Anda di halaman 1dari 8

BUPATI PASURUAN

PERATURAN BUPATI PASURUAN


NOMOR TAHUN 2014

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN RETRIBUSI PENGELOLAAN PELAYANAN


PEMAKAMAN DI KABUPATEN PASURUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN,

Menimbang : bahwa sehubungan dengan telah disahkannya Peraturan Daerah


Kabupaten Pasuruan Nomor Tahun 2014 tentang Retribusi
Pengelolaan Pelayanan Pemakaman di Kabupaten Pasuruan, maka
perlu pengaturan tentang Pedoman Pelaksanaan Retribusi
Pengelolaan Pelayanan Pemakaman di Kabupaten Pasuruan
dengan Peraturan Bupati.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang


Pemerintahan Daerah Kabupaten di Djawa Timur
(Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965;
2. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran
Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor
76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun
2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5049);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang
Perwakafan Tanah Milik (Lembaran Negara Tahun
1977 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3107);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3258)sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010
(Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5145);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 09 Tahun 1987 tentang
Penyediaan dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan
Tempat Pemakaman;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4578);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4593);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4609 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008
(Lembaran Negara Tahun 2008, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4855);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4738);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang

2
Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 119);
18. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah
Milik;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
22. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun
1989 tentang Pedoman Penyediaan dan Penggunaan
Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman;
23. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 4
Tahun 2008 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasuruan
(Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 2008
Nomor 04);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor Tahun
2014 tentang Retribusi Pengelolaan Pelyanan
Pemakaman (Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan
Tahun 2014 Nomor );

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN


PELAKSANAAN RETRIBUSI PENGELOLAAN PELAYANAN
PEMAKAMAN DI KABUPATEN PASURUAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pasuruan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pasuruan.
3. Bupati adalah Bupati Pasuruan.
4. Pejabat adalah Pejabat yang ditunjuk Kepala Daerah.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah yang menangani retribusi pelayanan pemakaman.
6. Makam adalah tempat untuk menguburkan mayat atau jenazah.

3
7. Pemakaman adalah serangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan
administrasi pemakaman, pengaturan lokasi makam,
pengkoordinasian dan pemberian bimbingan atau petunjuk serta
pengawasan terhadap pelaksanaan pemakaman.
8. Jenazah adalah jasad orang telah meninggal dunia secara medis.
9. Tempat Pemakaman Umum adalah areal tanah yang disediakan untuk
keperluan pemakaman jenazah yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Kabupaten Pasuruan.
10. Tempat Pemakaman Bukan Umum adalah areal yang digunakan
untuk tempat pemakaman jenazah atau kerangka jenazah yang
pengelolaannya dilakukan oleh badan hukum yang bersifat sosial atau
keagamaan.
11. Tempat Pemakaman Khusus adalah areal tanah yang digunakan
untuk tempat pemakaman yang karena factor sejarah atau
kebudayaan yang mempunyai arti khusus, yang diatur dengan
ketentuan yang berlaku.
12. Tanah Wakaf Pemakaman adalah sebidang tanah yang diwakafkan
untuk kuburan oleh pemegang hak atas tanah tersebut berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
13. Nisan adalah batu nisan yang memuat keterangan tentang tanggal
lahir, nama dan tanggal meninggalnya.
14. Mobil Jenazah adalah mobil khusus yang dipergunakan untuk
membawa/mengangkut jenazah atau kerangka jenazah yang dikelola
oleh Pemerintah Daerah, perorangan atau badan hukum swasta.
15. Surat izin adalah surat izin penggunaan tanah makam, tanah makam
tumpang dan penguburan jenazah/kerangka jenazah.
16. Tanah makam adalah perpetakan tanah untuk memakamkan jenazah
yang terletak di pemakaman umum, bukan umum dan pemakaman
khusus.
17. Makam Tumpang adalah makam yang akan dipersiapkan untuk
makam selanjutnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
18. Kapling adalah lahan petak makam ukuran 2,5 X 1,5 Meter.
19. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan
usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
20. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan
yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatannya lainnya
yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
21. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
22. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
penghimpunan data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya

4
retribusi sampai kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi
serta pengawasan penyetorannya.
23. Insentif Pemungutan Retribusi yang selanjutnya disebut Insentif
adalah tambahan penghasilan yang diberikan sebagai penghargaan
atas kinerja tertentu dalam melaksanakan pemungutan Retribusi.
24. 24. Retribusi Pelayanan Pemakaman yang selanjutnya disebut
Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan pemakaman yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
25. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
retribusi jasa umum.
26. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan
perizinan tertentu dari Pemerintah Kabupaten Daerah Daerah yang
selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan Wajib
Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi
yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditunjuk oleh
Kepala Daerah .
27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah
pokok Retribusi yang terutang.
28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya
disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi
lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
29. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD
adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/ atau sanksi
administratif berupa bunga dan/atau denda.
30. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan
terhadap SKRD, SKRDLB, atau terhadap pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
31. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif
dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan
retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan
retribusi daerah.
32. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi yang
terjadi serta menemukan tersangkanya.
33. Kas Umum Daerah adalah Kas Pemerintah Daerah Kabupaten
Pasuruan.

