Pembuatan corned:
Alat:
1. Timbangan
2. Panci Presto
3. Sodet Kayu
4. Kompor
Bahan:
1. Daging 1Kg
2. 5 g sendawa
3. 30 g garam dapur
4. 25 g gula pasir
5. 5 g merica
6. 5 g pala bubuk
7. 3-4 buah tomat
8. 2 sdm susu fullcream
9. 10 siung bawang merah.
Kesukaan: 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Normal 4. Suka 5. Sangat suka
Berat awal
340 gr 340 gr 375 gr 386 gr 357 gr
dan bumbu
Berat
sebelum 95 gr 118 gr 111 gr 113 gr 123 gr
diolah
Berat setelah
118 gr 122 gr 113 gr 115 gr 179 gr
diolah
Uji hedonik 3 3 3 3 3
Kornet merupakan salah satu produk olahan daging yang telah lama
dikenal dan disukai oleh masyarakat. Produk ini merupakan salah satu upaya
untuk membuat umur simpan daging menjadi lebih lama. Namun, dalam
pengolahannya harus tetap memperhatikan prosedur yang telah ditetapkan oleh
instansi terkait agar hasilnya maksimal dan tidak membahayakan kesehatan.
Produk daging yang berupa kornet ini telah banyak dipasarkan diberbagai
wilayah, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Oleh karena itu,dalam
pengolahannya tidak boleh sembarang dalam menjaga mutu dan citarasanya.
Untuk mengetahui mutu dan citarasa kornet yang telah dihasilkan dilakukan
pengujian organoleptik yang meliputi uji mutu hedonik dan uji hedonik.
Sementara itu, proses curing ini juga telah membuat tekstur daging menjadi
lembut. Tekstur daging yang lembut ini merupakan dampak positif dari proses
curing. Hal ini didukung oleh Soeparno (1994) yang mengatakan bahwa
maksud curing antara lain untuk mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur
dan kelezatan yang baik, dan untuk mengurangi pengerutan daging selama
processing serta memperpanjang masa simpan produk daging. Berdasarkan hasil
praktikum, dapat kita lihat bahwa setelah mengalami proses curing kekenyalan
daging menjadi agak kenyal. Kekenyalan ini tentunya masih terkait dengan
tekstur yang dimiliki oleh daging setelah dicuring. Tekstur dan kekenyalan akan
berkorelasi positif.
Selanjutnya, adalah warna daging. Warna pada daging hasil curing diperoleh
hasilnya adalah agak cerah. Seperti yang telah dinyatakan oleh Soeparno (1994)
bahwa maksud curing antara lain untuk mendapatkan warna yang stabil, aroma,
tekstur dan kelezatan yang baik, dan untuk mengurangi pengerutan daging selama
processing serta memperpanjang masa simpan produk daging. Berkat adanya
proses curingtersebut, kecerahan warna daging masih dapat dipertahankan,
walaupun tidak sempurna. Ketidaksempurnaan warna daging mungkin juga
dipengaruhi oleh lamanya waktu dalam proses curing. Seperti pada praktikum
sebelumnya, karena proses curingkurang lama mengakibatkan warna daging
menjadi gelap (proses curing tidak dapat mempengaruhi warna).
Warna daging yang menarik (cerah) tentunya bertujuan untuk meningkatkan
ketertarikan konsumen untuk membeli produk daging tersebut. Pernyataan ini
diperkuat oleh pernyataan Guidi et al. (2006) yang menyatakan bahwa warna pada
makanan, terutama pada produk daging merupakan sebuah parameter kuat yang
mempengaruhi pilihan konsumen. Selain itu, keberhasilan komersial pada produk
daging dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain harga, promosi (pengenalan),
dan karakterustik organoleptik (bau, warna, dan tenderness). Dari pernyataan
tersebut dapat dapat diketahui bahwa warna memiliki peranan yang sangat penting
pada minat konsumen terhadap produk daging, sehingga dalam melakukan
pengolahan harus sangat memperhatikan hal tersebut. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa proses curing akan membawa dampak positif terhadap
penampilan daging tetapi harus memperhatikan beberapa faktor antara kualitas
daging, proporsi bumbu-bumbu (sendawa, gula, dan garam), dan lamanya
proses curing.
Uji mutu hedonik selanjutnya dilakukan terhadap kornet yang memberikan hasil
sebagai berikut: aroma khas (2), tekstur lembut (4), dan warna cerah (2),
sedangkan pada parameter kekenyalan tidak dinilai. Aroma khas pada kornet
menurut penilaian dari para panelis merupakan respon terhadap daging yang telah
diolah menjadi kornet dengan penambahan berbagai bumbu (rempah-rempah),
antara lain pala, merica, bawang merah, susu, tomat, dan penyedap. Sehingga,
dapat diketahui bahwa secara umum penambahan bumbu-bumbu tersebut dapat
meningkatkan aroma dan citarasa daging. Bawang merah biasa digunakan sebagai
bahan penyedap sehari-hari yang disukai karena aroma yang khas (Sunarjono,
1995). Merica/lada biasa ditambahkan pada bahan makanan sebagai penyedap
karena memiliki dua sifat penting yaitu rasanya yang pedas dan aromanya yang
khas. Pemberian tomat berfungsi sebagai penambah aroma khas pada kornet
(Zeitsev et al., 1969).
Selain melakukan uji mutu hedonik, dilakukan pula uji hedonik tetapi hanya pada
kornet. Hal ini karena uji hedonik tersebut untuk melihat tingkat kesukaan
konsumen, sehingga melibatkan indra pengecapan. Sementara itu, uji hedonik
tidak dilakukan terhadap daging curing karena masih mentah, sehingga tidak
dapat dicicip. Berdasarkan hasil uji hedonik, secara umum panelis suka terhadap
rasa, aroma, tekstur, dan warna dari kornet. Rasa, aroma, tekstur, dan warna ini
tentunya merupakan pengaruh dari proses pengolahan, baik proses curing maupun
pada saat pengolahan daging. Rasa dan aroma yang disukai oleh panelis
merupakan dampak dari penambahan bumbu-bumbu, seperi gula, garam, pala,
merica, susu, bawang merah, tomat, dan penyedap rasa. Hal inilah yang membuat
rasa dan aroma kornet menjadi khas dan disukai oleh panelis. Selain itu, dapat
diketahui bahwa secara umum panelis menyukai tekstur kornet yang lembek dan
warnanya yang cerah. Sehingga penyataan Guidi et al. (2006) bahwa warna
merupakan parameter kuat yang mempengaruhi pilihan konsumen memang benar
dan telah dibuktikan dalam praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifudin, R. 1993. Bandeng Presto, Kumpulan Hasil-hasil Penelitian
Pascapanen Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Taknologi daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.