RANCA NGAN
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI
NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN RETRIBUSI IZIN PEMANFAATAN RUANG
BUPATI BEKASI
1
Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968
tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2851 );
2
11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3643);
3
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 2 Tahun 2009
tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Bekasi Tahun 2009 Nomor 2);
MEMUTUSKAN :
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 6 Tahun 2009
tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Retribusi Izin Pemanfaatan Ruang
(Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2009 Nomor 6) diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 1 angka 15, angka 27, angka 28, angka 29 dan angka 30 dihapus,
sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1
4
10. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan
hidup;
11. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang;
12. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
13. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan penetapan
rencana tata ruang;
14. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang;
15. Aspek Tata Guna Lahan adalah dokumen yang berisikan penilaian teknis
objektif terhadap suatu bidang atau hamparan tanah yang meliputi penilaian titik
wilayah, kemampuan tanah, keadaan ruang, gambaran umum, status tanah,
dan penguasaan tanah.
16. Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada perorangan atau badan hukum
untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal
yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak atas tanah dan untuk
menggunakan tanah sesuai dengan tata ruang wilayah;
17. Master Plan atau rencana induk pengembangan adalah peta rencana struktur
ruang atau rencana induk suatu kawasan dengan dominasi fungsi tertentu yang
memuat jaringan infrastruktur berdasarkan izin lokasi;
18. Advice Planning adalah peta rencana/petunjuk teknis perencanaan tata ruang
dalam suatu kawasan ruang tertentu;
19. Site Plan atau rencana tapak adalah peta peletakan bangunan pada suatu
lokasi dengan segala unsur penunjangnya dalam skala dan batas-batas luas
satu kavling;
20. Blok Plan atau rencana blok pengembangan adalah peta rencana bagian ruang
dalam suatu kawasan dengan segala unsur yang memuat luas dan bentuk
kavling berdasarkan luas perolehan tanah;
21. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah yang selanjutnya disebut IPPT adalah izin
yang diberikan kepada perorangan atau badan hukum yang akan
memanfaatkan tanah setelah diperoleh dalam rangka kegiatan usaha;
22. Pengukuran Bidang Tanah adalah proses pemastian letak, batas dan luas
bidang tanah yang diperoleh;
23. Menara telekomunikasi adalah bangunan yang berfungsi sebagai sarana
penunjang jaringan telekomunikasi yang didesain/bentuk konstruksinya
disesuaikan dengan keperluan jaringan telekomunikasi;
24. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya bantuan;
25. Menara telekomunikasi Bersama adalah menara telekomunikasi yang dapat
digunakan oleh lebih dari satu operator.
5
2. Ketentuan Pasal 17 ayat (2) dihapus, sehingga Pasal 17 diubah dan berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 17
(1) Setiap orang atau badan hukum yang akan melakukan penanaman modal wajib
mengajukan permohonan izin lokasi yang dilengkapi dengan persyaratan yang
telah ditetapkan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan dan persyaratan izin
lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
3. Ketentuan Pasal 41 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 41 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 41
(1) Setiap orang atau badan hukum yang mengajukan permohonan IPPT wajib
dilengkapi dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan dan persyaratan IPPT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XVI
TIM TEKNIS
Pasal 69
(1) Untuk keperluan pemberian pelayanan perizinan pada Peraturan Daerah ini
dibentuk Tim Teknis yang terdiri dari Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD)
terkait, guna memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis sebelum perizinan
diterbitkan yang dituangkan dalam berita acara.
(2) Tim Teknis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
5. Ketentuan Pasal 70, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74, Pasal 75, Pasal 76,
Pasal 77, Pasal 78 dan Pasal 79 dihapus dan urut-urutan Pasal selanjutnya
menyesuaikan.
6
Pasal II
BUPATI BEKASI
ttd
H. SA’DUDDIN
H. DADANG MULYADI