5
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pengelolaan Pelayanan Pemakaman dipungut retribusi atas
pengelolaan pelayanan pemakaman di tempat pemakaman umum.

Pasal 3
Objek Retribusi adalah pengelolaan pelayanan pemakaman di tempat pemakaman
umum.

Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan
pemakaman di tempat pemakaman umum.

BAB III
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 5
(1) Struktur tarif Retribusi Pengelolaan Pelayanan Pemakaman digolongkan
berdasarkan jenis pelayanan pemakaman.
(2) Struktur dan besaran tarif Retribusi Pengelolaan Pelayanan Pemakaman
dimaksud ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor
Tahun 2014 tentang Retribusi Pengelolaan Pelayanan Pemakaman.

BAB IV
PEMANFAATAN HASIL RETRIBUSI
Pasal 6
(1) Hasil Retribusi Pengelolaan Pelayanan Pemakaman yang diselenggarakan oleh
Badan Lingkungan Hidup seluruhnya disetor ke kas daerah.
(2) Penerimaan dan pemanfaatan hasil retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1)
dipergunakan setelah melalui mekanisme perencanaan kegiatan dan anggaran
dalam APBD.
(3) Penggunaan hasil retribusi sebagaimana ayat (2) didasarkan pada penerimaan
tahun berjalan dan apabila terjadi kelebihan akan diperhitungan pada saat
Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) dan dipergunakan pada tahun tersebut.
(4) Kegiatan penyelenggaraan pelayanan sebagaimana ayat (2) meliputi:
a. biaya operasional; dan
b. jasa pelayanan pemakaman.
(5) Besaran jasa pelayanan pemakaman paling banyak 1/3 (sepertiga) dari retribusi.
(6) Ketentuan penggunaan jasa pelayanan pemakaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Badan.

6
BAB V
ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN
Pasal 7
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan tertulis untuk mengangsur atau
menunda pembayaran:
a. retribusi yang masih harus dibayar dalam surat tagihan retribusi, surat
ketetapan kurang retribusi yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus
dibayar bertambah; dan
b. permohonan kekurangan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud
huruf a ditujukan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk tempat wajib
retribusi mengalami keadaan diluar kekuasaannya, sehingga tidak dapat
memenuhi kewajiban membayar retribusi pada waktunya.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diajukan paling lama 15
(lima belas) hari setelah tanggal penagihan.
(3) Pemberian angsuran dan penundaan pembayaran dengan memperhatikan
kemampuan wajib retribusi.

BAB VI
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUARSA
Pasal 8
(1) Wajib retribusi yang tidak dapat membayar sampai jatuh tempo selama 3 (tiga)
tahun dilakukan penghapusan.
(2) Penghapusan piutang retribusi yang kadaluarsa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

BAB VII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PENGHAPUSAN RETRIBUSI
Pasal 9
(1) Bupati dapat memberikan Pengurangan, Keringanan dan Penghapusan Retribusi
dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi.
(2) Pengurangan, Keringanan dan Penghapusan Retribusi sebagaimana dimaksud
ayat (1) diberikan kepada masyarakat miskin, orang terlantar, masyarakat rentan
dan Kejadian Luar Biasa.
(3) Pengurangan, Keringanan dan Penghapusan Retribusi sebagaimana dimaksud
ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk
dengan ketentuan:
a. bagi masyarakat miskin dan/atau masyarakat tidak mampu membawa Surat
Keterangan Miskin dan/atau Surat Tidak Mampu dari Kepala Desa/
Kelurahan dengan mengetahui Camat, foto copy KTP dan Kartu Keluarga;
b. bagi masyarakat rentan yang berada dalam institusi/yayasan/panti sosial yang
terdaftar dengan mengajukan permohonan pembebasan retribusi dan
mendapat persetujuan Bupati Pasuruan atau Pejabat yang ditunjuk,;

7
c. bagi masyarakat rentan/orang terlantar diluar institusi/yayasan/panti sosial
langsung dapat dilayani dengan disertai surat keterangan dari desa dan camat
setempat;
d. untuk Kejadian Luar Biasa, masyarakat yang terkena KLB dengan penetapan
dari Pejabat yang berwenang sebagaimana Peraturan yang berlaku;

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati
ini dengan Penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pasuruan.

Ditetapkan di Pasuruan
pada tanggal April 2014
BUPATI PASURUAN,

M. IRSYAD YUSUF
Diundangkan di Pasuruan
pada tanggal April 2014
SEKRETARIS DAERAH,

AGUS SUTIADJI,

BERITA DAERAH KABUPATEN PASURUAN


TAHUN 2014 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai