Anda di halaman 1dari 2

Melongok Hari Libur Keagamaan di Tahun 2018

Halo, Tahun 2008 eh 2018 sudah datang. Jika anda membaca tulisan saya, pasti anda akan berpikir
pasti saya ikut menulis tentang resolusi. Anda tidak sepenuhnya benar karena di sini saya memang
menulis tentang resolusi tapi akan lebih berfokus kepada kemungkinan saya untuk jalan-jalan.

Nah, jika berbicara kemungkinan jalan-jalan, maka pastinya yang harus dilakukan adalah melihat
tanggal merah atau hari libur. Beruntunglah kita hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
beraneka ragam agama sehingga ada kemungkinan untuk dapat jatah libur saat hari suci atau hari
raya keagamaan berlangsung. Enam agama yang diakui di Indonesia, Islam, Kristen Protestan, Kristen
Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu memiliki hari raya masing-masing. Sebagai agama
mayoritas, Islam memiliki hari raya terbanyak untuk dijadikan hari libur. Disusul Kristen (Protestan
dan Katolik), serta Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu yang masing-masing memiliki 1 hari libur untuk
merayakan hari besarnya.

Lantas, apakah Islam merupakan agama dengan hari raya terbanyak yang bisa dijadikan hari libur di
dunia di tahun 2018 ini?

Ternyata tidak. Agama Hindu ternyata memiliki jumlah hari raya terbanyak dibandingkan dengan
agama-agama lain di dunia. Menurut laporan dalam Majalah Nat Geo edisi terbaru, umat Hindu yang
dipeluk sekitar 1 milyar penduduk dunia memiliki 39 hari raya dalam tiap tahun. Hari raya ini
mencakup hari ulang tahun dan tonggak sejarah dewa, perayaan perubahan musim, panen, hingga
fase bulan. Salah satu hari raya umat Hindu yang cukup meriah adalah hari Deepawali yang
dirayakan selama lima hari berturut-turut. Umat Yahudi, yang dipeluk hanya sekitar 15 juta
penduduk dunia, menjadi umat beragama yang memiliki hari raya terbanyak kedua. Ada sekitar 33
hari raya agama Yahudi yang diperingati oleh umat yang menjadi mayoritas di negara Israel ini.
Namun, kitab Taurat hanya mewajibkan pada 5 hari raya tersuci. Salah satunya adalah hari Yom
Kippur atau hari raya perdamaian.

Umat Sikh menjadi umat bergama dengan hari raya terbanyak ketiga di dunia dengan 26 hari. Umat
Kristen, baik Protestan, Katolik, Ortodoks, dan beberapa denominasi lainnya berada di urutan
keempat dengan 12 hari raya. Di posisi kelima ditempati oleh agama Baha’i yang berada di posisi
kelima dengan 11 hari raya kegamaan. Umat Islam sendiri berada di posisi keenam dengan 7 hari
raya kegamaan, meski ada pula hari besar lain seperti hari Nuzulul Quran, Asyura, dan Hari Raya
Tasyrik yang tidak dijadikan hari libur nasional. Umat Taoisme memiliki 4 hari raya kegamaan.
Sedangkan, umat Buddha dan Kong Hu Cu memiliki masing-masing 3 hari raya keagamaan.
Bagi kebanyakan negara, terutama negara yang memiliki heterogenitas agama dengan cukup
kompleks, menyusun jadwal libur hari raya keagamaan bukanlah hal yang mudah. Banyak negara
menggunakan kalender Masehi untuk menetapkan hari liburnya versi mereka sendiri. Ada juga yang
menggunakan kalender unik untuk menetapkan hari libur tersebut. Salah satunya adalah negara
Tiongkok yang menggunakan kalender lunar dalam menyusun hari liburnya. Kalender ini berjalan
menurut siklus 60 tahun sekali. Sebagai negara majemuk, India menggunakan beberapa kalender
untuk menyusun hari liburnya. Dan tentunya, negara Arab Saudi dan tumur tengah lainnya
mengunakan kalender Hijriyah sebagai acuan hari libur di samping kalender Masehi.

Banyak pertimbangan untuk menjadikan hari raya keagamaan sebagai hari libur nasional.
Pertimbangan populasi keagamaan, masalah politik, sosial budaya, hingga ekonomi menjadi dasar
sebuah hari raya bisa dijadikan hari libur nasional. Hal ini pernah terjadi di negara kita saat terjadi
kontroversi hari raya Imlek mulai dijadikan hari libur nasional. Presiden Gus Dur akhirnya
menetapkan Imlek sebagai hari libur resmi di Indonesia. Sungguh, penetapan Imlek ini membuat
saya semakin kagum dengan Gus Dur.

Yang unik, hari libur sekarang biasanya dimulai dari matahari tenggelam sampai keesokan harinya.
Peraturan ini banyak berlaku di beberapa negara sejak penetapan batas penanggalan internasional
di sekitar Samudra Pasifik. Meski begitu, banyak juga negara yang menggeser jadwal hari liburnya
bertepatan dengan akhir pekan untuk menunjang produktivitas ekonomi. Tentu, dengan kebebasan
bagi umat merayakan untuk melakukan cuti pada saat hari raya keagamaan mereka berlangsung.

Nah, apa jadinya jika keenam agama di Indoenesia memiliki hari raya yang berututan dalam satu
minggu? Apakah hal itu mungkin dan lebih asyik dibandingkan terpisah-pisah? Yang jelas, kita buka
Doraemon yang memiliki alat untuk mengatur tanggal merah sesuka hati kita. Kecuali, kalau anda
tak memiliki pekerjaan khusus yang bisa sekenanya memerahkan tanggal untuk berlibur untuk diri
sendiri.

Sekian. Selamat menjadwalkan rencana berlibur di tanggal-tanggal merah.

Anda mungkin juga menyukai