TENTANG
BUPATI BOGOR,
8. Undang-Undang ...
-4-
Dengan ….
-8-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud
dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Bogor.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah
Kabupaten Bogor.
3. Bupati adalah Bupati Bogor.
4. Dinas Daerah adalah perangkat daerah
sebagai unsur pelaksana penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
5. Kepala Dinas adalah Kepala perangkat
daerah sebagai unsur pelaksana
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
6. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas
tertentu dibidang retribusi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Badan …
-9-
18. Kekayaan …
- 11 -
37. Jasa …
- 14 -
42. Surat …
- 15 -
BAB II
JENIS RETRIBUSI JASA USAHA
Pasal 2
(1) Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan
yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip komersial yang
meliputi :
a. pelayanan dengan
menggunakan/memanfaatkan kekayaan
Daerah yang belum dimanfaatkan secara
optimal; dan/atau
b. pelayanan oleh Pemerintah Daerah
sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.
(2) Jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), adalah :
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Terminal;
c. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
d. Retribusi Rumah Potong Hewan;
e. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
f. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
g. Retribusi Tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa; dan
h. Retribusi Penjualan Produksi Daerah.
(3) Jenis …
- 17 -
BAB III
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN
DAERAH
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Paragraf 1
Nama Retribusi
Pasal 3
Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran
atas pelayanan Pemakaian Kekayaan Daerah.
Paragraf 2
Obyek Retribusi
Pasal 4
(1) Obyek retribusi pemakaian kekayaan daerah
adalah pemakaian kekayaan daerah,
meliputi :
a. pemakaian tanah;
b. pemakaian …
- 18 -
Paragraf 3
Subyek Retribusi
Pasal 5
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/menikmati
pelayanan jasa pemakaian kekayaan daerah.
(2) Wajib …
- 19 -
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan :
a. jenis;
b. volume;
c. kapasitas;
d. luas;
e. fasilitas; dan
f. jangka waktu pemakaian.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 7
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi
digolongkan berdasarkan jenis kegiatan,
harga tanah per meter persegi, luas dan
jangka waktu pemakaian.
(2) Jenis kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), sebagai berikut :
a. pemasangan …
- 20 -
Pasal 8
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis,
kapasitas, fasilitas, dan jangka waktu
pemakaian.
(2) Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan obyek
retribusi yang digunakan wajib retribusi.
(3) Struktur dan besarnya tarif retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan sebagai berikut :
a. Gedung Tegar Beriman
Rp. 10.000.000,-/hari
b. Gedung Serba Guna II
Rp. 5.000.000,-/hari
c. Gedung …
- 22 -
c. Gedung PUSDAI :
1. Aula Rp. 2.000.000,-/hari
2. Perkantoran Rp.20.000,-/m2/ bulan
3. Kamar Rp. 60.000,-/hari
4. Kelas Rp. 50.000,-/hari
g. Biaya …
- 23 -
1. Pemanfaatan …
- 24 -
j. Pemakaian …
- 25 -
Pasal 9
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis,
kapasitas dan jangka waktu pemakaian.
(2) Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan objek
retribusi yang digunakan wajib retribusi.
(3) Struktur ….
- 26 -
(5) Kelebihan …
- 27 -
Pasal 10
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan
jenis dan volume pemakaian.
(2) Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan
obyek retribusi yang digunakan wajib
retribusi.
(3) Struktur dan besarnya tarif retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), tidak termasuk upah operator,
alat (sounder, hand boaring, dan coredrill)
ditetapkan sebagai berikut:
a. Pekerjaan Peningkatan Jalan:
1. Sub Grade (Tanah Dasar)
a) Analisa Saringan/ Rp. 7.500,-
Contoh
f. Atterbergh …
- 28 -
Rp.282.000,-
d) Pemadatan/Contoh Rp.37.000,-
g) CBR/Contoh Rp.42.000,-
i) DCP/Titik …
- 29 -
i) DCP/Titik Rp.37.000,-
Rp.293.500,-
3. Base(LPA) :
a) Analisa Saringan/ Rp. 14.000,-
Contoh
Rp.296.000,-
b. Pekerjaan …
- 30 -
Rp.252.000,-
c. Pekerjaan …
- 31 -
c. Pekerjaan Penetrasi :
1. Analisa Rp. 15.000,-
Saringan/Contoh
Rp.203.000,-
5. Triaxial/Contoh …
- 32 -
5. Triaxial/Contoh Rp.150.000,-
6. Perneability/Contoh Rp.150.000,-
Rp.398.000,-
Rp.269.000,-
f. Pekerjaan ….
- 33 -
f. Pekerjaan Beton :
1. Analisa Saringan/ Rp. 15.000,-
Contoh
Rp.261.500,-
BAB IV …
- 34 -
BAB IV
RETRIBUSI TERMINAL
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Paragraf 1
Nama Retribusi
Pasal 11
Dengan nama Retribusi Terminal dipungut
retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan
terminal.
Paragraf 2
Obyek Retribusi
Pasal 12
(1) Obyek retribusi terminal adalah pelayanan
penyediaan tempat parkir untuk kendaraan
penumpang dan bis umum, tempat
kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di
lingkungan terminal, yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Dikecualikan dari obyek retribusi terminal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan
Pihak Swasta. (pihak swasta penjelasan)
Paragraf …
- 35 -
Paragraf 3
Subyek Retribusi
Pasal 13
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/menikmati
pelayanan jasa terminal.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan
untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi
terminal.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 14
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan
jenis kendaraan, pemakaian ruang, dan jangka
waktu pemakaian fasilitas terminal.
Bagian Ketiga
Struktur Tarif Retribusi, Jenis Pelayanan
dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 15
Struktur tarif retribusi terminal digolongkan
berdasarkan :
a. jenis ...
- 36 -
a. jenis kendaraan;
b. pemakaian ruang; dan
c. jangka waktu pemakaian fasilitas terminal.
Pasal 16
Jenis pelayanan retribusi terminal, terdiri dari :
a. parkir untuk kendaraan umum, meliputi :
1. bus besar;
2. bus sedang;
3. bus kecil; dan
4. non bus.
b. Tempat kegiatan usaha dan fasilitas
penunjang lainnya, meliputi :
1. usaha makanan dan minuman;
2. usaha cinderamata dan bahan bacaan;
3. usaha jasa paket dan sejenisnya;
4. usaha jasa penjualan tiket angkutan;
5. usaha penitipan barang;
6. pedagang asongan;
7. mandi, cuci, dan kakus, meliputi buang air
kecil, buang air besar, dan mandi;
8. usaha jasa telekomunikasi;
9. usaha jasa perbengkelan;
10. usaha kantin;
11. usaha ...
- 37 -
Pasal 17
Struktur dan besarnya tarif retribusi terminal
ditetapkan sebagai berikut :
a. parkir untuk kendaraan umum :
TARIF
UNTUK
JENIS
NO JENIS PELAYANAN SEKALI
KENDARAAN
MASUK
(Rp)
1 AKAP (Antar Kota bus besar 2.500,-
Antar Provinsi) bus sedang 2.000,-
bus kecil 1.000,-
non bus 500,-
2 AKDP (Antar Kota bus besar 2.000,-
Dalam Provinsi) bus sedang 1.500,-
non bus 500,-
3 Angkutan Dalam bus besar 1.500,-
Kabupaten bus sedang 1.000,-
non bus 500,-
4 Angkutan Tidak taksi/mobil 5.000,-
Dalam Trayek sewa
b. tempat …
- 38 -
BAB V
RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Paragraf 1
Nama Retribusi
Pasal 18
Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir
dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
pelayanan Tempat Khusus Parkir.
Paragraf ...
- 40 -
Paragraf 2
Obyek Retribusi
Pasal 19
(1) Obyek retribusi Tempat khusus Parkir adalah
pelayanan tempat khusus parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari obyek retribusi Tempat
khusus Parkir sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah pelayanan tempat parkir
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan
pihak swasta.
Paragraf 3
Subyek Retribusi
Pasal 20
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/menikmati
pelayanan jasa tempat khusus parkir.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan
untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi
Tempat khusus Parkir.
Bagian ...
