sedikit yang sudah masuk
fase bertelur, sehingga telur yang di produksi oleh puyuh kelompok kami masih
sedikit. Pada minggu ke 7 FCR bobot sangat kecil dikarenakan pada saat itu
terjadi puncak produksi dari puyuh kami.
Makund (2006) menyatakan bahwa, pemberian pakan pada umur 9-19
minggu dengan kandungan energi 2700 Kkal/kg konversi pakannya adalah 3,43,
sedangkan pada kandungan energi 2900 Kkal/kg konversi pakan tidak berbeda
yaitu 3,34. Sumbawati (1992) mela porkan bahwa, pada puyuh petelur umur 10-
20 minggu pada penggunaan beberapa tingkat zeolit dengan tingkat protein
dalam ransum burung puyuh dapat mengkonsumsi pakan sebanyak 109,69-
135,59 g/ekor/minggu dengan konversi pakan 3,00-3,61.
E. BEP
BEP Harga
BEP Produk
Dari data diatas dapat dilihat rataan BEP Harga selama pemeliharaan Rp
1450,- yang artinya jika kita ingin mendapat kembali modal atau tidak mendapat
rugi maka kita harus menjual telur puyuh dengan harga Rp 1.450,-/butir. Dan
rataan BEP Produk adalah 60 butir maksudnya jika kita ingin mendapat kembali
modal atau tidak mendapat rugi maka kita harus memproduksi telur puyuh
sebanyak 60 butir per minggu.
F.IOFC
4.1 Kesimpulan
Helinna dan Mulyantono. 2002. Bisnis puyuh juga bertumpu pada DKI. Majalah
Poultry Indonesia. Edisi Juli.
Makund, K,M, et al. 2006. Response of laying japanese quail to dietary calcium
levels at two levels energy. The Journal of Poultry Science, 43 : 351-356,
2006
PRASETYO, L.H. dan T. SUSANTI. 1997. Persilangan timbal balik antara itik
Tegal dan Mojosari: I. Awal pertumbuhan dan awal bertelur. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 2(3):152-156.
Sunarno. 2004. Potensi Burung Puyuh. Majalah Poultry indonesia Edisi Pebruari
hal.61.
Tetty. 2002. Puyuh Si Mungil Penuh Potensi. Agro Media Pustaka. Jakarata.
Wahju, J. 1992. Budidaya Aneka Unggas. Cetakan III. Gadjah Mada University