- 41 -
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 21
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan
jenis kendaraan dan waktu.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 22
(1) Struktur tarif retribusi Tempat khusus Parkir
ditetapkan sebagai berikut :
a. Penetapan tarif jam :
TARIF (Rp)
NO JENIS KENDARAAN 2 JAM 1 JAM
PERTAMA BERIKUTNYA
1 Bus, truk besar, truk 3.000,- 1.500,-
gandeng, tronton dan
kontainer
2 Bus sedang dan truk 2.000,- 1.500,-
sedang (3/4)
3 Sedan, minibus, jeep 1.500,- 1.000,-
dan pick up
4 Sepeda motor 1.000,- 500,-
BAB VI
RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Paragraf 1
Nama Retribusi
Pasal 23
Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan
dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
pelayanan Rumah Potong Hewan.
Paragraf ...
- 43 -
Paragraf 2
Obyek Retribusi
Pasal 24
(1) Objek Retribusi Rumah Potong Hewan
adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah
pemotongan hewan ternak termasuk
pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan
sebelum dan sesudah dipotong, yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan penyediaan fasilitas rumah
pemotongan hewan ternak yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD,
dan pihak swasta.
Paragraf 3
Subyek Retribusi
Pasal 25
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/menikmati
pelayanan jasa penyediaan Rumah Potong
Hewan Pemerintah.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan
untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi
Rumah Potong Hewan Pemerintah.
Bagian ...
- 44 -
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 26
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan
jenis hewan, jenis pelayanan, dan jumlah hewan
yang akan dipotong.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 27
Struktur tarif retribusi Rumah Potong Hewan
ditetapkan sebagai berikut :
a. Hewan besar (sapi, : Rp. 15.000,- per ekor
kerbau, dan kuda)
b. Hewan kecil (kambing dan : Rp. 5.000,- per ekor
domba)
c. Unggas : Rp. 50, - per ekor
BAB VII
RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN
OLAHRAGA
Bagian Kesatu
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Paragraf 1
Nama Retribusi
Pasal …
- 45 -
Pasal 28
Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga dipungut retribusi sebagai pembayaran
atas pelayanan tempat rekreasi dan olahraga.
Paragraf 2
Obyek Retribusi
Pasal 29
(1) Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi,
pariwisata, dan olahraga yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan
olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan
pihak swasta.
Paragraf 3
Subyek Retribusi
Pasal 30
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan/menikmati
pelayanan jasa Tempat Rekreasi dan
Olahraga.
(2) Wajib …
- 46 -
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 31
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan
frekuensi dan/atau lamanya pemanfaatan tempat
rekreasi dan olah raga.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 32
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan
berdasarkan penggolongan tempat rekreasi dan
olah raga, fasilitas dan sarana yang digunakan
serta jangka waktu pemakaian.
(2) Penggolongan tempat rekreasi dan olah raga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan kriteria :
a. Kualitas daya tarik wisata;
b. Kondisi …
- 47 -
BAB VIII
PRINSIP DAN SASARAN DALAM
PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA
TARIF RETRIBUSI JASA USAHA
Pasal 33
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan
besarnya tarif Retribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 17, Pasal 22, Pasal 27, dan
Pasal 32 didasarkan pada tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan …
- 49 -
BAB IX
PENINJAUAN TARIF
Pasal 34
(1) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 17,
Pasal 22, Pasal 27, dan Pasal 32 ditinjau
kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
peraturan bupati.
BAB X
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 35
Retribusi yang terutang dipungut di daerah.
BAB ...
- 50 -
BAB XI
SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 36
Retribusi terutang terjadi pada saat
diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB XII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 37
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 38
(1) Pembayaran retribusi dilakukan di kas
daerah atau di tempat lain yang ditunjuk
sesuai waktu yang ditentukan dengan
menggunakan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
(2) Dalam …
- 51 -
Pasal 39
(1) Pembayaran retribusi harus dilunasi
sekaligus.
(2) Jenis retribusi terutang yang ditagih dengan
SKRD dilunasi paling lambat 15 (lima belas)
hari sejak diterbitkannya SKRD tersebut.
(3) Jenis retribusi yang ditagih dengan dokumen
lain yang dipersamakan dengan SKRD
dilunasi pada saat diterbitkannya dokumen
tersebut.
Pasal 40
Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 diberikan tanda bukti
pembayaran berupa Surat Setoran Retribusi
Daerah (SSRD) atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB ...
- 52 -
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 41
Apabila wajib retribusi tidak membayar tepat
pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa denda
sebesar 2% (dua perseratus) setiap bulan dari
besarnya retribusi yang terutang atau kurang
bayar dan ditagih dengan menerbitkan STRD.
BAB XV
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 42
(1) Penagihan retribusi terutang yang tidak atau
kurang bayar dilakukan dengan
menggunakan STRD.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didahului dengan
surat teguran atau peringatan atau surat
lain yang sejenis.
(3) Surat teguran atau peringatan atau surat
lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi diterbitkan
oleh Bupati atau Pejabat, paling lama 7
(tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(4) Paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal
surat teguran atau peringatan atau surat
lain yang sejenis, wajib retribusi harus
melunasi retribusi yang terutang.
(5) Surat …
- 53 -
BAB XVI
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 43
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi
menjadi kedaluwarsa setelah melampaui
waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat
terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib
Retribusi melakukan tindak pidana di bidang
Retribusi.
(2) Kedaluwarsa Penagihan Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika :
1. diterbitkan Surat Teguran; atau
2. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib
Retribusi, baik lansung maupun tidak
langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak
tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b adalah Wajib Retribusi dengan
kesadarannya menyatakan masih
mempunyai utang Retribusi dan belum
melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan …
- 54 -
Pasal 44
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih
lagi karena hak untuk melakukan penagihan
sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan
Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata Cara penghapusan piutang retribusi yang
sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan
Bupati.
BAB XVII
KEBERATAN
Pasal 45
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan
keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat
yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dengan disertai alasan-
alasan yang jelas.
Pasal 46
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan dengan
menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah untuk memberikan kepastian
hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa
keberatan yang diajukan harus diberi
keputusan oleh Bupati.
(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat
berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak, atau menambah besarnya Retribusi
yang terutang.
Pasal 47
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan
sebagian atau seluruhnya, kelebihan
pembayaran Retribusi dikembalikan dengan
ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua
belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan
sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
BAB XVIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 48
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib
retribusi dapat mengajukan permohonan
pengembalian secara tertulis kepada Bupati
atau Pejabat.
(2) Permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran retribusi diajukan secara
tertulis kepada Bupati atau Pejabat, dengan
menyebutkan paling kurang:
a. nama dan alamat wajib retribusi;
b. masa retribusi;
c. besarnya …
- 57 -
BAB XIX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 49
(1) Dengan alasan tertentu Bupati atau pejabat
yang berwenang dapat memberikan
pengurangan, keringanan atau pembebasan
besarnya retribusi.
(2) Tata cara pengurangan, keringanan atau
pembebasan besarnya retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
oleh Bupati.
BAB XX
PEMERIKSAAN
Pasal 50
(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban Retribusi dalam rangka
melaksanakan peraturan perundang-
undangan Perpajakan Daerah dan Retribusi
Daerah.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan
buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain
yang berhubungan dengan objek
Retribusi yang terutang;
b. memberikan ...
- 59 -
BAB XXI
PENYIDIKAN
Pasal 51
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pejabat pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan pemerintah daerah
yang diangkat oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), adalah:
a. menerima …
- 60 -
BAB XXII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 52
(2) Tindak …
- 62 -
BAB XXIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 53
Ketentuan mengenai bentuk dan isi dokumen
serta tata cara pelaksanaan Peraturan Daerah ini
diatur dengan Peraturan bupati.
Pasal 54
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :
1. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 6
Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga (Lembaran Daerah
Kabupaten Bogor Tahun 1999 Nomor 11 Seri
B) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 1
Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor
6 Tahun 1999 tentang Pemakaian Kekayaan
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2008 Nomor 1);
2. Peraturan …
- 63 -
Pasal ...
- 64 -
Pasal 55
Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Bogor.
Ditetapkan di Cibinong
pada tanggal 30 Desember 2011
BUPATI BOGOR,
ttd
RACHMAT YASIN
Diundangkan di Cibinong
pada tanggal 30 Desember 2011
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOGOR,
ttd
NURHAYANTI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2011 NOMOR 29